Oleh :
NURDIANA
PO.714261202018
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
yang berjudul “Trauma Jaringan Keras Rongga Mulut”. Makalah ini dibuat
adanya masukan serta kritik yang sifatnya membanggun. Semoga tugas ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
B. Tujuan.............................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
1. Palatum...................................................................................... 4
2. Rongga Mulut............................................................................ 4
2. Dentin........................................................................................ 6
5. Sementum.................................................................................. 6
6. Jaringan Pulpa........................................................................... 6
7. Ligamen Periodontal................................................................. 7
8. Tulang Alveolar........................................................................ 7
ii
C. Penyeba Kelainan Jaringan Keras Rongga Mulut............................ 8
1. Fisik............................................................................................ 8
2. Kimia.......................................................................................... 8
3. Bakteriologis.............................................................................. 8
3. Klasifikasi Trauma..................................................................... 11
4. Penanganan Darurat................................................................... 15
5. Perawatan Trauma...................................................................... 17
6. Pencegahan Trauma................................................................... 19
BABA V PENUTUP................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dibutuhkan oleh tubuh dan gigi merupakan salah satu bagian di dalamnya.
guna menjaga agar ucapan kata tepat dan jelas serta sebagai sarana untuk
trauma pada jaringan keras dalam rongga mulut yang penyebabnya dapat
bersumber dari berbagai faktor, seperti faktor fisik, kimia dan bakteriologis.
Trauma adalah luka baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakan
adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi atau periodontal karena
sebab mekanis.
yang menerima perawatan untuk trauma gigi. Itu jelas terlihat bahwa mereka
dengan kasus trauma gigi yang melibatkan pulpa, diskolorasi dan avulsi tidak
dirawat. Disini terlihat bahwa perawatan trauma gigi tidak memenuhi kualitas
perawatan, sebab jika tidak dilakukan perawatan maka akan merugikan orang
1
Untuk mencegah terjadinya trauma pada jaringan keras, perlu
cara pencegahan dan cara pengobatan, misalnya pada anak- anak yang
B. Tujuan
C. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rongga Mulut
Terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibuka (ruang
diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga
mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan
disebelah belakang bersambung dengan awal farinx (Irma dan Intan, 2017).
orofaring. Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian
posterior palatum mole berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut,
dan pada bagian paling posterior dari rongga mulut terletak tonsil di antara
Sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi
oleh selaput lender mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu :
3
1. Palatum
selaput lendir
2. Rongga Mulut
a. Bagian Gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya
b. Tulang Alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang
4
f. Lidah manusia dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok
yaitu otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot
lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah
struktur pendukungnya secara garis besar adalah email atau enamel, Dentin,
2. Dentin
5
Dentin merupakan struktur yang terbanyak dari gigi, pada bagian
mahkota gigi dentin dilapisi oleh enamel sedangkan pada akar gigi dentin
ini dilapisi oleh cementum. Dentin terbentuk dari sel odontoblast dan
berasal dari lapisan ecto mesenchym, struktur dentin terdiri dari bahan
tidak sempurna yang bila terdapat pada dentin mahkota gigi disebut
5. Sementum
6. Jaringan Pulpa
7. Ligamen Periodontal
6
Bagian ini adalah bantalan pendukung setebal 0,2-1,5 mm
8. Tulang Alveolar
pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligament
periodontal.
ketidaknyamanan
1. Fisik
7
a. Mekanis : Trauma (Kecelakaan, Prosedur Gigi), Pemakaian patologik,
b. Thermis :
2. Kimia
b. Erosi (asam)
3. Bakteriologis
(anakoresis)
Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang
suatu struktur. Trauma dengan kata lain disebut injuri atau wound, yang
dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka karena kontak yang keras
8
adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi atau periodontal
gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal
karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga
sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun rahang
atas dibanding gigi rahang bawah. Insidensi trauma pada gigi permanen
biasanya terjadi pada anak sekitar 8 hingga 10 tahun. Trauma injuri pada
6-36 % dari setiap individu menderita trauma injuri pada gigi selama masa
9
Berdasarkan satu penelitian yang dilakukan di Kota Vadodara
yang dilakukan oleh Gauba yaitu 7,54 % dan Nick Hussien yaitu 4,1%.
Hasil penelitian itu juga menunjukkan anak laki-laki lebih tinggi dan lebih
hanya melibatkan satu gigi. Trauma gigi paling sering ialah fraktur yang
dentin sebanyak 45,5 % dan fraktur yang melibatkan enamel, dentin, pulpa
dimana 4251 anak sekolah di kota besar 4,2 % memiliki fraktur gigi
anterior. Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka ini harus segera diatasi
untuk melindungi pulpa agar tetap normal. Penyebab trauma gigi pada
anak-anak yang paling sering adalah karena jatuh saat bermain, baik di luar
langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung
mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika
membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-
10
tiba. Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada periode 8-
pada saat berolahraga seperti olahraga bela diri, sepak bola, bola basket,
lomba lari, sepatu roda, dan berenang. Selain faktor-faktor di atas ada
3. Klasifikasi Trauma
Klasifikasi ini dianggap lebih baik karena memiliki format yang deskriptif
kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa, kerusakan pada tulang
a. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa Kerusakan pada jaringan
11
1. Retak mahkota (enamel infraction) yaitu suatu fraktur yang tidak
fraktur mahkota gigi yang mengenai lapisan enamel dan dentin saja
12
Gambar 2.3 : Kerusakan Pada Jaringan Keras gigi dan Pulpa
pendek.
13
6) Avulsi, yaitu pergerakan seluruh gigi keluar dari soketnya.
Gambar 2.4 : Kerusakan Pada jaringan Pendukung
14
Gambar 2.5 : Kerusakan Pada Tulang Pendukung
1) Laserasi yaitu suatu luka terbuka pada jaringan lunak rongga mulut
4. Penanganan Darurat
kesehatan pasien, data dan keluhan pasien. Data vital terdiri dari usia
Tetanus Serum). Pasien juga ditanyakan apakah terjadi muntah pada saat
15
trauma, atau pasien menjadi tidak sadar, sakit kepala serta amnesia setelah
kerusakan pada sistem syaraf pusat. Pada pasien ini dianjurkan untuk
bermanfaat untuk mencatat lokasi dan besar luka pada wajah dan
16
seperti gumpalan darah, kotoran yang masih menempel, fragmen gigi
fraktur terutama pada daerah gigi yang avulsi. Ini penting untuk
sudah hancur. Semua gigi yang ada harus diperiksa apakah terdapat
reaksi yang sangat sensitif terhadap tes vitalitas. Oleh karena itu tes
berbeda-beda.
5. Perawatan Trauma
emosinya terlebih dahulu. Setelah trauma terjadi, anak pasti akan merasa
atau hidung dan membersihkan orofaring. Untuk anak yang tidak memiliki
17
kelainan pada pembekuan darah, perdarahan pada daerah yang avulsi
Kasus lepasnya gigi dari soket alveolar akibat trauma injuri harus
memperhatikan kondisi fisik anak. Pada kasus avulsi yang disebabkan oleh
jika terdapat kotoran pada gigi, namun tidak boleh mengikis atau
menggosok gigi.
periodontal masih baik, derajat dan ketepatan waktu resorpsi akar akan
18
untuk regenerasi. Kemudian dilakukan kontrol yang tepat agar hasil
frakturnya.
trauma gigi yang pulpanya terpapar yang paling penting adalah bagaimana
6. Pencegahan Trauma
naik sepeda atau bermain. Mouthguard yang tersedia dipasaran terdiri atas
3 macam yaitu :
19
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, namun hanya
sedikit yang sesuai dengan rongga mulut. Alat ini terlalu besar, mudah
bicara.
Tipe mouthguard ini juga terasa besar dan dapat menyebabkan sulit
20
Gambar 2.6 : A. Stock mouthguard, B. Custom-made mouthguard
BAB V
21
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan
struktur.Trauma dengan kata lain disebut injuri atau wound, yang dapat
diartikan sebagai kerusakan atau luka karena kontak yang keras dengan
sesuatu benda
3. Trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi atau
4. Penyebab kelainan Jaringan keras gigi adalah faktor Fisik, Kimia dan
Bakteriologis
pada jaringan keras gigi dan pulpa, kerusakan pada tulang pendukung,
DAFTAR PUSTAKA
22
Deynilisa,S. (2016).IlmuKonservasiGigi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Farani, W., & Nurunnisa, W. (2018). Distribusi Frekuensi Fraktur Gigi Permanen
di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(1), 28–36.
Harmono, H., Hikmah, N., Setiawan, B., & Wahyuningsih, S. (2017). Rongga
Mulut Blok 5 : Struktur Sistem Stomatognatik. 1–31.
Kristiani, A., Koswara, N., K, H. A., Wijaya, I., Nafarin, M., Nurhayati,
Suwarsono, Salamah, S., Dahlan, Z., Nasri, Budiarti, R., Vione, V.,
Mappahia, N., Ningrum, N., Ambarwati, S. U., Krisyudhanti, E., Elina, L., &
Arnetty. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Politeknik
Kesehatan Tasikmalaya, 10–20.
Marchianti, A., Nurus Sakinah, E., & Diniyah, N. et al. (2017). Digital Repository
Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember. In Efektifitas
Penyuluhan Gizi pada Kelompok 1000 HPK dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap Kesadaran Gizi (Vol. 3, Issue 3).
23