Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Kurangnya Kesadaran Masyarakat Dalam Menghadapi Pandemi

Covid-19

Oleh :

Chyntya Aghfirlisshaumy Murs

2115302207

PRODI D-IV KEBIDANAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI


Daftar Pustaka

Daftar Pustaka................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................2

A. Latar Belakang..................................................................................................2

B. Rumusan Masalah............................................................................................4

C. Tujuan...............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5

A. Partisipasi Masyarakat......................................................................................5

B. Covid-19...........................................................................................................9

C. Pelayanan Kesehatan......................................................................................11

D. Langkah-Langkah yang Telah di Lakukan Indonesia....................................13

E. Definisi Operasional.......................................................................................15

F. Protokol Kesehatan.........................................................................................17

BAB III PENUTUP......................................................................................................21

A. KESIMPULAN..............................................................................................21

B. SARAN...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Covid-19 (Corona virus) adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus yang pertama

kali diidentifikasi di Cina. Pada Januari 2020, WHO menyatakan Covid-19 sebagai

pandemik. Kasus positif Covid-19 di Indonesia dideteksi pada 2 Maret 2020, ketika dua

orang terkonfirmasi tertular. Pada April 2020, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi

dengan jumlah pasien yang meningkat tanpa terkendali menjadikan pemerintah mengambil

kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dengan menutup sekolah, tempat kerja,

membatasi pergerakan dan menutup tempat-tempat umum, pembatasan kegiatan aspek

lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan dalam upaya menangani pandemi

Covid-19. Kondisi melawan Covid-19 menuntut masyarakat harus beraktivitas di rumah,

menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari kerumunan. Hal ini dilakukan agar segera

dapat menahan laju penyebaran yang terinfeksi virus Corona.

Covid-19 merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit infeksi saluran

pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang-orang melalui tetesan

pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan

plastik dan stainless steel SARS CoV-2 atau dalam aerosol selama tiga jam. Sesuai hal

tersebut, coronavirus hanya bisa berpindah melalui perantara dengan media tangan, baju

ataupun lainnya yang terkena tetesan batuk dan bersin.

Pada April 2020 pemerintah menyatakan Covid-19 sebagai bencana nasional.

Pandemi Covid-19 sangat berdampak pada kehidupan di masyarakat dan keadaan ekonomi.

Pemerintah Indonesia menguji 1.081.354 kasus dari 269 juta penduduk, hanya sekitar 4.011

2
pengujian per satu juta penduduk, menjadikannya salah satu negara dengan jumlah rasio

pengujian terendah di dunia. Sampai Agustus 2020, Indonesia telah melaporkan 143.043

kasus positif, kedua terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina. Dalam hal angka kematian,

Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 6.277 kematian. Namun,

angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak

dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites.

Sementara itu, diumumkan 96.306 orang telah sembuh, menyisakan 40.460 kasus yang

sedang dirawat.

Di Indonesia kesadaran masyarakat masih rendah untuk mengikuti imbauan

pemerintah dalam memotong mata rantai penyebaran Covid-19, yang terlihat dari masih

banyaknya aktivitas masyarakat di luar rumah. Dalam mewujudkan kesadaran masyarakat

untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 perlu adanya long distancing yaitu menjaga

jarak kurang lebih 1 sampai 2 meter dengan orang lain. Ditengah usaha mengendalikan

penyebaran Covid-19, Indonesia menerapkan situasi new normal dengan harapan dapat

memperbaiki kondisi perekonomian tanpa menimbulkan gelombang kasus lanjutan. Namun,

usaha penerapan situasi new normal dibuka dengan lonjakan kasus hampir 70% dalam 3

minggu. Hingga Mei 2022 jumlah kasus positif di Indonesia sebanyak 6.050.211 juta kasus.

Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) DIY

mengemukakan hasil yang mengejutkan mengenai persepsi masyarakat tentang Covid-19.

Rata-rata masyarakat beranggapan bahwa teman dekat tidak akan menularkan virus corona

karena merupakan lingkungan terdekat sehingga kelompok ini tidak membatasi interaksi fisik

dan cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Dengan jumlah kasus yang masih

meningkat menandakan masih terjadi penularan di masyarakat, karena kurangnya kesadaran

dan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penularan

percepatan penanganan Covid-19. Edukasi dan sosialisasi yang khusus menyasar kelompok

3
masyarakat dengan tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi rendah masih kurang. Pesan

tentang protokol kesehatan tidak sampai pada kelompok ini. Oleh karena itu, kelompok

masyarakat cenderung tidak peduli terhadap bahaya Covid-19 karena kurang pengetahuan.

Usaha lain Pemerintah Republik Indonesia untuk mencegah semakin merebaknya

penularan virus corona ditengah masyarakat adalah dengan mewajibkan penerapan protokol

kesehatan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Kementrian Kesehatan (Kemenkes)

RI secara massif mensosialisasikan tata cara pencegahan Covid-19 dengan menggunakan

jargon 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir. Jargon ini dipilih sebagai langkah untuk memudahkan edukasi kepada masyarakat

mengenai poin utama protokol kesehatan. Perubahan perilaku sadar akan protokol kesehatan

dinilai menjadi kunci utama dalam memerangi Covid-19.

B. Rumusan Masalah

Kelompok masyarakat masih banyak yang mengabaikan protokol kesehatan yang

menimbulkan permasalahan dalam usaha penanganan pandemi dan menjadi fenomena sosial

ditengah-tengah masyarakat. Maka rumusan masalah yang terjadi adalah apa yang menjadi

faktor penyebab kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan di

masa pandemi?

C. Tujuan

Untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan

protokol kesehatan di masa pandemi?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berasal dari Bahasa Inggris “participation” yang memiliki arti mengambil

bagian atau keikutsertaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang

dimaksud partisipasi adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan,

peran serta. Partisipasi menurut Pasaribu adalah keikutsertaan, perhatian dan sumbangan

yang diberikan oleh kelompok yang berpartisipasi, dalam hal ini adalah masyarakat.

Menurut Chabib Soleh menyatakan bahwa: Partisipasi Masyarakat merupakan

manifestasi dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab terhadap upaya memperbaiki

kualitas hidup bersama. Partisipasi Masyarakat tersebut cukup luas cakupannya mulai dari

proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan hasil pembangunan.

Partisipasi masyarakat menjadi kunci utama untuk pencegahan penyebaran wabah

Covid-19. Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing

(pembatasan sosial) dan physical distancing (pembatasan fisik) guna memotong rantai

penyebaran virus tersebut. Sebagian masyarakat secara sadar dan kritis mengikuti mekanisme

pembatasan sosial, tetapi sebagian lagi belum berpartisipasi.

Partisipasi masyarakat mengacu pada penciptaan peluang yang memberikan ruang

bagi anggota masyarakat untuk secara aktif terlibat dan untuk menarik manfaat dari kegiatan

yang dikuti. Dalam hal ini, masyarakat dapat merasakan manfaat ketika terlibat dalam

penanganan penyebaran Covid-19. Gagasan partisipasi masyarakat ini mirip dengan prinsip

pembangunan berbasis masyarakat, di mana anggota masyarakat memobilisasi diri mereka

sendiri dan memikul tanggung jawab dalam penanganan Covid-19 ini.

5
Masyarakat yang berpartisipasi memiliki karakteristik:

a. Masyarakat yang kritis yang berarti masyarakat yang mengetahui masalah

yang dihadapinya dan berusaha memecahakan masalah tersebut untuk

meningkatkan mutu kehidupannya,

b. Masyarakat berdiri sendiri yang berarti masyarakat yang mengetahui potensi

dan kemampuannya termasuk hambatan karena keerbatasa,

c. Masyarakat yang mau berkarya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat

memiliki peranan penting dalam suatu program.”

Partisipasi masyarakat dalam penanganan Covid-19 mempunyai peran yang sangat

penting, masyarakat dapat berperan bukan saja sebagai objek tetapi juga sebagai subjek

penanganan Covid-19. Partisipasi masyarakat pada dasarnya merupakan kesediaan secara

ikhlas dari masyarakat untuk membantu kegiatan penanganan penyakit yang terjadi di

daerahnya masing-masing agar penyebaran Covid-19 ini tidak semakin meluas. Karena itu,

masyarakat dengan kesadaran sendiri melakukan social distancing/physical distancing, self-

quarantine dan self-isolation. Partisipasi dalam hal ini perlu dibedakan dengan mobilisasi

yang mengandung unsur paksaan/ keharusan, baik oleh pemerintah/ penguasa ataupun oleh

pihak lain yang memiliki kekuatan lebih.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai menggunakan istilah physical distancing

atau jarak fisik sebagai cara untuk menghindari penyebaran Covid-19 lebih luas. Langkah ini

tidak berarti bahwa secara sosial, seseorang harus memutuskan hubungan dan komunikasi

dengan orang yang dicintai atau dari keluarganya. Menurut ahli epidemiologi WHO Maria

Van Kerkhove, "Saat ini, berkat teknologi yang telah maju, kita dapat tetap terhubung dengan

berbagai cara tanpa benar-benar berada dalam ruangan yang sama dengan orang-orang lain

secara fisik, WHO mengubah istilah dengan jarak fisik atau physical distancing secara

sengaja karena ingin agar orang-orang tetap terhubung”.

6
Penerapan physical distancing yang umum dilakukan yaitu: bekerja dari rumah;

belajar di rumah secara online bagi siswa sekolah dan mahasiswa; dan tidak melakukan

pertemuan atau acara yang dihadiri orang banyak, seperti konferensi, seminar, rapat, atau

pesta pernikahan. Ketika menerapkan physical distancing, seseorang tidak diperkenankan

untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter saat berinteraksi dengan orang

lain, terutama dengan orang yang sedang sakit atau berisiko tinggi menderita Covid-19.

Selain social distancing, ada pula istilah lain yang berkaitan dengan upaya

pencegahan infeksi Covid-19, yaitu self-quarantine dan self-isolation. Self-quarantine

ditujukan kepada orang yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19, misalnya pernah kontak

dengan penderita Covid-19, tetapi belum menunjukkan gejala. Orang yang menjalani self-

quarantine harus mengarantinakan diri sendiri dengan tetap berada di rumah selama 14 hari.

Self-isolation diberlakukan pada orang yang sudah terbukti positif menderita penyakit

Covid-19. Biasanya, self-isolation merupakan upaya penanganan alternatif ketika rumah sakit

tidak mampu lagi menampung pasien Covid-19. Dalam prosesnya, penderita Covid-19 harus

mengisolasi dirinya sendiri di ruangan atau kamar khusus di rumah dan tidak diperkenankan

keluar agar tidak menularkan virus Corona kepada orang lain.

Dalam penanganan penyebaran virus Covid-19, masyarakat tidak lagi sebagai

“penonton” dan menyerahkan semua urusan tersebut pada pemerintah, tetapi diharapkan

masyarakat aktif terlibat dalam penanganan virus tersebut. Peran serta masyarakat perlu

ditumbuhkan dalam setiap kegiatan, masyarakat harus menyadari bahwa penanganan virus ini

merupakan tugas bersama. Keterlibatan masyarakat dengan mental dan emosi adalah wujud

partisipasi sukarela tidak dengan paksaan atau mobilisasi. Masyarakat diharapkan menjadi

mitra pemerintah dalam penanganan virus tersebut.

7
Partisipasi aktif masyarakat perlu diperkuat dan dikoordinir sehingga menciptakan

kerja sama antara pemerintah terutama Gugus Tugas Covid-19 dengan seluruh elemen

masyarakat dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Berikut adalah 3 langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat partisipasi

masyarakat:

1. Memperkuat narasi solidaritas sosial, gotong royong, dan empati masyarakat

Narasi solidaritas sosial, gotong royong, dan empati harus terus digaungkan oleh

pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. Narasi tersebut dapat dilakukan

melalui praktik baik yang dilakukan oleh masyarakat dalam penanganan Covid-

19, seperti konsep mengembangkan ketahanan masyarakat seperti. Pemerintah

juga dapat bekerja sama dengan akademi, para ahli, dan masyarakat dalam

menciptakan inovasi terkait penanganan Covid-19.

2. Membangun ruang untuk mengelola partisipasi masyarakat di tingkat Pusat dan

Daerah

Idealnya partisipasi aktif masyarakat harus bersinergi dengan kebijakan

pemerintah. Untuk itu, pemerintah perlu membangun ruang dan menyediakan

mekanisme untuk mengelola partisipasi masyarakat, baik di tingkat pusat maupun

daerah. Contohnya adalah merekrut relawan untuk tenaga medis, penjaga ODP

dan PDP, serta menjadi motivator bagi kelompok beresiko.

3. Penguatan Jejaring Struktur

Penguatan jejaring struktur merupakan gabungan struktur terkecil pemerintahan,

seperti RT, RW, dukuh, dusun, atau kampung yang bertujuan untuk memperkuat

program Desa Siaga Covid-19. Dengan penguatan jejaring struktur ini, informasi

terkait pencegahan Covid-19 dapat tersampaikan kepada individu, keluarga,

masyarakat dan struktur sosial di masyarakat (seperti LSM dan Ormas). Selain

8
itu, penguatan jejaring struktur ini dapat menjadi jembatan antara masyarakat dan

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

B. Covid-19

Covid-19 merupakan genus coronavirus β dan memiliki karakteristik genetik yang

berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-CoV. Coronavirus sensitif terhadap sinar ultraviolet

dan panas, dan dapat dinonaktifkan secara efektif pada suhu lingkungan 560 C selama 30

menit, pelarut lemak seperti ether, 75% ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam

pyroxyacetic dan kloroform kecuali chlorhexidine. Berdasarkan investigasi epidemiologi saat

ini, masa inkubasi Covid-19 adalah 1-14 hari, dan umumnya dalam 3 hingga 7 hari. Saat ini,

sumber utama infeksi adalah pasien Covid-19 dan pembawa (carrier) Covid-19 yang tanpa

gejala juga dapat menjadi sumber infeksi.

Adapun beberapa istilah mengenai karakteristik virus Covid-19, diantaranya:

1. Kasus suspek adalah seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:

Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah

Indonesia yang melaporkan transmisi lokal. Orang dengan salah satu gejala/tanda

ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak

dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19. Orang dengan ISPA

berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada

penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan. Sebagai catatan,

istilah pasien dalam pengawasan (PDP) saat ini diperkenalkan dengan istilah

kasus suspek.

2. Kasus probable adalah kasus suspek dengan ISPA berat/meninggal dengan

gambaran klinis yang meyakinkan Covid-19 dan belum ada hasil pemeriksaan

laboratorium real time PCR.

9
3. Kasus konfirmasi adalah seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus Covid-

19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium real time. Kasus konfirmasi

dibagi menjadi dua, yaitu: Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) Kasus

konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).

4. Kontak erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable

atau konfirmasi Covid-19.

5. Pelaku perjalanan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri

(domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.

6. Discarded adalah apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: Seseorang dengan

status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama dua

hari berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 24 jam. Seseorang dengan

status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.

7. Selesai isolasi, yaitu apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: Kasus

konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow

up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen

diagnosis konfirmasi. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala

(simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10

hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal tiga hari setelah tidak lagi

menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. Kasus probable/kasus

konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan

follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal tiga hari setelah tidak

lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

8. kematian atau kematian Covid-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus

konfirmasi atau prodable Covid-19 yang meninggal (Kompas.com, 2020).

10
Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 Wiku

Adisasmita, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal,

tapi ditambah dengan penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan

Covid-19.

Prinsip new normal adalah bisa menyesuaikan dengan pola hidup. "Transformasi ini

adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan

dibawa terus ke depannya sampai ditemukannya vaksin untuk Covid-19 ini,” kata Wiku.

Untuk membiasakan masyarakat, Tim Gugus Tugas telah siap meracik gerakan

bertajuk empat sehat lima sempurna. Gerakan ini tidak sama dengan pola konsumsi makanan

yang sudah ada sebelumnya. Ini lebih ditujukan pada pencegahan penularan virus corona.

Pemilihan jargon itu karena masyarakat sudah mengenal lama gerakan empat sehat lima

sempurna itu. Empat sehat yang dimaksud adalah memakai masker, menjaga jarak fisik,

mencuci tangan, serta istirahat yang cukup dan tidak panik. New Normal bisa dikatakan

sebuah keniscayaan, karena masyarakat perlu melanjukan aktivitasnya meskipun dengan

budaya dan prilaku yang berbeda dari massa sebelumnya. Pemerintah juga menyatakan

bahwa kebijakan ini tidak asal-asalan, karena ada faktor saintifik yang melandasinya.

Presiden RI Joko Widodo mengatakan pembukaan tempat ibadah hingga aktifitas

ekonomi yang dimaksud dilakukan melalui tahapan yang ketat. Ia memastikan pembukaan

fasilitas tersebut menggunakan data-data keilmuan. Hingga saat ini memang belum semua

wilayah di Indonesia bisa dikendalikan. Oleh sebab itu pemerintah berniat ingin membuka

fasilitas yang sebelumnya ditutup atau dibatasi tentunya dengan melihat angka-angka kurva.

Sehingga keputusan ini akan ditetapkan sesuai dengan data keilmuan yang ketat.

C. Pelayanan Kesehatan

Wabah Covid-19 ini tidak hanya meresahkan masyarakat saja, tetapi pelayanan

kesehatan merupakan ujung tombak penanganan Covid-19 ini. Kelompok resiko yang paling

11
rentan terkena Covid-19 ini asalah orang yang tinggal di daerah terpencil yang mana sistem

kesehatan dan akses ke layanan kesehatan masih terbatas. Di Indonesia, kapasitas sistem

kesehatan berada di bawah kapasitas untuk mengatasi pandemi Covid-19. Upaya yang

dilakukan oleh Fasilitas Layanan Kesehatan dalam menghadapi Covid-19 ini diantaranya,

memperkuat sistem kesehatan agar menjamin rumah sakit memiliki kapabilitas yang baik

dalam menangani pasien, pemanfaatan jejaring/ online medicine treatment (pengobatan

online), pemanfaatan sistem/ platform telemedicine (pengobatan jarak jauh), penyiapan dana

darurat sector kesehatan untuk meminimalisir pembiayaan kesehatan. selain dari layanan

kesehatannya, yang tak kalah penting adalah SDM yang ada dalam menangani kasus ini.

Peran tenaga kesehatan dalam masa Covid-19 yaitu melakukan koordinasi lintas

program di Puskesmas/ Fasilitas kesehatan dalam menentukan langkah-langkah menghadapi

pandemic Covid-19, melakukan analisis data dan mengidentifikasi kelompok sasaran berisiko

yang memerlukan tindak lanjut, melakukan koordinasi kader, RT/RW/Kepala

Desa/Kelurahan dan tokoh masyarakat setempat terkait sasaran kelompok berisiko dan

modifikasi pelayanan sesuai kondisi wilayah, serta melakukan sosialisasi terintegrasi dengan

lintas program lain kepada masyarakat tentang pencegahan penyebaran covid-19. Dalam hal

ini, langkah-langkah dalam menyikapi pandemi ini berdampak langsung dalam hal

pengembangan kompetensi SDM.

Selain itu, yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi covid-19 ini adalah dokter

dan perawat serta semua SDM yang ada di Rumah Sakit maupun pelayanan kesehatan

beresiko terpapar virus tersebut. Dokter dan Perawat merupakan garda terdepan yang

berhubungan/kontak langsung dalam menangani pasien. Pada kasus ini, rumah sakit

memerlukan upaya pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).

Strategi pencegahan kecelakaan kerja dan kontrol infeksi yang diterapkan oleh tenaga

kesehatan adalah dengan lebih menekankan alat pelindung diri (APD). APD yang harus

12
digunakan dalam mengatasi wabah ini antara lain masker N95, gaun, sarung tangan,

pelindung mata, apron, dan sepatu boots. Kenyataannya, APD yang digunakan terkadang

tidak sesuai. Masih terdapatnya rumah sakit /pelayanan kesehatan yang minim dengan APD

bagi tenaga kesehatan. Selain APD, jumlah tenaga kesehatan yang terkait juga masih minim,

bukan hanya dalam menangani kasus pandemi covid-19, sebelumnya tenaga kesehatan di

Indonesia juga masih kuran dan penyebarannya tidak merata. SDM yang diharapkan adalah

SDM yang kompeten, professional dan berdaya saing, karena dalam kasus ini tidak sedikit

tenaga medis yang meninggal akibat wabah pandemi covid-19. Pengendaliaan wabah covid-

19 di Indonesia bukan hanya dilihat dari rumah sakit yang memadai serta SDM yang

berkualitas, tetapi yang harus diperhatikan untuk menghadapi covid-19 ini yaitu sistem

kesehatan mulai dari pemberian layanan kesehatan, tenaga kerja, sistem informasi, akses ke

obat-obatan, pembiayaan layanan kesehatan, tenaga kerja, dan tata kelola layanan kesehatan.

D. Langkah-Langkah yang Telah di Lakukan Indonesia

Indonesia saat ini terkena dampak pandemi virus baru, bahkan bukan hanya di

Indonesia tetapi secara global di berbagai Negara telah terkena dampak yang sangat hebat

dari virus ini. World Health Organization memberi nama virus ini Severe Acute Resporatory

Syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dengan nama penyakitnya yakni Coronavirus

disease 2019 (Covid-19). Pandemi covid-19 ini akan berdampak secara sosial dan ekonomi.

Dalam hal ini Indonesia harus bersiap siaga dalam menghadapinya terutama dalam hal sistem

kesehatan yang ada.

Status siaga darurat adalah keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah mengarah

pada terjadinya bencana, yang ditandai dengan adanya informasi peningkatan ancaman

berdasarkan sistem peringatan dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan

terjadi di masyarakat. Indonesia perlu siaga dan tanggap dikarenakan corona virus disease

2019 (Covid-19) ini telah ditetapkan sebagai pademi. Dampak yang ditimbulkan akan sangat

13
meluas, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, serta

kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan petugas

kesehatan dan sarana prasarana saja, tetapi juga harus melibatkan msyarakat serta sistem

kesehatan yang mendukung.

Sistem kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah “sebuah

kegiatan yang bertujuan dalam mempromosikan, memulihkan, atau menjaga kesehatan”.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki penduduk lebih dari 240

juta jiwa. Indonesia juga termasuk status ekonomi yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Dengan terjadinya pandemi covid-19 ini, maka dampak ekonomi sangat dirasakan oleh

Indonesia dikarenakan kasus yang terkonfirmasi terus meningkat.

Potensi pandemi COVID-19 menuntut pengawasan ketat dan pemantauan yang

sedang berlangsung secara akurat melacak dan berpotensi memprediksi adaptasi host,

evolusi, transmisibilitas, dan patogenisitas di masa depan. Faktor-faktor ini pada akhirnya

akan mempengaruhi angka kematian dan prognosis, maka sangat diperlukan panduan

pengendalian dan pencegahan penyakit ini.

Pemerintah Indonesia menerapkan langkah social distancing bagi masyarakat serta

memberikan prinsip protocol kesehatan, yaitu gunakan masker, cuci tangan/hand sanitizer,

jaga jarak/hindari kerumunan, meningkatkan daya tahan tubuh, konsumsi gizi seimbang,

kelola penyakit comorbid dan memperhatikan kelompok rentan serta perilaku hidup bersih

dan sehat. Namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol

kesehatan yang diberikan dalam menghadapi pandemi covid-19.

Selain itu juga, terdapat keputusan Presiden Indonesia mengenai satuan tugas untuk

respon cepat covid-19. Pada akhir Maret 2020, Satuan Tugas Indonesia untuk COVID-19

(Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19) mengeluarkan Pedoman untuk Respon

Cepat Medis dan Aspek Kesehatan Penanganan COVID-19 di Indonesia. Panduan ini

14
menargetkan tenaga medis dan masyarakat umum dalam hal menginformasikan cara untuk

mengurangi dampak dan tingkat kematian. Informasi termasuk protokol untuk tes cepat

menggunakan RDT, pengujian laboratorium, penanganan pasien, dan sarana

penjangkauan/komunikasi. Protokol untuk pengujian cepat dan pengujian laboratorium

mengenali tiga tingkat risiko: tanpa gejala, orang di bawah pengawasan (ODP/Orang Dalam

Pemantauan), dan pasien di bawah pengawasan. Tes ini melibatkan isolasi orang yang

dicurigai, pengujian cepat, dan pada akhirnya, jika diperlukan, PCR.

Sedangkan Kebijakan yang baru-baru ini yang dilakukan pemerintah yaitu PSBB

(Pembatasan Sosial Beskala Besar). PSBB tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 21

Tahun 2020 tentang PSBB dalam rangka percepatan penanganan coronavirus disease (Covid-

19). Beberapa hal yang dibatasi selama PSBB, diantaranya aktivitas sekolah dan tempat

kerja, kegiatan keagamaan, kegiatan di fasilitas umum, kegiatan sosial dan budaya, serta

operasional transportasi umum. Namun, kenyataannya masyarakat banyak yang tidak

mematuhi peraturan yang ada. maka dari itu meskipun pemerintah telah banyak berupaya

untuk memutus mata rantai covid-19 tetapi harus didukung dan memerlukan kesadaran yang

lebih dari masyarakat untuk bersama-sama memutus mata rantai covid-19.

E. Definisi Operasional

Keberhasilan dalam upaya penanganan penyebaran virus Covid-19 pada dasarnya

tidak hanya ditentukan oleh pemerintah dan aparatur yang mendukung. Akan tetapi,

keberhasilan tersebut juga dapat ditentukan oleh besarnya pengertian, kesadaran dan

partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini sejalan dengan Keputusan Presiden Republik

Indonesia yang menjelaskan bahwa: “Berhasil tidaknya repelita akan tergantung pada

banyaknya tanggapan pengertian dan pertisipasi rakyat Indonesia dalam meyambut segala

tantangan pembangunan ini secara positif guna meratakan jalan bagi cucu dan generasi yang

akan datang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila”

15
Dalam pelaksanaannya, partisipasi dapat dibagi menjadi yaitu:

1. Partisipasi langsung

Yaitu keterlibatan seseorang, kelompok maupun masyarakat dalam berperan

aktif, baik itu menyediakan tenaga pada proses pembangunan, maupun

memberikan kontribusi.

2. Partisipasi tidak langsung

Yaitu partisipasi yang dimana seseorang mewakilkan hak berpartisipasinya

kepada orang lain yang bisa mewakilinya dalam aktifitas partisipatif.

Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang ditunjukkan dalam penanganan

Covid-19, diantaranya :

1. Partisipasi buah pikiran Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi yang berupa

sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun

program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dengan membagikan

pengalaman maupun pengetahuan dalam mengembangkan kegiatan yang

diikutinya.

2. Partisipasi tenaga Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diwujudkan dalam

bentuk tenaga maupun keikutsertaan dalam semua kegiatan untuk pelaksanaan

usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

3. Partisipasi harta benda Partisipasi harta benda adalah partisipasi masyarakat yang

mau menyumbangkan harta benda atau materi baik berupa alatalat kerja maupun

perlengkapan lainnya.

4. Partisipasi sosial Partisipasi sosial adalah partisipasi yang diwujudkan masyarakat

melalui adanya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat

16
Dalam mewujudkan partisipasi masyarakat, adapun factor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilannya, sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal berasal dari dalam diri setiap individu. Adapun faktor internal

yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu kesadaran, pendidikan,

pekerjaan dan motivasi diri untuk mencegah penularan virus Covid-19.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar maupun lingkungan sekitar. Adapun faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu kepemimpinan

pemerintah, fasilitas yang tersedia, lingkungan sekitar maupun budaya atau tradisi

masyarakat yang bersangkutan.

F. Protokol Kesehatan

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan Covid-19

agar tidak menimbulkan sumber penularan baru pada tempat-tempat dimana terjadinya

pergerakan orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam situasi pandemi Covid-

19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang

dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di masyarakat serta memberdayakan semua

sumber daya yang ada. Peran masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan Covid-

19 harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Protokol kesehatan Covid-19 yang harus ditataati masyarakat, antara lain :

1. Selalu cuci tangan

Bersihkan tangan dengan cairan pencuci tangan atau hand sanitizer, apabila

permukaan tangan tidak terlihat kotor. Namun, apabila tangan kotor maka

bersihkan menggunakan sabun dan air mengalir. Cara mencucinya oun harus

17
dengan standar yangada, yakni meliputi bagian dalam, punggung, sela-sela, dan

ujung-ujung jari.

2. Jangan menyentuh wajah

Dalam kondisi tangan yang belum bersih, sebisa mungkin hindari menyentuh

area wajah, khususnya mata, hidung, dan mulut. Mengapa? Tangan Kita bisa jadi

terdapat virus yang didapatkan dari aktivitas yang kita lakukan, jika tangan kotor

ini digunakan untuk menyentuh wajah, maka virus dapat dengan mudah masuk ke

dalam tubuh

3. Menggunakan masker

Bagi yang memiliki gejala gangguan pernapasan, kenakanlah masker medis ke

mana pun saat keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain. Setelah

digunakan, jangan lupa buang masker di tempat sampah yang tertutup dan setelah

itu cuci tangan.

4. Jaga jarak

Untuk menghindari terjadinya paparan virus dari satu orang ke orang lain, kita

harus senantiasa menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter. Terlebih jika

orang tersebut menunjukkan gejala gangguan pernapasan. Jaga jarak dikenal

dengan istilah physical distancing. Kita dilarang untuk mendatangi kerumunan,

meminimalisir kontak fisik dengan orang lain, dan tidak mengadakan acara yang

mengundang banyak orang.

5. Terapkan etika batuk dan bersin

Ketika batuk atau bersin, tubuh akan mengeluarkan virus dari dalam tubuh.

Jika virus itu mengenai dan terpapar ke orang lain, maka orang lain bisa terinfeksi

virus yang berasal dari tubuh kita. Terlepas apakah kita memiliki virus corona

atau tidak, etika batuk dan bersin harus tetap diterapkan.

18
Caranya, tutup mulut dan hidung menggunakan lengan atas bagian dalam.

Bagian ini dinilai aman menutup mulut dan hidung dengan optimal, selain itu

bagian lengan atas dalam ini tidak digunakan untuk beraktivitas menyentuh wajah.

Sehingga relative aman. Selain dengan lengan, bisa juga menutup mulut dan

hidung menggunakan tisu yang setelahnya harus langsung dibuang di tempat

sampah.

6. Isolasi mandiri

Bagi yang merasa tidak sehat, seperti mengalami demam, batuk, pilek, nyeri

tenggorokan, sesak napas, diminta untuk secara sadar melakukan isolasi mandiri

di dalam rumah. Tetap berada di dalam rumah dan tidak mendatangi tempat kerja,

sekolah, atau tempat umum lainnya karena memiliki resiko infeksi Covid-19 dan

menularkannya ke orang lain.

7. Jaga kesehatan

Selama berada di dalam rumah atau berkegiatan di luar rumah, pastikan

kesehatan fisik tetap terjaga dengan berjemur sinar matahari pagi selama beberapa

menit, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan melakukan olahraga ringan.

Istirahat yang cukup juga sangat dibutuhkan dalam upaya menjaga kesehatan

selama masa pandemi.

Dengan penerapan protokol kesehatan yang baik di kehidupan sehari-hari, bisa

mewujudkan dampak yang positif yaitu pertama memutus rantai penularan virus Covid-19 itu

sendiri dan yang kedua menjadi upaya bersama mengakhiri ketidakpastian yang ditimbulkan

oleh wabah virus corona.

Protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 hendaknya dipahami sebagai upaya

bersama mewujudkan kepasrian baru. Sebab, dengan menerapkan protokol kesehatan

sepanjang era pola hidup baru saat ini, kepatuhan mutlak itu menjadi landasan bagi

19
terwujudnya kepastian baru. Sehingga adanya jalan keluar yang dapat mengatasi pandemic

Covid-19 ini. Sebaliknya, bila ketidakpatuhan pada protokol kesehatan hanya akan

mengakibatkan durasi ketidakpastian dan pandemi sekarang ini menjadi berkepanjangan.

Maka dari itu, perlu kesadaran dari masyarakat akan penerapan protokol kesehatan,

karena dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, akan berdampak positif baik

kesehatan diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dibuatlah sebuah

video edukasi berupa video tutorial penerapan protocol kesehatan yang diunggah di sosial

media yang dapat diakses oleh mayarakat.

8.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pandemi covid-19 ini sangat memiliki memiliki banyak dampak baik sosial maupun

ekonomi. Dalam hal ini Indonesia telah berupaya untuk mengendalikan dan memutus mata

rantai covid-19 dengan membuat dan menerapkan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun,

dalam menghadapi covid-19 ini, bukan hanya peran pemerintah dan peran tenaga kesehatan

saja yang dapat diandalkan tetapi memerlukan partisipasi dari semua komponen masyarakat,

termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat dan lembaga masyarakat lainnya, dan kesadaran

dari masyarakat untuk dapat mengindahkan himbauan dari pemerintah maupun tenaga

kesehatan yakni mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

seperti tetap di rumah, menjaga jarak, menggunakan masker, rajin cuci tangan dan

menerapkan pola hidup sehat. Hal ini perlu dilakukan guna memutus mata rantai penularan

dan penyebaran Covid-19

B. SARAN

Adapun saran yang dapat direkomendasikan adalah agar kegiatan sosialisasi dan

edukasi terkait pentingnya penerapan protokol kesehatan dilakukan secara lebih intens lagi

agar kesadaran masyarakat dapat semakin meningkat sehingga kasus covid-19 di wilayah

tersebut dapat dikendalikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Optimalisasi Teknologi Informasi Untuk Sosialisasi Dan Edukasi Dalam Upaya Pencegahan

Dan Penanggulangan Covid-19 Di Dusun 1 Pekon Tulungagung Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Diakses tanggal 26 Mei 2022,

http://repo.darmajaya.ac.id/3037/4/BAB%20I.pdf

Scholar UNAND. Penerapan Protokol Kesehatan Pada Mahasiswa Di Coffeeshop Di Kota

Padang Tahun 2021. Diakses tanggal 26 Mei 2022. http://scholar.unand.ac.id/77873/2/BAB

%201%20PENDAHULUAN%201711213018.pdf

Buana, D. R. (2020). Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi

Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa. National Research Tomsk

State University, Universitas Mercu Buana

Mulyadi, Mohammad. 2009. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Masyarakat Desa.

Tangerang: Nadi Pustaka.

"WHO Gunakan Istilah Physical Distancing, Ini Bedanya dengan Social Distancing", 1 April

2020, https:// www.kompas.com/tren/ read/2020/04/01/061500965/ who-gunakan-istilah-

physicaldistancing-ini-bedanyadengan-social, diakses 26 Mei 2022

Margarini, Eunice. “3 Langkah Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan

Covid-19 di Indonesia”. 18 Maret 2021 https://promkes.kemkes.go.id/3-langkah-

memperkuat-partisipasi-masyarakat-dalam-penanganan-covid-19-di-indonesia, diakses 26

Mei 2022.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus

Disease. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 1-136

Meriyati. 2021. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat. 2 (2)

22
Rosidah, et.al (2020). “Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Pencegahan Covid-19

Melalui Video Edukasi Penerapan Protokol Kesehatan.” Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada

Masyarakat, 4 (2)

Putri, Ririn Novita (2020). “Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”. Jurnal Ilmiah

Universitas Batanghar, 20(2)

KEMENKES RI NOMOR HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi

Masyarakat di Tempat Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19).

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI.

2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID19), Rev 3 (16

Maret 2020).

Tuwu, D. 2020. Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid19. Journal

Publicuho, 3(2): 267– 278. doi: 10.35817/jpu.v3i2.12535.

23

Anda mungkin juga menyukai