Anda di halaman 1dari 14

1

Dinamika PPKM Di Masa Pandemi Covid-19: Perspektif Kebijakan Publik

Oleh:

Boy Anugerah, B.Sc., M.Sc., MPP.

PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020 telah


menjadi ancaman yang signifikan terhadap ketahanan nasional Indonesia. Pandemi
Covid-19 tidak hanya memberikan dampak buruk dari sisi kesehatan saja, tapi juga
berdampak buruk terhadap hampir seluruh gatra kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di sisi ekonomi misalnya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi
negatif selama dua triwulan berturut-turut di 2020, sehingga dinyatakan resmi jatuh
ke dalam resesi.1 Di sisi politik, kerapkali terjadi perbedaan pandangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penanganan Covid-19, sehingga
mempengaruhi efektivitas kebijakan. Sedangkan dari sisi sosial budaya, masyarakat
harus mengalami gegar budaya (culture shock) karena harus beradaptasi dengan
kebiasaan baru (New Normal/AKB). Tak jarang gegar budaya ini berujung pada
konflik vertikal dan horizontal di masyarakat. 2

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pandemi Covid-19 sebagai ancaman


eksisting terhadap ketahanan nasional harus direspons melalui kebijakan yang
komprehensif. Respons pertama yang diambil oleh pemerintah adalah melalui
pendekatan institusional atau kelembagaan dengan membentuk unit-unit khusus
yang fokus pada pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19. Melalui Keppres
No. 7 Tahun 2020, pemerintah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 pada 13 Maret 2020. 3 Seiring dengan dinamika penyebaran wabah dan
dampaknya terhadap perekonomian nasional, pemerintah melalui Perpres No. 82

1
“Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen”. Diakses di
https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-resesi-ekonomi-kuartal-iii-
2020-minus-349-persen?page=all, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.00 WIB.
2
Anugerah, Boy. 2021. Gegar Budaya di Era Pandemi Covid-19. Diakses di
https://www.researchgate.net/publication/353042881_Gegar_Budaya_di_Era_Pandemi_Covid-19,
DOI: http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.21370.82887, pada 3 Agustus 2021, pukul 21. 15 WIB.
3
“Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020, pemerintah membentuk Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19”, diakses di https://covid19.go.id/p/regulasi/keppres-nomor-7-tahun-2020-
tentang-gugus-tugas-percepatan-penanganan-covid-i9, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.20 WIB.
2

Tahun 2020 membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi


Nasional (KPC-PEN). Komite ini membawahi Satuan Tugas Penanganan Covid-19
dan Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional yang sifatnya kombinatif dan
mendukung satu sama lain. Keberadaan Satgas Penanganan Covid-19 ini
menggantikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang telah terlebih
dahulu dibentuk.4

Dalam tataran teknis, sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran


wabah, Pemerintah Indonesia giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk
menjalankan aksi 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, serta menjaga
jarak.5 Di sisi lain, pemerintah menjalankan tugasnya melalui skema 3T, yakni testing
(tes), tracing (pelacakan), serta treatment (tindakan penanganan).6 Pemerintah juga
aktif melakukan kerja sama internasional, baik dengan World Health Organization
(WHO) sebagai lembaga internasional yang memberikan panduan penanganan
Covid-19 ke seluruh negara terdampak maupun negara-negara lain, khususnya
dalam pengembangan vaksin Covid-19. Ketika vaksin Covid-19 ditemukan (Sinovac,
Astra Zaneca, Pfizer, Moderna, dsb), pemerintah menjalankan kebijakan vaksinasi
massal ke seluruh masyarakat untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity)
dengan target 70 persen penduduk Indonesia atau sekitar 182 juta jiwa. 7

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pandemi Covid-19 ini sulit diprediksi


kapan akan berakhir. Merujuk pada kasus-kasus empirik di negara lain, di mana
pandemi Covid-19 memasuki gelombang kedua (contoh: India dan Italia), serta
bermutasi menjadi varian baru yang lebih ganas dan cepat penyebarannya, maka
dipandang perlu untuk membatasi mobilisasi atau pergerakan masyarakat. Segala
upaya yang ditempuh pemerintah, khususnya dalam pemulihan ekonomi nasional,
akan sia-sia apabila laju penyebaran wabah tidak dapat diredam. Banyaknya
masyarakat yang terpapar kasus positif akan menimbulkan cost finansial dan sosial
4
“Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2020, pemerintah membentuk Komite Penaganan COVID-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)”, diakses di
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/141403/perpres-no-82-tahun-2020#:~:text=Perpres%20ini
%20mengatur%20mengenai%20pembentukan,dan%20bertanggung%20jawab%20kepada
%20Presiden., pada 3 Agustus 2021, pukul 21.22 WIB.
5
Dalam perkembangannya, 3M ini berkembang menjadi 5M.
6
“Disiplin 3M dan 3T Menjadi Kunci Penanganan Pandemi COVID-19”, diakses di
https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/disiplin-3m-dan-3t-menjadi-kunci-penanganan-pandemi-covid-
19/, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.27 WIB.
7
“500 Hari Pandemi Covid-19 dan Target 5 Juta Vaksinasi Per Hari dari Jokowi”, diakses di
https://nasional.kompas.com/read/2021/07/14/06220221/500-hari-pandemi-covid-19-dan-target-5-juta-
vaksinasi-per-hari-dari-jokowi?page=all, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.33 WIB.
3

yang lebih besar di kemudian hari. Salah satu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah adalah melalui penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat Berbasis Mikro (PPKM Mikro). Kebijakan PPKM Mikro ini merupakan
sekuens dari kebijakan-kebijakan sebelumnya, seperti Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), serta Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
Jawa-Bali yang diterapkan di tujuh provinsi sejak 11 Januari 2021. 8

Pembatasan kegiatan masyarakat hingga unit terkecil (RT/RW) melalui PPKM


Mikro yang berlaku sejak Februari 2021 ini diharapkan dapat menjadi mekanisme
yang efektif dalam menekan laju lonjakan kasus positif Covid-19. Namun demikian,
dalam implementasinya, kebijakan PPKM Mikro ini mengalami banyak dinamika.
Perubahan nomenklatur kebijakan dari PSBB, PPKM Jawa-Bali, hingga PPKM Mikro,
dikritik banyak pihak sebagai inkonsistensi pemerintah dalam pengarusutamaan
(mainstreaming) pendekatan kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Pemerintah terlalu fokus pada pendekatan ekonomi, sehingga mengabaikan
perkembangan yang ada seperti kemungkinan munculnya gelombang kedua (second
wave) pandemi dan mutasi virus ke bentuk yang lebih berbahaya dan kontaminatif.
Ketika terjadi lonjakan kasus yang signifikan, pendekatan kesehatan baru dilirik
kembali oleh pemerintah. Oleh sebab itu, yang menjadi pertanyaan kajian dalam
penulisan ini adalah apa yang menjadi basis perumusan kebijakan PPKM Mikro,
bagaimana penerapannya?, serta bagaimana strategi penguatan ke depan
dalam rangka menjaga ketahanan nasional?

PEMBAHASAN

Memahami Kebijakan Publik Secara Konseptual

Kebijakan publik adalah segala tindakan yang diambil oleh pemerintah yang
merupakan cerminan respons terhadap sirkumstansi yang ada, umumnya sebuah
permasalahan yang menyangkut kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Pemerintah merancang sebuah kebijakan publik dengan tujuan untuk memberikan
manfaat bagi masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat tersebut
(Government designs public policies with the broad purpose of expanding the public
good). Penyusunan kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah melalui
8
“Gonta-ganti Istilah dari PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, Apa Bedanya?”, diakses di
https://nasional.tempo.co/read/1478808/gonta-ganti-istilah-dari-psbb-ppkm-mikro-ppkm-darurat-apa-
bedanya/full&view=ok, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.45 WIB.
4

beberapa tahapan, yakni identifikasi permasalahan yang berkembang di masyarakat


(analisis situasi dan kondisi), formulasi kebijakan, pengadopsian kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta monitoring dan evaluasi kebijakan. Tahapan-tahapan
tersebut wajib dipatuhi dan dilaksanakan untuk memastikan bobot dan kualitas
kebijakan, apakah sudah sesuai atau terdapat cacat formulasi.

Gambar 1. Proses Perumusan Kebijakan Publik

Dalam formulasi atau penyusunan suatu kebijakan, pemerintah bukan


merupakan aktor tunggal, akan tetapi dipengaruhi oleh posisi dan perilaku aktor-
aktor lain. Aktor-aktor lain tersebut antara lain kelompok-kelompok kepentingan
(interest group), partai politik eksisting, media massa, lembaga-lembaga kajian dan
pemikir (scientist/think-tank Institution), termasuk masyarakat itu sendiri yang
merupakan objek dan penerima manfaat dari kebijakan yang dibuat pemerintah. 9

Gambar 2. Aktor-Aktor Kebijakan Publik

Memahami Ketahanan Nasional Secara Konseptual

9
Anugerah, Boy. 2021. PPKM Darurat dan Kompatibilitas Terhadap Konstitusi. Diakses di
https://www.researchgate.net/publication/353192627_PPKM_Darurat_dan_Kompatibilitas_Terhadap_
Konstitusi, DOI: http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.16177.10085, pada 3 Agustus 2021, pukul 23.29
WIB.
5

Konsepsi ketahanan nasional sejatinya memiliki kesamaan dengan konsep


keamanan komprehensif (comprehensive security). Kemiripan kedua konsep terletak
pada karakter atau sifatnya yang semesta atau total. Namun demikian, dibandingkan
dengan konsep keamanan komprehensif, konsep ketahanan nasional bermakna
lebih luas dengan cakupan yang lebih luas. Ketahanan nasional tidak hanya
ditujukan untuk merespons ancaman yang berasal dari luar dalam bentuk agresi
militer, tapi juga ditujukan untuk merespons seluruh ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan (AGHT) yang dihadapi oleh sebuah negara-bangsa demi mencapai
tujuan nasional dan menjaga kelangsungan hidupnya (AGHT domestik+eksternal). 10

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia, Agus Widjojo,


menyatakan bahwa ketahanan nasional merupakan suatu keadaan atau kondisi
yang dihasilkan oleh sebuah proses. Proses yang dimaksud adalah proses melalui
pendekatan pancagatra yang terdiri atas gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, serta pertahanan dan keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM). Apabila
keseluruhan gatra tersebut dalam keadaan baik, maka dapat dikatakan bahwa
ketahanan nasional Indonesia berada dalam kondisi baik. Sebaliknya, jika salah satu
gatra berada dalam kondisi tidak baik, maka ketahanan nasional berada dalam
kondisi tidak baik, disebut juga sedang mengalami pelemahan. Proses yang
dimaksud juga merujuk pada tiga gatra statis yang disebut trigatra, meliputi gatra
geografi, demografi, serta sumber kekayaan alam. 11

Lebih lanjut, Agus Widjojo mengemukanan bahwa dalam konteks krisis seperti
yang dihadapi oleh Indonesia saat ini, ketahanan nasional bersifat spesifik. Oleh
sebab itu, penanganan pandemi Covid-19 dalam rangka menjaga ketahanan
nasional harus ditempuh melalui langkah-langkah yang sifatnya spesifik. Langkah-
langkah spesifik tersebut antara lain: (1) proses pengambilan kebijakan berbasis
analisis dan data yang mamadai, (2) cara berfikir yang cerdas dari birokrasi
pemerintah, (3) mengembangkan kemitraan strategis dengan pihak swasta, (4)
operasi pemerintahan yang berdaya tahan dengan mengembangkan praktik terbaik

10
Suryohadiprojo, Sayidiman. Ketahanan Nasional Indonesia. DOI: https://doi.org/10.22146/jkn.19163.
Diakses di https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/19163/12424, pada 3 Agustus 2021, pukul 22.59
WIB.
11
“Agus Widjojo: Ketahanan Nasional adalah Sebuah Keadaan yang Dihasilkan oleh Sebuah Proses”,
diakses di http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/1019-agus-widjojo-ketahanan-
nasional-adalah-sebuah-keadaan-yang-dihasilkan-oleh-sebuah-proses, pada 3 Agustus 2021, pukul
23.09 WIB.
6

(best practices) dalam merespons krisis yang akan datang, (5) distribusi rantai
logistik perdagangan yang berketahanan, serta (6) pemberian stimulus secara efektif
kepada masyarakat.12

Formulasi PPKM Mikro dan Implementasinya

PPKM Mikro adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dalam
rangka mengendalikan penyebaran Covid-19 di wilayah-wilayah dengan sebaran
kasus positif tertinggi. Kebijakan ini memiliki dasar hukum, yakni Instruksi Menteri
Dalam Negeri (Inmendagri) No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan
Pembentukan Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19. Regulasi ini harus diotorisasi oleh gubernur
sebagai pejabat tertinggi di level provinsi, kemudian oleh bupati dan walikota sebagai
pejabat tertinggi di level kabupaten dan kotamadya, kemudian diteruskan dan
diotorisasi oleh pemerintah desa atau kelurahan, hingga ke tingkat RW dan RT untuk
dilaksanakan secara disiplin sesuai dengan tingkat kontaminasi Covid-19 di wilayah
masing-masing.13

PPKM Mikro merupakan sekuens dari kebijakan pemerintah sebelumnya yang


melakukan pembatasan kegiatan masyarakat melalui skema PSBB dan PPKM Jawa-
Bali. Awalnya kebijakan yang diterapkan adalah PSBB yang berlaku sejak 17 April
2020. Kemudian PSBB ini berganti menjadi PPKM Jawa-Bali, serta berubah lagi
menjadi PPKM Mikro yang berlaku sejak Februari 2021. Perubahan dari PPKM
Jawa-Bali ke PPKM Mikro dilakukan oleh pemerintah karena PPKM Jawa-bali
dianggap tidak efektif. Berbeda dengan PPKM Jawa-Bali, PPKM Mikro merupakan
pembatasan hingga unit terkecil di masyarakat, yakni RT/RW. Beberapa pengaturan
khusus dalam PPKM Mikro di antaranya adalah: pekerja yang bekerja di kantor
(WFO) dibatasi hingga 50 persen saja, pusat perbelanjaan boleh menjalankan
operasional hingga pukul 21.00 WIB, kapasitas dine-in di rumah makan atau restoran
dibatasi maksimal 50 persen, begitu juga dengan pelaksanaan ibadah di tempat-
tempat ibadah.14

12
Ibid.
13
“Inmendagri No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko
Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19”,
diakses di https://www.jogloabang.com/kesehatan/inmendagri-3-2021-ppkm-mikro-pembentukan-
posko-desa-kalurahan-pengendalian-covid-19, pada 4 Agustus 2021, pukul 12.07 WIB.
14
“Gonta-ganti Istilah dari PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, Apa Bedanya?” …, Op.Cit.
7

Persamaannya dengan PPKM Jawa-Bali adalah wilayah yang menjadi target


atau sasaran atau kebijakan adalah tetap pada tujuh provinsi prioritas di Jawa-Bali,
yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, DIY Yogyakarta,
serta Bali. Berikut pengaturan khusus untuk ketujuh provinsi sebagaimana tertuang
dalam regulasi yang memayungi (Inmendagri No. 3 Tahun 2021):

1. Ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta.


2. Ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat, Bupati/Walikota, dengan prioritas
wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Cimahi, Kota Bogor, Kota
Depok, Kota Bekasi, dan Wilayah Bandung Raya.
3. Gubernur Banten, Bupati/Walikota, dengan prioritas wilayah Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
4. Gubernur Jawa Tengah, Bupati/Walikota, dengan prioritas wilayah Semarang
Raya, Banyumas Raya, Kota Solo, dan sekitarnya.
5. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Bupati/Walikota, dengan prioritas
wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulon Progo.
6. Gubernur Jawa Timur, Bupati/Walikota, dengan prioritas wilayah Surabaya Raya,
Madiun Raya, dan Malang Raya.
7. Gubernur Bali, Bupati/Walikota, dengan prioritas wilayah Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, Kota
Denpasar, dan sekitarnya.15
Penerapan PPKM Mikro hingga unit terkecil di masyarakat, yakni RT/RW, juga
mempertimbangkan kriteria zona pengendalian berdasarkan tingkat kontaminasi
Covid-19, sebagai berikut:
1. Zona Hijau (Green Zone) dengan kriteria tidak ada kasus positif Covid-19 di satu
RT, maka skenario pengendalian dilakukan melalui pengamatan atau
penelaahan aktif ke seluruh suspek dites, serta pemantauan terhadap kasus
tetap yang dilaksanakan secara rutin dan berkala.
2. Zona Kuning (Yellow Zone) dengan karakteristik jika terdapat satu hingga lima
rumah dengan kasus terkonfirmasi positif dalam satu RT selama tujuh hari
terakhir, maka skenario pengendaliannya adalah menemukan kasus suspek dan

15
“Inmendagri No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko
Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19” …,
Op.Cit.
8

pelacakan kontak erat, kemudian melakukan isolasi secara mandiri untuk pasien
positif Covid-19 dan kontak erat dengan pengawasan yang dilakukan secara
ketat.
3. Zona Merah (Red Zone) dengan kriteria jika terdapat enam hingga sepuluh
rumah dengan kasus terkonfirmasi positif dalam satu RT selama tujuh hari
terakhir, maka skenario pengendaliannya adalah menemukan kasus suspek,
serta pelacakan kontak erat, kemudian melakukan isolasi secara mandiri untuk
pasien positif dan kontak erat dengan pengawasan ketat, melakukan penutupan
rumah ibadah, tempat bermain, serta tempat-tempat umum lainnya.
Pengecualian diberlakukan untuk sektor esensial.
4. Zona Merah (Red Zone) dengan karakteristik jika terdapat lebih dari sepuluh
rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama tujuh hari terakhir,
maka skenario pengendalian adalah pemberlakuan PPKM tingkat RT yang
meliputi sebagai berikut:
a) Finding kasus suspek dan tracing kontak erat.
b) Isolasi secara mandiri atau terpusat dengan pengawasan secara ketat.
c) Penutupan rumah ibadah seperti masjid, mushola, gereja, dan lainnya, tempat
bermain anak, tempat umum lainnya, kecuali sektor esensial.
d) Pelarangan kerumunan lebih dari tiga orang.
e) Pembatasan keluar masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00 WIB.
f) Peniadaan aktivitas sosial kemasyarakatan di lingkungan RT yang
menimbulkan kerumunan orang, serta berpotensi menimbulkan kontaminasi
penyakit.
Selain itu, pengaturan lainnya dalam PPKM Mikro adalah soal pembentukan
Posko Penanganan Covid-19 di tingkat desa dan kelurahan yang memiliki empat
fungsi utama, yakni (1) pencegahan/mitigasi, (2) penanganan/tindakan, (3)
pembinaan, serta (4) pendukung pelaksanaan penanganan Covid-19 di tingkat desa
dan kelurahan. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, Posko di desa atau
kelurahan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 di tingkat kecamatan, kabupaten,
kota, dan provinsi. Posko di desa dan kelurahan juga berkoordinasi dengan TNI,
Polri, dan disampaikan kepada Satgas Covid-19 Nasional, Kemenkes RI, serta
Kemendagri RI.
Merujuk latar belakang penyusunan kebijakan, serta mekanisme pengaturan
dan penerapan di lapangan, PPKM Mikro jelas merupakan sebuah kebijakan publik
9

yang ditujukan untuk merespons sirkumstansi yang ada di masyarakat, dalam hal ini
adalah penyebaran wabah penyakit Covid-19. Pada tahap identifikasi masalah bagi
perumusan kebijakan, ditemukan persoalan mengenai ketidakefektifan dan
inefisiensi dalam pelaksanaan kebijakan sebelumnya, yakni PPKM Jawa-Bali.
Meskipun sudah dilakukan pembatasan kegiatan masyarakat melalui skema
tersebut, provinsi-provinsi di Jawa-Bali masih menunjukkan peningkatan kasus positif
yang cukup signifikan (average 20 ribu kasus/hari). Hal inilah yang menjadi dasar
untuk melakukan revisi kebijakan menjadi PPKM Mikro yang berbasis komunitas dan
melakukan pembatasan hinga unit-unit terkecil di masyarakat. Pada tataran
implementasi, kebijakan ini juga memenuhi kaidah kebijakan, yakni pengaturan yang
jelas mengenai mekanisme pelaksanaan, serta unit-unit pelaksananya secara
terperinci, lengkap dengan target wilayah prioritas. Objektif yang hendak dicapai dari
kebijakan ini jelas, yakni penurunan angka kasus positif secara lebih cepat dan
optimal.
Dalam dinamika penerapannya, PPKM Mikro juga menghadapi beberapa
kendala. Akseptansi dan kepatuhan masyarakat menjadi persoalan terbesar. Masih
banyak masyarakat yang belum patuh dalam menerapkan protokol kesehatan
standard seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menghindari
kerumunan. Hal ini banyak terlihat di ruang-ruang publik, seperti pasar tradisional,
pusat perbelanjaan modern, restoran, bahkan di rumah-rumah penduduk yang masih
menggelar hajatan seperti pernikahan dan kenduri di tengah pandemi, sehingga
kerumunan banyak orang menjadi tidak terhindarkan. Adanya libur hari raya di bulan
Mei 2021 juga turut menjadi faktor penyumbang bertambahnya kasus positif di tanah
air. Celah penularan semakin melebar ketika virus ini bermutasi menjadi varian baru
yang lebih ganas dan kontaminatif seperti Alpha dan Delta (terakhir ada Iota).
Sebagai konskeuensinya, pemerintah akhirnya melakukan kaji ulang terhadap
efektivitas pelaksanaan PPKM Mikro.
Kaji ulang ini melahirkan perkembangan kebijakan, yakni kebijakan Penebalan
PPKM Mikro yang diberlakukan selama empat belas hari, terhitung sejak 22 Juni
2021. Kebijakan ini memuat beberapa pengaturan, seperti jumlah pengunjung di
restoran atau rumah makan maksimal 25 persen dari kapasitas, jumlah pekerja
maksimal 25 persen yang berada di zona merah, larangan kegiatan belajar mengajar
secara tatap muka, serta larangan pelaksanaan kegiatan ibadah di tempat-tempat
ibadah. Seperti halnya PPKM Mikro, dinamika penyebaran Covid-19 yang
10

berlangsung sangat masif, sehingga menyebabkan lonjakan kasus positif, membuat


pemerintah melakukan langkah-langkah penguatan. Lonjakan ini dapat dilihat dari
data kasus positif yang terekam hingga mencapai lebih dari 20 ribu kasus per hari.
Penguatan ini dilakukan pemerintah dengan merubah skema Penebalan PPKM
Mikro menjadi PPKM Darurat yang berlaku di Jawa-Bali sejak 3 Juli 2021. Kebijakan
ini diterapkan dengan sistem assessment dan proses pemeringkatan (leveling).
Tercatat 48 kabupaten/kota masuk dalam kategori pandemi level 4, serta 74
kabupaten/kota dengan kategori pandemi level 3 di Jawa-Bali.
Pemerintah saat ini masih bergulat dengan penanganan penyebaran pandemi
Covid-19. Perubahan nomenklatur kebijakan dari PSBB, PPKM Jawa-Bali, PPKM
Mikro, Penebalan PPKM Mikro, hingga PPKM Darurat yang mengalami
perpanjangan berkali-kali menujukkan padatnya dinamika yang dijalani. Lonjakan
kasus positif memberikan dampak negatif yang signifikan di berbagai lini, seperti
terjadi kepadatan rumah sakit, sehingga banyak masyarakat yang terkena Covid-19
menjadi tidak terlayani secara optimal, kelangkaan alat-alat kesehatan dan
pendukunganya, seperti oksigen untuk medis, medikasi Covid-19, dan alat saturasi,
serta pembengkakan anggaran negara karena pemerintah harus mengimpor
kebutuhan yang tidak tersedia di dalam negeri, serta menyiapkan paket bantuan
sosial (bansos) sebagai insentif dari dijalankannya PPKM Darurat yang berdampak
pada goyangnya ketahanan ekonomi pelaku usaha.
Pencermatan yang dilakukan oleh penulis terhadap dinamika penyebaran
pandemi Covid-19 dan dinamika kebijakan penanganan yang dilakukan oleh
pemerintah, terutama kebijakan yang berbasis kesehatan seperti PPKM Mikro dan
PPKM Darurat yang bertujuan untuk menurunkan kasus, memiliki dua kendala
utama, sehingga berdampak pada goyangnya ketahanan nasional (ketahanan
ekonomi, politik, dan sosial budaya). Pertama, akseptansi dan kepatuhan
masyarakat menjadi kunci. Masyarakat harus dididik untuk menerima kebijakan
dengan mengedepankan pola pikir yang berorientasi pada kemaslahatan jangka
panjang. Kedua, agilitas pemerintah dalam merespons dinamika di lapangan
harus cepat dan tepat, tidak boleh terlambat. Apabila vaksinasi sudah dipercepat
eksekusinya di awal, maka gelombang kedua penyebaran pandemi Covid-19 seperti
yang terjadi saat ini tidak akan terjadi. Pemerintah baru melakukan speed-up
vaksinasi dan pembatasan aktivitas masyarakat secara ketat tatkala keadaan sudah
memburuk. Oleh sebab itu, sebagai langkah responsif ke depan, apapun
11

nomenklatur kebijakannya, maka perlu digagas strategi penguatan yang lebih


komprehensif.

PENUTUP
Secara faktual, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap
ketahanan nasional Indonesia, di seluruh gatra kehidupan. Hal ini secara eksplisit
menunjukkan bahwa ketahanan nasional sedang mengalami pelemahan. Dari sisi
kesehatan, terjadi lonjakan kasus positif dan tingginya angka kematian. Dari sisi
ekonomi, lonjakan kasus berdampak pada besarnya anggaran kesehatan yang
dialokasikan negara untuk penanganan. Masih dari sisi ekonomi, pembatasan
kegiatan masyarakat berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Dari sisi
sosial budaya, masyarakat mengalami gegar budaya. Terjadi perebutan jenazah
penderita Covid-19 oleh pihak keluarga, hingga kelompok-kelompok tertentu yang
belum bisa menerapkan moderasi beragama di era Covid-19. Hal ini menjadi fakta
empirik bahwa pandemi berdampak buruk terhadap ketahanan nasional.
PPKM Mikro adalah mekanisme yang ditempuh oleh pemerintah untuk
menekan laju pertambahan kasus positif Covid-19. Dalam dinamikanya, nomenklatur
PPKM Mikro ini mengalami perubahan menjadi Penebalan PPKM Mikro hingga
PPKM Darurat yang berbasis pemeringkatan wilayah. Hal ini menunjukkan tajamnya
dinamika yang terjadi di lapangan. Terlepas dari itu, apapun nomenklatur yang
dipakai, problematika mendasar yang menjadi faktor-faktor penyebab kegagalan
pemerintah dalam menjalankan PPKM Mikro dan sebagainya harus ditanggulangi.
Caranya adalah melakukan strategi penguatan yang holistik, integral dan
komprehensif, sebagai berikut:
1. Government Side: melakukan percepatan vaksinasi Covid-19 untuk mencapai
target kekebalan kelompok minimal 70 persen dari total jumlah penduduk,
melakukan kerja sama dengan banyak pihak untuk mendistribusikan vaksin dan
eksekusi vaksinasi (kerja sama dengan pelaku usaha (BUMN/BUMS) dan pihak
lainnya), pengawasan dan penegakan kedisiplinan masyarakat selama kegiatan
PPKM berlangsung, memastikan ketersediaan dan kesiapan fasilitas kesehatan
pendukung, seperti okupansi rumah sakit yang memadai, tersedianya alat-alat
kesehatan, tersedianya medikasi Covid-19 untuk pasien dan masyarakat umum,
menggalakkan aktivitas 3T untuk pemetaan kasus secara komprehensif,
menambah armada relawan untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan
12

yang berjuang saat ini, manajemen penyaluran insentif tenaga kesehatan yang
lebih cepat dan tepat, serta memastikan penyaluran jaring pengaman sosial
secara tepat sasaran.
2. People Side: mematuhi kebijakan pemerintah (PPKM) sebagai perwujudan
tanggung jawab dan kehadiran negara untuk melindungi masyarakat, mengikuti
sosialisasi kebijakan pemerintah yang dilakukan secara langsung atau daring
melalui media komunikasi terkait agar tidak terjadi miskomunikasi yang berujung
konflik antara masyarakat dan pemerintah, mematuhi protokol kesehatan,
mengikuti vaksinasi yang gencar dijalankan oleh pemerintah, mematuhi
pengaturan-pengaturan yang ada dalam kebijakan PPKM Mikro dan PPKM
Darurat, tidak menyebarkan hoaks selama kebijakan diterapkan, menjadi role
model bagi masyarakat sekitar untuk mereka yang mengemban jabatan seperti
Gub/Bup/Wakot, termasuk lingkup terkecil di RT/RW, dalam mematuhi protokol
kesehatan.
Strategi penguatan berbasis dua arah, yakni government side (pemerintah)
dan people side (masyarakat) seperti yang diuraikan di atas menjadi sebuah
kebutuhan untuk diterapkan secara komperehensif, konsisten, dan konsekuen oleh
semua pihak. Perubahan nomenklatur secara berkali-kali menunjukkan
ketidaksiapan dan kegagapan dalam merespons dinamika yang memburuk sangat
cepat di lapangan. Ketidaksiapan ini bersumber dari ketidakpatuhan dan
ketidakkonsistenan pemerintah dan masyarakat sendiri dalam mengemban dan
melaksanakan tugas/tanggung jawab/porsi masing-masing dalam pengendalian
wabah. Hal ini merupakan preseden buruk bagi upaya menjaga daya lenting atau
ketahanan nasional Indonesia. Komitmen dan sinergi yang sifatnya dua arah antara
pemerintah dan masyarakat menjadi kata kunci dalam penerapan kebijakan
penanganan Covid-10 di masa yang akan datang, terlepas dari apapun nomenklatur
kebijakan yang dipakai.

REFERENSI
“Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen”. Diakses di
https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-
resesi-ekonomi-kuartal-iii-2020-minus-349-persen?page=all
13

Anugerah, Boy. 2021. Gegar Budaya di Era Pandemi Covid-19. Diakses di


https://www.researchgate.net/publication/353042881_Gegar_Budaya_di_Era_P
andemi_Covid-19, DOI: http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.21370.82887
“Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020, pemerintah membentuk Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19”, diakses di
https://covid19.go.id/p/regulasi/keppres-nomor-7-tahun-2020-tentang-gugus-
tugas-percepatan-penanganan-covid-i9
“Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2020, pemerintah membentuk Komite Penaganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)”, diakses di
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/141403/perpres-no-82-tahun-
2020#:~:text=Perpres%20ini%20mengatur%20mengenai%20pembentukan,dan
%20bertanggung%20jawab%20kepada%20Presiden
“Disiplin 3M dan 3T Menjadi Kunci Penanganan Pandemi COVID-19”, diakses di
https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/disiplin-3m-dan-3t-menjadi-kunci-
penanganan-pandemi-covid-19/
“500 Hari Pandemi Covid-19 dan Target 5 Juta Vaksinasi Per Hari dari Jokowi”,
diakses di  https://nasional.kompas.com/read/2021/07/14/06220221/500-hari-
pandemi-covid-19-dan-target-5-juta-vaksinasi-per-hari-dari-jokowi?page=all
“Gonta-ganti Istilah dari PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, Apa Bedanya?”,
diakses di https://nasional.tempo.co/read/1478808/gonta-ganti-istilah-dari-psbb-
ppkm-mikro-ppkm-darurat-apa-bedanya/full&view=ok
Anugerah, Boy. 2021. PPKM Darurat dan Kompatibilitas Terhadap Konstitusi.
Diakses di
https://www.researchgate.net/publication/353192627_PPKM_Darurat_dan_Kom
patibilitas_Terhadap_Konstitusi, DOI:
http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.16177.10085
Suryohadiprojo, Sayidiman. Ketahanan Nasional Indonesia. DOI:
https://doi.org/10.22146/jkn.19163. Diakses di
https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/19163/12424
“Agus Widjojo: Ketahanan Nasional adalah Sebuah Keadaan yang Dihasilkan oleh
Sebuah Proses”, diakses di http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-
utama/1019-agus-widjojo-ketahanan-nasional-adalah-sebuah-keadaan-yang-
dihasilkan-oleh-sebuah-proses
14

“Inmendagri No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan Pembentukan
Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19”, diakses di
https://www.jogloabang.com/kesehatan/inmendagri-3-2021-ppkm-mikro-
pembentukan-posko-desa-kalurahan-pengendalian-covid-19

Anda mungkin juga menyukai