Anda di halaman 1dari 6

Silakan rekan-rekan mahasiswa berdiskusi dalam forum diskusi 5 ini, dengan memilih 

salah satu topik
berikut:

1. Apakah kebijakan yang diambil pemerintah untuk menanggulangi korupsi? Support dengan data
atau literatur pendukung lainnya.

2. Analisislah kemiskinan di Indonesia, terutama di masa pandemi covid seperti ini. Anda bisa
menyertakan data atau literatur pendukung lainnya.

Jangan lupa menulis sumber materi untuk menghindari indikasi plagiasi. Hindari copy paste jawaban
teman. Copy paste diperbolehkan dari sumber utama (buku/jurnal) namun diwajibkan  untuk di rewrite
terlebih dahulu dan dilengkapi sumber referensi sebelum di upload.

Selamat berdiskusi. Salam literasi.

1. Kebijakan yang diambil pemerintah untuk menanggulangi korupsi

a. Pada periode jangka menengah ke panjang adalah mungkin untuk menurunkan korupsi dari
tingkat korupsi yang tinggi ke tingkat yang rendah, melalui pemberian jaminan adanya hak atas
kebutuhan dasar ekonomi dan kebebasan sipil, peningkatan kompetisi politik dan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan masyarakat sipil yang kuat.

b. Perombakan institusi dan perubahan aturan yang selama ini mengekang dan menghambat
proses reformasi.

c. Pembentukan Komite pemberantasan Korupsi (KPK) dapat menjadi awal yang baik bagi upaya
pemberantasan korupsi.

d. Upaya pemerintah untuk melakukan reformasi di sektor perizinan dan sektor layanan publik
merupakan upaya penting untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi. Sektor-sektor yang
berkaitan langsung dengan kepentingan rakyat banyak, sektor-sektor yang memengaruhi
ekosistem berusaha terutama pada UMKM, menjadi perhatian utama pemerintah.

e. Lembaga pemerintahan harus terus meningkatkan transparansi, meningkatkan akuntabilitas,


melakukan penyederhanaan proses kerja dan proses pelayanan kepada masyarakat untuk
meminimalisir ruang korupsi, sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

f. Pemerintah telah merumuskan kebijakan yang diwujudkan dalam beberapa peraturan


perundang –undangan antara lain UU. No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. UU. No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo UU.No. 20 Tahun 2001
tentang perubahan atas UU. No. 31 tahun 1999, Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000
tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran serta Masyarakat dan pemberian Penghargaan Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 15 Tahun 2002, tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang;sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.25
Tahun 2003,UU No. 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, serta UU
No.7 tahun 2004 tentang Pengesahan United Natoins Convention Against Cooruption 2003.
Serta upaya meningkatkan peran Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK). Mencermati peraturan perundang-undang yang begitu memadai secara
kualitasmaupun kuantitasnya, maka dari sisi infrastruktur hukum hampir dapat dipastikan
bahwa negara kita merupakan salah satu negara yang paling banyak memiliki regulasi
yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi.

g. Mengefektifkan penegekan hukum di bidang korupsi .

Rekapitulasi Tindak Pidana Korupsi. Per 31 Desember 2018, di tahun 2018 KPK melakukan
penanganan tindak pidana korupsi dengan rincian: penyelidikan 164 perkara, penyidikan 199
perkara, penuntutan 151 perkara, inkracht 106 perkara, dan eksekusi 113 perkara.

Sumber : https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi

Dari data diatas upaya penegakan hukum oleh KPK dari tahun ke tahun terus meningkat, itu
berarti menandakan korupsi juga tumbuh subur di Indonesia . Upaya pemberantasan korupsi
membutuhkan kegigihan dan konsistensi yang luar biasa dan butuh orkestrasi kebersamaan
yang luar biasa untuk mencegahnya. Selain itu juga butuh inovasi dan kerja sistematis untuk
menutup peluang bagi terjadinya korupsi, serta perlu tindakan yang adil dan konsisten untuk
menindak para pelaku pidana korupsi. Orientasi dan mindset dalam pengawasan dan penegakan
hukum harus diarahkan untuk perbaikan dan tata kelola pencegahan korupsi. Kinerja penegakan
bukan diukur dari seberapa banyak kasus yang ditemukan, tetapi pada bagaimana mencegah
secara berkelanjutan agar tindak pidana korupsi itu tidak sampai terjadi lagi.
2. Jumlah kasus harian COVID-19 Indonesia terus meningkat sepanjang 2020 hingga awal 2021 dan
diikuti oleh kebijakan pembatasan sosial. Perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih
sebagaimana kondisi sebelum pandemi.Tingkat kemiskinan Indonesia sedikit turun dari 10,19%
pada September 2020 menjadi 10,14% pada Maret 2021, tetapi angka ini masih lebih tinggi dari
kondisi sebelum pandemi (9,22% pada September 2019). Rumah tangga menerapkan coping
mechanism dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, antara lain dengan menjual barang
atau mengurangi pengeluaran. Program bantuan sosial dapat mengurangi beban rumah tangga
selama krisis akibat pandemi COVID-19.

Sejauh ini, Indonesia belum mampu mengendalikan pandemi COVID-19. Sejak diumumkan kasus
COVID-19 pertama pada Maret 2020, jumlah kasus harian yang dilaporkan terus
meningkat sepanjang 2020 hingga 2021. Dari kondisi terkini, secara kasat mata dapat terlihat
bahwa kondisi kehidupan masyarakat Indonesia belum pulih sepenuhnya seperti masa-masa
sebelum pandemi. Perekonomian Indonesia telah memasuki krisis sejak triwulan kedua 2020.
Dua hal menjadi alasan utama di balik krisis ini. Pertama, semakin banyak populasi yang
terinfeksi COVID-19 (termasuk populasi produktif). Situasi ini mengurangi kemampuan rumah
tangga mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama bagi rumah tangga yang terdampak
langsung oleh pandemi COVID-19 ini. Kedua, pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah
membuat perekonomian tidak beroperasi 100% dari kapasitas optimalnya karena sebagian
usaha harus ditutup dan sebagian pekerja terpaksa dirumahkan. 

Terkait krisis ekonomi, salah satu indikatornya adalah angka pertumbuhan ekonomi. Pada 5 Mei
2021, Badan Pusat Statisitik (BPS) merilis laporan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh
sebesar -0,74% pada triwulan pertama 2021. Kondisi perekonomian pada triwulan pertama
2021 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum pandemi meski menunjukkan
perbaikan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2020. Hal ini menunjukkan bahwa
perekonomian Indonesia masih berada di bawah laju kondisi normal sebelum terjadi pandemi.
Pada saat yang sama, laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita (ukuran kesejahteraan
rata-rata nasional) juga turun sebesar 3,15% pada 2020. Artinya, terjadi penurunan tingkat
kesejahteraan rumah tangga Indonesia selama 2020 dibandingkan 2019. 

Tingkat Kemiskinan Nyaris Tidak Berubah. Pada 15 Juli 2021, BPS merilis laporan bahwa pada
Maret 2021 sebesar 10,14% atau sebanyak 27,54 juta penduduk Indonesia berstatus miskin.
Tingkat kemiskinan Maret 2021 ini sedikit turun dari September 2020 namun masih lebih tinggi
dibandingkan kondisi sebelum pandemi pada September 2019 (Gambar 1). 
Jika dilihat berdasarkan jumlah orang miskin, sejak September 2019 (kemiskinan terendah yang
pernah dicapai Indonesia), jumlah orang miskin meningkat sebesar 1,12 juta individu dengan
peningkatan terbesar terjadi di wilayah perkotaan sebesar 1 juta dan perdesaan sebesar 120
ribu orang (Gambar 2). 
Tingkat Kesejahteraan Menurun Selama Pandemi. alah satu ukuran kesejahteraan adalah
tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Pengeluaran rumah tangga dapat
menggambarkan daya beli rumah tangga yang sesungguhnya atau kemampuan rumah tangga
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Gambar 3 menunjukkan perubahan tingkat
pengeluaran rumah tangga (dalam %) untuk periode sebelum pandemi (September 2019)
sampai selama pandemi (September 2020). Pada Gambar 3, rumah tangga diurutkan
menggunakan 100 persentil, mulai dari yang paling miskin (persentil 1) sampai yang paling kaya
(persentil 100). Secara nasional, terlihat bahwa secara rata-rata seluruh rumah tangga
mengalami penurunan pengeluaran sebesar -2.3% atau dengan penurunan pengeluaran median
-3.1%. Namun, tidak semua rumah tangga mengalami perubahan yang sama. Rumah tangga
pada rentang persentil 41–95 mengalami penurunan pengeluaran rata-rata sebesar -4%. Untuk
rumah tangga dalam persentil 40 ke bawah, pengeluaran mereka rata-rata turun sebesar -0.4%
dengan rumah tangga dalam persentil 5 ke bawah mengalami penurunan cukup besar yakni
sebesar -1% sampai -1.6%. Sedangkan pada periode ini, rumah tangga pada persentil 95 ke atas
mengalami peningkatan tingkat kesejahteraan sebesar 2% sampai 5%.

Jika dibagi berdasarkan wilayah, pola pada Gambar 3 juga terjadi pada wilayah perkotaan dan
perdesaan. Namun, penurunan pengeluaran rumah tangga di wilayah perkotaan relatif lebih
besar dibandingkan rumah tangga di wilayah perdesaan. Hal ini terjadi karena rumah tangga di
wilayah perkotaan relatif lebih terdampak oleh pandemi dibandingkan dengan rumah tangga di
wilayah perdesaan.

Bantuan Sosial Sebagai Pengurang Beban Pengeluaran. Selain usaha coping mechanism dari
rumah tangga sendiri, selama 2020 pemerintah juga telah menyalurkan sejumlah program
perlindungan sosial baik dalam bentuk subsidi maupun uang tunai atau bantuan sosial (bansos)
sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hasil Survei Rumah Tangga
2020 menunjukkan bahwa 85% rumah tangga menerima setidaknya satu program bantuan dari
pemerintah. Sementara itu, 95% dari rumah tangga di persentil 20 ke bawah mendapatkan
bantuan tersebut. Empat program besar berupa bantuan tunai, yakni Program Keluarga Harapan
(PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), BLT Dana Desa (BLT DD), dan Bantuan Sosial Tunai
(BST), digunakan untuk memudahkan penghitungan dalam mengukur kecukupan nilai program
bantuan. Empat program tersebut mencakup setidaknya 35 juta atau 50% rumah tangga.

Gambar dibawah menunjukkan cakupan program bansos dari data Susenas September 2020.
Sebanyak 69% rumah tangga termiskin di wilayah perkotaan dan 76% rumah tangga termiskin di
wilayah perdesaan menerima setidaknya satu bantuan sosial. Rumah tangga yang lebih miskin
memiliki proporsi lebih tinggi sebagai penerima bantuan dibandingkan rumah tangga yang lebih
kaya. Pola ini terjadi karena program bansos selama ini memang menarget rumah tangga miskin.

Sumber : https://smeru.or.id/id/content/situasi-kemiskinan-selama-pandemi

Anda mungkin juga menyukai