Anda di halaman 1dari 16

PERAN KESDAM XVIII KASUARI DALAM PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN COVID - 19

Coronavirus disease 2019, atau yang disebut juga dengan COVID-19, merupakan penyakit infeksi
virus Corona jenis baru yang berasal dari Wuhan, Cina. Penyakit yang umumnya menyerang saluran
pernapasan ini dapat menyebar dari manusia ke manusia dan menyebabkan risiko kesehatan
masyarakat yang serius. Di Indonesia, sampai tanggal 24 Maret, kasus konfirmasi positif COVID-19 sudah
mencapai 579 kasus dengan angka kematian mencapai 8%. Oleh karena itu, berbagai kebijakan
pemerintah serta upaya kesehatan masyarakat dilakukan untuk menekan angka penyebaran infeksi.

pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir 2019 lalu. Penyebaran virus yang belum
ditemukan penawarnya itu hingga kini tak terkendali. Sudah 200 lebih negara di dunia melaporkan
adanya kasus terpapar virus corona.

Di Indonesia kasus ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret
lalu. Data hingga Sabtu, 28 Maret 2020 jumlah warga yang dinyatakan positif terkena virus corona
mencapai 1.155 dan 102 di antaranya meninggal dunia.

Pemerintah melalui Keputusan Presiden RI pada tanggal 13 April 2020 mengeluarkan Keppres
No. 12 Tahun 2020 menetapkan bencana non alam penyebaran Coronavirus disease 2019 (Covid 19)
sebagai bencana nasional. Sebulan sebelumnya tanggal 13 Maret keluar Keppres tentang Gugus tugas
Percepatan Penanganan Coronavirus disease 2019 (Covid 19).

Pertimbangan penetapan keppres 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam
Penyebaran Coronavirus disease 2019 (Covid 19) sebagai bencana nasional adalah :

Pertama, bahwa bencana non alam yang disebabkan oleh penyebaran Coronavirus disease 2019
(Covid 19) telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya
cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek social ekonomi yang
luas di Indonesia. Kedua, World Health Organization (WHO) telah menyatakan Covid 19 sebagai Global
Pandemic tanggal 11 Maret 2020.

Sebagai negara yang tumbuh dan berkembang kita mengalami pertambahan penduduk yang
cukup signifikan. Nah, apakah pertambahan penduduk diikuti oleh penyebaran yang merata. Beberapa
waktu lalu dimana penduduk masih belum banyak, Co2 yang dikeluarkan belum sebanyak sekarang.
Dengan adanya berbagai perubahan kimiawi di udara dan Tanah, sehingga terjadi proses yang tidak
seimbang dimana segala kemungkinan bias terjadi.

Mengetahui hal itu, Pimpinan TNI bergerak cepat memerintahkan jajaran masing – masing untuk
memaksimalisasi kemampuan yang ada di matra masing – masing termasuk di dalamnya peralatan
kesehatan untuk mendukung penanganan pandemi ini. Seluruh Kesdam Jajaran TNI AD diperintahkan
untuk memaksimalkan dan meningkatkan kapasitas kemampuan Rumah sakit yang ada di Jajaran
sehingga bisa memberikan dampak positif kepada prajurit, PNS dan Keluarga di Jajajran Angkatan Darat.

Pada saat Covid 19 mulai merebak seluruh Indonesia Kesdam XVIII/Kasuari melalukan berbagai
upaya sesuai himbauan pemerintah untuk memutus mata rantai virus covid 19 melalukan pemeriksaan
covid (antibody) Covid 19 kepada prajurit TNI, PNS dan keluarga. Keterlibatan Prajurit Kesdam
XVIII/Kasuari dalam menangani pandemic Covid 19 tentu melalui suatu landasan hukum yang kuat. Salah
satunya yakni Keputusan Presiden (Keppres) No. 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Desease 2019 (Covid 19) yang ditetapkan pada 13 Maret 2020 dan berlaku
sejak saat itu.

Kesdam XVIII/Kasuari melaksanakan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka


menyukseskan penanganan Pandemi COVID-19 di wilayah Papua Barat. Namun dalam pelaksanaannya
belum memberi hasil yang signifikan di awal penanganan kasus kepada Prajurit TNI, PNS dan Keluarga,
Bahkan jumlah kasus semakin meningkat. Pemerintah kemudian menyadari bahwa pendekatan social
distancing ataupun physical distancing yang mengandung himbauan-himbauan tidaklah cukup untuk
merubah perilaku Prajurit TNI, PNS dan Keluarga yang kemudian berpengaruh terhadap dapat
ditekannya kasus penularan secara optimal.

Regulasi penanganan wabah penyakit yang baik, termasuk dalam penanganan COVID-19 harus
memberi ruang partisipasi anggota TNI dan Keluarga yang seluas luasnya. Hal ini sangat penting
mengingat pemerintah memiliki sejumlah keterbatasan untuk melakukannya sendiri. Selain itu,
partisipasi anggota TNI dan Keluarga yang tinggi dapat mempermudah pelaksanaan program. Dalam hal
ini, ketika anggota TNI dan Keluarga diposisikan sebagai subjek, maka dengan sendirinya mereka ikut
mengambil tanggung jawab didalam upaya pencegahan penyebaran dan penularan Covid 19.

Pelaksanan penanganan pandemi COVID-19 pada prajurit TNI di wilayah Kodam XVIII/Kasuari
dipengaruhi faktor-faktor pendorong dan penghambat penanganan pandemi COVID-19 di wilayah
tersebut. Berikut ini faktor yang mendukung dalam penanganan Pandemi COVID-19 di wilayah Kodam
XVIII/Kasuari antara lain :

a. Dukungan dari Pimpinan

Dukungan dan perhatian Dari Komando atas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi Kesdam
XVIII/Kasuari dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehingga dapat menghasilkan akuntabilitas kinerja
yang optimal.

b. Kerjasama antar lintas sektor

Dalam penanganan COVID-19 ini tentunya Kesdam XVIII/Kasuari tidak mampu bergerak sendiri dalam
mengatasi pandemi COVID-19 keterlibatan lintas sektor lainnya seperti Dinas Kesehatan Provinsi, Kota
dan Kabupaten, kepolisian, BPBD dan organisasi kemasyarakatan harus berjalan secara seirama demi
keberhasilan dalam penanganan pandemi COVID-19 ini.

c. Ketersediaan Anggaran

Ketersediaan anggaran merupakan salah satu hal kunci dalam mengatasi permasalahan dalam
penanganan COVID-19 sehingga program dan kegiatan yang telah direncakan dapat dilaksanakan.
Sedangkan faktor penghambat dalam penanganan pandemic COVID-19 di Kesdam XVIII/Kasuari antara
lain :

a. Masih banyak Prajurit TNI, PNS dan Keluarga masih kurang paham akan bahaya virus COVID-19. Pola
pikir serta kebiasaan buruk personil dengan mudahnya mempercayai bebagai berita yang tidak valid
yang beredar membuat rendahnya tingkat kesadaran serta kefahaman akan bahaya COVID-19.

b. Kesulitan dalam menemukan identitas dalam pelacakan Kasus.

Pelacakan kasus merupakan salah satu metode dalam mengejar kontak erat sehingga keterbukaan dari
setiap personil sangat dibutuhkan, namun kejadian di lapangan menunjukkan masih berkembang stigma
negatif ketika seseorang terkonfirmasi positif dan enggan untuk membuka diri.

c. Masih rendahnya upaya testing COVID-19

Dalam penanganan pandemi COVID-19 upaya untuk peningkatan angka testing merupakan suatu cara
yang sangat efektif untuk menekan angka penularan, terlebih setelah dilakukan penelusuran melalui
pelacakan kontak erat. Namun kejadian dilapangan menunjukkan upaya testing masih belum berjalan
maksimal dikarenakan hanya difokuskan bagi yang bergejala saja.
Faktor- Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam penanganan pandemi COVID-19
pada Prajurit TNI dan Keluarga serta upaya yang telah diambil untuk mengatasi hambatan kegiatan
terkait dengan meningkatkan kesadaran prajurit dan keluarga untuk membiasakan diri untuk memakai
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M) karena ini merupakan sarana yang
paling ampuh

dan murah dalam mengatasi pandemi COVID-19 ini. Selain faktor diatas, Faktor lain untuk mencegah
meningkatnya Covid 19 adalah Social distancing yaitu pembatasan perjalanan jauh, dan promosi serta
edukasi yang tepat ke masyarakat merupakan bentuk dari upaya kesehatan masyarakat dalam memutus
mata rantai penyebaran virus Corona. Social distancing merupakan Salah satu pencegahan yang sangat
penting untuk menekan angka penyebaran penyakit COVID-19 adalah dengan menjaga jarak dan
menghindari kerumunan/keramaian. Pertemuan besar seperti festival musik, ibadah, perayaan adat,
konferensi, dan pertemuan politik sebaiknya dibatasi bahkan ditunda. Infeksi virus Corona akan sangat
mudah menular pada kegiatan-kegiatan masal. Social distancing merupakan penurunan frekuensi dan
durasi kontak sosial dari berbagai usia, bertujuan untuk mengurangi transmisi virus. Fasilitas umum
seperti sekolah, universitas, tempat ibadah, tempat hiburan, dan kawasan umum merupakan tempat-
tempat yang sebaiknya ditutup untuk sementara waktu. Perkantoran juga merupakan tempat yang
dapat meningkatkan risiko infeksi tertinggi. Oleh karena itu, rotasi kerja atau bahkan penerapan kerja di
rumah (work from home) dapat dilakukan. Penggunaan telemedicine, konferensi video, dan belajar di
rumah juga dapat diterapkan. Karantina di rumah atau berdiam diri di rumah secara sukarela merupakan
tindakan terbaik yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi beban kerja dari sistem kesehatan
saat ini.

Perjalanan dari atau luar kota atau negeri atau daerah yang terjangkit merupakan kontributor
penting dari transmisi penyakit ini. Pembatasan perjalanan tentunya menjadi pilihan terbaik saat ini
untuk mengurangi peningkatan prevalensi kasus. Pengurangan frekuensi transportasi (kereta dan
pesawat) dan membatasi rute dapat dilakukan untuk mengurangi perjalanan. Memanfaatkan Media
Sosial untuk Edukasi dan Promosi Kesehatan Masyarakat Berbagai promosi kesehatan sudah dilakukan
di berbagai media sosial. Promosi kesehatan dilakukan mencakup informasi mengenai penyakit,
bagaimana penyebaran, pola hidup bersih dan sehat, serta peran serta masyarakat dalam menekan
angka penyebaran penyakit melalui social distancing. Tindakan pencegahan penularan dalam praktik
sehari-hari yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah:
Cuci tangan dengan air dan sabun mengalir selama 40-60 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol
70% jika air dan sabun tidak tersedia

Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut jika tangan belum dibersihkan

Menjaga jarak antar individu minimal 1 meter

Menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit

Saat sedang sakit, sebaiknya menggunakan masker bedah dan tetap tinggal di rumah dan pergi ke
fasilitas kesehatan jika perlu

Etika batuk dan bersin yang baik, seperti menutup mulut dengan tissue atau dengan lengan baju

Bersihkan dan lakukan desinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh

Munculnya berbagai informasi dari berbagai sumber mengenai penyakit COVID-19, tata laksana,
pencegahan, dan segala yang berhubungan dengan COVID-19, memunculkan banyak pemberitaan yang
tidak tepat (hoax) dari sumber-sumber yang tidak terpercaya. Pernyataan bahwa virus ini merupakan
teori konspirasi yang digunakan sebagai senjata biologis atau ditemukannya berbagai obat dan herbal
mencegah infeksi virus Corona telah banyak beredar di media sosial.

Oleh karena itu, Kesdam XVIII/Kasuari perlu meluruskan informasi-informasi yang salah sehingga tidak
menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan terhadap Prajurit dan Keluarga di lingkungan Kodam
XVIII/Kasuari.

Penutupan jalan atau akses dalam lingkungan asrama TNI (Lockdown atau karantina) merupakan
tindakan pemisahan atau pembatasan pergerakan masyarakat yang dapat berpotensi menyebarkan
penyakit. Metode karantina sudah dilakukan oleh beberapa kota dan terbukti efektif dalam mengurangi
penyebaran virus Corona. Namun, perlu diperhitungkan efek negatif yang dapat timbul setelah periode
karantina yang panjang, seperti timbulnya rasa bosan sehingga memicu stress akut, gangguan mood,
dan depresi. Selain itu, keterbatasan dan lonjakan harga kebutuhan rumah tangga akibat panic buying,
terutama bahan makanan pokok, juga menjadi beban saat ini. Oleh karena itu, Kodam XVIII/Kasuari
melakukan pembatasan kepada setiap prajurit dan keluarga untuk tetap berada dalam asrama untuk
menghindari Kontak dengan masyarakat luar sehingga penyebaran covid 19 di Asrama dapat
dihindarkan dan memperhatikan kebutuhan setiap prajurit dan keluarga.

Untuk melengkapi upaya pencegahan dan penanggulangan Covid -19 maka pemerintah
memerintahkan untk melaksanakan serbuan vaksinasi Covid-19,vaksinasi dilakuan secara bertahap atau
bergelombang mulai dari tenaga medis sampai dengan masayrakat umum yang dibagi lagi dari lansia
sampai usia remaja atau anak sekolah yang berusia 6 tahun,selama belum tercapainya kekebalan
imunitas atau herd Immuunity maka pencegahan yang paling efektif kepatuhan protocol kesehatan oleh
seluruh individu prajurit,PNS dan keluarga yaitu melakukan upaya 3 M.uapaya Komunikasi,Informasi dan
Edukasi (KIE) kepada seluruh personel dan keluarga harus dilakukan seimbang antara Vaksinasi dan
menjaga protocol kesehatan,Langkah penanganan pandemic Covid-19 tidak bias dilakukan secara
tunggal, namun harus konprehensif dan berkesinambungan dengan melibatkan protocol kesehatan yang
ketat demi memutus rantai penularan Covid-19.pada waktu yang bersamaan upaya ini harus di dukung
oleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mereka yang sakit/terpapar Covid -19 semakit
sedikit dan dapat menongkrat angka kesembuhan,dan dalam hal ini akan menjadi sempurna jika
serbuan Vaksinasi dilakukan untuk mengurangin kerentanan terinfeksi pengembangan keparahan gejala
penyakit dan peluang penularan kepada orang lain, Vaksinasi Covid -19 bertujuan sbb

a. Menurunkan kesakitan dan kematian akibat Covid -19

b. Mencapai kekebalan kelompok 9herd immunity) untuk mencegah penularan dan melindungin
kesehatan prajurit,PNS dan keluarga

c. Melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh;dan

d. Menjaga Produktifitas dan meminimalisasi dampak social dan ekonomi

Tahapan vaksinasi Covid 19 di Indonesia dengan mempertimbangkan ketersediaan vaksin, waktu


kedatangan dan profil keamanan vaksin 19 di lingkungan Kesdam XVIII/Kasuari serbuan vaksinasi sudah
dilakukan di semua wilayah Kodam XVIII/Kasuari yang dilakukan oleh FKTP dengan sasaran kepada
Prajurit, PNS, Keluarga serta Masyarakat Umum.

Berdasarkan hasil Analisa yang telah dilakukan penulis berkaitan dengan peranan Kesdam
XVIII/Kasuari dalam penanganan pandemi COVID-19 pada Prajurit, PNS dan Keluarga di Kodam
XVIII/Kasuari, Faktor- Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam penanganan pandemi
COVID-19 pada prajurit, PNS dan keluarga serta upaya yang telah diambil untuk mengatasi hambatan,
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Peranan Kesdam XVIII/Kasuari dalam penanganan
pandemi COVID-19 pada prajurit,PNS dan keluarga telah dilaksanakan dengan cukup baik namun dalam
hal ini perlu ditingkatkan lagi, terutama dalam hal program dan kegiatan terkait dengan meningkatkan
kesadaran prajurit,PNS dan keluarga untuk membiasakan diri untuk memakai masker, menjaga jarak,
dan mencuci tangan dengan sabun (3M) karena ini merupakan sarana yang paling ampuh dan murah
dalam mengatasi pandemi COVID-19 ini. Serta Social distancing, pembatasan perjalanan jauh, dan
promosi serta edukasi yang tepat ke Prajurit, PNS dan keluarga harus berkesinambungan dengan
pemberian Vaksinasi sehingga upaya dalam memutus mata rantai penyebaran virus Corona dapat
terwujud.

Coronavirus disease 2019, atau yang disebut juga dengan COVID-19, merupakan penyakit infeksi virus
Corona jenis baru yang berasal dari Wuhan, Cina. Penyakit yang umumnya menyerang saluran
pernapasan ini dapat menyebar dari manusia ke manusia dan menyebabkan risiko kesehatan
masyarakat yang serius. Di Indonesia, sampai tanggal 24 Maret, kasus konfirmasi positif COVID-19 sudah
mencapai 579 kasus dengan angka kematian mencapai 8%. Oleh karena itu, berbagai kebijakan
pemerintah serta upaya kesehatan masyarakat dilakukan untuk menekan angka penyebaran infeksi.

Sekilas tentang Virus Corona

Virus Corona merupakan virus RNA yang memiliki kapsul dan tidak bersegmen. Virus Corona dapat
menyebabkan gejala ringan, seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan; gejala berat, seperti sesak
napas pada pneumonia dan sindrom distres pernapasan akut; bahkan kematian. Namun, beberapa
kasus juga dapat bersifat asimptomatik. Infeksi virus Corona dapat menimbulkan manifestasi yang lebih
berat pada pasien dengan imunokompromais dan kelompok tertentu, seperti usia lanjut, ibu hamil, dan
pasien dengan penyakit komorbid, seperti diabetes mellitus, gagal jantung, dan hipertensi.[1-4]

Virus Corona ditransmisikan melalui droplet, masuk ke dalam saluran pernapasan atas, lalu bereplikasi di
epitel saluran pernapasan. Pada pemeriksaan Rontgen toraks dapat terjadi adanya infiltrat atau
konsolidasi paru yang luas.[1,3]

Flattening the Curve

Infeksi virus Corona sudah menjadi pandemi atau wabah di seluruh belahan dunia. Pada pandemi
seperti COVID-19 ini, terdapat kurva epidemiologi yang menggambarkan jumlah kasus baru dan waktu
sejak kasus pertama kali ditemukan. Kurva tersebut memiliki tiga fase, yaitu fase awal, tengah, dan
akhir. Pada fase awal, penyakit COVID-19 sudah mulai terjadi tetapi individu yang terinfeksi tidak
mengetahui dan tetap melakukan mobilisasi/perjalanan sehingga menularkan ke orang lain.
Pada fase tengah, terdapat adanya lonjakan yang cukup pesat dalam waktu singkat. Lonjakan kurva
menggambarkan jumlah kasus baru yang banyak sehingga melebihi kapasitas fasilitas kesehatan. Hal ini
terjadi karena individu yang terinfeksi virus Corona tidak melakukan isolasi diri sehingga dapat
menyebar dengan sangat cepat.

Pada fase akhir, terjadi penurunan kurva yang dapat terjadi ketika semua orang sudah mengalami
infeksi, vaksin telah ditemukan, atau seluruh pasien COVID-19 meninggal.

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah lonjakan kurva pada fase tengah. Ketidakseimbangan antara
jumlah tenaga kesehatan dan jumlah pasien, baik yang termasuk kriteria kasus COVID-19 maupun pasien
dengan penyakit lainnya, dapat menyebabkan peningkatan angka mortalitas akibat tidak tertanganinya
pasien dengan optimal. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat perlu bekerjasama
melakukan upaya untuk melandaikan kurva tersebut sehingga dapat mengurangi penyebaran virus.[5,6]

Social distancing merupakan kunci penting yang dapat memutus mata rantai penularan virus corona.
Tindakan ini dapat menurunkan penyebaran penyakit sehingga tidak melebihi kapasitas fasilitas
kesehatan yang ada saat ini. Social distancing yang dapat dilakukan adalah isolasi diri, yaitu dengan
berada di rumah (belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah), menghindari keramaian, menjaga jarak
dan tidak melakukan perjalanan ke luar kota atau negeri.

Selain itu, praktik pola hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus,
seperti praktik cuci tangan yang benar, etika batuk, dan penggunaan masker saat sedang sakit infeksi
saluran pernapasan.[5,6]

Gambar 1. Flattening The Curve.


Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Mengatasi Pandemi COVID-19

Dengan semakin meningkatnya wabah COVID-19 di Indonesia dengan angka kematian yang tinggi hingga
mencapai 8% (tertinggi di ASEAN), pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat perlu bekerjasama
dalam mencegah penyebaran virus Corona. Berbagai strategi mitigasi dari berbagai faktor yang dapat
dilakukan adalah:

Efek Negatif dari Lockdown

Lockdown atau karantina merupakan tindakan pemisahan atau pembatasan pergerakan masyarakat
yang dapat berpotensi menyebarkan penyakit. Metode karantina sudah dilakukan oleh beberapa negara
dan terbukti efektif dalam mengurangi penyebaran virus Corona. Namun, perlu diperhitungkan efek
negatif yang dapat timbul setelah periode karantina yang panjang, seperti timbulnya rasa bosan
sehingga memicu stress akut, gangguan mood, dan depresi. Selain itu, keterbatasan dan lonjakan harga
kebutuhan rumah tangga akibat panic buying, terutama bahan makanan pokok, juga menjadi beban saat
ini. Oleh karena itu, sebaik pemerintah memikirkan upaya lanjutan untuk hal ini.[11]

Kesimpulan

COVID-19 merupakan penyakit infeksi virus yang saat ini sudah menjadi pandemi di dunia. Di Indonesia
kasus COVID-19 mulai meningkat dengan angka kematian yang tinggi mencapai 8%. Kerja sama antara
pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk melandaikan kurva
epidemiologi COVID-19 sehingga dapat mencegah penyebaran virus ini. Pemberlakukan social distancing
dengan berdiam di rumah, penutupan sekolah, perkantoran, dana berbagai acara yang melibatkan
banyak orang merupakan strategi yang paling penting saat ini. Selain itu, pembatasan perjalanan dari
atau ke luar kota/negeri juga diberlakukan. Promosi dan edukasi kesehatan juga gencar dilakukan di
berbagai media sosial sehingga masyarakat dapat mendapatkan informasi dengan benar.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 silam menyebabkan perubahan di berbagai
aspek kehidupan, terutama sangat berpengaruh signifikan di aspek kesehatan masyarakat. Sehingga,
pelaksanaan program-program bidang kesehatan kini terfokus pada penanganan Covid-19.

Covid 19 menuntut untuk melakukan perubahan, baik dalam hal cara berpikir, cara berperilaku, dan cara
bekerja. Tantangan selanjutnya adalah cara berpikir dan cara berperilaku yang dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan tangguh terhadap ancaman penyakit termasuk dari penyakit hari
esok.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko
PMK Agus Suprapto menyampaikan, situasi pandemi Covid-19 membutuhkan kemitraan berbagai pihak
dan kesiapan sumber daya manusia pendukungnya.

Agus mengatakan, peran tenaga kesehatan masyarakat sangat penting dalam penanganan Covid-19
pada setiap level intervensi. Utamanya pada level masyarakat untuk melakukan komunikasi risiko dan
edukasi masyarakat terkait protokol kesehatan untuk melawan Covid-19. Kemudian untuk melakukan
contact tracing & tracking (penyelidikan kasus dan investigasi wabah), serta fasilitasi dan pemberdayaan
masyarakat.
Menurut dia, tenaga kesehatan masyarakat memiliki kemampuan dalam memahami pola-pola promotif
dan preventif Covid-19 di masyarakat. Itu diperlukan dalam merancang program dan kebijakan untuk
mempercepat penanganan Covid-19.

Hal itu disampaikannnya saat membuka Rapat Koordinasi Sinkronisasi dan Pengendalian 'Peran Tenaga
Kesehatan Masyarakat dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia' yang diselenggarakan Kemenko PMK
bersama Ikatan Tenaga kesehatan masyarakat Indonesia (IAKMI) di Sari Pasific Hotel, Jakarta, pada
Jumat (7/8).

"Tenaga kesehatan masyarakat sangat perlu dilibatkan secara optimal dalam banyak aspek promotif dan
preventif kesehatan masyarakat. Para tenaga kesehatan masyarakat bisa berinovasi dan menciptakan
strategi percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia, dengan fokus utama edukasi dan berdayakan
masyarakat dan fokus kedua perkuat pelayanan kesehatan" ujar Deputi Agus.

Berbagai strategi dan program penanganan Covid-19 diusulkan dalam rapat koordinasi ini oleh para
akademisi dan para pengurus IAKMI yang hadir. Strategi yang diusulkan seperti menempatkan tenaga
kesehatan masyarakat di tempat-tempat umum yang berisiko tinggi penularan virus. Itu dilakukan
sebagai upaya mempromosikan adaptasi kebiasaan baru dan protokol kesehatan oleh di tenaga
kesehatan masyarakat.

Rapat koordinasi menetapkan rekomendasi kebijakan untuk optimalisasi peran tenaga kesehatan
masyarakat dalam penanganan Covid-19. Optimalisasi yang perlu dilakukan yaitu: Perlengkapan
instrumen sumber daya manusia untuk Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) seperti di Puskesmas,
Penguatan instrumen kebijakan pembiayaan untuk UKM, serta pengembagaan kelembagaan rujukan
sekunder dan tersier untuk UKM.
Selanjutnya, penguatan peran kantor kecamatan dan kantor kelurahan desa untuk pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan, dan integrasi tenaga kesehatan masyarakat di tingkat puskesmas perlu
juga dilakukan. Selain itu, kepastian hukum juga diperlukan untuk mengoptimalkan peran tenaga
kesehatan masyarakat.

Mewakili Deputi Agus Suprapto, Kepala Bidang Pelayanan Dasar dan Rujukan Kemenko PMK Nani Rohani
megatakan, Kemenko PMK mengharapkan program inovasi IAKMI dalam bentuk usulan kebijakan,
strategi dan upaya yang konkrit dalam penanganan COVID-19 ini bisa segera disampaikan kepada
Menko PMK.

"Beliau (Menko PMK) sangat mendorong upaya percepatan penanganan Covid-19. Ini bisa menjadi
kesempatan bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk menyampaikan usulan dan didukung oleh Menko
PMK," ujar Nani Rohani.

Rapat koordinasi dihadiri oleh Sekretaris Badan PPSDM Kemenkes Trisa Wahjuni Putri, Ketua Umum PP
IAKMI Ede Surya Darmawan, Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia
(AIPTKMI) Agustin Kusumayati, perwakilan Kemendagri, perwakilan Dinas Kesehatan Jakarta, Kepala
Puskesmas di DKI Jakarta, serta para akademisi bidang kesehatan masyarakat dan para pengurus pusat
dan daerah IAKMI.

Peningkatan jumlah kasus aktif COVID-19 tidak hanya terjadi di Kabupaten Purwakarta, namun terjadi
dalam skala nasional, hampir merata di seluruh penjuru nusantara.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Deni Darmawan melalui
sambungan selulernya, Sabtu (26/6/2021).

Menurutnya, peningkatan penyebaran yang menyebabkan jumlah kasus aktif COVID-19 ini meningkat
tajam, harus disikapi dengan tindakan yang extraordinary atau dengan langkah yang luar biasa.

"Yang pertama, percepatan penanganan ini harus dilakukan bersama-sama dengan gugus tugas, TNI dan
Polri. Dan tak kalah penting juga adalah partisipasi dan peran seluruh lapisan masyarakat yang harus
proaktif dengan pelaksanaan prokes baik 3T maupun 5M," katanya.

Kemudian, lanjut Deni, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuka atau menyiapkan
ruang isolasi mandiri untuk pasien COVID-19 dari klaster industri di Prime Biz Hotel, Kalihurip dengan
biaya sewa yang ditanggung oleh masing-masing perusahaan.

Selain itu, vaksinasi juga harus terus menerus dilakukan oleh para vaksinator tanpa mengenal hari kerja
atau hari libur.

“Seperti yang kami lakukan hari ini. Hari ini seharusnya kami libur. Namun kami lakukan vaksinasi
dengan jumlah sasaran hampir mencapai 4000 orang. Sebelumnya pada tanggal 23 dan 25 Juni juga
sasaran hampir mencapai 4000 orang yang di vaksin," imbuhnya.

Deni juga mengungkapkan bahwa pada awal pekan depan atau tepatnya, Senin (28/6/2021), pihaknya
juga akan membuka kembali bekas Gedung Puskesmas Maracang di Jalan Raya Industri untuk tempat
isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 yang berasal dari tenaga kesehatan dan masyarakat.
"Sebagaimana diketahui, dinas kesehatan tidak hanya mengurus COVID-19 saja. Kami juga masih harus
mensukseskan vaksinasi agar mencapai herd immunity dengan target diatas 70 persen dari jumlah
penduduk. Provinsi yang mendekati capaian 70 persen herd immunity adalah Provinsi Bali," katanya.

Menurutnya, Kabupaten Purwakarta juga harus membuka pelayanan vaksinasi dengan sistem drive thru,
jika persediaan vaksinnya memadai dengan didukung aplikasi yang modern menggunakan barcode agar
tidak terjadi antrian yang lama.

"Selain masalah COVID-19, Dinkes juga dituntut harus mampu menangani kasus gizi buruk, stunting,
penyakit TBC, HIV Aids dan demam berdarah. Oleh karena itu, kami menghimbau kepada masyarakat
untuk jangan lengah pada musim pancaroba ini, tetap lakukan pola hidup sehat," ujarnya.

Deni mengungkapkan peran serta masyarakat dalam situasi pandemi ini menjadi sumberdaya utama
dalam penanganan dan respon, khususnya sebagai perespon awal. Berbagai bentuk kontribusi dan
inisiatif yang muncul dimasyarakat menjadi modal sebagai bagian dari penanganan respon COVID-19
dilingkungan masyarakat.

"Tanpa peran serta masyarakat mustahil kami bisa menangani pandemi ini secara cepat. Peningkatan
konfirmasi ini pun adalah hasil dari tracing yang terus-menerus dilakukan yang hasilnya dapat menjaring
penderita-penderita yang ada ditengah masyarakat, pegawai dan kalangan industri," ujarnya.

Sampai saat ini, lanjut Deni, pihaknya sudah melakukan hampir 27.000 test PCR. Belum lagi jika
ditambah dengan tes PCR yang dilakukan oleh Labkes Provinsi dan rumah sakit-rumah sakit swasta dan
Labkes swasta.

Sebagai Kepala Dinas Kesehatan, Deni juga mengucapkan belasungkawa dan dukacita yang mendalam
kepada istri salah satu tenaga kesehatan di Purwakarta yang meninggal dunia dalam kondisi hamil 8
bulan. Dan juga kepada para tenaga kesehatan yang tersebar di Puskesmas-puskesamas dan rumah sakit
yang terpapar COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai