Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH: Kegawatdaruratan Dalam Pelayanan

TRAUMA JARINGAN KERAS


RONGGA MULUT

Oleh :

NURDIANA

PO.714261202018

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah

yang berjudul “Trauma Jaringan Keras Rongga Mulut”. Makalah ini dibuat

sebagai salah satu tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Dalam Pelayanan.

Penulis menyadari Makalah ini jauh dari sempurna, sehingga diharapakan

adanya masukan serta kritik yang sifatnya membanggun. Semoga tugas ini dapat

menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.Aamiin

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Tujuan.............................................................................................. 2

C. Manfaat............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3

A. Rongga Mulut ................................................................................. 3

1. Palatum...................................................................................... 4

2. Rongga Mulut............................................................................ 4

B. Struktur Jaringan Keras Rongga Mulut........................................... 5

1. Email atau Enamel.................................................................... 5

2. Dentin........................................................................................ 6

3. Interglobular Space dari Owen.................................................. 6

4. Tomes Fober dari Odontoblast.................................................. 6

5. Sementum.................................................................................. 6

6. Jaringan Pulpa........................................................................... 6

7. Ligamen Periodontal................................................................. 7

8. Tulang Alveolar........................................................................ 7

9. Sendi Tempuromandibula atau TMJ......................................... 7

ii
C. Penyeba Kelainan Jaringan Keras Rongga Mulut............................ 8

1. Fisik............................................................................................ 8

2. Kimia.......................................................................................... 8

3. Bakteriologis.............................................................................. 8

D. Trauma Jaringan Keras Rongga Mulut............................................ 8

1. Pengertian Trauma Jaringan Keras Rongga Mulut.................... 8

2. Prevalensi dan Etiologi Trauma................................................. 9

3. Klasifikasi Trauma..................................................................... 11

4. Penanganan Darurat................................................................... 15

5. Perawatan Trauma...................................................................... 17

6. Pencegahan Trauma................................................................... 19

BABA V PENUTUP................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

2.1 Rongga Mulut........................................................................................…. 3

2.2 Struktur Jaringan Keras Gigi...................................................................... 7

2.3 Kerusakan Pada jaringan Keras Gigi Dan Pulpa........................................ 13

2.4 Kerusakan Pada Jaringan Pendukung......................................................... 14

2.5 Kerusakan Pada Tulang Pendukung........................................................... 15

2.6 Stock Mouthguard (A), Custom-made mouthguard (B)............................. 21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga mulut adalah gerbang utama masuknya zat-zat yang

dibutuhkan oleh tubuh dan gigi merupakan salah satu bagian di dalamnya.

Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan, sebagai alat komunikasi verbal

guna menjaga agar ucapan kata tepat dan jelas serta sebagai sarana untuk

menjaga estetika. Kesehatan gigi harus dijaga agar fungsinya tidak

mengalami gangguan (Setianingtyas dan Erwana, 2018).

Masalah kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah terjadinya

trauma pada jaringan keras dalam rongga mulut yang penyebabnya dapat

bersumber dari berbagai faktor, seperti faktor fisik, kimia dan bakteriologis.

Trauma adalah luka baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakan

fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. Trauma gigi

adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi atau periodontal karena

sebab mekanis.

Penelitian dari kota Vadodara (India) menunjukkan hanya 2,45%

yang menerima perawatan untuk trauma gigi. Itu jelas terlihat bahwa mereka

dengan kasus trauma gigi yang melibatkan pulpa, diskolorasi dan avulsi tidak

dirawat. Disini terlihat bahwa perawatan trauma gigi tidak memenuhi kualitas

perawatan, sebab jika tidak dilakukan perawatan maka akan merugikan orang

lain dan menimbulkan kesakitan.

1
Untuk mencegah terjadinya trauma pada jaringan keras, perlu

dilakukan program untuk mengedukasi masyarakat mengenai trauma gigi,

cara pencegahan dan cara pengobatan, misalnya pada anak- anak yang

mempunyai gerakan aktif, agar terhindari terjadinya fraktur akibat trauma.

B. Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui mengenai

trauma jaringan keras rongga mulut.

C. Manfaat

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menambah pengetahuan

tentang ilmu pengetahuan kesehatan gigi dan mulut khusunya mengenai

gambaran trauma jaringan keras dalam rongga mulut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rongga Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.

Terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibuka (ruang

diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga

mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan

disebelah belakang bersambung dengan awal farinx (Irma dan Intan, 2017).

Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai

orofaring. Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian

posterior palatum mole berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut,

dan pada bagian paling posterior dari rongga mulut terletak tonsil di antara

kolumna anterior dan posterior (Irma dan Intan, 2017).

Gambar 2.1 : Rongga Mulut

Sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi

oleh selaput lender mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu :

3
1. Palatum

a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah

depan tulang maksilaris, yang berbentuk konkaf, bagian anteriornya

mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol.

b. Palatum mole terletak di belakang yang merupakan lipatan

menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan

selaput lendir

2. Rongga Mulut

a. Bagian Gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya

memotong dan gigi posterior yang tugasnya menggiling. Proses

mengunyah dikontrol oleh nucleus dalam batang otak

b. Tulang Alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang

kortikal. Pembuluh darah dan syaraf gigi menembus tulng alveolar ke

foramen apical untuk memasuki rongga pulpa.

c. Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari

rongga mulut dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar

d. Ligamentum Periodontal, akar gigi masing-masing dibungkus lapis

kolagen padat, membentuk membrane periodontal atau ligament

periodontal diantara sementum dan tulang alveolar di sekitarnya.

Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih

memungkinkan sedikit gerak.

e. Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang

membentuk papilla dentis selama perkembangan embrional.

4
f. Lidah manusia dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok

yaitu otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot

ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar

lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah

g. Kelenjar Ludah terdiri dari kelenjar parotis yang merupakan kelenjar

ludah terbesar, kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut

bagian belakang dan kelenjar sublingualis di bawah selaput lender,

bermuara di dasar rongga mulut.

B. Struktur Jaringan Keras Rongga Mulut

Jaringan Keras dalam rongga mulut adalah jaringan pembentuk pada

struktur pendukungnya secara garis besar adalah email atau enamel, Dentin,

sementum dan Pulpa. Histology jaringan keras rongga mulut adalah:

1. Email atau enamel

Email merupakan lapisan terluar dari gigi serta merupakan struktur

terkeras pada tubuh manusia. Enamel diselubungi oleh cuticuladentis yang

berfungsi sebagai barrier terhadap keadaan asam rongga mulutataupun

rangsangan profiolysis. Enamel terbentuk dari sel ameloblast dari lapisan

ectoderm, berwarna semi translusen yang terdiri dari prismata (batang-

batang yang panjangnya kurang lebih 1 mm ) dan berjalan tegak agak

lurus, tetapi kadang adapula yang sudutnya menyimpang berjalan parallel

dengan permukaan gigi 30 derajat.

2. Dentin

5
Dentin merupakan struktur yang terbanyak dari gigi, pada bagian

mahkota gigi dentin dilapisi oleh enamel sedangkan pada akar gigi dentin

ini dilapisi oleh cementum. Dentin terbentuk dari sel odontoblast dan

berasal dari lapisan ecto mesenchym, struktur dentin terdiri dari bahan

anorganik sebesar 75% bahan organic 20 % dan air 5%

3. Interglobular Space dari Owen

Pada ujung petunjuk tampak daerah yang mengalami pengapuran

tidak sempurna yang bila terdapat pada dentin mahkota gigi disebut

interglobuler space dari Owen.

4. Tomes Fober dari odontoblast

Pada batas permukaan dalam dentin kearah pulpa nampak

bentukan Tome’s fiber dan odontoblast.

5. Sementum

Sementum adalah jarinagn terkalsifikasi yang menutupi kar gigi

dan melekat pada serat-serat ligament periodontal gigi. Sementum

dibentuk secara berkesinambungan pada permukaan akar gigi yang

berkontak dengan ligament periodontal atau serat gingival.

6. Jaringan Pulpa

Jaringan pulpa adalah jaringan yang berada dalam kamar

berdinding keras (dentin) dan hanya berhubungan dengan jaringan lain

melalui foramen apikalis. Bila terjadi peradangan, maka akan ditemukan

hal serupa dengan jaringan lunak.

7. Ligamen Periodontal

6
Bagian ini adalah bantalan pendukung setebal 0,2-1,5 mm

mengelilingi permukaan akar gigi dan menghubungkan dengan tulang

alveolar yang terbentuk oleh vascular dan sel-sel jaringan ikat.

8. Tulang Alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari maxilla dan mandibula yang

membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). Tulang alveolar terbentuk

pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligament

periodontal.

9. Sendi Tempuromandibula atau TMJ

TMJ bekerja seperti engsel geser, menghubungkan tulang rahang

ke tengkorak. Disfungsi sendi ini dapat menyebabkan nyeri dan

ketidaknyamanan

Gambar 2.2 : Struktur Jaringan Keras Gigi

C. Penyebab Kelainan Jaringan Keras Rongga Mulut

1. Fisik

7
a. Mekanis : Trauma (Kecelakaan, Prosedur Gigi), Pemakaian patologik,

Retak melalui badan gigi, dan Perubahan Barometrik

b. Thermis :

1) Panas berasal dari preparasi kavita

2) Panas eksotermik pada proses pengerasan semen

3) Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan tanpa semen base

4) Panas Friksional (pergesekan) pada proses pemolasan

c. Elektris (arus galvanis dari tumpatan metal yang tidak sama)

2. Kimia

a. Asam Fosfat, Monomer akrilik, dll

b. Erosi (asam)

3. Bakteriologis

a. Toksin yang berhubungan dengan karies

b. Invasi langsung pulpa dari karies atau trauma

c. Kolonisasi microbial didalam pulpa oleh mikroorganisme blood-borne

(anakoresis)

D. Trauma Jaringan Keras Rongga Mulut

1. Pengertian Trauma pada jaringan keras rongga mulut

Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang

disebabkan oleh tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal

suatu struktur. Trauma dengan kata lain disebut injuri atau wound, yang

dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka karena kontak yang keras

dengan sesuatu benda. Definisi lain menyebutkan bahwa trauma gigi

8
adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi atau periodontal

karena sebab mekanis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka trauma

gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal

karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga

sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun rahang

bawah atau kedua-duanya.

Kejadian trauma gigi biasanya melibatkan gigi insisivus rahang

atas dibanding gigi rahang bawah. Insidensi trauma pada gigi permanen

biasanya terjadi pada anak sekitar 8 hingga 10 tahun. Trauma injuri pada

gigi dan jaringan pendukungnya merupakan tantangan pada praktek

kedokteran gigi anak.

Kerusakan yang terjadi pada gigi anak dapat mengganggu fungsi

bicara, pengunyahan, estetika, dan erupsi gigi permanen sehingga

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi serta rahang. Secara

psikologis kehilangan gigi secara dini terutama gigi anterior akan

menyebabkan gangguan pada anak dan orangtua.

2. Prevalensi Dan Etiologi Trauma

Data statistik epidemiologi dari seluruh dunia menunjukkan bahwa

6-36 % dari setiap individu menderita trauma injuri pada gigi selama masa

anak-anak dan dewasa. Pada negara-negara berkembang seperti India,

kejadian karies mengalami penurunan, tetapi kejadian trauma gigi menjadi

isu kesehatan mulut yang utama pada anak-anak dan dewasa.

9
Berdasarkan satu penelitian yang dilakukan di Kota Vadodara

menunjukkan prevalensi trauma dalam penelitian ini adalah 8,79%.

Prevalensi tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan studi sebelumnya

yang dilakukan oleh Gauba yaitu 7,54 % dan Nick Hussien yaitu 4,1%.

Hasil penelitian itu juga menunjukkan anak laki-laki lebih tinggi dan lebih

rentan mengalami trauma dibanding anak perempuan dengan rasio 1,28:1.

Hasil penelitian trauma gigi permanen lainnya yang dilakukan di

Yemen menunjukkan kebanyakan anak sekolah mengalami trauma gigi

hanya melibatkan satu gigi. Trauma gigi paling sering ialah fraktur yang

melibatkan enamel. Hasil penelitian menunjukkan fraktur enamel dan

dentin sebanyak 45,5 % dan fraktur yang melibatkan enamel, dentin, pulpa

yaitu sebanyak 5,4 %, serta sebanyak 3,6 % gigi mengalami luksasi.

Trauma gigi anterior menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi

dimana 4251 anak sekolah di kota besar 4,2 % memiliki fraktur gigi

anterior. Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka ini harus segera diatasi

untuk melindungi pulpa agar tetap normal. Penyebab trauma gigi pada

anak-anak yang paling sering adalah karena jatuh saat bermain, baik di luar

maupun di dalam rumah dan saat berolahraga.

Trauma gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak

langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung

mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika

benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah

membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-

10
tiba. Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada periode 8-

12 tahun adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau

pada saat berolahraga seperti olahraga bela diri, sepak bola, bola basket,

lomba lari, sepatu roda, dan berenang. Selain faktor-faktor di atas ada

beberapa faktor predisposisi.

Terjadinya trauma gigi anterior yaitu posisi dan keadaan gigi

tertentu misalnya kelainan dentofasial seperti maloklusi kelas I tipe 2,

kelas II divisi 1 atau yang mengalami overjet lebih dari 3 mm dan

penutupan bibir yang kurang sempurna. Keadaan yang memperlemah gigi

adalah seperti hipoplasia enamel dan kelompok anak penderita seperti

cerebral palsy dan seizure disorders.

3. Klasifikasi Trauma

Salah satu klasifikasi yang terbaik yang telah diterima secara

internasional adalah klasifikasi World Health Organization (WHO).

Klasifikasi ini dianggap lebih baik karena memiliki format yang deskriptif

dan didasari oleh pertimbangan klinik dan anatomik.

WHO mengklasifikasikan menjadi 4 garis besar yang meliputi

kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa, kerusakan pada tulang

pendukung, kerusakan pada jaringan periodontal, serta kerusakan pada

gingiva atau jaringan lunak rongga mulut.

a. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa Kerusakan pada jaringan

keras gigi dan pulpa terdiri atas :

11
1. Retak mahkota (enamel infraction) yaitu suatu fraktur yang tidak

sempurna (retak) pada enamel tanpa kehilangan struktur gigi dalam

arah horizontal maupun arah vertikal.

2. Fraktur enamel yang tidak kompleks (uncomplicated crown

fracture) yaitu fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai

lapisan enamel saja.

3. Fraktur enamel - dentin (uncomplicated crown fracture) yaitu

fraktur mahkota gigi yang mengenai lapisan enamel dan dentin saja

tanpa melibatkan pulpa.

4. Fraktur mahkota yang komplek (complicated crown fracture) yaitu

fraktur yang mengenai lapisan enamel, dentin dan pulpa.

5. Fraktur mahkota- akar yang tidak kompleks (uncomplicated crown

root fracture) yaitu fraktur yang mengenai lapisan enamel, dentin,

sementum tanpa melibatkan pulpa.

6. Fraktur mahkota- akar yang kompleks (complicated crown root

fracture) yaitu fraktur yang mengenai lapisan enamel, dentin,

sementum dan pulpa.

7. Fraktur akar (root fracture) yaitu fraktur yang mengenai dentin ,

sementum dan pulpa.

12
Gambar 2.3 : Kerusakan Pada Jaringan Keras gigi dan Pulpa

b. Kerusakan Pada Jaringan Pendukung

Kerusakan pada jaringan pendukung terdiri atas :

1) Konkusio yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi

tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi, yang

menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi

2) Subluksasi yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi

dengan adanya kegoyangan dan tanpa perubahan posisi gigi.

3) Luksasi ekstrusi yaitu pelepasan sebagian gigi keluar dari soketnya

sehingga gigi terlihat lebih panjang

4) Luksasi yaitu perubahan letak gigi ke arah labial, palatal maupun

lateral yang menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket

alveolar gigi tersebut.

5) Luksasi intrusi yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar yang

menyebabkan kerusakan alveolar dan gigi akan terlihat lebih

pendek.

13
6) Avulsi, yaitu pergerakan seluruh gigi keluar dari soketnya.
Gambar 2.4 : Kerusakan Pada jaringan Pendukung

c. Kerusakan Pada Tulang Pendukung

1) Kerusakan soket alveolar yaitu hancurnya soket alveolar, pada

kondisi ini dijumpai intrusi dan luksasi lateral.

2) Fraktur dinding soket alveolar maksila dan mandibula yaitu fraktur

tulang alveolar yang melibatkan dinding soket labial atau lingual,

dibatasi oleh bagian fasial atau oral dari dinding soket.

3) Fraktur prosessus alveolaris maksila dan mandibula yaitu fraktur

yang mengenai prosessus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan

soket alveolaris gigi.

4) Fraktur tulang alveolar yaitu fraktur tulang alveolar maksila atau

mandibula yang melibatkan prosessus alveolaris dengan atau tanpa

melibatkan soket alveolar.

14
Gambar 2.5 : Kerusakan Pada Tulang Pendukung

d. Kerusakan pada gingiva atau jaringan lunak rongga mulut

1) Laserasi yaitu suatu luka terbuka pada jaringan lunak rongga mulut

yang biasanya disebabkan oleh benda tajam.

2) Kontusio yaitu memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan

benda tumpul dan menyebabkan perdarahan pada daerah

submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.

3) Abrasi yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena

gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan

yang berdarah dan lecet.

4. Penanganan Darurat

Pemeriksaan darurat meliputi pengumpulan data vital, riwayat

kesehatan pasien, data dan keluhan pasien. Data vital terdiri dari usia

pasien, bagaimana dan dimana terjadinya trauma serta kapan terjadinya

trauma. Apabila terjadinya trauma di tempat yang kotor atau kemungkinan

banyak bakteri dan mengakibatkan keadaan klinis kemerahan,

pembengkakan pada gingiva, maka pasien perlu diberikan ATS (Anti

Tetanus Serum). Pasien juga ditanyakan apakah terjadi muntah pada saat

15
trauma, atau pasien menjadi tidak sadar, sakit kepala serta amnesia setelah

mengalami trauma.Apabila hal ini terjadi maka kemungkinan ada

kerusakan pada sistem syaraf pusat. Pada pasien ini dianjurkan untuk

pemeriksaan lebih lanjut di bagian neurologi. Pemeriksaan lanjutan

meliputi pemeriksaan kembali klinis lengkap yang terdiri dari pemeriksaan

ekstra oral dan intraoral.

a. Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan leher dan kepala merupakan pemeriksaan awal yang

bermanfaat untuk mencatat lokasi dan besar luka pada wajah dan

kemungkinan adanya kontaminasi pada luka. Selanjutnya dilakukan

palpasi terhadap mandibula, zigoma, TMJ, dan daerah mastoidea.

Fraktur mandibula dapat diketahui dengan palpasi pada daerah pinggir

mandibula untuk suatu fraktur step down. Terbatasnya pergerakan

rahang bawah pada pembukaan atau penutupan mulut merupakan

tanda-tanda terjadinya fraktur rahang. Biasanya terjadi perubahan

gigitan, ketidakseimbangan wajah, pergerakan rahang yang abnormal

dan sakit, pembengkakan, numbness (rasa baal). Pemeriksaan

selanjutnya untuk menentukan apakah bibir mengalami laserasi,

memar atau pembengkakan serta apakah terdapat benda asing seperti

serpihan pasir ataupun gigi yang patah.

b. Pemeriksaan Intra Oral

Seluruh jaringan lunak mulut yaitu mukosa labial, palatal dan

gingiva harus diperiksa. Benda asing yang terdapat pada mukosa

16
seperti gumpalan darah, kotoran yang masih menempel, fragmen gigi

dan tanah harus dibersihkan dengan menggunakan H2O2 3%, larutan

salin atau air hangat.

Daerah alveolus dipalpasi untuk mendeteksi apakah terdapat

fraktur terutama pada daerah gigi yang avulsi. Ini penting untuk

diketahui sebab regenerasi tulang tidak akan bisa memberikan

dukungan yang kuat apabila replantasi dilakukan pada alveolus yang

sudah hancur. Semua gigi yang ada harus diperiksa apakah terdapat

fraktur, karies atau dislokasi.

Tes-tes khusus perlu dilakukan pada pasien yang mengalami

trauma dental.Salah satunya adalah tes vitalitas, baik konvensional

maupun vital tester. Gigi yang mengalami trauma akan memberikan

reaksi yang sangat sensitif terhadap tes vitalitas. Oleh karena itu tes

vitalitas hendaknya dilakukan beberapa kali dengan waktu yang

berbeda-beda.

5. Perawatan Trauma

Sebelum perawatan dilakukan, anak dan orangtua perlu diredakan

emosinya terlebih dahulu. Setelah trauma terjadi, anak pasti akan merasa

takut dan cemas, terutama bila dokter gigi langsung memberikan

perawatan.Pasien yang mengalami cedera, harus benar-benar diperhatikan

bagaimana kondisi saluran pernapasannya. Dasar dari usaha

mempertahankan jalan napas adalah mengontrol perdarahan dari mulut

atau hidung dan membersihkan orofaring. Untuk anak yang tidak memiliki

17
kelainan pada pembekuan darah, perdarahan pada daerah yang avulsi

biasanya tidak berakibat fatal, melakukan penekanan baik secara langsung

dengan jari maupun tidak langsung menggunakan kasa atau tampon.

Kasus lepasnya gigi dari soket alveolar akibat trauma injuri harus

mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat, dengan tetap

memperhatikan kondisi fisik anak. Pada kasus avulsi yang disebabkan oleh

cedera kemungkinan terdapat komplikasi seperti laserasi pada jaringan

lunak labial, bukal, palatum, lidah. Pencegahan terhadap tetanus harus

dilakukan dengan membersihkan luka dengan seksama, penyingkiran

benda-benda asing dan pemberian tetanus toxoid antitoxin.

Dianjurkan untuk tidak memegang gigi avulsi pada bagian

akarnya, karena dapat merusak serat-serat ligamen periodontal, tetapi

memegang gigi pada bagian mahkota. Pembersihan gigi dilakukan hanya

jika terdapat kotoran pada gigi, namun tidak boleh mengikis atau

menggosok gigi.

Penatalaksanaan gigi avulsi harus dilakukan dalam waktu sesingkat

mungkin untuk menjaga ligamen periodontal karena bila ligamen

periodontal masih baik, derajat dan ketepatan waktu resorpsi akar akan

terjaga dan kemungkinan terjadinya ankilosis akan berkurang. Resorbsi

akar hampir tidak terhindarkan apabila melebihi 2 jam, waktu maksimal

dilakukan replantasi adalah 48 jam setelah gigi berada di luar soket.

Setelah replantasi perlu juga dilakukan splinting untuk menjaga

stabilitas gigi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan ligamen periodontal

18
untuk regenerasi. Kemudian dilakukan kontrol yang tepat agar hasil

perawatan dapat diperoleh dengan baik. Fraktur enamel dapat dilakukan

restorasi dengan menggunakan resin komposit tergantung dari lokasi

frakturnya.

Fraktur enamel dan dentin dapat dilakukan restorasi dengan semen

glass ionomer dan restorasi permanen dengan resin komposit. Fraktur

enamel dentin pulpa dapat dilakukan perawatan seperti caping pulpa,

pulpotomi sebagian dan perawatan pulpa lainnya dalam perawatan pada

trauma gigi yang pulpanya terpapar yang paling penting adalah bagaimana

mempertahankan vitalitas pulpa.

6. Pencegahan Trauma

Pencegahan trauma gigi dianggap lebih penting daripada

perawatannya sama seperti masalah kesehatan yang lain. Perlu dilakukan

program untuk mengedukasi masyarakat mengenai trauma gigi, cara

pencegahan dan cara pengobatan. Pada anak- anak yang mempunyai

gerakan aktif, agar terhindari terjadinya fraktur akibat trauma dapat

digunakan alat pelindung mulut seperti mouthguard. Alat ini hanya

digunakan sewaktu anak-anak melakukan aktifitas, misalnya berolah raga,

naik sepeda atau bermain. Mouthguard yang tersedia dipasaran terdiri atas

3 macam yaitu :

a. Stock atau ready-made mouthguard, merupakan pelindung mulut yang

siap pakai, dapat dibeli di toko-toko olahraga. Harganya yang paling

murah namun kurang memuaskan ketika digunakan.Meskipun alat ini

19
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, namun hanya

sedikit yang sesuai dengan rongga mulut. Alat ini terlalu besar, mudah

lepas, tidak nyaman dipakai dan sering mengganggu pernafasan dan

bicara.

b. Mouth-formed /self adapted mouthguard, Alat ini relatif murah dan

tersedia di toko-toko olahraga dan banyak digunakan.Terbuat dari

bahan thermoplastik, dicelupkan pada air mendidih dan dibentuk atau

dicetak di dalam mulut menggunakan jari, lidah dan tekanan gigitan.

Tipe mouthguard ini juga terasa besar dan dapat menyebabkan sulit

untuk bernafas dan bicara.

c. Costum-made mouthguard, Alat pelindung mulut ini yang paling

disarankan.Dibuat di klinik dan dicetak secara individual oleh dokter

gigi. Alat ini yang paling memuaskan dipakai dibandingkan semua

tipe perlindungan mulut. Harganya juga sedikit lebih mahal. Alat

pelindung ini memenuhi semua kriteria adaptasi, retensi, kenyamanan

stabilitas dan tidak mengganggu pernafasan dan bicara.

20
Gambar 2.6 : A. Stock mouthguard, B. Custom-made mouthguard

BAB V

21
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jaringan Keras dalam rongga mulut adalah jaringan pembentuk pada

struktur pendukungnya secara garis besar adalah email atau enamel,

Dentin, sementum dan Pulpa.

2. Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan

oleh tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu

struktur.Trauma dengan kata lain disebut injuri atau wound, yang dapat

diartikan sebagai kerusakan atau luka karena kontak yang keras dengan

sesuatu benda

3. Trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi atau

periodontal karena sebab mekanis.

4. Penyebab kelainan Jaringan keras gigi adalah faktor Fisik, Kimia dan

Bakteriologis

5. WHO mengklasifikasikan menjadi 4 garis besar yang meliputi kerusakan

pada jaringan keras gigi dan pulpa, kerusakan pada tulang pendukung,

kerusakan pada jaringan periodontal, serta kerusakan pada gingiva atau

jaringan lunak rongga mulut

6. Penanganan darurat pada trauma jaringan keras dalam rongga mulut

adalah melalui pemeriksaan Oral dan Intra Oral

DAFTAR PUSTAKA

22
Deynilisa,S. (2016).IlmuKonservasiGigi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Farani, W., & Nurunnisa, W. (2018). Distribusi Frekuensi Fraktur Gigi Permanen
di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(1), 28–36.

Harmono, H., Hikmah, N., Setiawan, B., & Wahyuningsih, S. (2017). Rongga
Mulut Blok 5 : Struktur Sistem Stomatognatik. 1–31.

Irma,I., & Intan,A. (2017).Penyakit Gigi,Mulut dan THT.Yogyakarta: Nuha


Medika

Kristiani, A., Koswara, N., K, H. A., Wijaya, I., Nafarin, M., Nurhayati,
Suwarsono, Salamah, S., Dahlan, Z., Nasri, Budiarti, R., Vione, V.,
Mappahia, N., Ningrum, N., Ambarwati, S. U., Krisyudhanti, E., Elina, L., &
Arnetty. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Politeknik
Kesehatan Tasikmalaya, 10–20.

Marchianti, A., Nurus Sakinah, E., & Diniyah, N. et al. (2017). Digital Repository
Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember. In Efektifitas
Penyuluhan Gizi pada Kelompok 1000 HPK dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap Kesadaran Gizi (Vol. 3, Issue 3).

Setianingtyas,D& Erwana,F,A.(2018). Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi dan


Mulut.Yogyakarta:Rapha publishing

23

Anda mungkin juga menyukai