Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

POLITIK KESEHATAN

Oleh :

JIRANAH (003210122019)

Dosen Mata Kuliah :

Dr. Andi Surahman Batara, SKM,M.Kes

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
1. Apa contoh kasus ketidaksetaraan dalam kesehatan?
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia masih menjadi masalah yang
sifatnya urgent yang perlu perhatian dari pemerintah dan harus dibenahi. Baik dari
segi regulasi, integrasi antara system offline dengan online, bahkan sampai segi
pemerataannya. Timbulnya ketidaksetaraan pelayanan dalam masyarakat masih
sangat jelas terlihat, misalnya antara pengguna BPJS dan pasien umum.

Meskipun Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah mulai


dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 lalu dan dilaksanakan secara bertahap hingga
tercapainya Universal Health Coverage di tahun 2019, namun ternyata masih saja
jauh dari kesan memuaskan bagi masyarakat Indonesia seutuhnya, masih banyak
masyarakat kita yang belum bisa memanfaatkan sebaik-baiknya layanan JKN.
Universal Health Coverage berarti setiap warga di dalam populasi memiliki akses
yang adil terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, program ini
dijalankan oleh suatu lembaga independen yang disebut dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang menerbitkan Kartu
Indonesia Sehat atau KIS namun hal ini tidak dibarengi dengan pemerataan
pelayanan kesehatan yang baik. Dalam UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional menjelaskan bahwa :

 Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan


prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
 Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Dalam UU No 36 Tahun 2019 tentang kesehatan juga menegaskan bahwa:

 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.
 Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau

1
Dari kedua kebijakan ini sangatlah jelas bahwa seharusnya masyarakat
memperoleh pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang dilaksanakan dengan
prinsip ekuitas yang artinya pelayanan kesehatan merupakan keadilan dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik itu individu atau
kelompok. Namun hal ini berbeda dengan kenyataan yang terjadi, contohnya
kasus ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan seperti yang diberitakan oleh
Kompas.com pada tanggal 10 September 2017, yakni meninggalnya bayi Debora
yang tidak dapat diselamatkan meskipun kedua orangtuanya telah membawanya
ke RS Mitra, karena kondisinya menurun Dokter menyarankan dirawat di ruang
pediatric intensive care unit (PICU) dan menyarankan orangtua Debora untuk
mengurus administrasi agar Debora segera mendapatkan perawatan intensif, tetapi
RS tersebut tidak melayani pasien BPJS sehingga orangtua Debora harus
membayar sejumlah uang namun ditolak karena uang tersebut tidak cukup,
sehingga pihak RS sempat merujuk Debora untuk dirawat di RS lain yang
memiliki instalasi PICU dan melayani BPJS. Setelah menelfon kesejumlah RS,
orangtua Debora tidak mendapatkan Ruang PICU kosong meskipun RS tersebut
melayani pasien BPJS dan kondisi Debora terus menurun yang akhirnya
meninggal.
Kasus ini memberikan gambaran betapa buruknya layanan kesehatan di
Negara kita, sejatinya dengan adanya BPJS akan mempermudah dan meringankan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Tetapi kenyataannya terjadi
perbedaan yang signifikan antara pasien pengguna BPJS dan pasien umum. Bayi
Debora meninggal dunia, kartu BPJS yang dimiliki tidak dapat digunakan dalam
mendapatkan pelayanan yang semestinya.

2
2. Apa contoh kasus determinan kesehatan jadi isu politik di Indonesia?
Teori klasik Hendrik.L.Bloom tentang Determinan Kesehatan menyatakan
bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu : Gaya hidup
(lifestyle), Lingkungan (Sosial, Ekonomi, Politik dan Budaya), Pelayanan
Kesehatan dan Faktor Genetik (Keturunan). Keempat determinan tersebut saling
berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang.
Kesehatan seseorang merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar,
namun seringkali menjadi dampak dari berbagai permasalahan yang dialami
individu dan lingkungan sekitarnya. Dalam UU Kesehatan No 36 tahun 2009 juga
menjelaskan bahwa Kesehatan dalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara social dan ekonomis.
Kenyataannya di Indonesia, kasus determinan masih banyak yang menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah, contohnya adalah masalah gizi khusunya
masalah stunting pada anak, memerlukan kerjasama dari semua pihak termasuk
peran lintas sektor karena disebabkan oleh faktor multidimensi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya antara lain faktor perilaku, pengalaman yang
terkait dengan pelayanan kesehatan dan gizi, faktor individu yang berkaitan
dengan personal maupun keluarga dan faktor lingkungan.
Stunting merupakan urutan pertama dalam Global target tahun 2025,
namun berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018, angka stunting di Indonesia
adalah 30,8%, meskipun turun dari tahun 2013 yakni 37,2% tetapi masih butuh
penanganan dan perhatian karena angka 30,8% termasuk masih tinggi yakni
mengacu dari data WHO yang prevalensinya harus kurang dari 20%. Adapun
proporsi status gizi sangat pendek dan pendek menurut provinsi paling tinggi
tingkat nasional adalah di Nusa Tenggara Timur mencapai 42,6% dan provinsi
kedua adalah Sulawesi Barat 40% dari jumlah balita.
Oleh karena itu permasalahan Stunting di Sulbar butuh penaanganan
serius. Dari data ini Pemerintah Sulbar terus berupaya menekan tingginya

3
penderita stunting. Kondisi ini disebabkan oleh gizi buruk, masih kurangnya
kontrol frekuensi makan kepada bayi hingga kurangnya pelayanan kesehatan di
daerah Sulbar. Dalam sebuah penelitian menyatakan, berdasarkan hasil studi yang
dilakukan faktor keturunan hanya menyumbang 15% penyebab stunting,
permasalahan asupan gizi pada anak, hormon pertumbuhan, serta terjadinya
penyakit berulang adalah faktor penentu yang dominan. Adapun dampak yang
ditimbulkan oleh stunting ini bisa dirasakan jangka pendek maupun jangka
panjang. Pada jangka pendek, daya tahan tubuh anak akan berkurang dan mudah
terserang penyakit, sedangkan pada jangka panjang akan menyebabkan
berkurangnya perkembangan kognitif dan motorik pada anak. Keadaan ini jika
dibiarkan terus menerus, akan mempengaruhi kualitas SDM bangsa Indonesia di
masa depan.
Stunting belum selesai, kini kita dihadapkan pada wabah Covid-19, yang
mana pada masa pandemi Covid-19 telah merubah tatanan perilaku masyarakat,
karena pembatasan dilakukan di segala sektor termasuk bidang kesehatan, dimana
sebagian besar anggaran dialihkan ke Covid-19. Hal ini membuat kegiatan
penanganan stunting sedikit terhambat. Perhatian beralih pada Covid-19,
sementara masalah stunting semakin mengancam didepan mata bahkan PBB
memperkirakan bahwa Covid-19 memicu ancaman stunting terhadap hampir 7
juta anak dan 180.000 anak terancam meninggal.

4
3. Apa contoh pengorganisasian masyarakat dalam kesehatan?

Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat


dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas
dari kebutuhan tersebut yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dan
dengan usaha gotong royong. Pengaturan Pemberdayaan Masyarakat ada dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan ini digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan,
swasta, dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam mewujudkan peran aktif
dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat meliputi kesehatan ibu, bayi dan balita, kesehatan anak usia sekolah
dan remaja, kesehatan usia produktif, kesehatan lanjut usia, kesehatan kerja,
perbaikan gizi masyarakat, penyehatan lingkungan, penanggulangan penyakit
menular dan tidak menular, kesehatan tradisional, kesehatan jiwa, kesiapsiagaan
bencana dan krisis kesehatan dan kegiatan peningkatan kesehatan lainnya yang
dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
Contoh pengorganisasaian masyarakat dalam kesehatan adalah adanya
pengkaderan masyarakat dalam upaya memberdayakan masyarakat agar bersama-
sama dengan stake holder terkait dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Misalnya terciptanya pemberdayaan masyarakat melalui Pengembangan kegiatan
UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat), dimana Kegiatan
difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan
dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Survailans berbasis
masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan
oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman
kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya
berupa:

5
 Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak,
gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat (Dapat dilakukan Di Posyandu, Pos UKK, Posbindu, Karang
taruna dan lainnya)
 Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon
cepat (Kader Kesehatan yang telah terlatih)
 Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan,
serta
 Pelaporan kematian.
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman
agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepada
petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa
Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar, Bantuan/fasilitasi pemenuhan
kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan
limbah) dan Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

6
4. Apa contoh yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam rangka
memenuhi hak warga Negara pada sektor kesehatan?
Kesehatan merupakan aspek penting dari Hak Asasi Manusia bahwa
setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya sehingga setiap manusia berhak
atas kesehatannya. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan
masyarakat yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UUD Tahun 1945. Undang-Undang
Dasar RI 1945, Pasal 28H : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh layanan kesehatan”.
Kesehatan berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Ketersediaan layanan kesehatan dan obat-obatan, lingkungan yang bersih dan
sehat, serta hal-hal lain terkait dengan kesehatan adalah faktor yang vital bagi
keberlangsungan hidup manusia. Tanpa hal tersebut, manusia mungkin sulit untuk
hidup secara bermartabat, bahkan kesehatan yang buruk dapat memperpendek
usia harapan hidup seseorang. Oleh karena itu, kesehatan harus diperoleh oleh
setiap orang
Indonesia menjamin pemenuhan hak atas kesehatan melalui Undang
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kehadiran Undang-Undang ini
sendiri merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam menjamin kesehatan
masyarakatnya dengan menyediakan layanan kesehatan yang kompeten dan
berasaskan nondiskriminasi, walaupun dalam praktiknya pemenuhan hak atas
kesehatan tidak luput dari pelanggaran. Negara, sebagai pemegang kewajiban
pemenuhan hak asasi manusia memiliki tanggung jawab dalam memenuhi hak

7
warga Negara atas kesehatannya. Tanggung jawab ini bisa dilakukan dengan,
misalnya, melakukan pengadaan pelayanan, barang dan fasilitas yang baik,
menyediakan layanan yang tidak diskriminatif, mengembangkan kebijakan/
undang-undang dan rencana aksi khusus, atau langkah-langkah serupa lainnya
untuk realisasi penuh atas hak kesehatan, seperti halnya hak asasi manusia.

Salah satu contoh hak kesehatan warga Negara yang telah diberikan
oleh pemerintah adalah dengan memberikan Imunisasi pada anak yang
merupakan generasi penerus bangsa. Imunsasi adalah hak anak untuk sehat
dimana pemberian imunisasi sebagai program pemerintah mencakup dimensi
ketersediaan dan kualitas seperti bahan baku mutu vaksin serta menjamin
aksesibilitas program yang nondiskriminatif hingga ke daerah terpencil
sekalipun. Dalam mencapai target SDG’s dengan memenuhi hak warga Negara
akan kesehatannya melalui vaksinasi yang diberikan pada anak memberikan
gambaran tentang pemenuhan hak anak untuk mendapatkan kesehatan yang
sebaik-baiknya seperti imunisasi mencegah BCG, Polio, Campak dan lainnya.

8
5. Kemukakan contoh pengaruh Globalisasi terhadap masalah
kesehatan?
Globalisasi adalah proses sesuatu yang mendunia bisa berupa informasi,
pemikiran, gaya hidup, dan teknologi. Ciri-ciri globalisasi adalah perubahan
kemajuan dan perkembangan teknologi, pasar dan produksi ekonomi negara yang
saling bergantung, meningkatnya masalah bersama, dan adanya aktifitas interaksi
dan pertukaran budaya serta sangat mudahnya setiap informasi dari Negara luar
masuk ke Negara kita. Sehingga di era globalisasi kita harus mampu menyaring
setiap perubahan atau hal yang baru di Negara kita, apalagi kita telah memasuki
dan telah diberlakukan Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015 dimana
AFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas yang diciptakan oleh negara-
negara anggota ASEAN, yang dimanfaatkan sebagai suatu wadah untuk persiapan
dalam menghadapi era perdagangan bebas dunia.

Faktor penyebab globalisasi dapat dipengaruhi secara internal dan


eksternal, faktor internal disebabkan karena dorongan dari dalam negara sendiri,
sedangkan faktor eksternal terjadi karena pengaruh dari negara lain atau
perkembangan dunia luar. Perubahan kemajuan dan perkembangan teknologi
terjadi di segala aspek termasuk aspek kesehatan, dimana kesehatan merupakan
hal yang penting, maka manusia membutuhkan pelayanan kesehatan yang
memadai seperti rumah sakit, tenaga kesehatan, industri farmasi, dan alat
kesehatan.
Ketika Indonesia memasuki abad 21, negara kita harus siap memasuki
setiap pengaruh atau ancaman dari globalisasi. Baik pengaruh buruk maupun

9
pengaruh baik dalam dunia kesehatan, misalnya penyakit baru yang muncul, cara
pandang masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan
lainnya. Sehingga sebagai petugas kesehatan kita harus siap menghadapi setiap
tantangan globalisasi agar tidak tertinggal dari perkembangan tekhnologi yang
ada.
Pengaruh globalisasi yang sifatnya positif contohnya adalah
 Meningkatnya tekhnologi terhadap alat medis dan dapat menunjang
pengobatan terhadap pasien
 Mudahnya akses pelayanan kesehatan melalui penggunaan tekhnologi berbasis
computer dengan system online
 Meningkatnya mobilitas profesional kesehatan dari suatu negara ke negara
yang lain.
 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam bidang kesehatan
sehingga banyaknya ilmuan yang menemukan metode pengobatan yang baru
Sedangkan Pengaruh globalisasi yang sifatnya negativ contohnya adalah
 Kecanggihan tekhnologi yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara perlahan
meninggalkan pengobatan alternativ sehingga banyak masyarakat memilih ke
luarnegri untuk mendapatkan pengobatan yang lebih canggih dari negara
tersebut
 Diera globalisasi, mobilitas sangat tinggi sehingga dengan kecanggihan
tekhnologi mengakibatkan banyaknya perubahan yang terjadi pada pola hidup
manusia, semua seakan serba instan, kecanggihan tekhnologi lebih
mempermudah orang beraktifitas atau memenuhi kebutuhannya. Misalnya
orang-orang semakin malas bergerak dan hanya bergantung pada kecanggihan
tekhnologi yang ada dan akhirnya menimbulkan banyak penyakit non
communicable disease seperti DM, Obesitas, Jantung Hipertensi dan lainnya
 Industri jasa kesehatan asing yang berorientasi profit, jauh dari semangat
pemerataan, kokoh secara financial, SDM, dan organisasi akan masuk ke
Indonesia dalam jaringan dengan negara asalnya sehingga memiliki daya saing
yang tinggi.

10
 Perubahan sistem nilai pada tenaga kesehatan, yaitu makin menonjolnya sikap
individualistik, materialistik, dan menurunnya solidaritas sosial.
 Biaya Rumah Sakit semakin mahal karena menggunakan alat dengan
tekhnologi yang tinggi, tingginya penggunaan elektronik berdampak
berbahaya bagi kesehatan.
 Dengan berlakunya era Masyarakat Ekonomi Asean mulai tahun 2015 maka
kompetisi makin terbuka yang menjadi tantangan pengelola rumah sakit di
Indonesia. Pengelolaan rumah sakit yang efisien dan efektif merupakan syarat
mutlak agar dapat memberi pelayanan yang optimal, terlebih dalam
persaingan yang semakin ketat saat ini seiring dengan berkembangnya
pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dalam teknologi dan pelayanan.
Dan bagi rumah sakit yang tidak siap dengan adanya globalisasi kesehatan
tentu dengan sendirinya akan tersingkir dari persaingan bisnis pelayanan
kesehatan. Dampak dari persaingan yang ketat ini, maka dituntut untuk
memberikan respon terhadap perubahan secara efektif dan membuat inovasi
serta strategi memberikan pelayanan yang memuaskan untuk pasien.
 Pencemaran udara dimana-mana akibat banyaknya muncul perusahaan-
perusahaan industry yang tidak care pada pencemaran udara sehingga
mengakibatkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan.
 Globalisasi menciptakan adanya pergeseran penyakit dari penyakit menular
ke penyakit tidak menular, hal ini terbukti dengan banyaknya produk
makanan cepat saji yang berasal dari luar negri yang seakan-akan telah
menyingkirkan makanan asli buatan Indonesia. Fastfood banyak digemari
orang sehingga dapat dikatakan sebagai salah satu budaya populer. Makanan
yang berasal dari budaya asing ini telah diadopsi oleh masyarakat Indonesia
menjadi sebuah lifestyle. Disisi lain makanan ini memiliki dampak negatif
bagi kesehatan tubuh manusia jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
dapat mengakibatkan beberapa penyakit seperti diabetes, gangguan ginjal,
kanker, kolesterol, gangguan jantung, dan stroke.
Suka ataupun tidak suka, pergeseran nilai ataupun masuknya pengaruh global
di negara kita harus dihadapi, dan harus dilakukan antisipasi yang tepat sehingga

11
dapat memberikan dampak yang positif terhadap pelayanan kesehatan di
Indonesia. Terlepas dari adanya perubahan-perubahan tersebut di atas, tentunya
kita harus memahami pula segala macam masalah yang ada pada sistem pelayanan
kesehatan Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai