Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 (TUGAS AKHIR PROGRAM)

NAMA : CANDRA EDUARDO SITANGGANG


NIM : 031054924

1. Reformasi birokrasi telah berlangsung lama di Indonesia dan dilakukannya reformasi


birokrasi salah satunya adalah sebagai upaya pengentasan patologi birokrasi. Namun,
apakah menurut Anda patologi birokrasi ini benar-benar telah terselesaikan? berikan
penjelasan anda secara detail dengan analisis terhadap kasus yang anda ketahui.

Menurut Ma’ruf (2010) patologi birokrasi adalah penyakit yang sudah melekat dalam
waktu lama didalam sendi-sendi kehudupan birokasi. Dari pengertian tersebut patologi
birokrasi ini pastinya akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi sebuah negara.
Dalam situasi kondisi negara Indonesia tentunya penyakit ini belum terselesaikan dengan
optimal oleh karena banyak kekuasaan birokrasi mudah terbuai (tidak punya imun untuk
mencegah patologi birokrasi) untuk melakukan penyelewengan kekuasaan. Hal ini
dibuktikan bawha terdapat banyak kasus kasus yang telah terjadi di Indonesia tentunya.

Menurut Silvia (2020) Birokrasi di indonesia dapat dikatakan terbilang mumpuni dan
efisien dalam mengerjakan prospek kerjanya, namun hal itu adalah kisah yang sudah
lama terlewati mengingat birokrasi sekarang ini telah mengalami sedikit permasalahan
internal sehingga berefek yang salah satunya kepada penanggulangan covid-19.

Seperti yang kita lihat, selama masa pandemi, banyak para elit yang mengambil
keuntungan dimasa sulit seperti ini, banyak para elit yang melalukan berbagai cara
untuk menaikkan citra mereka demi untuk kepentingan pribadi. Para elit melakukan
tindakan tersebut dengan cara membagikan bantuan kepada masyarakat namun atas
nama partai politik, agar citra mereka dan citra partai menjadi baik dan msyarakat pun
menjadi simpatik. Hal-hal seperti ini banyak terjadi selama masa pandemi covid-19.

Kasus seperti inilah yang membuat birokrasi di Indonesia menjadi buruk, dimana para
elit politik memanfaatkan kesempatan di masa pandemi seperti ini untuk kepentingan
politik mereka. Seharusnya di masa seperti ini, para elit membantu dan mengatasi
bagaimana agar masa sulit seperti ini cepat berakhir bukan malah berlomba-lomba
mencari simpatik masyarakat agar membuat citra baik mereka meningkat.

Contoh kasus penyebaran dana bansos yang terjadi seperti di Kementrian, Klaten, Jawa
Timur, Jawa Barat, dan Brebes. Para elit memberikan bantuan dengan cara membuat
simbol-simbol di kemasan yang akan di berikan kepada masyarakat, dan tidak sedikit
juga para elit yang turun langsung kelapangan agar mereka mendapat simpatik dari
masyarakat.

2. Dampak yang terjadi pada kebijakan publik berkaitan dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-UndangNomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19.

Diskresi sebagai salah satu instrumen hukum Pemerintah dengan berbagai fungsi dan
kegunaannya, tentu tidak dilakukan dengan cara yang sembarangan, namun terdapat
serangkaian prosedur-prosedur yang harus dipenuhi meskipun tidak dikordinir oleh suatu
SOP (Standar Operasional Prosedur) terkait langkah-langkah untuk menggunakan diskresi.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembahasan ini adalah bagaimanakah Pemerintah
seharusnya membuat diskresi dalam keadaan pandemic Covid- 19 yang dikaitkan Pasal 27
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang kebijakan
keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan untuk penanganan pandemic Corona Virus
Disease 2019 (Covid 19) dan atau dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas sistem keuangan?.
Hasil penelitian Adhian & Fadhil (2021) menunjukkan bahwa kebijakan darurat yang
ditempuh Pemerintah melalui Perppu ini sepenuhnya dilakukan dengan itikad baik untuk
mengatasi suatu kondisi/kejadian yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan dalam hal ini karena Covid-19. Mulyani (2020) Mengatakan
bahwa seluruh kebijakan dalam UU No. 2 Tahun 2020, terutama kebijakan dalam
keuangan negara yang telah diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada perhitungan
dan menggunakan data faktual dampak dari ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan
negara akibat terpaparnya Indonesia dengan Covid-19. Perhitungan, perlu upaya
penyelamatan masyarakat yang harus dilakukan secara sangat cepat dengan penyiapan
bantuan biaya kesehatan dan dukungan bantuan sosial serta mendukung ekonomi untuk
memenuhi kehidupan dan juga bantuan bagi dunia usaha, terutama bagi usaha kecil dan
menengah. Waluyo (2020) mengatakan permasalahan dalam Perppu No 1 Tahun 2020
adalah pertama, masalah judicial review yaitu substansi dari perppu yaitu pasal 27 yang
mengakibatkan kekebalan hukum, hak impunitas, bertentangan dengan equality before the
law, melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang. Dalam pembahasan, nama Perppu
lebih tepat Kebijakan progresif penanganan pandemik covid 19. Sedangkan terkait dengan
kebijakan keuangan negara menjadi substansi bab 2 atau pasal-pasal. Dalam keadaan
kegentingan yang memaksa Presiden berhak menetapkan Perppu sesuai dengan Putusan
MK No. 138/PUU-VII/2009. Dalam substansi yang mengandung kontroversi dikuatirkan
mendorong pihak-pihak tertentu dalam melakukan pekerjaannya tidak hati-hati, tidak patut,
tidak taat SOP dan tidak wajar. Dalam perspektif Hukum pidana, Pasal 27 ayat (1), (2) dan
(3), dengan memberikan impunitas membuat orang-orang/pejabat dalam Perppu menjadi
kebal hukum sehingga dikhwatirkan penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang
dengan dalih melindungi pelaksana memuat logika yang keliru. Hal ini bertentangan
dengan UU PTP Korupsi atau per UUan lain.
Namun apabila dalam pelaksanaan Perppu terdapat pihak yang beritikad tidak baik
dan menyimpang dari peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka kondisi tersebut
bukanlah termasuk yang dilindungi berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2). Kedepannya
perlu dibuat peraturan pelaksana atas Perppu No. 1 Tahun 2020 dalam bentuk Peraturan
Presiden yang mengatur mengenai mekanisme pertanggungjawaban, sebab perlu diakui
ketentuan mengenai mekanisme pertanggungjawaban dalam perppu tersebut masih belum
jelas. Hal ini perlu ditegaskan untuk memberikan kepastian hukum kepada publik bahwa
setiap rupiah yang dikeluarkan untuk penanganan pandemi akan jelas
pertanggungjawabannya, sebab pertanggungjawaban yang jelas adalah salah satu bentuk
pengawasan konkrit untuk mencegah adanya korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Adhian, Fadhil (2021) Analisis Kebijakan Diskresi Pemerintah pada Masa Pandemi Covid-19


Dikaitkan dengan Ketentuan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) dan atau
dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan
atau Stabilitas Sistem Keuangan. Skripsi thesis, Universitas Tarumanagara.

Silvia I (2020) Para Pejabat Dalam Penanganan Covid-19 Berujung Kepada Patologi Birokrasi.
Unsyah.http://ilmupolitik.fisip.unsyiah.ac.id/id/para-pejabat-dalam-penanganan-covid-19-
berujung-kepada-patologi-birokrasi. (diakses pada 25-10-2022 4.24 WIB)

Mulyani S (2020) UU Penanganan Covid Justru untuk Melindungi Masyarakat. MK Republik


Indonesia. https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=16646. (Diakses pada 25-
10-2022 4.55 WIB)

Waluyo B (2020) Webinar Universitas Veteran Jakarta dengan Tema Kontroversi Perppu
Nomor 1 Tahun 2020 Dari Aspek Hukum: Ketatanegaraan, Bisnis, Kesehatan Dan Pidana.
https://www.upnvj.ac.id/id/berita/2020/05/tanggapi-kontroversi-perppu-nomor-1-tahun-
2020-fakultas-hukum-upnvj-bahas-dari-aspek-hukum-ketatanegaraan-bisnis-kesehatan-
dan-pidana.html. (Diakses 26-10-2022 13.43 WIB)

Anda mungkin juga menyukai