Anda di halaman 1dari 9

IMPLIKASI KEDARURATAN NEGARA TERHADAP KONTROL KEKUASAAN

STUDI : PRODUK HUKUM DARURAT SAAT PANDEMI COVID-19

Penulis : Romzul Fayadh

romzul007@gmail.com

UNIVERSITAS iSLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Pendahuluan

Di penghujung tahun 2020 pemerintah menetapkan keadaan darurat Di Indonesia, sejak kasus
Covid-19 tahun 2019, dunia dihebohkan oleh penyebaran penyakit baru yang mematikan yakni
Covid-19. Sejak diumumkan pertama kali oleh WHO sebagaiHealth Emergency of International
Concern (PHEIC)1. Berbagai negara menerapakan kebijakan-kebijakan pembatasan aktivitas
sosial yang berujung pada terbatasnya akses sosial masyarakat, mulai dari bekerja, bersekolah,
atau aktivitas-aktivitas lainya.

Dalam kondisi krisis seperti ini setiap negara memiliki dasar hukum untuk menentukan
kebijakan-kebijakan dalam kondisi krisis kesehatan seperti hal ini. Kondisi darurat seperti ini
membuat pemerintah harus menentukan kebijakan yang secepat dan sebaik mungkin demi
menyelematkan jutaan warga negaranya dari kondisi darurat krisis kesehatan ini. Indonesia
tergolong lamban dalam mengatasi masalah pandemi ini karena , sejak kasus covid-19 pertama
kali diumumkan , setidaknya butuh waktu kurang lebih satu bulan 2. Kebijakan tersebut yakni
Keppres No.11 Tahun 2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyrakat corona virus
disease dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 2020.

1
World Health Organization, “Statement on theSecond Meeting of the International HealthRegulations (2005) Emergency
CommitteeRegarding the Outbreak of Novel Coronavirus(2019-NCoV),” accessed February 10,
2021,https://www.who.int/news/item/30-01-2020-statement-on-the-second-meeting-of-the-international-health-regulations-
(2005)-emergency-committee-regarding-the-outbreak-of-novel-coronavirus-(2019-ncov).

2
Rizki Bagus Prasetio, PANDEMI COVID-19: PERSPEKTIF HUKUM TATA NEGARA DARURAT DAN PERLINDUNGAN HAM, Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum Vol.15 No.2 , Juli 2021, Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum dan HAM, Jakarta.
Implikasi kedaruratan negara membuat kontrol kekuasaan pemerintah bisa mendadak berubah,
karena pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan karena implikasi kedaruratan
tersebut yang tidak bisa ditolerir dan belum ada kebijakan yang mengatur sebelumnya. Dalam
hal ini pemerintah mempunya kekuasaan lebih untuk mengatur masyarakat karena adanya
kedaruratan dan krisis kesehatan yang melanda negara Indonesia.

PEMBAHASAN

Pemerintah (bestuur) selaku pelaksana kebijakan politik negara mempunyai wewenang


sebagaimana diberikan oleh peraturan perundang-undangan yangberlaku atau berdasarkan
pada asas legalitas untuk mengendalikan pemerintahan,memimpin atau mengatur
warganegaranya, memberi petunjuk, menggerakkanpotensi, memberi arah, mengkoordinasikan
kegiatan, mengawasi, mendorong dan melindungi masyarakatnya3.

Negara hukum modern cenderung untuk menjadi negara hukum yang progresif bilamana dilihat
dari inisiatif untuk mewujudkan kesejahteraan umum yang datangnya selalu dari pihak negara
(pemerintah) artinya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum maka negara akan selalu
aktif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan rakyat yang harus “meminta-minta” untuk
dilayani oleh negara.4

Dalam praktik penyelenggaraan negara atau pemerintahan sering terjadi hal-hal yang tidak
normal dalam menata kehidupan kenegaraan, di mana sistem hukum yang biasa digunakan
tidak mampu mengakomodasi kepentingan negara atau masyarakat sehingga memerlukan
pengaturan tersendiri untuk menggerakkan fungsi-fungsi negara agar dapat berjalan secara

3
Muin Fahmal, Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih,Penerbit
Kreasi Total Media, Yokyakarta, 2008, hlm. 100.

4
Muhammad Syarif Nuh, Hakekat Keadaan Darurat Negara (State Of Emergency) sebagai Dasar Pembentukan Peraturan
PemerintahPengganti Undang-Undang, JURNAL HUKUM NO. 2 VOL. 18 APRIL 2011: 229 - 246, Fakultas Hukum, Universitas
Muslim Indonesia.
efektif guna menjamin penghormatan kepada negara dan pemenuhan hak-hak dasar warga
negara5.

Maka dengan demikian untuk mengatasi hal-hal tidak normal seperti adanya kedaruratan krisis
dan lain sebagainya, secara konstitusional sudah diatur dalam pasal 22 UUD 1945 , yang
berbunyi ; (1) dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (2) peraturan Pemerintah harus mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut; (3) jika tidak mendapat
persetujuan maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut.

Maka dengan demikian implikasi kedaruratan negara bisa diatasi dengan adanya kebijakan
kebijakan dari pemerintah, yang dalam kasus ini adalah pandemi covid-19.

A. Kondisi kekuasaan Negara Saat Pandemi Covid-19

Dengan adanya krisis kesehatan karena pandemi covid-19 negara dengan kekuasaanya
membentuk produk-produk hukum melalui orotitas penyelenggara negara yang diberi otorisasi
legislasi namun harus sesuai dengan tujuan UUD 1945, ,sebagai atensi dari adanya implikasi
kedaruratan negara karena pandemi covid-19 .

Dengan adanya kondisi seperti ini kekuasaan negara juga menjadi darurat kontrol juga karena
kondisi darurat krisis kesehatan seperti ini melibatkan seluruh warga negara, dimana kebijakan-
kebijakan yang dibentuk oleh otoritas harus sesuai, bijak, tepat dan cepat agar kondisi
kedaruratan tersebut bisa segata teratasi.

Karena pandemi covid-19 ini bersifat pandemi yang luar biasa maka pemerintah berhak
menentukan kebijakan yang terkait karena hal ihwal kegentingan seperti yang disebutkan pada
pasal 22 ayat 1 UUD 1945.

Pada dasarnya sesuai demokrasi kekuasaan negara tetap ditangan rakyat, hanya saja kebijakan-
kebijakan yang hadir merupakan produk dari elite rakyat yang menduduki kursi pemerintahan.
Maka dengan demikian di satu sisi rakyat masih memegang kekuasaan tertinggi namun di satu

5
Ibid
sisi rakyat harus tunduk oleh aturan yang dibentuk oleh elite rakyat yang duduk dikursi
pemerintahan.

B. Produk Hukum pada masa pandemi covid-19

Produk salah satunya adalahnya undang-undang, dimana undang-undang bersifat mengikat


semua pihak baik pemerintah yang mengeluarkan produk itu sendiri sampai rakyat dan sifatnya
memaksa. Produk hukum juga merupakan suatu alat kontrol kekuasaan khususnya dalam
keadaan darurat dimana pemerintah juga harus tunduk dengan hukum itu sendiri. Berikut
adalah produk hukum yang dihasilkan semasa pandemi covid-19 :

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penetapan Perppu 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
COVID-19 dan dalam Rangka Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau
Stabilitas Sistem Keuangan.

UU Nomor 2 Tahun 2020 merupakan pengesahan atau penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan dalam Rangka
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau Stabilitas Sistem Keuangan
menjadi Undang-undang6

UU ini berisi tentang defisit anggaran sebanyak 3% lebih dari produk domestik bruto dan
kebijakan adanya relokasi dan refocusing anggaran untuk pemulihan perekonomian negara. Hal
ini terlihat contohnya pada penangguhan pembayaran cicilan selama 1 tahun penuh,
perpanjangan waktu pembayaran wajib pajak, keringanan dan atau pembebasan bea masuk.
Langkah ini diambil oleh pemerintah untuk sebagai bentuk kekuasaan negara dalam mengatasi
masalah stabilitas keuangan dan perekonomian negara.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

6
M.Beni Kurniawan, POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK
ASASI ATAS KESEHATAN , Jurnal HAM Vol.12 No.1 April 2021, Universitas Indonesia, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) mengatur tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) 7. PSBB adalah pembatasan aktivitas tertentu suatu
penduduk pada daerah atau kawasan yang diduga terinfeksi COVID-19 dengan tujuan untuk
mencegah penyebaran lebih yang lebih luas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau oleh
Pemerintah Daerah berdasarkan persetujuan dari menteri kesehatan 8.

Namun PSBB merupakan kebijakan pemerintah yang cukup ambigu karena pada dasarnya
sudah ada UU karantina yang mengatur apabila terjadi wabah hebat. Pemerintah dicurigai tidak
mau memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan hewan ternak sesuai UU karantina apabila
pemerintah menerapkak UU karantina, sehingga pemerintah lebih memilih PSBB. Namun,
disinilah letak ke ambiguanya dimana pemerintah mengatur masyarakat untuk tetap berada
dirumah namun tidak ada jaminan dari pemerintah untuk kelangsungan hidup mereka sehari-
hari.

Lamban waktu pandemi mulai turun dan PSBB diturunkan menjadi PPKM, sesuai pengumuman
pemerintah yang disiarkan melalui media televisi yang disampaikan oleh Bapak Luhut Binsa
Pandjaitan pada 9 mei 2022 bahwa PPKM akan terus berlangsung sampai waktu yang tidak
ditentukan.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan


Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Ada dua poin penting dalam Keputusan Presiden tersebut yang pertama yaitu menetapkan
COVID-19 sebagai pandemi yang mengakibatkan kedaruratan kesehatan masyarakat 9, Kedua,
menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat akibat COVID-19 wajib dilakukan langkah-

7
Ibid

8
Ibid

9
Ibid
langkah pe-nanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku10.

C. Implikasi Pandemi Terhadap Kontrol Kekuasaan

Pandemi Covid-19 menjadi faktor dari anjloknya beberapa stabilitas negara, baik politik, pemerintahan,
ekonomi, kesehatan ,pendidikan bahkan sosial budaya. Sektor-sektor tersebut mendapatkan hambatan
yang cukup besar, padahal sektor-sektor diatas merupakan sektor vital yang menjalankan suatu negara.
Selain itu pandemi juga memiliki dampak yang cukup besar bagi kontrol kekuasaan negara yang
notabene sedang darurat, tepatnya mengalami darurat kesehatan atau krisis kesehatan. Banyak
kebijakan-kebijakan baru yang muncul karena pandemi seperti ini, yang berupa larangan dan anjuran.
Banyak sekali penindakan-penindakan "kreatif" bagi yang melanggar dan ada pula penindakan yang
tegas bagi yang melanggar.

Pada saat pandemi seperti ini kontrol kekuasaan dan bagaimana cara berjalanya negara sangat berporos
pada pemerintah yang saat ini sedang menjabat. Masyarakat hampir tidak bisa berkutik karena
kebijakan darurat yang dibentuk pemerintah karena adanya pandemi ini. Namun pada kasus ini
kekuasaan pemerintah tidak boleh secara mutlak karena bisa melanggar Ideologi pancasila, sehingga
masyarakat juga ikut mengawasi jalanya aturan dengan menyampaikan aduan-aduanya melalui platform
media sosial, baik secara individu maupun yang sudah disediakan pemerintah.

Pada dasarnya walaupun kontrol penuh saat pandemi seperti ini ada pada pemerintah, namun bukan
berarti kekuasaan mutlak berada pada pemerintah. Kekuasaan tetap berada ditangan rakyat,
pemerintah hanya mengontrol jalanya negara saat pandemi dan tetap berada pada pengawasan rakyat.
Memang kekuasaanya tidak mutlak, tapi masyarakat menyoroti satu orang sosok yakni Luhut Binsar
Pandjaitan karena beliau memegang beberapa jabatan penting di negara ini alias lebih dari satu. Namun
bukan berarti beliau menjadi pejabat super power karena rakyat masih tetap mengawasi

Kesimpulan

Sejak kasus Covid-19 menyebar berbagai negara menerapakan kebijakan-kebijakan pembatasan


aktivitas sosial yang berujung pada terbatasnya akses sosial masyarakat, mulai dari bekerja, bersekolah,

10
Ibid
atau aktivitas-aktivitas lainya. Dalam kondisi krisis seperti ini setiap negara memiliki dasar hukum untuk
menentukan kebijakan-kebijakan dalam kondisi krisis kesehatan seperti hal ini.

Implikasi kedaruratan negara membuat kontrol kekuasaan pemerintah bisa mendadak berubah, karena
pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan karena implikasi kedaruratan tersebut yang tidak
bisa ditolerir dan belum ada kebijakan yang mengatur sebelumnya. Dalam hal ini pemerintah
mempunya kekuasaan lebih untuk mengatur masyarakat karena adanya kedaruratan dan krisis
kesehatan yang melanda negara Indonesia.

Dengan adanya kondisi seperti ini kekuasaan negara juga menjadi darurat kontrol juga karena kondisi
darurat krisis kesehatan seperti ini melibatkan seluruh warga negara, dimana kebijakan-kebijakan yang
dibentuk oleh otoritas harus sesuai, bijak, tepat dan cepat agar kondisi kedaruratan tersebut bisa segata
teratasi. Karena pandemi covid-19 ini bersifat pandemi yang luar biasa maka pemerintah berhak
menentukan kebijakan yang terkait karena hal ihwal kegentingan seperti yang disebutkan pada pasal 22
ayat 1 UUD 1945.

Pada dasarnya sesuai demokrasi kekuasaan negara tetap ditangan rakyat, hanya saja kebijakan-
kebijakan yang hadir merupakan produk dari elite rakyat yang menduduki kursi pemerintahan. Salah
satu produknya adalah undang-undang, dimana undang-undang bersifat mengikat semua pihak baik
pemerintah yang mengeluarkan produk itu sendiri sampai rakyat dan sifatnya memaksa. Produk hukum
juga merupakan suatu alat kontrol kekuasaan khususnya dalam keadaan darurat dimana pemerintah
juga harus tunduk dengan hukum itu sendiri.

Contoh produknya asalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penetapan Perppu No. 1 Tahun
2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
COVID-19 dan dalam Rangka Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau Stabilitas
Sistem Keuangan. UU ini berisi tentang defisit anggaran sebanyak 3% lebih dari produk domestik bruto
dan kebijakan adanya relokasi dan refocusing anggaran untuk pemulihan perekonomian negara. Hal ini
terlihat contohnya pada penangguhan pembayaran cicilan selama 1 tahun penuh, perpanjangan waktu
pembayaran wajib pajak, keringanan dan atau pembebasan bea masuk. By

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun
2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease (COVID-19) mengatur tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) .

Setelah semua itu terjadi pada akhirnya kekuasaan tetap berada ditangan rakyat dan pandemi bukan
menjadi alasan adanya kekuasaan yang over power, karena dari sisi manapun itu tidak sesuai dengan
ideologi kita. Banyak sekali drama yakni salah satu yang paling mencuat yakni peraturan untuk PSBB,
yang bertolak belakang dengan UU karantina, dan hal-hal kecil seperti potongan bantuan tunai,
kekurangan bahan makanan pokok bagi pasien karantina mandiri dan lain-lain.

Namun pada akhirnya kontrol kekuasaan tetap berjalan disaat pandemi dimana rakyat sebagai
pengawas dan pemerintah sebagai promoto, serta tidak ada yang namanya over power karena alasan
pandemi , keadaan darurat ataupun krisis.

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, “Statement on theSecond Meeting of the International


HealthRegulations (2005) Emergency CommitteeRegarding the Outbreak of Novel
Coronavirus(2019-NCoV),” accessed February 10, 2021,https://www.who.int/news/item/30-01-
2020-statement-on-the-second-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-
emergency-committee-regarding-the-outbreak-of-novel-coronavirus-(2019-ncov).

Muin Fahmal, Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam Mewujudkan
Pemerintahan Yang Bersih,Penerbit Kreasi Total Media, Yokyakarta, 2008, hlm. 100.

Rizki Bagus Prasetio, PANDEMI COVID-19: PERSPEKTIF HUKUM TATA NEGARA DARURAT
DAN PERLINDUNGAN HAM, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum Vol.15 No.2 , Juli 2021, Badan
Penelitian Dan Pengembangan Hukum dan HAM, Jakarta.

Muhammad Syarif Nuh, Hakekat Keadaan Darurat Negara (State Of Emergency) sebagai
Dasar Pembentukan Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang, JURNAL HUKUM NO. 2
VOL. 18 APRIL 2011: 229 - 246, Fakultas Hukum, Universitas Muslim Indonesia.
M.Beni Kurniawan, POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PANDEMI
COVID-19 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI ATAS KESEHATAN , Jurnal HAM Vol.12 No.1
April 2021, Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai