Anda di halaman 1dari 16

PEMBERLAKUAN KARANTINA WILAYAH SEBAGAI UPAYA

REPRESIF PEMERINTAH DALAM MENEKAN ANGKA KASUS


PENULARAN COVID-19

WAHYU FEBRIANTO
MUHAMMAD FERGENTSYAH ADAM
DUWI YUDHANENGTYAS GALULARASATI MAHARANI PUTRI

KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI MAHASISWA


ANTAR PERGURUAN TINGGI SE-INDONESIA XIV TAHUN 2021

UNIVERSITAS WIDYAGAMA
MALANG
OKTOBER 2021

i
LEMBAR ORISINALITAS ARTIKEL ILMIAH
KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI MAHASISWA
ANTAR PERGURUAN TINGGI SE-INDONESIA XIV
TAHUN 2021

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Wahyu Febrianto
NIM : 191741018152421
Asal Universitas : Universitas Widyagama Malang
Alamat : Jl. Borobudur No. 35 Malang
Judul : Pemberlakuan Karantina Wilayah Sebagai Upaya
Represif Pemerintah dalam Menekan Angka Kasus
Penularan Covid-19

Menyatakan bahwa artikel ilmiah yang kami sertakan dalam kegiatan


Kompetisi Debat Konstitusi Mahasiswa Antar Perguruan Tinggi se-Indonesia
XIV Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi adalah hasil
karya kami sendiri, bukan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain dan belum
pernah diikutkan dalam segala bentuk perlombaan serta belum pernah
dipublikasikan dimanapun.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa artikel ilmiah kami tidak sesuai
dengan pernyataan kami, maka secara otomatis karya ilmiah kami dianggap
gugur. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Malang, 27 Oktober 2021


Mengetahui Ketua Tim Debat

(Dr. Purnawan Dwikora Negara, S.H.,M.H) (Wahyu Febrianto)


NIP. 196510251991031003 NIM.191741018152421

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...................................................................................................i
LEMBAR ORISINALITAS..................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
A. PENDAHULUAN.............................................................................................1
B. PEMBAHASAN................................................................................................5
1. Urgensi Pemberlakuan Karantina Wilayah Sebagai Upaya Represif
Pemerintah dalam Menekan Angka Kasus Penularan Covid-19..................5
2. Pentingnya Sinergi Antara Pemerintah dan Masyarakat dalam
Pelaksanaan Kebijakan Karantina Wilayah..................................................8
C. PENUTUP.......................................................................................................10
1. Kesimpulan..................................................................................................10
2. Rekomendasi...............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 : Daftar Grafik Penurunan Kasus Harian Covid-19


Hingga 27 Oktober 2021................................................................7

iv
A. Pendahuluan

Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disebut dengan Covid-19
dewasa ini merupakan wabah penyakit yang sangat berbahaya yang menjangkiti
hampir seluruh dunia. Suatu penyakit apabila merupakan penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban
disebut sebagai Epidemi.1 Dengan kata lain epidemi merupakan penyakit yang
tidak secara tetap berjangkit di suatu daerah dan kadang disebut wabah. 2
Epidemik suatu penyakit dapat mempengaruhi sejumlah besar individu di
beberapa kawasan. Proporsi penduduk yang diserang disebut “ambang
epidemik” dan jika kasusnya melampaui ambang epidemik maka disebut telah
terjadi suatu “epidemik”. Apabila seluruh dunia ikut mengalaminya maka
disebut “pandemik”. Dengan demikian virus Covid-19 ditetapkan statusnya
sebagai Pandemi.3
Termasuk saat ini negara Indonesia masih terus berupaya melawan virus
Covid-19 ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Covid-19 terus
bertambah setiap harinya dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak
juga sedikit yang meninggal. Usaha dalam penanganan dan pencegahan terus
dilakukan demi melawan pandemi Covid-19. Melihat keadaan yang demikian,
Tindakan politik yang hadir untuk mengatasi pandemi ini hampir di berbagai
negara adalah pemberlakukan kontrol sosial, karantina penduduk, pengelolaan
informasi kesehatan bagi masyarakat. Selain itu pemerintah tentu nya
memutuskan melibatkan adanya mentri maritim dan investasi untuk mangatur
dan mengelelola karantina wilayah. (PPKM)
Negara mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengatur dan pengendali
kesehatan warga negara dalam suasana kekacauan masa akibat pandemi. Negara
mempunyai otoritasnya untuk mengambil segala tindakan untuk mencegah
terjadinya lonjakan terhadap penyebaran Covid 19. Dalam menanggulangi lebih
jauh penyebaran Covid-19 ini, pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan 3

1
Sri Kardjati, et.al, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1985), hlm. 43
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) hlm. 267
3
Silpa Hanoatubun, 2020, Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia,
dalam Jurnal Education, Psychology and Counseling Vol. 2 No. 1 hlm. 146-153.

1
(tiga) regulasi dengan nuansa pembatasan mobilitas sosial dalam menekan kasus
penularan Covid-19. Ketiga regulasi tersebut yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam rangka mempercepat penanganan Covid-19 (PP No.
21/2020);
2. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Covid-10 (Kepres No. 11/2020);
3. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Covid-19 di
Wilayah Jawa dan Bali.
Ketiga regulasi tersebut merupakan produk penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan sebagaimana tanggungjawab Pemerintah sebagai suatu bentuk
perlindungan kesehatan kepada masyarakat dari segala penyakit dan/atau dari
faktor resiko kesehatan masyarakat yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan suatu keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Penyelenggaraan kekarantinaan wilayah ini dilakukan dengan cara
kegiatan pengamatan penyakit dan faktor resiko kesehatan masyarakat terhadap
alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan, serta dari ketanggapan terhadap
suatu kedaruratan kesehatan di masyarakat dalam bentuk karantina kesehatan.
Salah satu tindakan kekarantinaan kesehatan yang saat ini masih berlaku adalah
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Covid-19 di
Wilayah Jawa dan Bali.4
Tindakan-tindakan tersebut meliputi pembatasan dari kegiatan tertentu
penduduk dalam suatu wilayah yang diduga sudah terinfeksi Covid-19, termasuk
didalamnya yaitu pembatasan terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk
satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu dalam upaya memutus penyebaran
Covid-19 ini. Pembatasan tersebut paling tidak dilakukan melalui meliburkan
sekolah dan tempat kerja, membatasi sementara kegiatan keagamaan dan/atau
juga pembatasan kegiatan di fasilitas-fasilitas umum. Meliburkan sekolah dan
tempat kerja serta membatasi kegiatan keagamaan harus juga tetap
4
Susiwijono Moegiarso, “Penerapan PPKM untuk Mengendalikan Laju Covid-19 dan
Menjaga Kehidupan Masyarakat” dalam https://ekon.go.id/publikasi/detail/3159/penerapan-ppkm-
untuk-mengendalikan-laju-covid-19-dan-menjaga-kehidupan-masyarakat, diakses pada tanggal 26
Oktober 2021.

2
mempertimbangkan kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja, dan ibadah dari
penduduk. Dalam pembatasan kegiatan pada umum atau fasilitas umum
dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Yang
dimaksud dengan "kebutuhan dasar penduduk", antara lain, kebutuhan
pelayanan kesehatan, kebutuhan pangan, dan kebutuhan kehidupan sehari-hari
lainnya.5 Berikut merupakan skema alur pemikiran perlunya kebijakan
pembatasan bagi masyarakat:

Skema Alur Pemikiran Perlunya Karantina Wilayah

Peningkatan kasus
Covid-19

Pemerintah Pusat Koordinasi Pemerintah Daerah

Menerapkan PPKM darurat/Karantina


Wilayah

Tujuan

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana preambule
konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

5
Ibid.

3
Berdasarkan skema pemikiran di atas dapat dipahami bahwa dengan
adanya peningkatan kasus Covid-19, maka menjadi alasan logis bagi Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah berkoordinasi untuk menerapkan kebijakan
karantina wilayah atau dengan kata lain saat ini yang dipilih adalah kebijakan
PPKM darurat sebagai kebijakan alternatif dalam menekan kasus Covid-19.
Dijalankan PPKM dengan semangat pembatasan mobilitas sosial maupun
wilayah ini perlu didukung, sebab hal ini merupakan upaya dari penyelenggara
negara dalam hal ini Pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana prinsip
dalam Pancasila dan preambule konstitusi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945)6 di masa darurat
kesehatan Covid-19.
Kondisi lapisan masyarakat yang sangat beragam seperti terdapat
kelompok masyarakat miskin/ rentan dan kaya hingga masyarakat perkotaan dan
pedesaan dengan kemampuan ekonomi berbeda-beda juga turut membuat
pemerintah harus menciptakan satu paket kebijakan untuk membantu semuanya
melalui kebijakan PPKM di masa pandemi Covid-19. Tentu sikap untuk tetap
mendorong dan mendukung penerapan PPKM perlu dilakukan, karena kebijakan
ini dapat memutus mata rantai penularan dari Covid-19.

6
Lihat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4
B. Pembahasan

1. Urgensi Pemberlakuan Karantina Wilayah Sebagai Upaya Represif


Pemerintah dalam Menekan Angka Kasus Penularan Covid-19
Tanggung jawab negara dalam penanggulangan dan pecegahan
pandemi Covid-19 disetiap negara tidak akan lepas dari konsitusi dan
peraturan perundangan yang ada di bawahnya. Dalam Pasal 28H UUD NRI
Tahun 1945 disebutkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Ketentuan ini
secara tegas dan jelas bahwa negara bertanggungjawab penuh terhadap
terjaminnya kesehatan bagi warga negaranya baik pada situasi normal
maupun situasi tidak normal, pemerintah juga telah memberikan bantuan
kepada rakyat terdampak covid, pedagang-pedagang kecil dan bantuan
sosial lainnya ini merupakan bentuk keperdulian pemerintah terhadap
masyarakat sebagaimana yang di atur dalam Pasal 34 ayat 1 dan 3“Negara
menjamin fakir miskin dan rakyat yang termajinalkan pemerintah juga
harus memfasilitasi kesehatan terhadap masyarakat” 7
Substansi yang sama juga ditegaskan dalam preambule konstitusi
UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan: “Bahwa negara melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Artinya negara dalam hal ini Pemerintah
menjadi figur penting dalam mewujudkan perlindungan bagi warga negara,
termasuk dalam hal ini juga pemerintah harus berupaya maksimal dalam
memberikan perlindungan dari penularan virus Covid-19 kepada
masyarakat.
Melihat potret kedaruratan kesehatan masyarakat akibat Covid-19,
pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan pembatasan kepada masyarakat
melalui kebijakan PPKM darurat sebagai ruh dari karantina wilayah yang
ditetapkan melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021
7
Fatkhurohman, et.al., Peran Negara dan Rakyat dalam Menanggulangi dan Mencegah
Pandemi Covid-19 dalam Conference on Innovation and Application of Science and Technology
(CIASTECH) Universitas Widyagama Malang, ISSN: 2622-1276, hlm. 222

5
tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Covid-19
di Wilayah Jawa dan Bali. Nomenklatur dari kebijakan ini memang tidak
dikenal dalam UU No. 6/ 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Namun
kebijakan ini dipilih dengan pertimbangan yang matang dari pemerintah
baik dari sisi ekonomis dan darurat kesehatan masyarakat.
Secara original intens, Pemerintah harus mampu menjalankan
perannya dalam melindungi rakyat dan dalam konteks menciptakan
kesejahteraan rakyat.8 Sesuai dengan adagium yang digaungkan oleh
Marcus Tullius Cicero, yaitu “Salus populi suprema lex esto”. Adagium
tersebut secara garis besar mendudukan kesejahteraan dan keselamatan
rakyat sebagai sebuah hukum tertinggi dalam suatu negara,9 terlebih apabila
dikaji dalam konteks darurat kesehatan Covid-19 saat ini.
Apabila dikaji dalam perspektif hukum tata negara darurat atau
staatsnoodrecht, negara Indonesia dalam keadaan memaksa, mendesak dan
dalam keadaan genting dapat mengambil posisi hukum darurat sebagai
sebuah solusi secara efektif dan efisien. Secara kaidah, hukum tata negara
darurat memiliki objek kajian yakni negara dalam keadaan darurat atau
“State of Emergency.”10 Dalam keadaan darurat yang diartikan sebuah
keadaan luar biasa sejatinya memerlukan suatu hukum yang luar biasa pula.
Sama halnya dalam keadaan bahaya yang dapat mengancam tertib umum,
negara dapat bertindak dengan cara yang tidak lazim yang dalam hal ini
diluar dari keadaan hukum normal.
Secara praktiknya untuk penanganan keadaan abnormal, ketika
hukum normal tidak dapat menjadi sebuah solusi maka sangat dibutuhkan
kehadiran suatu hukum yang tidak biasa. Hal tersebut turut diamini Jimly
Asshidiqie bahwa jika tidak ada jalan yang memungkinkan untuk mengatasi
persoalan darurat dengan instrument hukum yang ada, dengan penetapan

8
Lihat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
9
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rajawali
Press, 2002), hlm. 3.
10
Venkat Iyer, State Of Emergency. Dalam Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 7

6
darurat dalam suatu negara maka hukum yang berlaku adalah hukum yang
bersifat darurat atau “martial law.”11

Secara khusus, konsep “martial law” memiliki 4 aspek yaitu:12 “…


the authority of the president to declare martial law, judial review of
decisions made under martial law, the use of military tribunals in territorie
under martial law, the limitations on individual liberties once martial law
has been declared.” Sehingga dengan demikian PPKM Darurat merupakan
kebijakan yang dapat dipandang sebagai hukum tidak biasa atau hukum
yang digunakan dalam kondisi darurat.
Kebijakan PPKM darurat dapat dikatakan termasuk sebagai upaya
represif dari Pemerintah Indonesia dalam menekan angka penularan kasus
Covid-19, upaya represif dapat diartikan sebagai tindakan yang bersifat
(menekan, mengekang, menahan, atau menindas) bersifat menyembuhkan.
Walaupun kebijakan ini awalnya mendapat perhatian kontra dari berbagai
kalangan, namun justru nyatanya penerapan PPKM darurat berhasil
mereduksi kasus harian Covid-19. Berikut adalah grafik penurunan kasus
Covid-19.
Gambar. 1
Grafik Penurunan Kasus Harian Covid-19
Hingga 27 Oktober 2021

11
Muhammad Yasin, “Staatsnoodrecht dalam Pandangan Tiga Tokoh Hukum” dalam
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5cbe8b53690fd/istaatsnoodrecht-i-dalam-pandangan
tigatokoh-hukum, diakses pada tanggal 22 Oktober 2021.
12
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007),
hlm. 124

7
Sumber: https://www.beritasatu.com/amp/berita-grafik/846401/data kasus-
aktif-covid19-sampai-27-oktober-2021

Fenomena Perkembangan kasus harian Covid-19 semenjak


diberlakukannya kebijakan PPKM mengalami penurunan yang siginifikan
sampai tanggal 27 Oktober 2021, tentu hal ini merupakan indikator
keberhasilan dari Pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Sehingga
dengan demikian pola karantina wilayah dalam wujud PPKM merupakan
hal yang sangat penting untuk didukung karena telah berhasil menekan
angka penularan Covid-19.
2. Pentingnya Sinergi Antara Pemerintah dan Masyarakat dalam
Pelaksanaan Kebijakan Karantina Wilayah
Berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi bukti
nyata bahwa pemerintah secara regulatif mengambil langkah-langkah dalam
menanggulangi pandemi Covid 19 di Indonesia. Mulai dari adanya PSBB
hingga saat ini PPKM. Namun demikian kebijakan karantina wilayah ini
dapat berjalan dengan efektif dan berhasil secara optimal apabila
masyarakat turut berperan serta aktif dalam menerapkan kebijakan tersebut.
Menurut Kamus bahasa Indonesia peran serta masyarakat adalah ikut ambil
bagian dalam suatu kegiatan. Subyek kegiatan ini adalah masyarakat dalam
upaya menuangan keinginanannya untuk ikut berpikir dan bertindak
terhadap sebuah obyek kegiatan.
Peran masyarakat dalam penangani pandemi ini sebenarnya terletak
kepada kepatuhan masyarakat dalam ikut bersama menanggulangi dan
mencegah pandemi Covid 19. Dalam konteks pendekatan ilmu hukum
persoalan ini masuk dalam pendekatan keasadaran hukum dimana hal ini
merupakan bagian dari budaya hukum. Menurut Krabbe menyatakan bahwa
kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai –nilai yang terdapat di
dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapkan ada.13

13
Achmad Ali, et.al, Menjelajahi kajian empiris terhadap hukum. (Jakarta: Kencana, 2012),
hlm.23

8
Selanjutnya Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kesadaran
hukum itu merupakan persoalan nilai-nilai yang terdapat pada diri manusia
tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada
sebenarnya yang di tekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan
bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkrit dala
masyarakat yang bersangkutan.14
Sedangkan kesadaran hukum dalam implementasinya terdapat dalam
pikiran teori efektivitas hukum dimana Lawrence M Friedman
menempatkan komponen masyarakat menjadi penentu berhasil atau tidak
berhasilnya hukum ditegakkan. Ini juga akan terjadi dalam penegakan
hukum perihal pencegahan dan penanggulangan pandemi Covid 19.
Berbagai paket kebijakan seperti telah disebutkan di atas tidak akan berarti
apa apa tanpa diikuti kesadaran hukum masyarakat.15
Peran penting masyarakat untuk menyukseskan kebijkan pemerintah
merupakan jalinan sinergi yang baik sebagai indikator perjuangan bersama
untuk melawan Covid-19. Bentuk sinergi yang dapat dilakukan yakni
Pemantauan hingga tingkat Rukun Tetangga dan Rukun Warga,
pembentukan pos komando di desa atau kelurahan, dan pembatasan
kegiatan masyarakat serta komunikasi kebijakan menjadi kunci penting
untuk efektivitas PPKM sekaligus hal ini dilakukan untuk membangun
ketahanan masyarakat dalam menghadapi pandemi agar tercipta masyarakat
yang tangguh di negara Indonesia yang sedang bertumbuh.

14
Ibid.
15
Ibid.

9
C. Penutup
1. Kesimpulan
Kebijakan Karantina Wilayah dengan Nomenklatur PPKM darurat saat
ini merupakan langkah yang diambil oleh pemerintah untuk menekan angka
kasus penularan Covid-19. Kebijakan ini juga merupakan momentum
krusial bagi pemerintah untuk membuktikan kepada rakyat bahwa segala
upaya konstruktif terus dilakukan pemerintah untuk mengatasi pandemi
Covid-19 di Indonesia walaupun harus dengan cara represif. Selain itu
upaya pembatasan ini dilakukan untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia.

2. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan agar pemerintah dapat
menjalankan kebijakan karantina dengan maksimal yakni:
a. Pemerintah perlu menjalin sinergi dengan melibatkan masyarakat, hal ini
perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada
masyarakat, bahwa pembatasan mobilitas dan aktivitas yang harus
dilakukan saat ini memang harus dilakukan. Muara dari kebijakan ini
adalah kesadaran dan pemahaman yang menggerakkan setiap warga
negara untuk saling menjaga.
b. Bagi penyelenggara negara dalam hal ini Pemerintah maupun Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai regulator perlu mereformasi regulasi
Undang-Undang Nomor 6 tentang Kekarantinaan Kesehatan agar dapat
memberikan pengaturan mengenai pelaksanaan karantina wilayah yang
optimal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Achmad, Ali, (et.al.). 2012. Menjelajahi kajian empiris terhadap hukum. (Jakarta:
Kencana.
Fuadi, Munir. 2013. Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum. Jakarta:
Kencana Prennamdeia Group.
Asshiddiqie, Jimly. 2012. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Rajawali
Press.
________________. 2007. Hukum Tata Negara Darurat. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.
Kardjati, Sri (et.al.). 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Rajawali Press.

Artikel Jurnal/ Internet:


Hanoatubun, Silpa. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia,
dalam Jurnal Education, Psychology and Counseling Vol. 2 No.
Fatkhurohman, (et.al.). 2020. Peran Negara dan Rakyat dalam Menanggulangi
dan Mencegah Pandemi Covid-19 dalam Conference on Innovation and
Application of Science and Technology (CIASTECH) Universitas
Widyagama Malang, ISSN: 2622-1276
Susiwijono Moegiarso, “Penerapan PPKM untuk Mengendalikan Laju Covid-19
dan Menjaga Kehidupan Masyarakat” dalam
https://ekon.go.id/publikasi/detail/3159/penerapan-ppkm-untuk-
mengendalikan-laju-covid-19-dan-menjaga-kehidupan-masyarakat,
diakses pada tanggal 26 Oktober 2021.
Muhammad Yasin, “Staatsnoodrecht dalam Pandangan Tiga Tokoh Hukum”
dalam

11
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5cbe8b53690fd/istaatsnoodre
cht-i-dalam-pandangan tigatokoh-hukum, diakses pada tanggal 22 Oktober
2021.

Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Wilayah
Keputusan presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan
masyarakat corona virus disease
Keputusan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 16 Tahun
2020 Tentang Uraian Tugas, Struktur Organisasi, Sekretariat, Dan Tata
Kerja Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 612/Menkes/Sk/V/2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan Pada Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia.

12

Anda mungkin juga menyukai