Oleh:
PENDAHULUAN
1
“Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen”. Diakses di
https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-resesi-ekonomi-kuartal-iii-
2020-minus-349-persen?page=all, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.00 WIB.
2
Anugerah, Boy. 2021. Gegar Budaya di Era Pandemi Covid-19. Diakses di
https://www.researchgate.net/publication/353042881_Gegar_Budaya_di_Era_Pandemi_Covid-19,
DOI: http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.21370.82887, pada 3 Agustus 2021, pukul 21. 15 WIB.
3
“Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020, pemerintah membentuk Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19”, diakses di https://covid19.go.id/p/regulasi/keppres-nomor-7-tahun-2020-
tentang-gugus-tugas-percepatan-penanganan-covid-i9, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.20 WIB.
2
yang lebih besar di kemudian hari. Salah satu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah adalah melalui penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat Berbasis Mikro (PPKM Mikro). Kebijakan PPKM Mikro ini merupakan
sekuens dari kebijakan-kebijakan sebelumnya, seperti Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), serta Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
Jawa-Bali yang diterapkan di tujuh provinsi sejak 11 Januari 2021. 8
PEMBAHASAN
Kebijakan publik adalah segala tindakan yang diambil oleh pemerintah yang
merupakan cerminan respons terhadap sirkumstansi yang ada, umumnya sebuah
permasalahan yang menyangkut kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Pemerintah merancang sebuah kebijakan publik dengan tujuan untuk memberikan
manfaat bagi masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat tersebut
(Government designs public policies with the broad purpose of expanding the public
good). Penyusunan kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah melalui
8
“Gonta-ganti Istilah dari PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, Apa Bedanya?”, diakses di
https://nasional.tempo.co/read/1478808/gonta-ganti-istilah-dari-psbb-ppkm-mikro-ppkm-darurat-apa-
bedanya/full&view=ok, pada 3 Agustus 2021, pukul 21.45 WIB.
4
9
Anugerah, Boy. 2021. PPKM Darurat dan Kompatibilitas Terhadap Konstitusi. Diakses di
https://www.researchgate.net/publication/353192627_PPKM_Darurat_dan_Kompatibilitas_Terhadap_
Konstitusi, DOI: http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.16177.10085, pada 3 Agustus 2021, pukul 23.29
WIB.
5
Lebih lanjut, Agus Widjojo mengemukanan bahwa dalam konteks krisis seperti
yang dihadapi oleh Indonesia saat ini, ketahanan nasional bersifat spesifik. Oleh
sebab itu, penanganan pandemi Covid-19 dalam rangka menjaga ketahanan
nasional harus ditempuh melalui langkah-langkah yang sifatnya spesifik. Langkah-
langkah spesifik tersebut antara lain: (1) proses pengambilan kebijakan berbasis
analisis dan data yang mamadai, (2) cara berfikir yang cerdas dari birokrasi
pemerintah, (3) mengembangkan kemitraan strategis dengan pihak swasta, (4)
operasi pemerintahan yang berdaya tahan dengan mengembangkan praktik terbaik
10
Suryohadiprojo, Sayidiman. Ketahanan Nasional Indonesia. DOI: https://doi.org/10.22146/jkn.19163.
Diakses di https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/19163/12424, pada 3 Agustus 2021, pukul 22.59
WIB.
11
“Agus Widjojo: Ketahanan Nasional adalah Sebuah Keadaan yang Dihasilkan oleh Sebuah Proses”,
diakses di http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/1019-agus-widjojo-ketahanan-
nasional-adalah-sebuah-keadaan-yang-dihasilkan-oleh-sebuah-proses, pada 3 Agustus 2021, pukul
23.09 WIB.
6
(best practices) dalam merespons krisis yang akan datang, (5) distribusi rantai
logistik perdagangan yang berketahanan, serta (6) pemberian stimulus secara efektif
kepada masyarakat.12
PPKM Mikro adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dalam
rangka mengendalikan penyebaran Covid-19 di wilayah-wilayah dengan sebaran
kasus positif tertinggi. Kebijakan ini memiliki dasar hukum, yakni Instruksi Menteri
Dalam Negeri (Inmendagri) No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan
Pembentukan Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19. Regulasi ini harus diotorisasi oleh gubernur
sebagai pejabat tertinggi di level provinsi, kemudian oleh bupati dan walikota sebagai
pejabat tertinggi di level kabupaten dan kotamadya, kemudian diteruskan dan
diotorisasi oleh pemerintah desa atau kelurahan, hingga ke tingkat RW dan RT untuk
dilaksanakan secara disiplin sesuai dengan tingkat kontaminasi Covid-19 di wilayah
masing-masing.13
12
Ibid.
13
“Inmendagri No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko
Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19”,
diakses di https://www.jogloabang.com/kesehatan/inmendagri-3-2021-ppkm-mikro-pembentukan-
posko-desa-kalurahan-pengendalian-covid-19, pada 4 Agustus 2021, pukul 12.07 WIB.
14
“Gonta-ganti Istilah dari PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, Apa Bedanya?” …, Op.Cit.
7
15
“Inmendagri No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko
Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19” …,
Op.Cit.
8
pelacakan kontak erat, kemudian melakukan isolasi secara mandiri untuk pasien
positif Covid-19 dan kontak erat dengan pengawasan yang dilakukan secara
ketat.
3. Zona Merah (Red Zone) dengan kriteria jika terdapat enam hingga sepuluh
rumah dengan kasus terkonfirmasi positif dalam satu RT selama tujuh hari
terakhir, maka skenario pengendaliannya adalah menemukan kasus suspek,
serta pelacakan kontak erat, kemudian melakukan isolasi secara mandiri untuk
pasien positif dan kontak erat dengan pengawasan ketat, melakukan penutupan
rumah ibadah, tempat bermain, serta tempat-tempat umum lainnya.
Pengecualian diberlakukan untuk sektor esensial.
4. Zona Merah (Red Zone) dengan karakteristik jika terdapat lebih dari sepuluh
rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama tujuh hari terakhir,
maka skenario pengendalian adalah pemberlakuan PPKM tingkat RT yang
meliputi sebagai berikut:
a) Finding kasus suspek dan tracing kontak erat.
b) Isolasi secara mandiri atau terpusat dengan pengawasan secara ketat.
c) Penutupan rumah ibadah seperti masjid, mushola, gereja, dan lainnya, tempat
bermain anak, tempat umum lainnya, kecuali sektor esensial.
d) Pelarangan kerumunan lebih dari tiga orang.
e) Pembatasan keluar masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00 WIB.
f) Peniadaan aktivitas sosial kemasyarakatan di lingkungan RT yang
menimbulkan kerumunan orang, serta berpotensi menimbulkan kontaminasi
penyakit.
Selain itu, pengaturan lainnya dalam PPKM Mikro adalah soal pembentukan
Posko Penanganan Covid-19 di tingkat desa dan kelurahan yang memiliki empat
fungsi utama, yakni (1) pencegahan/mitigasi, (2) penanganan/tindakan, (3)
pembinaan, serta (4) pendukung pelaksanaan penanganan Covid-19 di tingkat desa
dan kelurahan. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, Posko di desa atau
kelurahan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 di tingkat kecamatan, kabupaten,
kota, dan provinsi. Posko di desa dan kelurahan juga berkoordinasi dengan TNI,
Polri, dan disampaikan kepada Satgas Covid-19 Nasional, Kemenkes RI, serta
Kemendagri RI.
Merujuk latar belakang penyusunan kebijakan, serta mekanisme pengaturan
dan penerapan di lapangan, PPKM Mikro jelas merupakan sebuah kebijakan publik
9
yang ditujukan untuk merespons sirkumstansi yang ada di masyarakat, dalam hal ini
adalah penyebaran wabah penyakit Covid-19. Pada tahap identifikasi masalah bagi
perumusan kebijakan, ditemukan persoalan mengenai ketidakefektifan dan
inefisiensi dalam pelaksanaan kebijakan sebelumnya, yakni PPKM Jawa-Bali.
Meskipun sudah dilakukan pembatasan kegiatan masyarakat melalui skema
tersebut, provinsi-provinsi di Jawa-Bali masih menunjukkan peningkatan kasus positif
yang cukup signifikan (average 20 ribu kasus/hari). Hal inilah yang menjadi dasar
untuk melakukan revisi kebijakan menjadi PPKM Mikro yang berbasis komunitas dan
melakukan pembatasan hinga unit-unit terkecil di masyarakat. Pada tataran
implementasi, kebijakan ini juga memenuhi kaidah kebijakan, yakni pengaturan yang
jelas mengenai mekanisme pelaksanaan, serta unit-unit pelaksananya secara
terperinci, lengkap dengan target wilayah prioritas. Objektif yang hendak dicapai dari
kebijakan ini jelas, yakni penurunan angka kasus positif secara lebih cepat dan
optimal.
Dalam dinamika penerapannya, PPKM Mikro juga menghadapi beberapa
kendala. Akseptansi dan kepatuhan masyarakat menjadi persoalan terbesar. Masih
banyak masyarakat yang belum patuh dalam menerapkan protokol kesehatan
standard seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menghindari
kerumunan. Hal ini banyak terlihat di ruang-ruang publik, seperti pasar tradisional,
pusat perbelanjaan modern, restoran, bahkan di rumah-rumah penduduk yang masih
menggelar hajatan seperti pernikahan dan kenduri di tengah pandemi, sehingga
kerumunan banyak orang menjadi tidak terhindarkan. Adanya libur hari raya di bulan
Mei 2021 juga turut menjadi faktor penyumbang bertambahnya kasus positif di tanah
air. Celah penularan semakin melebar ketika virus ini bermutasi menjadi varian baru
yang lebih ganas dan kontaminatif seperti Alpha dan Delta (terakhir ada Iota).
Sebagai konskeuensinya, pemerintah akhirnya melakukan kaji ulang terhadap
efektivitas pelaksanaan PPKM Mikro.
Kaji ulang ini melahirkan perkembangan kebijakan, yakni kebijakan Penebalan
PPKM Mikro yang diberlakukan selama empat belas hari, terhitung sejak 22 Juni
2021. Kebijakan ini memuat beberapa pengaturan, seperti jumlah pengunjung di
restoran atau rumah makan maksimal 25 persen dari kapasitas, jumlah pekerja
maksimal 25 persen yang berada di zona merah, larangan kegiatan belajar mengajar
secara tatap muka, serta larangan pelaksanaan kegiatan ibadah di tempat-tempat
ibadah. Seperti halnya PPKM Mikro, dinamika penyebaran Covid-19 yang
10
PENUTUP
Secara faktual, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap
ketahanan nasional Indonesia, di seluruh gatra kehidupan. Hal ini secara eksplisit
menunjukkan bahwa ketahanan nasional sedang mengalami pelemahan. Dari sisi
kesehatan, terjadi lonjakan kasus positif dan tingginya angka kematian. Dari sisi
ekonomi, lonjakan kasus berdampak pada besarnya anggaran kesehatan yang
dialokasikan negara untuk penanganan. Masih dari sisi ekonomi, pembatasan
kegiatan masyarakat berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Dari sisi
sosial budaya, masyarakat mengalami gegar budaya. Terjadi perebutan jenazah
penderita Covid-19 oleh pihak keluarga, hingga kelompok-kelompok tertentu yang
belum bisa menerapkan moderasi beragama di era Covid-19. Hal ini menjadi fakta
empirik bahwa pandemi berdampak buruk terhadap ketahanan nasional.
PPKM Mikro adalah mekanisme yang ditempuh oleh pemerintah untuk
menekan laju pertambahan kasus positif Covid-19. Dalam dinamikanya, nomenklatur
PPKM Mikro ini mengalami perubahan menjadi Penebalan PPKM Mikro hingga
PPKM Darurat yang berbasis pemeringkatan wilayah. Hal ini menunjukkan tajamnya
dinamika yang terjadi di lapangan. Terlepas dari itu, apapun nomenklatur yang
dipakai, problematika mendasar yang menjadi faktor-faktor penyebab kegagalan
pemerintah dalam menjalankan PPKM Mikro dan sebagainya harus ditanggulangi.
Caranya adalah melakukan strategi penguatan yang holistik, integral dan
komprehensif, sebagai berikut:
1. Government Side: melakukan percepatan vaksinasi Covid-19 untuk mencapai
target kekebalan kelompok minimal 70 persen dari total jumlah penduduk,
melakukan kerja sama dengan banyak pihak untuk mendistribusikan vaksin dan
eksekusi vaksinasi (kerja sama dengan pelaku usaha (BUMN/BUMS) dan pihak
lainnya), pengawasan dan penegakan kedisiplinan masyarakat selama kegiatan
PPKM berlangsung, memastikan ketersediaan dan kesiapan fasilitas kesehatan
pendukung, seperti okupansi rumah sakit yang memadai, tersedianya alat-alat
kesehatan, tersedianya medikasi Covid-19 untuk pasien dan masyarakat umum,
menggalakkan aktivitas 3T untuk pemetaan kasus secara komprehensif,
menambah armada relawan untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan
12
yang berjuang saat ini, manajemen penyaluran insentif tenaga kesehatan yang
lebih cepat dan tepat, serta memastikan penyaluran jaring pengaman sosial
secara tepat sasaran.
2. People Side: mematuhi kebijakan pemerintah (PPKM) sebagai perwujudan
tanggung jawab dan kehadiran negara untuk melindungi masyarakat, mengikuti
sosialisasi kebijakan pemerintah yang dilakukan secara langsung atau daring
melalui media komunikasi terkait agar tidak terjadi miskomunikasi yang berujung
konflik antara masyarakat dan pemerintah, mematuhi protokol kesehatan,
mengikuti vaksinasi yang gencar dijalankan oleh pemerintah, mematuhi
pengaturan-pengaturan yang ada dalam kebijakan PPKM Mikro dan PPKM
Darurat, tidak menyebarkan hoaks selama kebijakan diterapkan, menjadi role
model bagi masyarakat sekitar untuk mereka yang mengemban jabatan seperti
Gub/Bup/Wakot, termasuk lingkup terkecil di RT/RW, dalam mematuhi protokol
kesehatan.
Strategi penguatan berbasis dua arah, yakni government side (pemerintah)
dan people side (masyarakat) seperti yang diuraikan di atas menjadi sebuah
kebutuhan untuk diterapkan secara komperehensif, konsisten, dan konsekuen oleh
semua pihak. Perubahan nomenklatur secara berkali-kali menunjukkan
ketidaksiapan dan kegagapan dalam merespons dinamika yang memburuk sangat
cepat di lapangan. Ketidaksiapan ini bersumber dari ketidakpatuhan dan
ketidakkonsistenan pemerintah dan masyarakat sendiri dalam mengemban dan
melaksanakan tugas/tanggung jawab/porsi masing-masing dalam pengendalian
wabah. Hal ini merupakan preseden buruk bagi upaya menjaga daya lenting atau
ketahanan nasional Indonesia. Komitmen dan sinergi yang sifatnya dua arah antara
pemerintah dan masyarakat menjadi kata kunci dalam penerapan kebijakan
penanganan Covid-10 di masa yang akan datang, terlepas dari apapun nomenklatur
kebijakan yang dipakai.
REFERENSI
“Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen”. Diakses di
https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-
resesi-ekonomi-kuartal-iii-2020-minus-349-persen?page=all
13
“Inmendagri No. 3 Tahun 2021 tentang PPKM Berbasis Mikro dan Pembentukan
Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19”, diakses di
https://www.jogloabang.com/kesehatan/inmendagri-3-2021-ppkm-mikro-
pembentukan-posko-desa-kalurahan-pengendalian-covid-19