Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Ramadhona Sri Utami

NIM : 031152585

Tugas 1.

1. Reformasi birokrasi telah berlangsung lama di Indonesia dan dilakukannya reformasi


birokrasi salah satunya adalah sebagai upaya pengentasan patologi birokrasi. Namun,
apakah menurut Anda patologi birokrasi ini benar-benar telah terselesaikan? berikan
penjelasan anda secara detail dengan analisis terhadap kasus yang anda ketahui!
2. Tahun 2019 kita mengenal adanya pandemi Covid-19 yang menyerang Wuhan, dan
Indonesia sendiri terkonfirmasi terkontaminasi dengan pandemi tersebut pada awal tahun
2020 kurang lebih bulan Maret. Sejak Maret, semakin hari semakin banyak korban covid-
19 berjatuhan, sehingga Indonesia mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19. Pada dasarnya
sebuah kebijakan seharunya memberikan solusi atas permasalahan masyarakat, namun
tidak hanya memberikan solusi, kebijakan juga dapat memberikan dampak buruk.
Silahkan Anda jelaskan dan berikan analisis anda terhadap dampak yang terjadi pada
kebijakan publik berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tersebut!

Jawaban :

1. Upaya penanggulangan patologi birokrasi pada hakikatnya adalah pemberian pelayanan


dasar kepada masyarakat, yaitu pemenuhan tugas aparatur negara. Namun kondisi yang ada
di masyarakat menunjukkan bahwa pelayanan publik belum berjalan secara maksimal dan
berbagai kendala masih ada, sehingga belum terlaksananya birokrasi yang efektif bagi
masyarakat. Aparatur negara harus memiliki pemahaman tentang patologi birokrasi,
sehingga proses mewujudkan tujuan pembangunan dapat berlangsung. Ada dua faktor yang
mempengaruhi terjadinya patologi birokrasi baik secara internal maupun eksternal. Pada
faktor internal yang memegang peranan sangat penting yaitu moralitas yang khas pada
setiap aparatur negara, sifat moral pada masing-masing aparatur sangat mempengaruhi
fungsinya. Faktor eksternal munculnya patologi birokrasi adalah unsur budaya organisasi,
sistem/ prosedur, penegakan sanksi/ undang-undang, dan manajemen. Fred W. Riggs
(1996) berpendapat bahwa patologi birokrasi di negara berkembang disebabkan oleh
campur tangan pejabat pemerintah yang tidak seharusnya dilaksanakan, campur tangan
yang berlebihan oleh pejabat pemerintah membuat birokrasi tidak melayani kepentingan
publik sebagaimana mestinya. Birokrasi Indonesia erat kaitannya dengan budaya negara
dan sangat dipengaruhi oleh subyek budaya yang ada. Budaya dan kebiasaan yang sulit
diubah karena berkaitan erat dengan moralitas, inilah awal dari gejala patologi birokrasi.
Realitas industri menunjukkan bahwa fenomena tersebut rawan terhadap patronase, dimana
lahir model saling menguntungkan dan menguntungkan, atau yang disebut dengan
simbiosis resiprositas. Jadi pemerasan, suap, pelayanan lambat, prosedur berbelit-belit,
korupsi, konspirasi dan nepotisme sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit birokrasi,
antara lain :

1. Perlunya reformasi tata kelola global.


2. Menciptakan langkah-langkah hukum dan regulasi yang jelas.
3. Membangun sistem akuntabilitas dan transparansi.
4. Menerapkan prinsip-prinsip good governance untuk memerangi patologi birokrasi.

Sebagai pertanggungjawaban terhadap kewenangan yang telah diberikan rakyat kepada


penyelenggara negara, akuntabilitas menjadi tolak ukur bagi kredibilitas penyelenggara negara
dalam menjalankan tugasnya, sebagaimana dijelaskan pada uu no. 28 tahun 1999. Revitalisasi
manajemen pemerintahan guna mencegah adanya patologi birokrasi diantaranya :

1. Pengelolaan kebijakan.
2. Pelayanan informasi pelayanan publik.
2. Pada 31 Maret 2020, Presiden RI menerbitkan peraturan pemerintah pengganti uu no 1
tahun 2020 (PERPPU 01/ 2020) tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem
keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid-19) dan dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional/ stabilitas
sistem keuangan di negara Indonesia. Kementerian keuangan juga menyampaikan bahwa
covid-19 memberikan ancaman kehilangan pendapatan masyarakat. Selain itu banyak
perusahaan, pabrik, toko dan UMKM yang terpaksa tutup/ bahkan melakukan pengurangan
pegawai/ PHK. Investor cenderung untuk tidak berinvestasi dikarenakan berubahnya
asumsi pasar. Dari dampak diatas pemerintah melakukan berbagai kebijakan sebagai upaya
penanganan dan pemulihan akibat pandemi covid -19 ini diantaranya :

1. 10 April - 23 April 2020 pelaksanaan PSBB yaitu di provinsi Jawa Barat dan Banten juga
diusulkan ke menteri kesehatan. Juni 2020, seiring penyebaran covid-19 yang belum
mereda.
2. 2 April sd. Juni 2020 PSBB yang semula hanya 1 hari diperpanjang menjadi 14 hari. Hal
itu ditandai dengan mendorong kegiatan ekonomi di tempat dan bangunan komersial,
tempat ibadah dan perkantoran, asalkan diikuti dengan praktik kesehatan. PSBB ketat
setelah mempertimbangkan tiga masalah yaitu kematian, jumlah pasien di ruang isolasi
dan ICU dan perawatan intensif rumah sakit.
3. 12 Oktober sd. 12 November 2021 pada periode ini, masa transisi PSBB dipulihkan
karena perlambatan pertumbuhan jumlah kasus infeksi covid-19. Dengan
diberlakukannya kembali PSBB pada masa transisi ini, beberapa pembatasan kembali
dilonggarkan, antara lain a. diperbolehkan makan di restoran dengan standar kesehatan
yang ketat, kemudian diikuti pembelajaran tatap muka. PPKM aturan yang berlaku
adalah sistem kerja WFH perorangan yang tidak memakai masker di tempat umum akan
dikenakan sanksi berupa pembersihan tempat umum/ denda sebesar Rp 250.000. Kafe
maksimal 20 menit b. pasar kebutuhan pokok masyarakat dapat beroperasi 100%,
sedangkan pasar non-esensial maksimal 50, dengan jam buka hingga pukul 15.00 WIB.

Program pemulihan ekonomi nasional (PEN) diatur dalam peraturan pemerintah nomor 23 tahun
2020 yang besarnya telah disetujui pada tanggal 9 Mei 2020. Kebijakan tersebut dibahas dalam
komite penanganan covid-19 dan tentang revitalisasi perekonomian nasional. Panitia terdiri dari
panitia politik, pokja penanganan covid-19, dan pokja revitalisasi dan transformasi
perekonomian negara. Secara umum perkembangan positif pelaksanaan program PEN didukung
oleh berbagai langkah percepatan, antara lain percepatan pengeluaran untuk memerangi covid-19
diantaranya insentif usaha, DAK fisik, dana insentif daerah (DID) pemulihan, dan pra kerja, serta
dengan mengoptimalkan program-program baru yang dapat langsung direalisasikan yaitu
program bantuan produktif UMKM (BPUM) dan subsidi gaji/ upah.

Sumber :

Buku materi pokok ADPU4230 sistem administrasi negara kesatuan Republik Indonesia,
Universitas Terbuka.

Rosidah. 2005. “Patologi birokrasi dalam organisasi public dan upaya pencegahannya,
Informasi”. Vol 31, no 1.

Dedeng Yoesoef Maolani, Amalia Purnama Sari, Arindhini Amalia, Cyntia Octavelia Sholeha
(2022) “Patologi birokrasi dan upaya pencegahannya untuk menciptakan birokrasi yang efisien”
Jurnal dialektika : Jurnal ilmu sosial 19 (1). 47-56.

Novita Maulida Ikmal, Machdian Noor (2021). Kebijakan pemerintah Indonesia dalam
penanganan covid-19. Jurnal litbang provinsi Jawa Tengah 19 (2), 155-166. DOI :

https://doi.org/10.36762/jurnaljateng.v19i2.910

Anda mungkin juga menyukai