Anda di halaman 1dari 82

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corona Virus Disease 2019 atau yang dikenal sebagai COVID-19 telah

memberi dampak keresahan bagi masyarakat. Virus ini lebih kuat bertahan

hidup di daerah yang memiliki suhu rendah dan kering, namun virus ini juga

tetap mewabah pada negara-negara dengan kondisi suhu dan kelembaban

udara yang tinggi dan diketahui lebih rentan menyebabkan kematian pada

penduduk yang berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit tertentu. Proses

penyebaran Covid-19 yang dianggap cepat dengan menyebabkan kematian

cukup tinggi di berbagai negara telah membawa kebijakan kesehatan dan

politik setiap negara untuk melakukan berbagai upaya dan langkah untuk

mencegah semakin meluasnya wabah Covid-19. Penyebaran covid-19 terjadi

hampir diseluruh belahan dunia sehingga wabah Covid-19 dianggap sebagai

pandemi.

Pandemi virus Covid-19 yang merupakan bencana dunia internasional

dimana semua negara terjangkit wabah virus ini, virus Covid-19 berawal dari

akhir tahun 2019 dengan penyebaran pertama di Kota Wuhan Negara China.

Virus Covid-19 kemudian menyebar di seluruh dunia termasuk juga negara

Indonesia. Sementara itu menurut (Hastangka, 2020) kasus positif Covid-19

pertama di Indonesia diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Maret 2020,

yaitu kasus positif Covid-19 yang menimpa dua warga Depok, Jawa Barat.

Seiring berjalannya waktu, jumlah positif Covid-19 terus bertambah; bahkan


2

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dinyatakan positif Covid-19 pada

tanggal 1 Maret 2020.

Penanganan permasalahan Covid-19 di Indonesia salah satunya dilakukan

dengan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang berada di bawah

garis kemiskinan dan menerapkan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) di berbagai daerah di Indonesia. Menurut (Juaningsih et al., 2020)

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan

tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus

Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Sebagai bentuk

pengendalian preventif virus Covid-19, pemerintah mengeluarkan regulasi

melalui Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang penanganan

penyebaran wabah virus Covid 19 dan disiplin protokol kesehatan serta

pencegahan, dan pengendalian Covid -19 di tiap daerah seluruh Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden tersebut, pemerintah daerah

Kabupaten Lampung Tengah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Lampung Tengah Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Pedoman Adaptasi

Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease

2019.

Pada pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10

Tahun 2020 Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan

Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 disebutkan bahwa Peraturan

Daerah ini bertujuan untuk: a) melindungi masyarakat dari COVID-19


3

dan/atau faktor resiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan

kedaruratan kesehatan masyarakat;b) melindungi masyarakat dari dampak

COVID-19; c) mewujudkan kesadaran bersama dalam rangka mencegah dan

mengendalikan penularan COVID-19 di Daerah dengan melibatkan peran

aktif masyarakat; dan/atau d) memberikan kepastian hukum pelaksanaan

AKBPP COVID-19 di Daerah.Tim sosialisasi Perd aterdiri atas: a) unsur

pemerintah daerah; b) unsur TNI dan POLRI; dan c) unsur masyarakat yang

meliputi akademisi/pakar/ahli, alim ulama, pers, tokoh pemuda, tokoh adat

dan tokoh masyarakat lainnya.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10 Tahun 2020

Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan Dan

Pengendalian Corona Virus Disease 2019 juga menjelaskan tugas Satpol PP

kabupaten Lampung Tengah dalam penanganan Covid-19. Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah yang selanjutnya disebut Satpol

PP adalah perangkat daerah yang dibentuk untuk menegakkan Peraturan

Daerah dan Peraturan Bupati, menyelenggarakan ketertiban umum dan

ketenteraman serta menyelenggarakan pelindungan masyarakat di Kabupaten

Lampung Tengah. Satpol PP juga mengemban tugas untuk dapat

mengoptimalkan pelaksanaan penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di

Kabupaten Lampung Tengah yang sifatnya memberi pengertian kepada

masyarakat agar taat peraturan (prokes) untuk mencegah penyebaran COVID-

19.
4

Bentuk tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 yang dilakukan oleh

Satpol-PP Kabupaten Lampung Tengah adalah dengan menggelar operasi

Yustisi. Tim Satgas Covid-19 Kab Lampung Tengah Melaksanakan Operasi

Yustisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di halaman

Masjid Istiqal Bandar Jaya pada Kamis 15 Juli 2021. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh stakeholders lintas sektor yakni: TNI-Polri, Pol-PP Kab.

Lampung Tengah, Kejaksaan,dan Pengadilan. Kegiatan ini dipimpin Kapolsek

Terbanggi Besar Kompol Drs.Sutana Yusuf, M.Kom,I mewakili Kapolres

Lampung Tengah AKBP Wawan Setiawan,S.Ik.

Gambar 1: Koordinasi antar stakeholders


Sumber: Polres lampung tengah.net diakses pada 20 oktober 2021

Operasi yustisi yang dilakukan ini menjaring 4 orang masyarakat yang

melanggar prokes dengan tidak menggunakan masker. Selanjutnya keempat

orang tersebut melaksan akan siding terbuka di halaman masjid istiqlal

Bandar Jaya yang dipimpin langsung oleh hakim ketua Andra Anugrah

R’Lalana Sebayang, S.T., S.H. dan diberikan sanksi teguran tertulis dan

apabila ia melanggar prokes lagi maka akan dikenakan sanksi hukuman badan
5

atau membayar denda sebanyak Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) ke

Pengadilan.

Gambar 2: Prosesi Sidang Masyarakat Yang Tidak Taat Proses


Sumber: Polreslampungtengah.net diakses pada 20 oktober 2021

Operasi yustisi dan penindakkan disiplin dalam sidang yang dilakukan

oleh TNI, Polri, Pengadilan, Kejaksaan dan Pol-PP Pemkab Lampung Tengah

adalah sebagai bentuk mendisiplinkan masyarakat Kabupaten Lampung

Tengah untuk selalu mematuhi Protokol kesehatan demi untuk memutus mata

rantai penyebaran Covid-19. (Sumber: https://www.polreslampungtengah.net

/polisi-kita/team-satgas-covid-19-kab-lampung-tengah-melaksanakanoperasi-

yustisi-pemberlakuan-pembatasan-kegiatan-masyarakat-ppkm/ diakses pada

Senin, 25 September 2021 pukul 21.34)

Upaya pencegahan penyebaran covid-19 dilakukan sampai ketingkat

kecamatan dan desa atau kelurahan. Di Kecamatan Terbanggi Besar sendiri

upaya pencegahan penyebaran covid dilakukan dengan berbagai cara.

Berdasarkan hasil riset awal dengan Khaerudin Selaku Ketua gugus tugas

Covid-19 Kecamatan Terbanggi Besar menjelaskan bahwa:


6

“pencegahan covid-19 disini dilakukan dengan penyemprotan


desinfektan. Desinfektan disemprotin kerumah warga pakai mobil
damkar kecamatan. Nggak Cuma di luarrumahsajatapi di
dalamrumahnyajugadisemprot. Warga juga dilarang mengadakan acara
hajatan karena bisa mengundang kerumunan warga yang datang. Warga
juga diwajibin makai masker saat keluar rumah”.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hendri selaku Ketua Gugus Covid-19

Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah. Hendri menjelaskan bahwa:

“Di Kelurahan Bandar Jaya sering dilakukan penyemprotan desinfektan


yang disediakan oleh kelurahan. Penyemprotan dilakukan oleh tim gugus
covid-19 beserta pamong desa.Awalnya warga menolak adanya agenda
rutin penyemprotan setiap minggu, tetapi lama kelamaan warga mau
menerima karena mulai sadar kalau covid-19 itu ada dan beresiko tinggi
untuk tertular”.

Data pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat

Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Data pelanggaran covid-19 di Kelurahan Bandar Jaya periode


Juni-Desember 2021

No Jenis Pelanggaran Jumlah


.
1 Tidak menggunakan masker 245
2 Berkerumun/tidak menjaga jarak 43
3 Tidak melakukan isolasi mandiri setelah bepergian 8
4 Mengadakan keramaian/hajatan 3
Total 299
Sumber: Pra survei peneliti, 2021

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pelanggaran paling

banyak terjadi adalah masyarakat yang tidak menggunakan masker, sebanyak

245 kasus. Kemudian diikuti dengan banyaknya masyarakat yang masih

berkerumun atau tidak menjaga jarak yakni sebanyak 43 kasus. Pelanggaran


7

berupa tidak melakukan isolasi mandiri setelah bepergian berjumlah 8 kasus.

Orang-orang ini setelah bepergian dari luar kota tetap beraktivitas seperti

biasa dan tidak melakukan isolasi mandiri sesuai dengan anjuran pemerintah.

Selanjutnya, jenis pelanggaran yang terakhir adalah tetap mengadakan

keramaian/hajatan berjumlah 3 kasus. Acara yang diadakan oleh masyarakat

tersebut terpaksa harus dibubarkan karena melanggar aturan pemerintah yang

selama covid-19 belum kondusif masyarakat dilarang untuk mengadakan

keramaian/hajatan.

Tindakan masyarakat yang terus melakukan pelanggaran protokol

kesehatan dengan tidak tertib menggunakan masker dan masih berkerumun

meskipun sudah sering kali dilakukan razia membuat tim satgas covid

bersama pihak-pihak lain yang berkepentingan harus bekerja lebih keras.

Penertiban perilaku masyarakat sebagai upaya pencegahan penyebaran virus

covid-19 dilakukan oleh satgas covid-19 desa/ kecamatan dan Satpol PP.

Tindakan preventif pertama yang diambil adalah dengan menyemprotkan

desinfektan kerumah-rumah, tempat ibadah, dan fasilitas-fasilitas umum

lainnya. Selain itu juga dilakukan operasi yustisi dan pembagian masker

secara gratis kepada masyarakat. Tindakan lain yang diambil adalah

memperbanyak melakukan sosialisasi dan edukasi ke pada masyarakat terkait

antisipasi penyebaran dan penanggulangan virus corona atau Covid-19.

Dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP dituntut untuk memiliki

akuntabilitas yang tinggi. Akuntabilitas menurut Osborne (1992) menyatakan

bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan


8

yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa,

yang mana, dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban tersebut

antara lain: apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa

pertanggungjawaban harus diserahkan, kepada siapa pertanggungjawaban

diserahkan, siapa yang bertanggung jawab terhadap berbagai bagian kegiatan

dalam masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan

kewenangan yang memadai, dan lain sebagainya. Konsep pelayanan ini

dalam akuntabilitas belum memadai, maka harus diikuti dengan jiwa

eterpreneurship pada pihak-pihak yang melaksanakan akuntabilitas

(Mardiasmo, 2002). Akuntabilitas pemerintahan di negara yang menganut

paham demokrasi sebenarnya tidak lepas dari prinsip dasar demokrasi yaitu

kedaulatan adalah di tangan rakyat. Pemerintahan demokrasi menjalankan

dan mengatur kehidupan rakyat dalam bernegara dengan mengeluarkan

sejumlah aturan serta mengambil dan menggunakan sumber dana masyarakat.

Pemerintah wajib memberikan pertanggungjawabannya atas semua

aktivitasnya kepada masyarakat (Sadjiarto, 2000).

Permasalahan yang terjadi di kelurahan Bandar Jaya adalah beberapa

oknum masyarakat yang tinggal di Kelurahan Bandar Jaya masih belum taat

prokes yakni tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak. Bahkan

masih ada masyarakat yang berani melangsungkan acara pernikahan atau

khitanan anak-anaknya. Masyarakat yang nekat melanggar aturan dengan

menggelar hajatan ditengah pandemi covid-19 harus menerima konsekuensi

acaranya di bubarkan oleh petugas.


9

Gambar 3: Acara pernikahan yang dibubarkan oleh petugas


Sumber: dokumentasi peneliti

Bentuk tindakan preventif sudah dilakukan oleh aparatur desa dengan

memasang baliho di beberapa titik jalan dan tempat-tempat umum seperti

tempat ibadah dan kantor kelurahan namun masyarakat belum mampu

mentaati himbauan tersebut. Sehingga dalam hal penanganan covid-19 di

Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah Satpol PP bertugas untuk menertibkan masyarakat yang masih

melanggar prokes dengan teguran lisan maupun dengan diberikan hukuman

seperti memungut sampah atau hormat bendera selama 30 menit dan pushup.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini akan membahas

mengenai Akuntabilitas Satpol PP Dalam Menegakan Sanksi Pelanggaran

Protokol Kesehatan Dalam Penanggulangan Covid-19 Di Kelurahan Bandar

Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.


10

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat

diambil yaitu Bagaimanakah Akuntabilitas Satpol PP Dalam Menegakan

Sanksi Pelanggaran Protokol Kesehatan Dalam Penanggulangan Covid-19 Di

Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis Akuntabilitas

Satpol PP Dalam Menegakan Sanksi Pelanggaran Protokol Kesehatan Dalam

Penanggulangan Covid-19 Di Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi

Besar Kabupaten Lampung Tengah.

I.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai

berikut:
11

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa jurusan ilmu

administrasi publik mengenai akuntabilitas publik.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

masukan bagi Satpol PP dan Instansi lain seperti TNI, kepolisian,

pengadilan dan kejaksaan dalam penyempurnaan kebijakan terkait

penanganan Covid-19 di Kabupaten Lampung Tengah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Akuntabilitas Publik

2.1.1 Konsep Akuntabilitas Publik

Konsep akuntabilitas mulai dikaji secara intensif pada sektor publik

seiring dengan berkembangnya konsep mengenai reinventinggovernment.

Dalam buku mereka yang berjudul ReinventingGovernment:

HowtheEntrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector, konsep

akuntabilitas disebut sebanyak sembilan kali. Hal ini menunjukkan bahwa

Osborne dan Gaebler semenjak awal hendak memberikan penekanan akan

pentingnya pemahaman dan praktik bagi aktor-aktor wirausaha sektor

publik mengenai pentingnya akuntabilitas (Osborne dan Gaebler, 1993).

Disisi lain Peters menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan konsep

yang berbeda dari tanggung jawab (responsibilitas). Akuntabilitas lebih

merujuk pada relasi organisasi sebagai sebuah entitas dengan pihak di luar
12

organisasi. Artinya, level analisis akuntabilitas adalah pada tingkat

makroorganisasi yang menekankan pada aspek sosiologi organisasi

dengan fokus interaksi antara organisasi dengan pihak-pihak yang berelasi

pada organisasi tersebut. Sedangkan tanggung jawab lebih menekankan

pada level individual sebagai keharusan anggota di dalam suatu organisasi

publik untuk menunjukkan perilaku yang sejalan dengan standar etika

yang telah ditetapkan sebagai aturan dan melaksanakan pekerjaan dengan

benar sesuai dengan arahan dan pelatihan yang telah diterimanya (Peters,

2010).

Ilmuan lain yakni Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas

didefinisikan secara sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban

kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau

“sekelompok orang” terhadap masyarakat secara luas atau dalam suatu

organisasi. Dalam konteks institusi pemerintah, “seseorang” tersebut

adalah pimpinan instansi pemerintah sebagai penerima amanat yang harus

memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut

kepada masyarakat atau publik sebagai pemberi amanat (Rasul, 2002).

Pemikir berikutnya adalah Henry (2007) yang menjelaskan bahwa

akuntabilitas merupakan refleksi dari pemerintah yang memiliki misi yang

jelas dan menarik serta berfokus pada kebutuhan masyarakat. Pemerintah

hendaknya meningkatkan akuntabilitasnya terhadap kepentingan publik

dalam konteks hukum, komunitas, dan nilai bersama (Wicaksono, 2015)


13

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa akuntabilitas adalah bentuk pengendalian terhadap organisasi

publik dengan cara organisasi publik harus mempertanggungjawabkan

amanahnya terhadap publik (masyarakat) itu sediri dengan berbagai cara.

Apakah tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh organisasi publik

tersebut sesuai dengan yang diamanahkan dan telah dilakukan dengan

sebaik-baiknya.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Publik

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi

Negara, pelaksanaan AKIP harus berdasarkan antara lain pada prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan.

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat

yang diperoleh.

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.


14

6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut (Sawir, 2017) prinsip akuntabilitas menetapkan bahwa

sesungguhnya setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan melalui birokrasi publik harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada publik. Prinsip akuntabilitas dalam organisasi/institusi pemerintahan

adalah:

1. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara

terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat;

2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat;

3. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakannya

kepada publik;

4. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses

pembangunan dan pemerintahan;

5. Sebagai sarana, bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.

Berdasarkan beberapa pemaparan prinsip-prinsip akuntabilitas publik

diatas dapat dimaknai bahwa prinsip-prinsip akuntabilitas organisasi publik

atau instansi pemerintahan diartikan sebagai bentuk pertanggungjawaban

pemerintah atas kinerja yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan prinsip-prinsip akuntabilitas yang dikemukakan oleh LAN

(Lembaga Administrasi Negara) yang bertindak sebagai lembaga negara.

Prinsip-prinsip akuntabilitas yang dipaparkan diatas sangat relevan dengan

keadaan penanganan covid-19 di kelurahan Bandar Jaya Kecamatan


15

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Sehingga dalam penelitian ini

prinsip-prinsip akuntabilitas akan digunakan sebagai fokus penelitian.

2.1.3 Dimensi Akuntabilitas

Menurut (Rasul, 2002) dimensi akuntabilitas ada 5, yaitu:

1. Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran (accuntabilityforprobityandlegality)

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan

akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan

jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya

supremasi hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya

praktik organisasi yang sehat.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas

kinerja (performanceaccountability) adalah pertanggungjawaban untuk

melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program juga berarti bahwa program-program organisasi

hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi


16

dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus

mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada

pelaksanaan program.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan

kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak

dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa

tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

5. Akuntabilitas finansial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga

publik untuk menggunakan dana publik (publicmoney) secara ekonomis,

efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta

korupsi. Akuntabilitas finansial ini sangat penting karena menjadi sorotan

utama masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga

publikuntuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja

finansial organisasi kepada pihak luar.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas

memiliki 5 dimensi yang mana anatara dimensi satu dengan dimensi yang lain

saling berhubungan. Kelima dimensi akuntabilitas tersebut adalah

Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran, Akuntabilitas Manajerial, Akuntabilitas

Program, Akuntabilitas Kebijakan, dan Akuntabilitas finansial.

2.1.4 Dimensi Akuntabilitas Pelayanan Publik


17

Koppel menjelaskan bahwa akuntabilitas memiliki sejumlah dimensi, di

antaranya: transparansi, pertanggungjawaban, pengendalian, tanggung jawab,

dan responsivitas.

a. Transparansi yang merujuk pada kemudahan akses untuk mendapat

informasi terkait dengan fungsi dan kinerja dari organisasi.

b. Pertanggungjawaban yang merujuk pada praktik untuk memastikan

individu dan atau organisasi bertanggung jawab atas tindakan dan

aktivitasnya, memberikan hukuman pada tindakan yang salah dan

memberikan penghargaan atas kinerja yang baik.

c. Pengendalian, yang merujuk pada situasi bahwa organisasi melakukan

secara tepat apa yang menjadi perintah utamanya.

d. Tanggung jawab, yang merujuk pada organisasi hendaknya dibatasi oleh

aturan hukum yang berlaku.

e. Responsivitas yang merujuk pada organisasi menaruh minat dan

berupaya untuk memenuhi harapan substantif para pemangku

kepentingan yang bentuknya berupa artikulasi permintaan dan

kebutuhan. Kelima dimensi inilah yang membantu mengukur sejauh

mana sebuah organisasi pada sektor publik mampu menjalankan

akuntabilitasnya (Maani, 2009).

Berdasarkan pemaparan diatas menurut Koppel (Maani, 2009) dimensi

akuntabilitas pelayanan publik terdiri dari transparansi, pertanggungjawaban,

pengendalian, tanggung jawab, dan responsivitas. Argar organisasi publik

dapat dikatakan memiliki akuntabilitas pelayanan publik yang baik maka

keseluruhan unsur dimensi akuntabilitas pelayanan publik tersebut harus


18

terpenuhi. Organisasi publik dituntut untuk responsiv terhadap permasalahan

yang terjadi di masyarakat sebingga dapat memberikan pelayanan yang

semaksimal mungkin.

2.2 Tinjauan Tentang Satpol PP

2.2.1 Definisi Satpol PP

Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP,

merupakan salah satu perangkat yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam

memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan

Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan
19

dengan Peraturan Daerah. Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi

dan Daerah /Kota.

1. Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui

Sekretaris Daerah.

2. Di Daerah /Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui

Sekretaris Daerah.

Definisi lain mengenai Polisi Pamong Praja adalah sebagai salah satu

Badan Pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum

atau pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan. Sedangkan menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 mengenai Satuan Polisi Pamong

dijelaskan Satpol PP adalah bagian dari perangkat aparatur di daerah yang

memiliki kewajiban untuk melaksanakan penegakan peraturan daerah dan

menyelenggrakan ketertiban umum serta menciptakan ketentraman di

masyarakat. Ketertiban umum dan Ketentraman masyarakat merupakan

sebuah keadaan dinamis yang dimana memungkinkan pemerintah daerah dan

masyarakat daerah dapat melakukan kegiatanya dengan tentram, tertib, dan

teraur. Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa Polisi Pamong Praja adalah Polisi yang mengawasi dan mengamankan

keputusan pemerintah di wilayah kerjanya.

Diberikannya kewenangan pada Satpol PP untuk melaksanakan tugas

pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum tidak


20

saja berpijak dari UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, tetapi juga amanat dari Pasal 13 huruf c dan Pasal 14 huruf c

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada

pokoknya menyebutkan bahwa "Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten/kota) adalah penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat". Dalam penjelasan Pasal 13

ayat (1) huruf c Undang-undang No. 34 Tahun 2004 disebutkan bahwa "Yang

dimaksud dengan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat termasuk

penyelenggaraan perlindungan masyarakat".

2.2.2 Tugas, Fungsi Dan Wewenang

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 mengenai Satuan Polisi

Pamong Praja menyebutkan bahwa tugas Satpol PP adalah sebagai berikut:

a. Menegakkan Perda dan Perkada;

b. Menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman; dan

c. Menyelenggarakan pelindungan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Satpol

PP mempunyai fungsi:

a. Penyusunan program penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketenteraman serta penyelenggaraan pelindungan

masyarakat;
21

b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta penyelenggaraan

ketentraman masyarakat;

c. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan ketenteraman serta

penyelenggaraan pelindungan masyarakat dengan instansi terkait; d.

pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum atas

pelaksanaan Perda dan Perkada; dan

d. Pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yang diberikan oleh kepala

daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 dan Pasal 6, Satpol PP berwenang:

a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda

dan/atau Perkada;

b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

c. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,

atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/

atau Perkada; dan melakukan tindakan administratif terhadap warga

masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran

atas Perda dan/atau Perkada.

2.3 Tinjauan Tentang Protokol Kesehatan

2.3.1 Prinsip Umum Protokol Kesehatan


22

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan Covid-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster

pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar

manusia dan berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat

beraktivitas kembali dalam situasi pandemi Covid-19 dengan beradaptasi

pada kebiasaan baru yang lebih sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang

dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di masyarakat serta

memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran masyarakat untuk

dapat memutus mata rantai penularan Covid-19 (risiko tertular dan

menularkan)harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Protokol kesehatan secara umum harus memuat (KemenkesRI, 2020):

1. Perlindungan Kesehatan Individu

Penularan Covid-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi

manusia dengan masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2

ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip pencegahan

penularan Covid-19 pada individu dilakukan dengan menghindari

masuknya virus melalui ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa

tindakan, seperti:

a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi

hidung dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau

berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status

kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan Covid-19). Apabila

menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.


23

b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun

dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol/ handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung,

dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin

terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari

terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta

menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak

memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai

rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang,

pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara

lain dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan

keluar, dan lain sebagainya.

d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang,

aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup

(minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko penyakit. Orang

yang memiliki komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti

diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan

ginjal, kondisi immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan,

lanjut usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam

beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.

2. Perlindungan Kesehatan Masyarakat


24

Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang harus

dilakukan oleh semua komponen yang ada di masyarakat guna mencegah

dan mengendalikan penularan Covid-19. Potensi penularan Covid-19 di

tempat dan fasilitas umum disebabkan adanya pergerakan, kerumunan,

atau interaksi orang yang dapat menimbulkan kontak fisik. Dalam

perlindungan kesehatan masyarakat peran pengelola, penyelenggara, atau

penanggung jawab tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk

menerapkan sebagai berikut (KemenkesRI, 2020):

a. Unsur pencegahan (prevent)

1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui

sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi

untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua

orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan

melalui media mainstream.

2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui

penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses

dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya

penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan

fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap

permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta

penegakkan kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko

dalam penularan dan tertularnya Covid-19 seperti berkerumun,

tidak menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas

umum dan lain sebagainya.


25

b. Unsur penemuan kasus (detect)

1) Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran

Covid-19, yang dapat dilakukan melalui berkoordinasi dengan

dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,

pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua

orang yang ada di tempat dan fasilitas umum.

c. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond) melakukan

penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas,

antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau

fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan pelacakan kontak erat,

pemeriksaan rapid test atau Real Time Polymerase Chain

Reaction(RT-PCR), serta penanganan lain sesuai kebutuhan.

Terhadap penanganan bagi yang sakit atau meninggal di tempat dan

fasilitas umum merujuk pada standar yang berlaku sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.3.2 Tinjauan Umum Penggunaan Masker


26

Masker merupakan salah satu alat yang berfungsi melindungi

pengguna dari partikel berbahaya serta kontaminan yang dapat masuk

melalui mulut dan hidung. Fakta bahwa Covid-19 menyebar lewat droplet

membuat masker menjadi salah satu alat pelindung diri (APD) yang dapat

diandalkan karena masker bisa digunakan untuk menahan percikan

tersebut menyebar. Dalam bidang kesehatan, masker memiliki fungsi

secara umum untuk mencegah kontaminasi virus ataupun penyakit. Pada

pemakaian sehari-hari, masker digunakan untuk mengurangi paparan debu

dan polusi udara saat berada di luar ruangan (Theopilus, 2020).

Salah satu cara melindungi diri dari penularan Covid-19 adalah

dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Beberapa jenis APD

yang diwajibkan atau disarankan untuk mencegah penularan Covid-19

adalah masker (mask), pelindung wajah (face shield), dan sarung tangan

(gloves). APD tersebut bertujuan untuk mencegah paparan virus ke dalam

tubuh ataupun menularkan virus ke orang lain.

Secara umum, masker dapat dibedakan menjadi masker medis

(surgical mask) dan masker non medis atau banyak yang menyebutkan

sebagai cloth mask atau masker kain dan N95 respirator. Masker medis

dan N95 lebih disarankan digunakan oleh petugas kesehatan. Menurut

asosiasi Food and Drug Administration (FDA) di Amerika, masker medis

atau surgical mask merupakan alat pelindung yang longgar, mudah

digunakan, dan untuk penggunaan sekali pakai (FDA, 2020). Masker

medis ini memiliki lapisan filter yang berfungsi untuk melindungi


27

pengguna dari partikel, percikan, semprotan yang mungkin saja

mengandung bakteri, virus yang dapat ditularkan melalui batuk, bersin,

ataupun prosedur medis lainnya. Masker medis lainnya, yaitu N95

merupakan masker yang berfungsi untuk melindungi pengguna dari

partikel berbahaya seperti partikel aerosol, droplet, dan juga 95% filtrasi

dari partikel airborne yang ada (CDC, 2019).


28

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Strauss dan Corbin

memberikan gambaran bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara lain keantifikasi

(pengukuran). Penelitian kualitatif menunjukkan penelitian tentang

kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku juga tentang fungsionalisasi

organisasi, pergerakan-pergerakan sosial, atau hubungan kekerabatan.

Sementara itu Bodgan dan Taylor berupaya menggambarkan kejadian

atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data

yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Data yang dikumpulkan tersebut berupa kata-

kata hasil wawancara, gambar, cacatan di lapangan, foto dan dokumen

pribadi. Dengan kata lain metode deskriptif adalah suatu cara yang

dilakukan untuk menemukan, menggambarkan, menguji kebenaran suatu

pengetahuan, dengan menggunakan metode ilmiah kemudian di analisa dan

memberikan sebuah kesimpulan (Moleong, 2007).


29

Penulis menggunakan metode ini dengan maksud ingin mendeskripsikan

dan memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan mendalam tentang

Akuntabilitas Satpol PP dalam menegakkan Sanksi Pelanggaran Protokol

Kesehatan dalam Penanggulangan covid-19 di Kelurahan Bandar Jaya

Kecamatan Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif hal yang harus diperhatikan adalah masalah

dan fokus penelitian (Moleong, 2007). Untuk menghindari terjadinya

penyimpangan pada proses penelitian, maka penelitian akan di fokuskan

kepada penerapan yang meliputi:

1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan.

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang

diperoleh.

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.

6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan.


30

3.3 Lokasi Penelitian

Pada setiap penelitian, lokasi penelitian merupakan tempat peneliti

melakukan penelitian. Purposive atau lokasi penelitian dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu dan diambil berdasarkan tujuan

penelitian (Sugiyono, 2014). Sedangkan Moleong mendefinisikan lokasi

penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama

dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari

objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang

akurat (Moleong, 2007). Penelitian ini dilakukan di Kantor Kelurahan Bandar

Jaya, Kantor Kecamatan Bandar Jaya dan Kantor Satpol PP Gunung Sugih

Kabupaten Lampung Tengah.

3.4 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah convenience

sampling (sampel yang memuaskan peneliti atas pertimbangan ketepatan).

Sampel ini didasarkan pada pertimbangan purposif sampel artinya penetapan

sampel didasarkan pada apa yang menjadi tujuan dan kemanfaatannya.

Penentuan jumlah informan dalam penelitian kualitatif tidak ada aturan secara

khusus. Jumlahnya tergantung dari apa yang ingin diketahui peneliti,

mengapa hal itu ingin diketahui, dan sumber daya apa yang dimiliki dan harus

disediakan untuk melakukan penelitian. Orang yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah orang yang dianggap mengetahui tentang


31

permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Adapun yang akan dijadikan

informan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari:

Tabel 2. Informan Penelitian

No. Nama Jabatan


1 Hendri Ketua gugus covid di Kelurahan Bandar Jaya
2 Khaerudin Ketua gugus covid di Kecamatan Terbanggi
Besar
3 Muhamad hatta Kepala Satpol PP Kecamatan Terbanggi Besar
4 I nyoman suryana Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah
5 Anggi Tahta Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah
6 Gunawan Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah
7 Udin Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
8 Mas’un Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
9 Novita Sari Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
10 Denia Anggraini Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2022

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data adalah catatan atas kumpulan fakta yang ada, merupakan hasil

pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa

angka, kata-kata atau citra. Menurut Loftland sumber data utama penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain(Moleong, 2007). Adapun sumber data dalam

penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer yaitu berupa kata-kata dan tindakan informan serta peristiwa-

peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian yang

kesemuanya berkaitan dengan permasalahan, pelaksanaan, dan merupakan

hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data


32

primer ini diperoleh peneliti selama proses pengumpulan data dengan

menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tertulis yang digunakan sebagai informasi

pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada umumnya berupa

dokumen- dokumen tertulis yang terkait dengan Pelaksanaan Penegakkan

Sanksi Pelanggaran Protokol Kesehatan Dalam Penanggulangan Covid-19

Di Kecamatan Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah. Dalam

penelitian ini data sekunder digunakan sebagai data penunjang dari data

primer. Data dalam penelitian ini yang merupakan data sekunder adalah

buku-buku sebagai landasan teori, dokumen, naskah, literatur dan arsip

yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10 Tahun 2020

Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan Dan

Pengendalian Corona Virus Disease 2019.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 mengenai Satuan Polisi

Pamong Praja

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu

menjawab permasalahan penelitian. Maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penealitian ini adalah:


33

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi dan ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Seperti diungkap Esterberg wawancara yaitu merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna suatu topik tertentu. Dalam

penelitian ini, peneliti mewawancarai beberapa informan yang dianggap

sebagai informan kunci (Sugiyono, 2014).

Tabel 3. Daftar Narasumber

No. Nama Waktu Wawancara


1 Hendri Kamis, 3 Februari 2022
2 Khaerudin Kamis, 3 Februari 2022
3 Muhamad hatta Senin, 1 Februari 2022
4 I nyoman suryana Senin, 1 Februari 2022
5 Anggi Tahta Senin, 1 Februari 2022
6 Gunawan Senin, 1 Februari 2022
7 Udin Sabtu, 5 Februari 2022
8 Mas’un Sabtu, 5 februari 2022
9 Novita Sari Sabtu, 5 februari 2022
10 Denia Anggraini Sabtu, 5 februari 2022
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2022

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

yang dimaksud dengan teknik dokumentasi adalah suatu teknik


34

pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis (dokumen-dokumen) yang

berhubungan dengan objek penelitian (Sugiyono, 2014). Dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10 Tahun 2020

Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan Dan

Pengendalian Corona Virus Disease 2019.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 mengenai Satuan Polisi

Pamong Praja

3. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data dengan cara melakukan

pengamatan secara sistematis pada obyek penelitian. Pengamatan langsung

di lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan lokasi penelitian.

Nasution menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi

(Sugiyono, 2014). Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan data atau gambaran

yang jelas dari objek penelitian yang berhubungan dengan masalah yang

akan diteliti. Observasi ini mengkaji tentang pelaksanaan Akuntabilitas

Satpol PP dalam Menegakkan Sanksi Pelanggaran Protokol Kesehatan

Dalam Penanggulangan Covid-19 Di Kecamatan Bandar Jaya Kabupaten

Lampung Tengah. Penelitian di lapangan dilakukan dengan mewawancarai

informan yang benar-benar mengetahui tentang Penerapan Sanksi


35

Pelanggaran Protokol Kesehatan di Kecamatan Bandar Jaya Kabupaten

Lampung Tengah.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Bodgan & Biklen analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain(Moleong, 2007).

Miles and Huberman mengungkapkan aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2014). Aktivitas dalam analisis

data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data (reduction data).

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Data yang diperoleh di

lokasi penelitian kemudian dituangkan dalam uraian atau laporan yang

lengkap dan terinci. Laporan lapangan selanjutnya direduksi, dirangkum,

dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian

dicari tema atau polanya. Pada penelitian ini data yang diperoleh dipilih

dan di rangkum untuk disesuaikan kembali dengan fokus penelitian


36

tentang Akuntabilitas Satpol PP dalam Menegakkan Sanksi Pelanggaran

Protokol Kesehatan dalam Penanggulangan Covid-19 di Kecamatan

Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang berguna

untuk memudahkan peneliti memahami gambaran secara keseluruhan atau

bagian tertentu dari penelitian. Dengan menyajikan data maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Batasan yang

diberikan dalam penyajian data adalah sekumpulan informasi yang

tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian data diwujudkan

dalam bentuk uraian dengan teks naratif, bagan, foto atau gambar dan

sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus

sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi

penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk

menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang

sering timbul, yang kemudian dituangkan dalam kesimpulan. Penarikan

kesimpulan juga dapat diartikan sebagai proses perumusan makna dari

hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat, dan
37

mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan

peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya

berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan

perumusan masalah yang ada.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh.

Moleong mengemuk akan bahwa untuk menentukan keabsahan data dalam

penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu dalam

pemeriksaan data dan menggunakan kriteria:

1. Teknik Pemeriksaan Kredibilitas Data

Kriteria ini berfungsi :pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa

sehigga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Kedua,

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang anda yang sedang diteliti.

Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik

pemeriksaan, yaitu:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berupaya untuk mengecek

kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh

dengan sumber lainnya (Moeleong, 2007). Denzin membedakan empat


38

macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan yaitu, triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori.

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda. Triangulasi metode meliputi pengecekan beberapa

tekhnik pengumpulan data, dan sumber data dengan metode yang

sama.Triangulasi penyidik, dilakukan dengan memanfaatkan peneliti

b. atau pengamat lain. Adapun triangulasi yang peneliti gunakan yaitu

triangulasi sumber.

c. Kecukupan referensial .

Kecukupan referensial adalah mengumpulkan berbagai bahan-bahan,

catatan-catatan, atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai

referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan

penafsiran data.

2. Teknik Pemeriksaan Keteralihan Data

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan “uraian rinci”, yaitu dengan

melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang

menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Derajat

keteralihan dapat di capai lewat uraian yang cermat, rinci, tebal, atau

mendalam serta adanya kesamaan konteks antara pengirim dan penerima.

3. Teknik Pemeriksaan Kebergantungan

Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian

yang non kualitatif. Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti


39

tidak melakukan proses penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data.

Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitynya, dan untuk mengecek apakah

hasil penelitian ini benar atau tidak, maka peneliti selalu mendiskusikannya

dengan pembimbing.

4. Kepastian data

Menguji kepastian (comfirmability) berarti menguji hasil penelitian,

dikaitkan dengan proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses

tidak ada tetapi hasilnya ada. Derajat ini dapat dicapai melalui pemeriksaan

yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil

penelitian. Dalam hal ini yang melakukan pengujian hasil penelitian adalah

pembimbing skripsi.
40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kelurahan Bandar Jaya Barat

Kelurahan Bandar Jaya Barat pada awalnya merupakan daerah

transmigrasi yang pertama kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh

jawatan transmigrasi dan diberi nama “BANDAR JAYA”. Pada saat itu

daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan wilayah tanah marga dari

masyarakat Terbanggi Besar, sehingga pada tahun awal pembukaannya,

daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan bagian kampung atau desa

Terbanggi Besar di mana waktu yang menjabat sebagai kepala

kampung adalah bapak Darmawan. Pada awal dibuka oleh jawatan

transmigrasi, daerah transmigrasi Bandar Jaya sebenarnya terdiri dari

dua Satuan Pemukiman (SP), yaitu SP Bandar Jaya (50 Ha) dan SP

Bandar Sari (150 Ha). SP Bandar Jaya pada waktu itu adalah mulai dari

jalan A. Yani sekarang (simpang empat sektor polisi) ke arah selatan

sejauh 500 meter dengan 100 meter diberi jalan selebar 10 meter, ke

arah barat sejauh 500 meter dan ke arah timur sejauh 500 meter dengan

ketentuan sama (jalan perempatan-perempatan). SP Bandar Sari pada

waktu dibuka kondisinya masih sama seperti sekarang ini. Adapun

tanah kosong yang terdapat antara SP Bandar Sari merupakan tanah

marga milik masyarakat Terbanggi Besar.


41

Program transmigrasi merupakan program kebijakan dari

pemerintah. Diawali dengan mensosialisasikan daerah tujuan

transmigrasi dan beberapa fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.

Masyarakat yang berminat melakukan transmigrasi diharuskan

mendaftarkan diri terlebih dahulu. Tujuan program transmigrasi adalah

mengupayakan pengelolaan dan pengembangan suatu wilayah, salah

satunya wilayah Bandar Jaya. Pada awal dibukanya daerah transmigrasi

Bandar Jaya diisi rombongan transmigrasi dari pulau Jawa sebanyak 80

kk yang terdiri dari dua rombongan, yaitu:

1. Rombongan dari Malang dipimpin oleh bapak Ranu Diharjo.

2. Rombongan dari daerah Banyumas dipimpin oleh bapak Darsoso.

Masyarakat yang bertransmigrasi setiap 1 KK diberikan beberapa

fasilitas, di antaranya 1 unit rumah, ladang seluas 1 Ha, pekarangan

seluas ¼ Ha, wajan, periuk, cangkul, dan setiap bulan diberikan

beberapa kebutuhan pokok, seperti beras, ikan asin, dan garam selama

kurang lebih 1 tahun. Mata pencaharian masyarakat transmigrasi yang

didominasi oleh masyarakat Jawa ini adalah bertani. Masyarakat

transmigrasi ini bertani dengan memanfaatkan lahan jatah yang

diberikan oleh pemerintah. Seiring berjalannya waktu, mata

pencaharian utama masyarakat berubah menjadi berdagang. Hal ini

dikarenakan beberapa faktor, di antaranya perkembangan penduduk

yang mengharuskan masyarakat membuat rumah-rumah baru dengan

memanfaatkan lahan persawahan atau ladang jatah tersebut untuk

anggota keluarganya, sehingga tanah yang semula digunakan sebagai


42

lahan pertanian beralih fungsi mengjadi pemukiman. Perkembangan

ekonomi juga menjadi salah satu faktor penyebab peralihan mata

pencaharian masyarakat, seperti dengan bertani ketika memanen padi

hanya memperolah 2 kuintal selama setahun dengan 2 kali panen,

pendapatan yang demikian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, untuk itu mereka beralih menjadi pedagang yang bisa

memperoleh pendapatan setiap hari meskipun sedikit.

Pada tahun 1960an pasar yang ada hanya berada di pinggir-pinggir

jalan dari masjid Istiqlal sampai Kantor Polisi Bandar Jaya. Disusul

dengan pedagang yang membangun rumah di tanah yang menjadi Plaza

Bandar Jaya saat ini. Di rumah tersebut masyarakat ini juga membuka

warung untuk dagangan yang dijualnya yang kemudian tempat tersebut

menjadi pasar tradisional. Pasar ini semakin ramai karena pada tahun

1962 dimulai pembukaan kawasan Merapi yang berada di daerah

belakang pasar tersebut. Untuk menertibkan pasar yang ada, pada tahun

1981 pemerintah merenovasi pasar tersebut menjadi bangunan yang

lebih teratur. Saat perenovasian pasar tersebut para pedagang untuk

sementara diungsikan ke tempat lain. Pasar tersebut selesai direnovasi,

untuk pedagang yang ingin menempati toko diharuskan membayar

sewa. Pada tahun 2001 pasar tradisional tersebut direnovasi kembali

menjadi Plaza Bandar Jaya, karena bangunan-bangunan yang ada

dinilai sudah rusak dan tidak layak huni. Saat pembangunan Plaza

Bandar Jaya ini, para pedagang diberikan penampungan sebagai pasar


43

sementara. Tempat-tempat penampungan ini berada di beberapa tempat,

seperti pelataran Masjid Istiqlal dan terminal belakang pasar tersebut.

Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Lampung Tengah.

Masjid ini juga sempat mengalami pemindahan lokasi dan renovasi.

Masjid Istiqlal lama sudah ada sejak tahun 1960 yang berada di

belakang Masjid Istiqlal saat ini. Masjid Istiqlal lama saat ini dijadikan

pondok pesantren bagi anak-anak Hafiz Qur’an. Sedangkan Masjid

Istiqlal saat ini masih merupakan lapangan milik pemerintah yang

kemudian untuk keperluan pendirian Masjid Istiqlal ditukarkan oleh

tokoh agama setempat dengan lapangan yang berada di daerah Taqwa,

Kelurahan Bandar Jaya Timur. Pembangunan Masjid Istiqlal sendiri

memakan waktu yang cukup lama. Tujuan dari pembangunan masjid ini

untuk memudahkan masyarakat sekitar maupun masyarakat yang

singgah untuk melaksanakan ibadah karena tempatnya yang strategis

dan fasilitas yang memadai, sehingga menarik untuk menjadi tempat

persinggahan ketika dalam perjalanan.

Perkembangan secara pesat desa Bandar Jaya tidak terlepas dari

jalur transportasi yang kian berkembang. Pada tahun 1983 dibangunnya

pelabuhan Bakauheni yang membuat jalur transportasi antarpulau

menjadi lebih mudah. Sebelum dibukanya pelabuhan Bakauheni, trip

penyebrangan hanya melayani sekitar 4-5 kali dalam sehari. Berbeda

dengan setelah dibukanya pelabuhan Bakauheni yang sampai saat ini

melayani trip penyebrangan sekitar 78- 80 kali dalam sehari.


44

Transportasi yang mudah dijangkau ini membuat lebih banyak peluang

masyarakat untuk berpindah-pindah ataupun berpergian. Letak Bandar

Jaya yang dilintasi oleh jalur lintas Sumatera membuat daerah ini

menjadi strategis karena sering dilewati dan didukung dengan fasilitas

perbelanjaan serta peribadatan sekaligus tempat peristirahatan dalam

perjalanan dan menjadi pusat peradaban hingga saat ini.

Semenjak tahun 1956 daerah transmigrasi Bandar Jaya ditetapkan

menjadi kampung atau desa definitive dengan nama Bandar Jaya. Pada

waktu ditetapkan sebagai kampung atau desa definitive, Bandar Jaya

terdiri dari dua dusun, yaitu dusun Bandar Jaya dan dusun Bandar Sari.

Pada tahun 1973 daerah transmigrasi Bandar Jaya oleh jawatan

transmigrasi diserahkan kepada Pemda Tk. 11 Kabupaten Lampung

Tengah. Berdasarkan kebijakan dari pihak Pemda Tk. 11 Kabupaten

Lampung Tengah, maka wilayah di seputaran kampung atau desa

Bandar Jaya yang semula adalah tanah marga dari masyarakat

Terbanggi Besar dimasukkan ke dalam wilayah kampung atau desa

Bandar Jaya sehingga memiliki luas 640 Ha. Sebagai akibat terjadi

penambahan luas wilayah yang cukup banyak, maka dibentuk empat

dusun baru, yaitu dusun Rantau Jaya 1, Rantau Jaya 2, Rantau Jaya 3,

Bandar Jaya Barat, Bandar Jaya Timur, dan Badar Sari.

Seiring berjalannya waktu, maka jumlah penduduk yang mendiami

desa Bandar Jaya semakin bertambah, sehingga pada tahun 1989

diadakan kembali pemekaran dusun, yang semula berjumlah enam


45

dusun menjadi delapan dusun. Berdasarkan pada peraturan daerah

Kabupaten Lampung Tengah Nomor 5 Tahun 2002 Tanggal 5

November 2002 tentang “Perubahan Kampung menjadi Kelurahan dan

Pembentukan Kelurahan”, kampung Bandar Jaya ditingkatkan statusnya

menjadi Kelurahan juga sekaligus dipecah menjadi dua Kelurahan,

yaitu Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan Bandar Jaya Timur.

Dengan pemisah antara kedua Kelurahan tersebut adalah jalan raya

Proklamator atau jalan lintas Sumatera yang membentang di tengah-

tengah kampung desa Bandar Jaya. Berdasarkan keputusan Bupati

Lampung Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Peresmian Perubahan

Kampung menjadi Kelurahan dan Pembentukan Kelurahan, maka pada

tanggal 28 Agustus 2003 dilaksanakan peresmian kelurahan Bandar

Jaya Barat.

4.1.2 Kondisi Wilayah

Luas wilayah Bandar Jaya Barat saat ini 325 Ha. Semenjak

peningkatan status dari kampung menjadi kelurahan dan pemekaran,

sampai saat ini belum ada pelaksanaan pengukuran dan penetapan luas

oleh dinas atau instansi yang berwenang mengenai berapa luas

sesungguhnya Kelurahan Bandar Jaya Barat, dengan batas wilayah

sebagai berikut.

a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kelurahan Yukum Jaya yang

ditandai dengan saluran irigasi yang membentang di jalan lintas

Sumatera.
46

b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Bandar Jaya Timur

yang ditandai dengan jalan lintas Sumatera yang berada di

tengahtengah kedua Kelurahan tersebut.

c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Seputih Jaya yang

ditandai dengan PT. Telkom.

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kampung Adijaya yang ditandai

dengan saluran irigasi yang membentang di Lapangan Prosida

Kelurahan Bandar Jaya berada dalam wilayah Kecamatan Terbaggi

Besar dan terletak pada ketinggian 75 meter di atas permukaan laut

dengan orbitasi, jarak sebagai berikut:

a. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan (Terbanggi Besar) : 7 Km

b. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten (Gunung Sugih) : 4 Km

c. Jarak ke Kota Provinsi (Bandar Lampung) : 63 Km

Bandar Jaya Barat dan Bandar Jaya Timur berstatus sebagai

Kelurahan. Meski demikian pusat perekonomian masyarakat baik dari

Kecamatan maupun Ibu Kota Kabupaten berada di kedua Kelurahan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya beberapa pusat perbelanjaan di

Kelurahan tersebut, di antaranya Chandra, Putra Baru, dan Plasa Bandar

Jaya. Plasa Bandar Jaya adalah pusat dari kegiatan ekonomi di daerah

ini karena semua masyarakat dari tingkat ekonomi kecil maupun

menengah ke atas bisa berpatisipasi dalam kegiatan ekonomi di Plasa

Bandar Jaya ini. Berbeda dengan Chandra dan Putra Baru yang hanya

didominasi oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.


47

Di Kelurahan ini sudah banyak dibuka perusahaan, hotel, ataupun

warung makan yang menjamur di sepanjang jalan lintas Sumatera yang

membuat Kelurahan ini menjadi lebih ramai dan menghidupkan

kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Di Kelurahan Bandar Jaya

Barat saat ini juga berdiri Masjid Agung Istiqlal yang terletak di pinggir

jalan lintas Sumatera. Masjid ini merupakan masjid terbesar di wilayah

Lampung Tengah. Letaknya yang strategis yaitu berhadapan dengan

Plasa Bandar Jaya dan di pinggir jalan lintas Sumatera membuat masjid

ini tidak pernah sepi. Banyak masyarakat yang sedang dalam perjalanan

memilih masjid ini sebagai tempat ibadah maupun istirahat sejenak.

Secara langsung hal ini juga menyebabkan timbulnya kegiatan

perekonomian di sekitar masjid yaitu dengan menjamurnya pedagang

kecil-kecilan, seperti pedagang baju koko, parfum, somai, empek-

empek, dan masih banyak lagi pedagang makanan lainnya yang

membuat Kelurahan ini semakin ramai. Kelurahan Bandar Jaya Barat

dan Bandar Jaya Timur memiliki beberapa fasilitas umum. Fasilitas

umum ini ada yang dibangun oleh pemerintah adapula yang dibangun

oleh perorangan. Beberapa fasilitas umum Kelurahan Bandar Jaya Barat

dan Bandar Jaya Timur di antaranya:


48

Tabel 4. Jenis Fasilitas umum di Kelurahan Bandar Jaya Barat dan


Bandar Jaya Timur

No. Jenis Fasilitas Bandar Bandar


Jaya Barat Jaya Timur
1 Fasilitas umum pendidikan
PAUD 1 2
TK 4 3
SD 6 5
SMP 4 0
SMA 2 0
2 Fasilitas umum kesehatan
Puskesmas 1 0
Klinik 7 6
3 Fasilitas umum keagamaan
Masjid 13 10
Gereja 2 3
Vihara 0 1
4 Fasilitas umum olah raga
Kolam renang 1 1
Futsal 2 2
Lapangan bola 1 1
Lapangan voli 3 0
Badminton 1 1
Tenis 1 0
Sumber: Data arsip kelurahan, 2022

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa fasilitas umum

yang dimiliki oleh Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan Bandar

Jaya Timur memiliki perbedaan. Di kelurahan Kelurahan Bandar Jaya

Barat fasilitas umum pendidikannya berjumlah 17 bangunan. Sementara

itu, di Kelurahan Bandar Jaya Timur berjumlah 10 bangunan. Fasilitas

umum kesehatan di Kelurahan Bandar Jaya Barat berjumlah 8

bangunan dan fasilitas Kelurahan Bandar Jaya Timur berjumlah 6

bangunan. Kemudian fasilitas umum keagamaan di Kelurahan Bandar

Jaya Barat berjumlah 15 bangunan dan fasilitas umum keagamaan di

Kelurahan Bandar Jaya Timur berjumlah 14 bangunan. Sementara itu,


49

fasilitas umum kesehatan di Kelurahan Bandar Jaya Barat berjumlah 9

bangunan dan di Kelurahan Bandar Jaya Timur 5 bangunan.

Peta lokasi kelurahan Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan

Bandar Jaya Timur dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4: Gambar Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan


Bandar Jaya Timur
Sumber: Wikipedia.org

4.1.3 Bidang Kemasyarakatan

1. Bidang kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Bandar Jaya Barat sampai saat ini

berjumlah kurang lebih 12.456 jiwa dengan kepadatan penduduk

mencapai 3.894/km2 terdiri dari penduduk laki-laki (6.027 jiwa)

dan penduduk perempuan (6.429 jiwa). Penduduk di Kelurahan

Bandar Jaya terdiri dari berbagai macam etnik di antaranya

Lampung, Jawa, Sunda, Minangkabau, dan lain sebagainya.


50

Berikut tabel komposisi berdasarkan etnik di Kelurahan Bandar

Jaya:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnik

No. Suku atau Etnik Pria Wanita


1. Lampung 653 655
2. Sunda 496 526
3 Jawa 2.459 2.598
4 Minangkabau 1.437 1.653
5 Batak 187 206
6 Madura 89 98
7 Betawi 57 63
8 Palembang 289 212
9 Tionghoa 224 271
10 Bali 77 83
11 Bugis 59 64
Jumlah 6.027 6.429
Sumber: Profil Kelurahan Bandar Jaya

Tabel komposisi penduduk berdasarkan suku di atas,

menjelaskan bahwa suku terbesar yang ada di Kelurahan Bandar

Jaya Barat adalah suku Jawa. Mayoritas mata pencaharian

masyarakat adalah berdagang. Hal ini ditunjukan dengan

banyaknya jumlah masyarakat bersuku Minangkabau dan etnis

Tionghoa yang tinggal di daerah ini. Suku Minangkabau dan etnis

Tionghoa identik dengan masyarakat yang bermata pencaharian

berdagang, khususnya di Kelurahan ini. Letak plaza yang tidak

jauh dari Bandar Jaya Barat membuat cukup banyak masyarakat

yang bermata pencaharian berdagang memilih tinggal di Kelurahan

ini.
51

Plaza Bandar Jaya terletak di Kelurahan Bandar Jaya Timur.

Sebelum mengalami pemekaran Kelurahan Bandar Jaya Barat dan

Bandar Jaya Timur masih merupakan satu Kelurahan yang sama,

yaitu Bandar Jaya. Meskipun sudah mengalami pemekaran,

masyarakat sekitar tetap menganggap Bandar Jaya Timur dan

Bandar Jaya Barat masih merupakan satu Kelurahan yang sama.

Perubahan status administratif Kelurahan ini tidak terlalu

berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar. Bahkan masih ada

beberapa masyarakat yang belum mengetahui perihal perubahan

status administratif Kelurahan yang sudah mengalami pemekaran

dan dibagi menjadi Kelurahan Bandar Jaya Timur dan Bandar Jaya

Barat.

2. Bidang Ketentraman dan Tertib

Untuk membantu aparat keamanan dalam mengatasi gangguan

Kamtibmas, maka pemerintah Kelurahan Bandar Jaya Barat telah

menetapkan personil hansip yang berjumlah satu. Di samping itu

juga, pemerintah kelurahan dibantu dengan Babinkamtibmas dan

Babinsi juga telah menggalangkan ronda malam di tiap-tiap RT

sebagai kekuatan daya tangkal masyarakat dalam mengatasi

gangguan Kamtibmas di kelurahan umumnya dan di lingkungan

tempat tinggal masing-masing.


52

4.2 Identitas Informan

Orang yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah orang yang

dianggap mengetahui tentang permasalahan tentang upaya penegakan sanksi

pelanggaran protokol kesehatan dalam penanggulangan Covid-19 Di

Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung

Tengah. Adapun orang-orang tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Identitas Informan

No Nama Usia Jabatan


.
1 Hendri 35 Ketua gugus covid di Kelurahan Bandar
Jaya
2 Khaerudin 37 Ketua gugus covid di Kecamatan
Terbanggi Besar
3 Muhamad hatta 40 Kepala Satpol PP Kecamatan Terbanggi
Besar
4 I nyoman suryana 45 Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung
Tengah
5 Anggi Tahta 28 Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah
6 Gunawan 44 Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah
7 Udin 28 Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
8 Mas’un 33 Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
9 Novita Sari 18 Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
10 Denia Anggraini 20 Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya.
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2022

Orang-orang yang dijadikan informan adalah orang yang mampu

menjawab pertanyaan penelitian. Hendri sebagai ketua gugus covid di

Kelurahan Bandar Jaya memiliki peranan untuk memberikan informasi upaya

apa saja yang telah ia lakukan di Kelurahan Bandar Jaya sebagai bentuk

penanganan permasalahan Covid-19 di lingkungannya. Khaerudin selaku

Ketua gugus covid di Kecamatan Terbanggi Besar memiliki peranan untuk

memberikan informasi terkait penanganan Covid-19 di Kecamatan Terbanggi


53

Besar. Kemudian Muhammad Hatta selaku Kepala Satpol PP Kecamatan

Terbanggi Besar berperan untuk memberikan informasi sejauh mana upaya

penanganan covid-19 yang dilakukan oleh Satpol PP di Kecamatan Terbanggi

Besar. I nyoman Suryanan selaku Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung

Tengah berperan untuk memberikan informasi terkait penanganan dan upaya

penegakan hukum yang dilakukan oleh Satpol-PP bagi masyarakat yang

melakukan pelanggaran protokol covid-19 di Kabupaten Lampung Tengah.

Kemudian Anggi Tahta dan Gunawan adalah satpol PP Kabupaten Lampung

Tengah yang berperan ikit menertibkan masyarakat yang melanggar protokol

kesehatan. Selanjutnya, Udin, Mas’un, Novita Sari, dan Denia Anggraini

adalah masyarakat yang melakukan pelanggaran protokol kesehatan Covid-

19.

4.3 Hasil dan pembahasan Penelitian

4.3.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian diuraikan berdasarkan fokus penelitian yang telah

dibuat sebelumnya. Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini

adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam upaya

penegakan sanksi pelanggaran protokol kesehatan dalam

penanggulangan Covid-19 Di Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian yang

telah peneliti temukan dilapangan adalah sebagai berikut:


54

1. Adanya Komitmen Dari Pimpinan Dan Seluruh Staf Instansi

Yang Bersangkutan

Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan adalah seberapa tinggi tingkat komitmen yang dari

pimpinan dan seluruh staf instansi untuk menjalankan apa-apa yang

telah diamanatkan. Tingginya tingkat komitmen yang dimiliki oleh

pimpinan dan staf dalam sebuah instansi mengindikasikan bahwa

mereka memahami tugas pokok dan fungsinya dengan baik.

I nyoman Suryana selaku Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

mengungkapkan bahwa:

“komitmen kita untuk penegakan sanksi pelanggar prokes ini tentu


besar. Kita ingin masyarakat patuh dan jumlah pasien suspec covid-19
di Kabupaten Lampung Tengah ini menurun. Sebenarnya bagi kita yang
harus langsung terun ke lapangan dan berinteraksi dengan banyak orang
resiko tertularnya besar sekali. Apalagi covid-19 ini kan virus ya,
penyakitnya enggak bisa kelihatan oleh mata telanjang. Titik fokus
pengamanan kita ada di plaza Bandar Jaya dan masjid istiqlal Bandar
Jaya, karena kedua tempat itu biasanya jadi titik pusat keramaian di
Kabupaten Lampung Tengah.”

Muhamad Hatta selaku Kepala Satpol PP Kecamatan Terbanggi Besar

mengungkapkan bahwa:

“komitmen yang kita lakukan untuk penegakan sanksi pelanggaran


covid-19 dengan rutin menggelar operasi yustisi bagi masyarakat.
Tujuannya supaya masyarakat mematuhi prokes. Kita lakukan operasi
yustisi di masjid istiqlal dan plaza Bandar Jaya karena disitulah pusat
keramaiannya. Masyarakat yang terjaring razia langsung kita berikan
sanksi berupa teguran lisan atau denda. Bagi mereka yang tidak
menggunakan masker langsung kita tindaklanjuti dengan membagikan
masker secara gratis. Kita juga memasang banner di beberapa titik yang
berisi himbauan kepada masyarakat untuk menjaga jarak, menghindari
kerumunan, dan menggunakan masker. Banner tersebut kita pasang di
titik strategis seperti di depan plaza Bandar Jaya dan masjid Istiqlal
55

dengan tujuan supaya terbaca oleh masyarakat dan mereka mentaati


peraturan dan himbauan yang kita berikan.”

Khaerudin selaku Ketua gugus covid-19 di Kecamatan Terbanggi Besar

mengungkapkan bahwa:

“kita di kecamatan sudah berupaya untuk melakukan sosialisasi


ke masyarakat melalui kepala kampung, lurah dan kepala desa
mengenai bahaya covid-19 agar warga mau mematuhi protokol
kesehatan. Kalau warga mau rutin mencuci tangan, menggunakan
masker dan menjaga jarak ya mudah mudahan aman. Kita juga
pasang banner di kantor kelurahan sebagai bentuk sosialisasi tidak
langsung kita ke warga, jadi harapannya warga membaca dan mau
mematuhi himbauan.”

Anggi Tahta selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

mengungkapkan bahwa”

“kita rajin melakukan operasi yustisi di sekitaran Plaza Bandar Jaya dan
Masjid Istiqlal. Selain itu kita juga melakukan patroli ke desa dan
kelurahan yang kalau masih ada warga yang nekat membuat kerumunan
akan kita tindak dan bubarkan. Ada beberapa warga yang nekat ngadain
hajatan meski tanpa hiburan tapi tetap mendatangkan kerumunan
sehingga kita tindak.”

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan, komitmen dari

pimpinan dan seluruh staf Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

dan Kecamatan Terbanggi Besar sudah sangat tinggi. Pimpinan

memahami bahwa sebagai upaya untuk menekan laju pertumbuhan

jumlah pasien suspec covid-19 adalah dengan menggelar operasi

yustisi. Operasi yustisi dipusatkan di titik-titik keramaian seperti

plaza Bandar Jaya dan Masjid Istiqlal Bandar Jaya. Seluruh staf dan

stakeholders yang terlibat mematuhi protokol kesehatan. Saat

operasi yustisi, masyarakat yang tidak menaati protokol kesehatan

langsung diberikan binaan dan tindakan.


56

Hasil wawancara dan observasi di dukung dengan dokumentasi

yang didapatkan penulis di lapangan.

Gambar 5. Operasi yustisi yang digelar oleh Stakeholders


Sumber: Dokumentasi penulis, 2021

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa penindakan

pelanggaran protokol kesehatan melibatkan beberapa aktor, yakni

TNI, POLRI dan Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah.

Penindakan difokuskan kepada masyarakat yang melanggar potokol

kesehatan serta memberikan himbauan kepada masyarakat untuk

terus mentaati protokol kesehatan agar dapat menekan jumlah kasus

covid-19 di Lampung Tengah. Operasi yustisi yang digelar oleh

stakeholders ini dilakukan secara berkesinambungan di depan Plaza

Bandar Jaya dan masjid Istiqlal Bandar Jaya.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi tentang

fokus pertama yakni adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh

staf instansi yang bersangkutan telah ditunjukkan dengan tingginya

komitmen yang dimiliki oleh pimpinan dan seluruh staf instansi.

Mereka memahami dengan baik tugas pokok dan fungsinya.


57

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Artinya setiap kebijakan atau peraturan perundang-

undangan yang berlaku memiliki sistem yang mengatur kinerjanya

agar seluruh sumber daya dapat termanfaatkan dengan konsisten.

Muhamad Hatta selaku Kepala Satpol PP Kecamatan Terbanggi

Besar menungkapkan bahwa:

“pelaksanaan penegakan protokol covid-19 sudah sesuai dengan


Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10
Tahun 2020 Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam
Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019.
Dalam peraturan tersebut dimuat bahwa masyarakat Kabupaten
Lampung Tengah diwajibkan untuk mentaati protokol
kesehatan, diantaranya adalah menjaga jarak, menggunakan
masker dan mencuci tangan”.

I nyoman Suryana selaku Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

menambahkan:

“apa yang kita lakukan sudah sesuai dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku. Di Kabupaten Lampung Tengah penegakan
protokol kesehatan diatur dalam Perda No. 10 Tahun 2020 tentang
pedoman adaptasi kebiasaan baru. Sumber daya apa saja yang dapat
digunakan dan siapa saja yang terlibat dalam penegakan peraturan
tersebut sudah sangat rinci dijelaskan di perda tersebut. Kita berhak
menggunakan fasilitas (sumber daya) yang dimiliki oleh Satpol PP
baik berupa sarana prasarana seperti kendaraan dinas bahkan sampai
ke orang-orangnya. Karena kita termasuk stakeholders yang secara
langsung terlibat di lapangan. Selain itu ada TNI dan POLRI juga.”
58

Hendri selaku Ketua gugus covid di Kelurahan Bandar Jaya

mengungkapkan bahwa:

“kita melakukan penyemprotan dan memberikan himbauan ke


masyarakat sudah berdasarkan surat tugas. Kita enggak akan berani
bertindak kalau nggak ada surat tugasnya. Penyemprotan
menggunakan mobil damkan juga sudah mendapatkan izin resmi dari
pemadam kebakaran. Bahkan kita melibatkan mereka untuk ikut
terjun langsung ke kelurahan saat penyemprotan supaya mereka juga
bisa ikut memantau di lapangan dan kendaaraan damkar yang kami
pinjam tidak kami salah gunakan.”

Anggi Tahta selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

menambahkan bahwa:

“operasi yustisi yang kita lakukan sudah mendapatkan izin dan


surat perintah dari instansi terkait. Sumber daya yang kita
gunakan biasanya kendaraan dinas dari satpol PP. Kita juga
menggunakan anggaran untuk pencetakan banner sebagai
bentuk himbauan kepada masyarakat agar masyarakat lebih
peduli dan mematuhi protokol kesehatan.”

Bedasarkan hasil observasi di lapangan peneliti melihat bahwa

pelaksanaan penegakan protokol kesehatan di Kabupaten Lampung

Tengah telah menggunakan sistem terbuka. Dimana penegakan

protokol kesehatan dilakukan dengan melibatkan banyak

stakeholders seperti TNI, POLRI, dan Satpol PP. Selain itu,

pelaksanaan penegakan protokol kesehatan telah diatur dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10 Tahun

2020 Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam

Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019.


59

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada fokus kedua

yakni berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku telah dilaksanakan dengan baik. Sumber

daya yang ada telah digunakan sebagaimana mestinya berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang berlaku. Penggunaan kendaraan dinas milik Satpol PP

dan anggaran yang dikeluarkan oleh Satpol PP telah mendapat

persetujuan. Anggota Satpol PP yang bertugas juga berdasarkan pada

surat perintah dan surat ijin instansi.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan

Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan berarti mengukur apakah tujuan dan sasaran dari suatu

kebijakan atau program dapat dicapai atau tidak. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Hendri selaku Ketua gugus covid di Kelurahan

Bandar Jaya menjelaskan bahwa:

“tujuan kita melakukan sosialisasi bahkan bertindak melakukan


penutupan pintu masuk kampung sampai melakukan
penyemprotan desinfektan ke lingkungan kampung supaya
covid tidak masuk kampung karena covid ini sangat
meresahkan. Upaya kita berhasil walaupun masih ada satu dua
kasus karena adanya pendatang (orang-orang yang mudik) saat
lebaran”
60

Khaerudin selaku Ketua gugus covid di Kecamatan Terbanggi Besar

menambahkan:

“tujuan kita bersama adalah melindungi masyarakat dari paparan


covid-19 dan menekan angka penyebaran covid-19 di
Kabupaten Lampung Tengah. Kita melakukan sosialisasi baik
secara lisan maupun tulisan. Kita gunakan media massa seperti
media elektronik dan cetak untuk memberikan pemahaman dan
update data soal covid-19 di Kabupaten Lampung Tengah. Kita
pasang banner dimana mana, dan kita juga pasang iklan di
radio.”

Muhamad Hatta selaku Kepala Satpol PP Kecamatan Terbanggi

Besar mengungkapkan:

“di tingkat kecamatan kita bentuk tim gugus covid di tingkat


kecamatan dan kelurahan/desa. Tim ini bekerja dengan cara
memberikan himbauan dan arahan kepada masyarakat agar
mematuhi protokol kesehatan. Nyatanya di kelurahan Bandar
Jaya Barat yang tadinya jumlah warga yang terkena covid
sekitar 150an orang setelah kita rutin melakukan sosialisasi
bahkan sampai penyemprotan desinfektan jumlahnya menurun
sampai dibawah angka 100. Dengan data itu artinya kan tujuan
kita untuk melindungi masyarakat dan mengurangi penyebaran
covid-19 berhasil.

I nyoman Suryana selaku Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung

Tengah menjelaskan bahwa:

“operasi yustisi itukan bagian dari upaya kita untuk mencapai


tujuan dari perda no 10 itu. Operasi yustisi yang kita lakukan
nyatanya berhasil membuat masyarakat patuh dengan protokol
kesehatan yang berlaku. Operasi yustisi yang kita lakukan
menggandeng tim dari pengadilan jadi ketika masyarakat
melakukan pelanggaran prokes misalnya dengan tidak
menggunakan masker akan langsung kita lakukan sidang di
tempat. Sidang akan menghasilkan putusan masyarakat akan di
denda atau tidak.”
61

Anggi Tahta selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

mengungkapkan:

“tujuannya saya rasa sudah tercapai. Kita melindungi


masyarakat dengan melakukan operasi yustisi di pusat
keramaiannya kelurahan Bandar Jaya. Selain operasi yustisi kita
juga membagi-bagikan masker ke masyarakat. Itu salah satu
cara kita melindungi masyarakat.”

Gunawan selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

menambahkan:

“tujuan sudah tercapai. Buktinya sekarang kan kasus covid-19 di


Lampung Tengah sudah menurun. Masyarakat sudah bisa
beraktivitas seperti biasa. Pertokoan dan rumah makan sudah
mulai buka kembali. Bahkan sekolah juga sudah mulai aktif
untuk tatap muka meski semua masih harus menggunakan
masker”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

dan sasaran Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 10

Tahun 2020 Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam

Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 sudah tercapai dengan baik.

Hal tersebut dibuktikan dengan menurunnya jumlah angka penderita

covid-19. Stakeholders yang telibat dalam upaya penegakan sanksi

pelanggaran protokol kesehatan juga telah memahami tujuan

dilaksanakannya kegiatan tersebut sehingga tujuan dari kegiatan ini

lebih mudah tercapai.


62

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan

manfaat yang diperoleh

Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat

yang diperoleh berarti setiap kegiatan yang dijalankan merupakan

upaya pencapaian visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Visi dan misi dalam setiap organisasi berbeda-beda

berdasarkan lingkup organisasinya, apakah organisasi tersebut

bersifat publik atau privat.

Muhamad Hatta selaku Kepala Satpol PP Kecamatan Terbanggi

Besar mengatakan bahwa:

“Visi dan misi sudah tercapai. Manfaatnya juga sudah dirasakan


oleh masyarakat dengan bukti penurunan jumlah masyarakat
yang suspect covid-19.”

I nyoman Suryana selaku Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung

Tengah mengatakan:

“Visi Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah adalah


Terwujudnya Ketentraman Masyararakat dan Ketertiban Umum
Yang Kondusif Serta Penegakkan Peraturan Daerah / Keputusan
Kepala Daerah. Dan misinya merupakan penjabaran dari visi
tersebut, yakni upaya perwujudan ketentraman dan ketertiban
masyarakat. Makanya pada saat pandemi begini kita melakukan
operasi yustisi dengan menegakkan penggunaan protokol
kesehatan ke masyarakat karena tujuannya untuk menciptakan
ketentraman di masyarakat itu sendiri. Kalau penyebaran covid-
19 dapat kita antisipasi kan masyarakat juga aman dan tentram
jadi visi dan misi Satpol PP bisa terwujud”
63

Anggi Tahta selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

mengungkapkan:

“Misi kita kan menciptakan keamanan, ketertiban untuk


masyarakat. Makanya kita rutin melakukan operasi yustisi
bahkan sampai pemasangan banner sosialisasi bahaya covid-19.
Melakukan penertiban di pasar tempat orang-orang berkerumun
atau kadang sampai ke lingkungan masyarakat yang masih nekat
menggelar hajatan. Dimasa pandemi ini masyarakat seharusnya
bisa mematuhi aturan dan larangan yang berlaku serta mematuhi
prokes karena covid-19 penyebarannya sangat cepat bukan
hanya kita yang berpotensi terpapar covid-19 tapi juga keluarga
kita dirumah.”

Gunawan selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

menambahkan:

“Apa yang kita lakukan sudah sesuai dengan visi dan misi satpol
PP. Karena satpol PP dilahirkan untuk memberikan rasa aman
dan tentram ke masyarakat, Memberikan perlindungan yang
baik dan cukup ke masyarakat. Baik itu masyarakat biasa
ataupun pejabat publik.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

akuntabilitas Satpol PP dalam menegakkan sanksi pelanggaran

protokol kesehatan dalam penanggulangan covid-19 di Kelurahan

Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar telah berorientasi pada

pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh. Hal

tersebut dibuktikan dengan upaya satpol PP menggelar operasi

yustisi setra melakukan penertiban di lingkungan masyarakat yang

masih menggelar acara pernikahan secara besar-besaran tanpa

mengindahkan larangan yang telah diberlakukan.


64

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, pencapaian visi

misi dan pencapaian hasil dan manfaat yang dilakukan oleh Satpol

PP Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami pergeseran sejak

pandemi covid-19. Sebelum pandemi pencapaian visi misi Satpol PP

diarahkan pada upaya penertiban pedagang kaki lima di sekitaran

plaza Bandar Jaya dan pasar-pasar tradisional lainnya serta

perlindungan dan pengawalan terhadap pejabat publik yang

melakukan kegiatan di luar kantor. Namun setelah pandemi covid-19

terjadi pergeseran, upaya pencapaian visi misi serta pencapaian hasil

dan manfaat kinerja Satpol PP diarahkan pada upaya penegakan

sanksi pelanggaran protokol kesehatan sebagai bentuk

penanggulangan penyebaran covid-19.

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat

Jujur, objektif, transparan, dan akurat adalah asas dasar dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dalam organisasi publik. I

nyoman Suryana selaku Kepala Satpol PP Kabupaten Lampung

Tengah mengatakan:

“Dalam menjalankan tugas kita selalu kedepankan asas-asas


kejujuran, objektivitas, transparansi dan ketepatan keakuratan.
Pekerjaan kita juga diatur dengan landasan asas-asas yang
berlaku sehingga kita mematuhi aturan-aturan tersebut. Dalam
melakukan operasi yustisi kepatuhan protokol kesehatan di
Plaza Bandar jaya dan masjid Istiqlal Bandar Jaya kita tidak
membeda-bedakan masyarakat berdasarkan suku, agama, atau
status sosial. Sanki kita berikan kepada siapa saja yang
melakukan pelanggaran prokes. Semua kita sama ratakan, dan
kita tindak. Hanya sanksinya yang berbeda-beda, itu di dasarkan
65

pada tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Ada


yang kita minta untuk mengambil sampah di sekitar lingkungan
plaza bandar jaya dan aada juga yang kita denda dengan
nominal tertentu.”

Anggi Tahta selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

mengatakan:

“yaa kita kan kerja ada aturannya. Kita punya SOP dan
peraturan perundang-undangan yang mengatur kinerja kita.
Kalau soal objektif, jujur, transparan sudah pati kita terapkan.
Karena kalau kita tidak menerapkan itu kan kredibilitas dan
nama baik Satpol PP yang di pertaruhkan. Selama kita
menjalankan pekerjaan dan menggunakan atribut Satpol PP
artinya kita tidak hanya membawa nama baik kita sendiri tetapi
juga institusi.”

Mas’un selaku Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya mengatakan:

“Saya termasuk masyarakat yang melanggar aturan prokes


karena lupa membawa masker. Saya lihat semua diperlakukan
sama. Bahkan ada bapak-bapak yang bawa mobil juga kena
razia karena dia enggak pake dan bawa masker di mobilnya.
Kita sama-sama kena denda Rp 5000 karena pelanggaran yang
kita lakukan. Setelah itu kita diberi masker gratis oleh petugas
Satpol PP disitu.”

Novita Sari selaku Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya

menambahkan:

“saya terkena sanksi teguran karena berkerumun di saat


membeli buah-buahan di depan plaza bandar jaya. Saya tidak
menyadari kalau ada operasi yustisi. Pedagang sudah ingatkan
saya untuk jangan berkerumun, belinya satu satu ngantri tapi
saya ngotot tetap mau pilih-pilih buah yang segar. Akhirnya
saya ditegur aparat Satpol PP dan diberikan sanksi mungutin
sampah di sekitaran pasar.”
66

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa

asas Jujur, objektif, transparan, dan akurat telah dikedepankan dalam

upaya penegakan sanksi pelanggaran protokol kesehatan dalam

penanggulangan covid-19 di Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Hal tersebut dapat

dilihat dengan adanya pengakuan masyarakat bahwa petugas tidak

membeda-bedakan perlakuan terhadap seluruh pelanggar walaupun

mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Kegiatan operasi

yustisi tersebut juga dilakukan secara transparan dengan dihadiri

oleh pihak-pilak lain seperti TNI, POLRI dan pengadilan.

6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran

dan tujuan yang telah ditetapkan

Hasil akhir dalam pelaksnaan sebuah kebijakan/program adalah

untuk menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran

dan tujuan yang telah ditetapkan. I nyoman Suryana selaku Kepala

Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah mengatakan:

“operasi yustisi yang kita gelar masuk dalam kategori berhasil.


Karena dapat menekan jumlah penyebaran kasus covid-19
terutama di kelurahan Bandar Jaya. Masyarakat juga semakin
paham dan patuh untuk menggunakan protokol kesehatan yang
baik. Kita sengaja gandeng pihak pengadilan dan langsung
dilakukan tindakan di tempat seperti sidang dan hukumannya
langsung supaya ada efek jera yang didapatkan masyarakat.”
67

Anggi Tahta selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

menambahkan:

“tujuan kita melaksanakan operasi yustisi itu untuk menertibkan


masyarakat agar patuh prokes. Sementara tujuan jauhnya
(outcome) adalah menurunnya jumlah penderita covid-19 di
Kabupaten Lampung Tengah ini. Dua duanya sudah tercapai.
Masyarakat menjadi tertib dan taat prokes, kemudian jumlah
penderita covid-19 juga menurun”.

Gunawan selaku Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

menjelaskan:

“kita pantau terus kegiatan-kegiatan masyarakat. Sekiranya


kegiatan itu menimbulkan keramaian di lingkungan masyarakat
akan kita bubarkan. Sejauh ini apa yang kita upayakan berhasil.
Masyarakat menjadi semakin patuh dan tertib.”

Udin selaku Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya mengatakan:

“saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh satpol PP dan


TNI, Kepolisian serta pengadilan. Ini benar-benar membawa
efek jera bagi masyarakat terutama saya pribadi. Denda yang
dikenakan memang tidak seberapa tapi dibandingkan dengan
rasa malu bahwa saya dinyatakan bersalah karena tidak
menggunakan masker sangat tidak sebanding. Dari rumah saya
sudah tidak menyadari kalau saya tidak menggunakan masker,
pas sampai di depan plaza bandar jaya saya lihat banyak orang
di setopin, saya fikir razia kendaraan jadi saya santai saja karena
kendaraan saya aman, ternyata malah razia masker dan saya
enggak pakai. Kedepannya semoga kegiatan seperti ini terus
dilakukan agar masyarakat semakin tertib.”

Denia anggraini selaku Masyarakat di kelurahan Bandar Jaya

mengatakan:

“saya terjaring razia karena tidak menggunakan masker saat melintasi


plaza bandar jaya. Saya terkena hukuman sidang dan denda sebesar
Rp 5000.”
68

Berdasarkan hasil wawancara diatas, Sub fokus penyajian

keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan telah tercapai. Keberhasilan penegakan sanksi

pelanggaran protokol kesehatan dalam penanggulangan Covid-19 Di

Kelurahan Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten

Lampung Tengah dapat diukur dengan menurunnya jumlah angka

penderita covid-19 dan semakin tertibnya masyarakat di Kelurahan

Bandar Jaya.

4.3.2 Pembahasan

Pembahasan penelitian menggunakan prinsip-prinsip Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang

ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara.

Pengimplementasian prinsip-prinsip AKIP dalam upaya penegakan

sanksi pelanggaran protokol kesehatan dalam penanggulangan Covid-

19 Di Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten

Lampung Tengah adalah sebagai berikut:

1. Adanya Komitmen Dari Pimpinan Dan Seluruh Staf Instansi

Yang Bersangkutan

Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan adalah seberapa tinggi tingkat komitmen yang dari

pimpinan dan seluruh staf instansi untuk menjalankan apa-apa yang


69

telah diamanatkan. Tingginya tingkat komitmen yang dimiliki oleh

pimpinan dan staf dalam sebuah instansi mengindikasikan bahwa

mereka memahami tugas pokok dan fungsinya dengan baik.

Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat dilihat bahwa seluruh

pimpinan dan staf serta stakeholders lain yang terlibat dalam upaya

penegakan sanksi bagi pelanggaran protokol kesehatan di Kabupaten

Lampung Tengah telah memiliki komitmen yang tinggi. Hal tersebut

ditunjukkan dengan adanya operasi yustisi yang rutin dilakukan oleh

para stakeholders. Titik pusat operasi yustisi adalah di plaza bandar

jaya dan masjid istiqlal bandar jaya. Kedua lokasi tersebut dipilih

karena menjadi pusat keramaian di Kabupaten Lampung Tengah.

Selain itu, Satpol PP juga melakukan himbauan dan pemantauan ke

kelurahan-kelurahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar

tetap taat pada protokol kesehatan. Masyarakat yang masih

bersikeras untuk menggelar acara seperti khitanan atau pernikahan

dengan mengundang dan mendatangkan banyak orang diberikan

peringatan hingga dibubarkan oleh satpol pp dan tim gugus covid-

19. Menggelar acara khitanan atau pernikahan dianggap melanggar

protokol kesehatan karena dapat menimbulkan kerumunan

masyarakat.
70

Tim gugus covid tingkat kecamatan Terbanggi Besar dan

kelurahan Bandar Jaya juga melakukan aktivitas penyemprotan

desinfektan ke lingkungan rumah masyarakat. Tim juga

menyediakan tempat untuk mencuci tangan di depan pintu masuk

kelurahan dengan menggunakan Toran air yang berukuran besar.

Tim gugus covid setiap harinya ada di pintu masuk kelurahan

Bandar Jaya untuk memantau orang-orang yang keluar masuk

kelurahan dan memastikan mereka tetap mentaati protokol

kesehatan. Tim juga mewajibkan masyarakat untuk menyediakan

tempat cuci tangan dari air mengalir di setiap rumah-rumah warga.

Dalam konteks akuntabilitas publik, menurut Rasul (2002)

akuntabilitas publik erat kaitannya dengan institusi pemerintah,

“seseorang” adalah pimpinan instansi pemerintah sebagai penerima

amanat yang harus memberikan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan amanat tersebut kepada masyarakat atau publik sebagai

pemberi amanat. Dalam upaya penegakan sanksi pelanggaran

protokol kesehatan dalam penanggulangan Covid-19 di Kelurahan

Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah akuntabilitas publik telah dijalankan dengan baik. Hal

tersebut terlihat dengan besarnya rasa tanggungjawab masing-

masing stakeholders untuk terus memberikan himbauan, membagi-

bagikan masker, bahkan melakukan tindakan punishment bagi

masyarakat yang masih melanggar protokol kesehatan.


71

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Artinya setiap kebijakan atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku memiliki sistem yang mengatur

kinerjanya agar seluruh sumber daya dapat termanfaatkan dengan

konsisten. Kebijakan penanganan penyebaran covid-19 dan

penerapan protokol kesehatan di Kabupaten Lampung Tengah diatur

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 10

Tahun 2020 Tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam

Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019. Dalam

pasal 9 disebutkan bahwa hal-hal yang dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah dalam penyelenggaraan adaptasi kebiasaan baru

pencegahan dan pengendalian covid-19 disebutkan:

(1) Sosialisasi, penyuluhan,dan penyebarluasan informasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a ditujukan untuk
memberikan edukasi COVID-19 kepada masyarakat serta
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
dalam rangka mewujudkan kesadaran bersama untuk
melakukan pencegahan dan pengendalian COVID-19.
(2) Dalam melaksanakan sosialisasi, penyuluhan, dan
penyebarluasan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pemerintah Daerah dapat membentuk tim sosialisasi
pencegahan dan pengendalian COVID-19.
(3) Tim sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas:
72

a.unsur pemerintah daerah;


b. unsur TNI dan POLRI;
c. unsur masyarakat yang meliputi akademisi/pakar/ahli,
alim ulama, pers, tokoh pemuda, tokoh adat dan tokoh
masyarakat lainnya.
(4) Pelaksanaan tugas dan susunan keanggotaan tim sosialisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
keputusan bupati.
(5) Dalam rangka efektifitas pelaksanaan sosialisasi, penyuluhan,
dan penyebarluasan informasi pencegahan dan pengendalian
COVID-19, pemerintah kecamatan dan pemerintah kampung
dapat membentuk tim sosialisasi pencegahan dan
pengendalian COVID-19 tingkat Kecamatan dan tingkat
kampung.

Dalam pasal 9 telah dengan jelas disebutkan bahwa pencegahan dan

pengendalian covid-19 di Kabupaten Lampung Tengah dilakukan

dengan cara sosialisasi dan penyuluhan. Salah satu upaya yang telah

digelar oleh pemerintah daerah dalam hal ini diwakilkan oleh Satpol

PP Kabupaten Lampung Tengah, TNI dan POLRI melakukan

sosialisasi sekaligus operasi yustisi kepada masyarakat yang masih

melanggar protokol kesehatan di Kabupaten Lampung Tengah.

Operasi yustisi dipusatkan di Plaza Bandar Jaya dan Masjid Istiqlal

Bandar Jaya.

Sementara itu, sumber daya yang digunakan dalam upaya

pencegahan, pengendalian dan penegakan protokol kesehatan adalah

dengan menggunakan sumber daya hasil swadaya dari berbagai

instansi asal stakeholders yang terlibat. Khusus untuk sumber daya

yang digunakan oleh Satpol PP adalah kendaraan dinas milik satpol

PP. Kendaraan tersebut digunakan oleh tim satpol pp untuk

mobilisasi dari kantor menuju lokasi operasi yustisi.


73

Dalam menjalankan tugasnya menertibkan masyarakat yang

melanggar protokol kesehatan di Kabupaten Lampung Tengah,

khususnya Kelurahan Bandar Jaya, Satpol PP telah diberi mandat

dan dibuktikan dengan surat tugas operasi yustisi. Sehingga dalam

menjalankan tugasnya Satpol PP memiliki suatu sistem yang secara

formal mengikat. Aturan formal yang dimiliki oleh Satpol PP juga

dengan jelas mengatur ketentuan-ketentuan penggunaan sumber

daya secara optimal untuk memaksimalkan upaya penegakan

pelanggaran protokol kesehatan.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan

Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan berarti mengukur apakah tujuan dan sasaran dari suatu

kebijakan atau program dapat dicapai atau tidak. Upaya penegakkan

sanksi pelanggaran protokol kesehatan dalam penanggulangan

covid-19 di Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah memiliki dasar hukum yakni Peraturan

Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 10 Tahun 2020 Tentang

Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan dan

Pengendalian Covid-19. Perda tersebut menyebutkan tujuan dan

sasaran upaya pencegahan dan pengendalian covid-19 di Kabupaten

Lampung Tengah. Tujuan dan sasaran tersebut antara lain:


74

a. Melindungi masyarakat dari Covid-19 dan/atau faktor resiko

kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan

kesehatan masyarakat;

b. Melindungi masyarakat dari dampak covid-19;

c. Mewujudkan kesadaran bersama dalam rangka mencegah dan

mengendalikan penularan covid-19 di daerah dengan melibatkan

peran aktif masyarakat;

d. Memberikan kepastian hukum pelaksanaan AKBPP Covid-19 di

daerah.

Berdasarkan uraian tujuan dan sasaran yang termaktub dalam Perda

No 10 Tahun 2020 tujuan dan sasaran telah tercapai dengan baik.

Operasi yustisi yang dilakukan oleh Satpol PP, TNI, Polri dan

Pengadilan adalah bentuk upaya melindungi masyarrakat dari bahaya

penularan Covid-19. Upaya yang dilakukan oleh Satpol PP dan

stakeholders lainnya juga telah berdampak pada penurunan jumlah

angka masyarakat suspec Covid-19.

Menurut Peters (2010) level analisis akuntabilitas adalah pada

tingkat makroorganisasi yang menekankan pada aspek sosiologi

organisasi dengan fokus interaksi antara organisasi dengan pihak-

pihak yang berelasi pada organisasi tersebut. Sedangkan tanggung

jawab lebih menekankan pada level individual sebagai keharusan

anggota di dalam suatu organisasi publik untuk menunjukkan


75

perilaku yang sejalan dengan standar etika yang telah ditetapkan

sebagai aturan dan melaksanakan pekerjaan dengan benar sesuai

dengan arahan dan pelatihan yang telah diterimanya. Pada sub fokus

ini pihak-pihak yang berelasi dalam upaya penegakan sanksi

pelanggaran protokol kesehatan memiliki komunikasi yang baik.

Bertugas untuk menertibkan masyarakat di sekitaran plaza bandar

jaya adalah Satpol PP. Kemudian yang bertugas untuk

memberhentikan pengendara kendaraan yang kedapatan tidak

menggunakan masker adalah Polri. Setelah masyarakat yang tidak

mentaati protokol kesehatan berhasil di jaring oleh Satpol PP dan

Polri kemudian orang-orang tersebut diserahkan ke pihak pengadilan

yang mengadakan sidang secara langsung dan terbuka di halaman

masjid istiqlal yang disaksikan oleh anggota TNI. Sanksi yang

diberikan kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran berbeda-

beda karena disesuaikan dengan tingkat berat atau tidaknya

pelanggaran yang telah dilakukan. Seluruh stakeholders saling bahu

membahu untuk menyukseskan kegiatan dan mencapai tujuan serta

sasaran yang telah di tetapkan. Sehingga berkat kerjasama yang baik

antar stakeholders tujuan dari


76

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan

manfaat yang diperoleh

Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat

yang diperoleh berarti setiap kegiatan yang dijalankan merupakan

upaya pencapaian visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Visi dan misi dalam setiap organisasi berbeda-beda

berdasarkan lingkup organisasinya, apakah organisasi tersebut

bersifat publik atau privat.

Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah memiliki visi dan misi antara

lain:

Visi:

“Terwujudnya Ketentraman Masyararakat dan Ketertiban Umum

Yang Kondusif Serta Penegakkan Peraturan Daerah / Keputusan

Kepala Daerah”.

Misi:

1. Meningkatkan Pemeliharaan Ketentraman, Ketertiban Umum

dan Penegakkan Peraturan Daerah serta Perlindungan

Masyarakat.

2. Meningkatkan Kapasitas Organisasi Yang Handal Dan Kualitas

SDM Polisi Pamong Praja Menuju Profesionalisme, Pengabdian

dalam pelaksanaan tugas.


77

3. Meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana yang

memadai untuk mendukung operasional Satuan Polisi Pamong

Praja dalam pelaksanaan tugas.

Perwujudan visi dan misi Satpol PP salah satunya dilakukan melalui

upaya penegakan sanksi pelanggaran protokol kesehatan dalam

penanggulangan Covid-19 di Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Timur. Melalui kegiatan ini

Satpol PP berupaya mewujudkan ketentraman masyararakat dan

ketertiban umum yang kondusif serta penegakkan Perda Kabupaten

Lampung Tengah No. 10 Tahun 2020 Tentang Pedoman Adaptasi

Kebiasaan Baru Dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.

Upaya perwujudan visi misi tersebut juga sekaligus menjadi bukti

akuntabilitas Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah.

Menurut Henry (2007) bahwa akuntabilitas merupakan refleksi dari

pemerintah yang memiliki misi yang jelas dan menarik serta

berfokus pada kebutuhan masyarakat. Pemerintah hendaknya

meningkatkan akuntabilitasnya terhadap kepentingan publik dalam

konteks hukum, komunitas, dan nilai bersama (Wicaksono, 2015).

Berdasarkan konsep akuntabilitas yang dikemukakan oleh Henry

diatas apa yang dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Lampung

Tengah menunjukkan bahwa Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

telah memiliki akuntabilitas yang tinggi. Visi dan Misi Satpol PP


78

Kabupaten Lampung tengah telah diarahkan pada pemenuhan

kebutuhan masyarakat yang dalam hal ini adalah kebutuhan akan

ketentraman dan ketertiban umum. Service diarahkan pada

pemenuhan kebutuhan kepentingan publik (masyarakat umum).

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat

Jujur, objektif, transparan, dan akurat adalah asas/prinsip dasar

organisasi publik menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan

tugasnya untuk menegakkan sanksi pelanggaran protokol kesehatan

dalam penanggulangan Covid-19 Di Kelurahan Bandar Jaya,

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Satpol PP

Kabupaten Lampung Tengah memiliki asas-asas yang mengikat dan

dijadikan dasar dalam menjalankan seluruh aktivitasnya. Asas-asas

tersebut diantaranya adalah asas kejujuran, objektivitas, transparansi

dan akurat. Penerapan asas-asas tersebut akan sangat mempengaruhi

akuntabilitas kinerja Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah.

Peters menjelaskan bahwa akuntabilitas menekankan pada level

individual dalam suatu organisasi publik untuk menunjukkan

perilaku yang sejalan dengan standar etika yang telah ditetapkan

sebagai aturan dan melaksanakan pekerjaan dengan benar sesuai

dengan arahan dan pelatihan yang telah diterimanya (Peters, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Satpol PP


79

Kabupaten Lampung tengah sangat mengedepankan standar etika

dan asas-asas yang berlaku dalam menjalankan tugasnya

menegakkan sanksi pelanggaran protokol kesehatan. Operasi yustisi

yang dilakukan oleh Satpol PP kabupaten Lampung Tengah telah

memenuhi asas kejujuran, objektivitas, transparansi dan akurat

karena dalam menjalankan tugasnya Satpol PP tidak membeda-

bedakan masyarakat yang melakukan pelanggaran baik berdasarkan

status sosial maupun suku, agama, dan ras. Semua yang melakukan

pelanggaran akan ditindak dan diberikan hukuman berdasarkan

beratnya pelanggaran yang telah dilakukan.

6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran

dan tujuan yang telah ditetapkan

Keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran dan tujuan sangat

ditentukan oleh kinerja Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah.

Kinerja yang baik akan berdampak pada akuntabilitasnya yang

tinggi. Akuntabilitas menurut Henry (2007) merupakan refleksi dari

pemerintah yang memiliki misi yang jelas dan menarik serta

berfokus pada kebutuhan masyarakat. Pemerintah hendaknya

meningkatkan akuntabilitasnya terhadap kepentingan publik dalam

konteks hukum, komunitas, dan nilai bersama (Wicaksono, 2015).

Upaya yang dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Lampung Tengah

untuk mencapai keberhasilan tujuan yakni agar masyarakat patuh


80

dengan protokol kesehatan telah dilakukan sejak operasi yustisi

pertama kali dilakukan. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah

dengan memasang banner pemberitahuan hingga melakukan

penyemprotan desinfektan ke kelurahan-kelurahan yang ada di

Kecamatan Terbanggi Besar.


81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka kesimpulan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Akuntabilitas Satpol PP dalam menegakan sanksi pelanggaran protokol

kesehatan dalam penanggulangan covid-19 Di Kelurahan Bandar Jaya,

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah telah berjalan

dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan kepuasan masyarakat yang merasa

tidak ada pembedaan perlakuan kepada masyarakat yang melanggar

protokol kesehatan.

2. Sinergitas antar stakeholders yang terlibat dalam upaya penegakan sanksi

pelanggaran protokol kesehatan dalam penanggulangan covid-19 Di

Kelurahan Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah telah berjalan dengan baik. Seluruh stakeholders memahami

peranan dan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.


82

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka di dapatkan saran antara lain sebagai

berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah seharusnya dapat melakukan

kegiatan operasi yustisi secara rutin dengan melibatkan multi

stakeholders.

2. Sebagai bentuk akuntabilitas publik Satpol PP terhadap masyarakat

operasi yustisi yang digelar seharusnya dilakukan tidak hanya di plaza

bandar jaya dan masjid istiqlal bandar jaya tetapi juga di pusat-pusat

keramaian di Kabupaten Lampung Tengah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai