Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH POLITIK KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGANAN COVID-19 DARI


PERSPEKTIF KEBIJAKAN EKONOMI
POLITIK DI INDONESIA

Oleh :

JIRANAH (003210122019)

IRA PUSPITA HALIM (004510122019)

PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 5

A. Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia Secara Umum 5

B. Kebijakan Pemerintah Pusat Memulihkan Ekonomi Nasional 7

C. Kebijakan Politik Pemerintah Dalam Penanganan 9

Covid-19 di Indonesia

BAB III PENUTUP.................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13

i
BAB I

PENDAHULUAN

Wabah virus baru corona (covid-19) yang menyerang bagian pernafasan

mulai terdiagnosis 1 Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubai, RRC. Sejak itu

meyebar bersifat exponensial. Sejak Januari 2020, Corona Virus Disease-19

(COVID-19) telah menginfeksi lebih dari 2.245.872 jiwa di seluruh dunia, dan

lebih dari 152.000 orang telah terkonfirmasi meninggal dunia karena virus ini, dan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tepatnya 11 Maret 2020 mengumukan

COVID-19 sebagai pandemi global karena tidak membutuhkan waktu yang

lama virus ini menyebar ke beberapa Negara di Wilayah Asia (WHO, 2020).

Kemudian virus ini juga secara cepat menyebar ke Eropa dan beralih ke

wilayah Samudera Altlantik di Benua Amerika. Belum lagi Negara yang cukup

besar dan terkenal akan pemutahiran tekhnologinya seperti Amerika Serikat tidak

luput dari dampaknya bahkan tercatat menjadi Negara dengan angka kematian

yang cukup banyak akibat virus tersebut.

Negara kita Indonesia akhirnya juga tidak luput dari penyebaran wabah

Corona ini, Indonesia ternyata tidak mampu membentengi diri dari arus keluar

masuknya warga asing ke Indonesia yang dapat menjadi pembawa virus tersebut,

kurang cepatnya respon yang diberikan menjadikan negara kita termasuk yang

terkena dampaknya. Melalui Keppres No 12 tahun 2020, Presiden RI dan Menteri

Kesehatan mengumumkan kejadian ini adalah bencana nasional tepatnya pada

tanggal 13 April 2020 terkait kasus yang pertama kali di Indonesia

(Kemenkes,2020)

1
Covid-19 selain menimbulkan banyak kematian di dunia, virus ini juga

mampu melumpuhkan segala aspek termasuk kesehatan sampai ekonomi,

sehingga penyebaran virus ini secara global semakin mengkhawatirkan. Oleh

karena itu, tidak heran apabila pemimpin-pemimpin pemerintahan di banyak

negara berjuang untuk keluar dari wabah COVID-19 dengan pendekatannya

masing-masing.

Di China, misalnya, pemerintah merespons wabah Covid-19 dengan

menyediakan fasilitas kesehatan khusus pasien virus korona, mengubah gedung

olahraga, aula, sekolah, dan juga hotel menjadi rumah sakit sementara, melakukan

rapid-test ataupun polymerase chain reaction (PCR) pada banyak warga, hingga

mengimplementasikan metode mengisolasi kota (lockdown). Di Daegu, Korea

Selatan, pendeteksian dini melalui rapid test dilakukan secara massal dengan

tujuan melokalisasi individu yang terpapar Covid-19 sebagai upaya preventif

untuk meminimalkan penyebaran virus korona, meliburkan sekolah dan kampus,

dan juga melaksanakan lockdown.

Ketika beberapa Negara sedang gencar berjibaku menangani penyebaran

COVID-19 di negaranya di awal tahun 2020, beberapa Negara lain tampaknya

justru kurang sigap dalam mengantisipasi penyebaran virus ini di negaranya

masing-masing, termasuk Indonesia. Indonesia adalah negara dengan populasi

terbesar keempat di dunia, respons Pemerintah Indonesia terhadap krisis sangat

lamban dan berpotensi menjadi episentrum dunia setelah Wuhan.

Kurang sigapnya, dan ada kesan kurang terbukanya, pemerintah dalam

menyampaikan informasi terkait penanganan COVID-19 di Indonesia, membuat

2
beberapa memberikan beberapa catatan, baik dari luar negeri, seperti World Health

Organization (WHO), maupun dalam negeri, khususnya yang berasal dari lembaga

penelitian dan kalangan akademis. Kebijakan yang tidak responsif dan keliru tentu

akan membahayakan jutaan rakyat Indonesia. Selain itu, narasi yang

dikembangkan oleh elite politik Indonesia bernuansa meremehkan ganasnya virus

corona dan menganggap bahwa virus tersebut dapat dihalau dengan doa. Namun,

respons sedikit berubah manakala kasus COVID-19 pertama ditemukan. Yakni

dengan mengambil langkah melalui penerapan Social distancing, physical

distancing sampai dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Pertanyaan yang timbul kemudian adalah mengapa pemerintah Indonesia

terkesan kurang transparan dalam hal penanganan penyebaran COVID-19?

Gejolak ekonomi global yang belum juga mereda dan berdampak sangat

signifikan terhadap ekonomi Indonesia tampaknya menjadi salah satu alasan

mengapa pemerintah terkesan tidak transparan dalam penyampaian informasi

terkait COVID-19.

Prediksi pertumbuhan ekonomi Global menurut lembaga-lembaga

Internasional (Morgan Stanley, Goldman Sach, IMF) 0,9 hingga 1,25% yang

tadinya diperkirakan 3,3%. Sementara untuk AS yang merupakan ekonomi

terbesar dunia, akan jauh lebih buruk, yakni 2,4 hingga 30,1%. Untuk China,

prediksinya antara 4 hingga 5,6% yang sebelumnya 6%. Bagaimana dengan

Indonesia?

Dampak ekonomi yang diakibatkan oleh peningkatan penyebaran COVID-19

bisa dirasakan di Indonesia, mulai dari fenomena panic buying, terjun bebasnya

3
indeks harga saham, terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Serikat (USD), lesunya kegiatan industri pengolahan (manufaktur), dan pada

akhirnya berimbas pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia penerapan Social distancing, physical distancing sampai

dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga tertutupnya segala sektor

pendidikan memberikan dampak yang begitu besar, banyak masyarakat

kehilangan mata pencaharian akibat PSBB, laju perekonomian seketika terhenti

dan melemahkan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, memberikan gambaran dampak ekonomi yang

terjadi di Indonesia akibat Covid-19. Pertanyaan yang muncul selanjutnya langkah

konkrit sepertia apa yang telah diambil oleh pemerintah Indonesia dari segala

Aspek? Kebijakan Politik seperti apa sehingga mampu menangani dan

memulihkan masalah Ekonomi di Indonesia di tengah Pandemi?.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia Secara Umum

Corona Virus Disease 2019 (covid-19) telah menyebar hampir ke 200

negara di dunia, termasuk Indonesia. Masyarakat Global pun heboh, panic ,

dan berfokus membendung penyebarannya. Ketika Presiden Joko Widodo

mengatakan bahwa Indonesia sudah tidak lagi bebas dari virus corona 2 Maret

2020, dimulailah rasa kepanikan, was-was, bahkan muncul banyak pretensi di

kalangan masyarakat.

Pemerintah seakan tidak transparan dengan data penanganan covid-19,

sehingga menimbulkan ketidakpercayaan publik dan menyebabkan

kepanikan.Terutama dalam bidang Ekonomi, terancam bangkrut, kelangkaan

pangan, barang dan sejenisnya, apalagi ketika PSBB diterapkan oleh

pemerintah berdampak pada banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan.

Timbul pilihan antara menyelamatkan kehidupan manusia ataukah mematikan

ekonomi. Pandemi Covid-19 tidak diragukan lagi telah mempengaruhi kondisi

ekonomi di Indonesia, Hal ini juga terlihat dari tingkat penyebarannya yang

cukup tinggi, banyaknya orang yang terinfeksi dan tingginya angka kematian

serta lamanya penyebaran virus ini berlangsung.

Kasus covid-19 selanjutnya dapat dilihat dari dua sudut pandang

ekonomi yang berbeda yaitu permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan,

kondisi pandemi COVID-19 jelas akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan

5
perjalanan dan transportasi, serta peningkatan biaya transportasi dan

perdagangan, sedangkan dari sisi penawaran kemungkinan besar yang terjadi

adalah terkontraksinya produktivitas buruh atau pekerja, penurunan investasi

dan kegiatan pendanaan serta terganggunya rantai pasokan global.

Dari sisi konsumsi, pola konsumsi masyarakat akibat penyebaran

COVID-19 secara otomatis akan berubah. Masyarakat akan cenderung untuk

tidak melakukan kegiatan perjalanan atau pariwisata dan lebih cenderung

meningkatkan konsumsi pada barang-barang kebutuhan pokok yang dianggap

penting sebagai antisipasi terjadinya pembatasan pergerakan manusia. Secara

keseluruhan, tingkat konsumsi akan cenderung turun karena harga yang

terdistorsi akibat mahalnya biaya transportasi dan logistik barang.

Sementara itu, dari sisi produksi, beberapa sektor utama di Indonesia

juga akan terdampak akibat penyebaran COVID-19, khususnya industri

pengolahan (manufaktur). Kontribusi sektor ini cukup signifikan terhadap

ekonomi Indonesia (19-20 persen) dan produk yang berasal dari industri

pengolahan juga menyumbang secara signifikan terhadap total ekspor

Indonesia, yaitu di atas 70 persen. Kinerja industri manufaktur di Indonesia

kemungkinan akan melambat seiring dengan meningkatnya kasus COVID-19

ini.

Secara umum, dampak COVID-19 memang cukup signifikan terhadap

ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mayoritas

industri manufaktur di Indonesia masih bergantung pada impor, yang salah

satunya berasal dari Tiongkok. Kegiatan produksi di Tiongkok pun terganggu

6
akibat kasus virus ini. Perlu diketahui bahwa struktur impor Indonesia

memang didominasi bahan baku/penolong yang angkanya mencapai di atas 70

persen. Buah simalakama antara struktur ekspor dan impor inilah yang

kemungkinan besar akan berdampak besar pada kinerja industri manufaktur di

Indonesia.

B. Kebijakan Pemerintah Pusat Memulihkan Ekonomi Nasional

Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian nasional dan

global sangat terasa pada triwulan II tahun 2020. Triwulan I tahun 2020,

ekonomi nasional masih tumbuh 2,97%, walau turun dibandingkan dengan

triwulan I tahun 2019 yang sebesar 5,07. Hal ini terjadi karena pengaruh

eksternal di mana Covid-19 sudah merebak di beberapa negara seperti Cina.

Para pengamat ekonomi dan Lembaga Internasional (IMF, Bank

Dunia, OECD) memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia pada tahun

2020. Resesi tersebut akan dialami lebih dalam oleh negara-negara maju.

Indonesia diperkirakan akan mengalami resesi namun resesi ringan (mild

recession) karena kontraksi ekonomi diperkirakan “hanya” sekitar -3%-0%

dan tidak akan berlangsung lama, sekitar 2 triwulan.

Prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk

melaksanakan kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara

konsisten dan membangun kerjasama dari seluruh komponen bangsa.

Pemerintah Pusat mengambil kebijakan pemulihan ekonomi yang holistic.

Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah.

Pemda mempunyai peran strategis dalam mendorong percepatan dan

7
efektivitas pemulihan ekonomi nasional. Pemda memahami struktur ekonomi

daerah, demografi, dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.

Di samping itu, kebijakan APBD dapat disinergikan untuk mendorong

percepatan pemulihan ekonomi di daerah. Masyarakat dan pelaku usaha

termasuk UMKM juga mempunyai peran yang strategis dalam mempercepat

pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah memberikan kemudahan/stimulus

fiskal dan moneter, seyogyanya disambut dengan positif oleh pelaku usaha

dengan menggerakkan usahanya secara baik.

Menyikapi kondisi ekonomi Indonesia dalam situasi covid-19,

pemerintah Indonesia mengambil strategi dan kebijakan untuk pemulihan

ekonomi meskipun termasuk lambat, namun masyarakat menduga bahwa

pemerintah lebih memperhitungkan dampak ekonomi dibanding keselamatan

warga.

Beberapa kebijakan tersebut meliputi melarang semua penerbangan

dari dan ke China, menghentikan pemberian visa bagi warga negara China

untuk melakukan perjalanan ke Indonesia, membatasi perjalanan dari dan ke

beberapa negara seperti Korea Selatan, Italia, dan Iran, meliburkan sekolah,

kampus, termasuk beberapa kantor pemerintahan dan perusahaan swasta

hingga menutup pusat-pusat hiburan. Dari sisi keuangan, pemerintah

mengeluarkan kebijakan berupa PERPU kebijakan keuangan Negara dan

stabilitas Sistem keuangan, dimana ada tambahan belanja dan pembiayaan

APBN tahun 2020 untuk penanganan covid-19 sebesar Rp. 405,1 triliun, dana

ini harus bisa dijelaskan oleh pemerintah untuk apa dan masuk ke mana.

8
Adapun program-program pro-rakyat yang harus dibiayai dari

realokasi anggaran infrastruktur ini adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT),

Program Keluarga Harapan (PKH), Subsidi beras untuk masyarakat miskin

(Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), serta program kompensasi

pembatasan sosial dan bersifat sementara.

C. Kebijakan Politik Pemerintah Dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia

Saat ini Indonesia dan bahkan seluruh dunia sedang mengalami

pandemi yang sama yaitu pandemi Covid-19, semua negara sedang berperang

melawan pandemi tersebut, melakukan yang terbaik untuk menjamin keutuhan

negara dan kelangsungan hidup warga negaranya.

Beberapa kebijakan diambil karena Pemerintah Indonesia sadar bahwa

wabah COVID-19 merupakan bencana berskala nasional yang harus

diselesaikan dengan cara yang luar biasa (extra-ordinary). Oleh sebab itu,

tidak heran apabila Presiden Indonesia menerbitkan Keputusan Presiden

(Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam

Penyebab Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana

Nasional pada 13 April 2020, meskipun dalam waktu yang amat terlambat

karena jumlah orang yang terinfeksi sudah mencapai 6.760 orang serta 590

orang lainnya meninggal dunia.

Namun sejalan dengan kebijakan yang diterbitkan terdapat beberapa

strategi politik pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19. Juru bicara

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Ahmad Yurianto,

9
mengungkapkan beberapa strategi politik pemerintah untuk penanganan

Covid-19 di Indonesia sebagai berikut :

1. Strategi pertama sebagai penguatan strategi dasar adalah dengan gerakan

masker untuk semua, yaitu mengampanyekan kewajiban memakai masker

saat berada di ruang publik atau di luar rumah dan tak lupa penerapan

physicaldistancing atau jaga jarak.

2. Strategi kedua adalah penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang

dirawat dengan menggunakan rapidtest atau tes cepat. Di antaranya adalah

pada orang terdekat, tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19,

serta pada masyarakat di daerah yang ditemukan kasus banyak.

3. Strategi ketiga adalah edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada

sebagian hasil tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapidtest atau

negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri. Dari kelompok

inilah, jika kemudian dilakukan tes ulang ditemukan positif atau keluhan

klinis yang memburuk, baru akan dilakukan pengecekan antigen melalui

metode PCR demi efektifitas pemeriksaan.

4. Strategi keempat adalah isolasi Rumah Sakit yang dilakukan kala isolasi

mandiri tidak mungkin dilakukan, seperti ada tanda klinis yang butuh

layanan definitif di Rumah Sakit, termasuk dilakukan isolasi di RS Darurat

baik di Wisma Atlet ataupun di Pulau Galang yang akan diikuti beberapa

daerah untuk melakukan isolasi kasus positif dengan gejala klinis ringan

hingga sedang yang tidak mungkin laksanakan isolasi mandiri.

10
Namun harus diingat bahwa pertaruhan terbesar dari kekalahan

berperang melawan pandemi adalah runtuhnya sistem kesehatan nasional

dan kebangkrutan ekonomi Indonesia. Sederhananya, layanan kesehatan

tidak lagi tersedia karena kurangnya tenaga kesehatan, rumah sakit tidak

lagi bisa menampung dan memberikan pengobatan yang dibutuhkan

karena ketidaktersediaan alat dan obat; sistem rujukan dan pemantauan

kesehatan masyarakat tidak lagi berjalan efektif; serta pasien yang sudah

mengidap penyakit lain dan membutuhkan layanan kesehatan tidak lagi

bisa mendapatkannya. Dengan strategi ini, ada sedikit harapan dan optimis

bahwa pemerintah perduli bahwa pandemik covid-19 akan teratasi yang

akhirnya perekonomian dapat kembali bangkit. Mari bekerjasama dan

membangun sinergi untuk memulihkan perekonomian nasional. The only

thing that will redeem mankind is cooperation.(Bertrand Russell)

11
BAB III

PENUTUP

1. Corona Virus Disease-19 (COVID-19) adalah pandemi dunia yang

penyebarannya sangat masif. COVID-19 berdampak negatif terhadap kinerja

ekonomi Indonesia, khususnya terkait dengan pertumbuhan ekonomi

Ketidakpastian ekonomi global masih berlangsung hingga saat ini dan di

tengah pesimisme tersebut, COVID-19 tampaknya menambah tekanan pada

kondisi ekonomi dunia yang mengarah pada keadaan resesi. Oleh karena itu,

perlambatan ekonomi membawa dampak pada kinerja pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

2. Lemahnya koordinasi antar-stakeholder dalam hal ini pemerintah pusat dan

pemerintah daerah menjadi masalah. Pemerintah pusat lamban memberikan

instruksi terbaik dalam menangani dan mengendalikan penyebaran virus

Corona. Di sisi lain, pemerintah daerah (yang tidak memiliki wewenang)

mengambil langkah sendiri guna menghalau masuk penyebaran virus ini di

daerah mereka masing-masing

3. Masih lemahnya dan terkesan lambat setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah dalam menangani covid-19, sehingga berpengaruh pada semua

aspek dalam masyarakat, termasuk dalam perspektif Ekonomi. Namun diluar

12
dari semua hal tersebut kita masih bisa optimis untuk dapat bangkit dalam

keterpurukan Ekonomi Indonesia ditengah Pandemi Covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, L. (2020). Analisis Kebijakan Penanganan Wabah Covid-19 :


Pengalaman Indonesia Analysis Of Covid-19 Outbreak Handling Policy :
The Experience Of Indonesia. Junal Borneo Administrator, 16(2), 253–270.

Damuri, Y. R., & Hirawan, F. B. (2020). Mengukur Dampak COVID-19 pada


Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Indonesia 2020. CSIS
Commentaries DMRU-015, March, 1–8.

https://kumparan.com/tiiaraap0203/politik-pemerintah-dalam-menangani-
pandemi-covid-19-di-indonesia-1utxxkukjlC. Diakses tgl 3 Maret 2021

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13287/Strategi-Kebijakan-
Pemulihan-Ekonomi-Nasional.html. Diakses tgl 3 Maret 2021

Fecho Irwan (2020). Guratan Pandemi (Catatan dari Awal Pandemi Menuju New
Normal). Jakarta : PT. Pustaka Alvabet

Razak Amran, Damanhuri D, Yusuf I, Latief H, Marsuki & Situmorang C (2020).


Menakar Kemampuan Negara Mengendalikan Covid-19. Makassar : Garis
Khatulistiwa

Schenker Jason (2020). Masa Depan Dunia Setelah Covid-19.Jakarta : PT.Pustaka


Alvabet

Supriadi (2020). Kebijakan Penanganan Covid- 19 .Fakultas Hukum Universitas


Tadulako Palu… 91. 91–109.

13

Anda mungkin juga menyukai