INDONESIA
RM. Hurrun Prasetio Nugroho1), M. Falique Caecidio2), Fadli Ambat3), Joshua
Linson Yeum4) M. Bagastama Pane5)
1
Politik Pemerintahan, Politik Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Email: hurrun_prasetio@yahoo.co.id; falique96@gmail.com; fadliambat27@gmail.com.
Abstrak
Corona Virus Desease 2019 atau Covid-19 merupakan Pandemi yang telah mewabah ke
seluruh Dunia. pandemi yang pertama kali di temukan di Wuhan, China juga telah
meluas ke seluruh Provinsi di Indonesia. Jumlah kasus yang terkonfirmasi virus ini
sampai dengan Tanggal 26 April 2020 telah mencapai 8882 kasus, sembuh 1107 kasus,
dan yang meninggal sebanyak 743 kasus. Dengan adanya peningkatan jumlah kasus
yang sangat signifikan tersebut pemerintah mengambil langkah untuk melakukan
Pembatsan Sosial Berskala besar. PSBB dilaksankan dengan tujuan untuk mencegah
penyebarluasan Virus di suatu wilayah. Bagi yang melanggar kebijakan tersebut akan
diberikan sanksi sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Namun di balik tujuannya yang mulia, PSBB ternyata banyak menimbulkan
beberapa Dampak baik dalam aspek ekonomi, sosial budaya, maupun transportasi.
Kajian ini menggunakan study pustaka dari berbagai referensi.
Abstract
Corona Virus Desease 2019 or Covid-19 is a pandemic that has spread throughout the
world. The pandemic that was first discovered in Wuhan, China has also expanded to all
provinces in Indonesia. the number of confirmed cases of the virus as of April 26, 2020
has reached 8882 cases, recovered 1107 cases, and 743 cases have died. With a very
significant increase in the number of cases the government is taking steps to carry out
large-scale social bathing. PSBB is implemented with the aim of preventing the spread of
the virus in an area. For those who violate the policy will be given sanctions as stipulated
in the legislation in force. But behind its noble aims, the PSBB turned out to have caused
a number of impacts both in economic, socio-cultural, and transportation aspects. This
study uses library research from various references.
I. PENDAHULAN
Akhir 2019 lalu, dunia digemparkan dengan adanya Pandemi Virus
Corona atau Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Virus ini pertama kali
ditemukan di Wilayah Wuhan, China. Sampai dengan awal April 2020, jumlah
kasus Covid sebanyak 2,2 juta kasus di seluruh Dunia 1. Pada tanggal 18 April
2020, jumlah positif corona di Indonesia sebanyak 6,248 kasus dimana yang
masih dalam perawatan sebanyak 5,082, meeeninggal 535, dan sembuh sebanyak
631. Kasus Covid-19 di Indonesia bertambah secara signifikan setiap hari. Hal ini
dapat dilihat dari grafik berikut,
Grafik perrkembangan Covid-19 di Indonesia
1
Covid19.go.id
.
Sumber: Covid19.go.id
7
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang Kekarantinaan Kesehatan pasal 1 angka 1.
8
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang kekarantinaan Kesehatan Pasal 14 ayat (1)
9
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang kekarantinaan Kesehatan Pasal 15 ayat (2)
10
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang kekarantinaan Kesehatan Pasal 49 ayat (1)
11
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang kekarantinaan Kesehatan Pasal 49 ayat (2)
12
UU No. 6 Tahun 2008 tentang Kekarantinaan Kesehatan pasal 1 Angka 11.
Penerapan pembatasan Sosial berskala besar ini dilakukan selama masa
ingkubasi terpanjang yaitu 14 (empat belas) hari, jika selama itu masih ditemukan
masih adanya penyebaran Virus tersebut maka akan diperpanjang sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan13. Daerah yang akan memberlakukan PSBB harus
mendapatkan persetujuan dari Kemenkes dengan sayarat telah memenuhi kriteria
dalam pemberlakaun PSBB seperti peningktan jumlah Kasus serta peningkatan
jumlah kematian di wilayah tersebut.
Dalam penerapannya, PSBB memiliki beberapa cangkupan yang harus
dilaksakan oleh pemerintah daerah yang mengadakan PSBB tersebut, paling
sedikit meliputi; (1) Liburan sekolah dan tempat kerja, (2) Pembatasan kegiatan
keagamaan, (3) Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum14.
Tabel 4.1
SEPULUH PROVINSI TERTINGGI YANG TERPAPAR COVID-19 DI
INDONESIA
No Provinsi Terkonfirmasi Sembuh Meninggal
1 DKI Jakarta 3.798 335 353
2 Jawa Barat 912 93 77
3 Jawa Timur 785 138 87
4 Jawa Tengah 649 72 58
5 Sulawesi Selatan 440 99 36
6 Banten 370 33 39
7 Nusa Tenggara Barat 195 20 4
8 Bali 186 75 4
9 Kalimantan selatan 146 10 6
10 Papua 141 32 6
Sumber: Covid19.go.id (Update Tanggal 26 April 2020, Pukul 16.00)
15
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 ayat (3)
Setiap daerah yang akan melakukan PSBB, harus mendapatkan
persetujuan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan ketentuan harus
memenuhi kriteria untuk melaksanakan PSBB, diantaranya adalah jumlah kasus
serta peningkatan jumlah kematian di wilayah tersebut.
Pemerintah daerah sebelum mengambil tindakan untuk melakukan PSBB
di daerahnya, harus benar-benar mengkaji terlebih dahulu tentang kesiapan suatu
daerah baik dari aspek anggaran serta dampak yang akan dihadapi pasca
pemberlakuan kebijakan tersebut.
Pemberlakuan PSBB ini akan menimbulkan bebarapa dampak baik dari
aspek Ekonomi, sosial budaya, transportasi dan lain sebagainya.
Dampak Ekonomi
Dengan adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau
PSBB, menurut Ekonom Institute for Development of Economics & Finance
(INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara, PSBB akan berdampak pada semua
sektor bisnis yang ada di wilayah yang melakukan PSBB tersebut, terutama pada
sektor-sektor yang bukan penyedia kebutuhan dasar publik sebagaimana yang
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Dampak dari
pemberlakuan PSBB ini sangat dirasakan oleh masyarakat yang memiliki
pekerjaan dalam bidang informal, seperti Tukan Ojek Online. Dalam Peraturan
Menteri kesehatan tersebut, pemerintah melarang Driver Ojek online untuk
mengangkut penumpang.
Selain Driver ojek Online, masih banyak juga masyarakat yang merasa
resah dengan adanya PSBB. Seseprti para Tenaga Harian Lepas, pedagang
asongan, dan lainnya, kemudian beranggapan bahwa PSBB hanya akan
menghalangi mereka untuk mencari nafkah. Setelah PSBB diberlakukan, banyak
yang kehilangan pekerjaan dan alhasil tidak dapat manafkahi keluarganya dengan
baik.
Apabila pemberlakuan PSBB ini tidak diiringi dengan pemberian jaminan
kepada masyarakat yang terdampak, diprediksikan Indonesia akan mengalami
krisis ekonomi dan akan menambah dampak yang lain seperti tingginya angka
kriminalitas seperti pencurian, pemalakan, sampai dengan tindakan pembunuhan.
Hal tersebut menurut Pengamat Kriminologi, Yudhi Pratama, dikarenakan
pendapatan yang sedikit sedangkan kebutuhan akan biaya sangat besar.
Dampak Transportasi
Setelah diberlakukan PSBB berdampak pula pada transportasi massal
seperti Kereta Rel Listrik (KRL), LRT, maupun MRT. Transportasi yang
menggunakan rel ini secara otomatis mengurangi jam operasionallnya serta
mewajibkan setiap penumpang untuk menggunakan masker.
Pembatasan jam operasional transportasi tersebut menimbulkan
penumpukkan penumpang kereta di beberapa stasiun. PSBB dilakukan untuk
mencegah penyebarluasan Virus dengan melakukan Physical distancing, tapi
kenyataannya malah menyebabkan terjadi penumpukan penumpang yang
menggunakan jasa transportasi umum itu.
V. KESIMPULAN
Penyebaran Covid-19 di Indonesia telah meluas ke seluruh provinsi.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 yang dirilis setiap hari melalui laman web resmi Covid19.co.id, jumlah
kasus yang terkonjfirmasi sebanyak 8882 kasus, sembuh 1107, dan meninggal
sebanyak 743 kasus. Peningkatan kasus yang sangat signifikan tersebut membuat
pemerintah mengambil keputusan untuk melakukan Pembatasan Sosial berskala
besar pada wilayah yang memiliki jumlah kasus yang tergolong tinggi serta
tingkat kematiannya yang juga tinggi. Pembatasan sosial berskala besar tersebut
dalam penerapannya membatasi beberapa hal, yaitu, (1) Liburan sekolah dan
tempat kerja, (2) Pembatasan kegiatan keagamaan, (3) Pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum16.
Dengan adanya pembatasan tersebut, diharapkan mampu untuk mencegah
penyebarluasan virus Covid-19 di suatu wilayah. Namun pada kenyataannya,
PSBB ini juga menimbulkan beberapa dampak baik dari aspek ekonomi, sosial
budaya, maupun transportasi di Indonesia.
16
UU No. 6 Tahun 2008 Tentang kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 ayat (3)
VI. DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Moh. Nazir. 2011. Metode Penelitian. Surabaya: Ghalia Indonesia.
Andi Prastowo. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-ruzzmedia.
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19);
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan;
Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana Dalam Keadaan Tertentu;
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
LAINNYA
https://covid19.go.id/peta-sebaran, diakses pada tanggal 26 April 2020.
https://news.detik.com/kolom/d-4963967/konsekuensi-yuridis-pembatasan-sosial-
berskala-besar, diakses pada tanggal 16 April 2020.
https://economy.okezone.com/read/2020/04/18/320/2201111/9-fakta-dampak-
psbb-ke-transportasi-penumpukan-hingga-krl-tetap-beroperasi. diakses
pada tanggal 17 April 2020.
https://economy.okezone.com/read/2020/04/18/320/2201111/9-fakta-dampak-
psbb-ke-transportasi-penumpukan-hingga-krl-tetap-beroperasi. diakses
pada tanggal 17 April 2020.