Anda di halaman 1dari 20

Drg Dian Sekarsari Sp.

BM
 Pencabutan gigi  suatu prosedur bedah yang
dapat dilakukan dengan tang, elevator, atau
pendekatan transalveolar.
 Pencabutan gigi  suatu proses pengeluaran gigi
dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak
dapat dilakukan perawatan lagi.
 Pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang
menimbulkan komplikasi.
 Mengeluarkan gigi atau sisa akar gigi dari soket
secara utuh tanpa menimbulkan rasa sakit.
 Trauma harus sekecil / seminimal mungkin pada
jaringan sekitarnya.
 Luka bekas pencabutan dapat sembuh dengan
sempurna dan tidak terdapat komplikasi /
masalah prostetik di masa mendatang.
 Gigi dengan supernumerary,
 Gigi persistensi,
 Gigi yang menyebabkan fokal infeksi,
 Gigi yang tidak dapat diobati dengan perawatan
endodontic
 Gigi dengan fraktur/patah pada akar karena trauma
 Gigi dengan sisa akar,
 Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang
alveolar
 Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun
prostodontik
 Gigi dengan impaksi.
 Keinginan pasien untuk dicabut giginya
 Faktor Lokal :
 Gigi dengan kondisi abses
 Adanya suspect keganasan bila dilakukan
pencabutan
 Pasien dengan perawatan radioterapi
 Faktor sistemik :
 Penyakit kelainan jantung
 Diabetes mellitus
 Penyakit Ginjal
 Penyakit hepar
 Epilepsy
 Toxic goiter
 Hipertensi
 Trismus
 Kehamilan
 Perdarahan
 Trauma alat
 Cedera saraf
 Perforasi Sinus Maksilaris / Oroantral Fistula
 Pergeseran Mandibula
 Komplikasi pada sendi temporomandibula
(sendi yang menggerakkan rahang)
 Fraktur
 Etiologi perdarahan : faktor lokal & sistemik

 Pencegahan perdarahan sangat perlu untuk


dikuasai oleh seorang dokter gigi.

 Pasienharus dianamnesis terlebih dahulu


apakah pada pencabutan sebelumnya pernah
terjadi prolonged bleeding (24-48 jam) pasca
ekstraksi  riwayat penyakit.
 Pencegahan kemungkinan terjadinya komplikasi
perdarahan juga dapat dilakukan dengan
menghindari pembuluh darah.

 Pengetahuan mengenai anatomi merupakan


jaminan terbaik untuk menghadapi kejadian yang
tidak diharapkan yaitu perdarahan pada arteri
atau vena.

 Keadaan patologi kadang-kadang juga


mengakibatkan risiko perdarahan, misal :
hemangioma dan malformasi arterovenous
adalah yang paling berbahaya.
 Bila terjadi perdarahan  lakukan penekanan
langsung dengan tampon kapas atau kassa pada
daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan
darah yang stabil.

 Jika perdarahan belum berhenti  lakukan


penekanan atau pasien diminta menggigit
tampon yang telah diberi anestetik lokal yang
mengandung vasokonstriktor (adrenalin).

 Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan


absosrbable yang diletakkan di alveolus.
 Gusirobek karena attached gingival tidak
dibuka dahulu, atau alat mengenai mukosa
gingiva.

 Lecet
dapat dihindari dengan perhatian yang
cermat dari operator dan asistennya.
 Saraf yang sering cedera selama pencabutan
dan pembedahan gigi adalah divisi ketiga dari
n. trigeminus.

 Pada
umumnya kerusakan saraf akan
mengalami perbaikan secara spontan.
 Jejas
pada saraf alveolaris inferior terjadi
secara primer karena hubungan anatominya
dengan gigi molar tiga bawah.

 Kerusakan saraf lingualis lebih mengganggu


pasien karena akan menyebabkan sensasi
rasa yang abnormal dan lebih sulit
mengalami perbaikan.

 Kerusakan saraf dapat pula disebabkan oleh


hematoma dan fibrosis akibat penyuntikan
anestesi lokal.
 Tindakan pencabutan gigi-gigi posterior
rahang atas terutama pada gigi molar dan
premolar yang tidak hati-hati dan
penggunaan elevator dengan tekanan yang
berlebihan ke arah superior dalam upaya
pengambilan fragmen atau ujung akar gigi
molar dan premolar kedua atas melalui
alveolus dapat menyebabkan terbentuknya
lubang antara prosessus alveolaris dengan
antrum.
 Oroantralfistula yang tidak segera ditangani,
dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
Perawatan yang tidak benar, menyebbakan
infeksi dapat menyebar ke arah sinus melalui
lubang oroantral sehingga dapat
menyebabkan terjadinya sinusitis maksilaris.

 Terdapatbeberapa metode yang dapat


dilakukan untuk penutupan oroantral fistula.
Pemilihan metode dibuat berdasarkan cara
yang telah dilakukan dalam setiap kasus
tertentu, dengan mengobservasi prinsip dasar
pembedahan yang diperlukan.
 Pergeseranmandibula biasanya hanya
melibatkan gigi molar, sedangkan kanalis
mandibularis dan ruang submandibularis
adalah bagian yang sering mengalami
pergeseran ini.

 Ujung akar molar ketiga baik yang sudah


erupsi atau impaksi sering sangat dekat
letaknya terhadap tulang kortikal dari bundle
neuromuscular canalis alveolar inferior,
seperti terbukti dari seringnya laserasi.
 Pencabutan gigi molar kadang akan
mengakibatkan disfungsi sendi
temporomandibua terutama pada penderita
yang sebelumnya telah mengalami gangguan
sendi, tindakan yang lama dan tenaga yang
berlebihan.

 Bilaterjadi, maka kelainan sendi tersebut


diterapi secara konvensional seperti
istirahat, terapi hangat, muscle relaxant.
 Fraktur bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga,
atau gigi antagonis, prosesus alveolaris, dan
kadang-kadang mandibula.

 Semua fraktur yang dapat dihindarkan


mempunyai etiologi yang sama, yaitu tekanan
yang berlebihan atau tidak terkontrol atau
keduanya.

 Cara terbaik untuk menghindari fraktur


disamping tekanan terkontrol adalah dengan
menggunakan gambar sinar-X sebelum
melakukan pembedahan.
 Pengenalan adanya fraktur biasanya secara
klinik dan mudah terlihat, kecuali untuk
fraktur mandibula. Hal ini biasanya terjadi
pada waktu dilakukan pencabutan dengan
tang, atau pembedahan biasanya melibatkan
gigi molar ketiga.

 Meskipun garis fraktur bisa dilihat pada film


periapikal, ketidakberadaannya bukan selalu
berarti tidak terjadi fraktur. Jika masih ada
keraguan bisa dilakukan panoramic, atau film
ekstraoral yang lain.

Anda mungkin juga menyukai