Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Qory Ananta Nazaly

NIM : 043969277
Prodi : Manajemen
UPBJJ : Kota Samarinda

TUGAS TUTORIAL KE-2


PEREKONOMIAN INDONESIA
Skor
No Tugas Tutorial
Maksimal
1 Investasi di Indonesia menghadapi masalah Struktural 20
seperti sentralisasi kekuasaan. Hal ini menyebabkan
pembangunan hanya dinikmati oleh sebagian bangsa saja.
Tentukanlah penyebab terjadinya kesenjangan antara
pemerintah daerah dan pusat dalam meningkatkan investasi
di indonesia?

Adanya sentralisasi kebijakan dan kuatnya dominasi pusat atas daerah telah
menimbulkan ketergantungan yang tinggi dari daerah-daerah kepada Pusat. Dalam
bidang keuangan atau anggaran, ketergantungan ini antara lain dapat dilihat pada
anggaran pemerintah daerah yang komponen sumbangan dan bantuan pusatnya sangat
tinggi, melampaui Pendapatan Asli Daerah-nya (PAD). Berkembangnya struktur
dominasi pusat atas daerah ini, di samping melahirkan ketergantungan, juga berakibat
pada munculnya pola hubungan “eksploitatif”, di mana pusat memegang hegemoni,
memompakan sistem dan mekanisme pemerintahan serta pengelolaan pembangunan
sentralistik, sektoral, departemental, secara “pukul rata” pada setiap daerah. Pendekatan
seperti ini tidak saja mematikan prakarsa-prakarsa daerah, tetapi juga memunculkan
persoalan-persoalan ekonomi politik yang kian kompleks yang berpotensi memicu
disintegrasi.

2 Jelaskan masalah-masalah yang menghambat kemajuan 20


Koperasi di Indonesia? jelaskan beserta solusi anda!

Masalah-masalah yang menghambat kemajuan koperasi di Indonesia antara lain:


1. Adanya prioritas pemberian deregulasi hanya kepada sektor perbankan dan
ekspor impor, sementara koperasi tidak mendapatkan prioritas tersebut sehingga
tidak mampu bersaing dengan kedua sektor tersebut.
Solusinya, koperasi mendapatkan debirokratisasi sehingga mampu mandiri tanpa
dibebani aturan yang mengikat.
2. Asumsi bahwa KUD merupakan perpanjangan tangan pemerintah. Akibatnya
koperasi dibebani berbagai macam penugasan sehingga melupakan kepentingan
anggotanya.
Solusinya, KUD diberi kelonggaran dalam berbisnis tanpa dibebani oleh misi
tertentu dari pemerintah.
3. Berkembangnya konglomerasi. Akibatnya pemerintah lebih memperhatikan
kepentingan pengusaha besar dibandingkan koperasi.
Solusinya, pemerintah juga memberikan dukungan kepada koperasi agar mampu
mandiri dan memiliki daya saing dengan sektor lain.

3 Jelaskan latar belakang pelaksanaan privatisasi di Indonesia? 20

Privatisasi di Indonesia mulai dikaji secara serius pada pertengahan tahun 1980-an, yaitu
dengan gagasan untuk melakukan privatisasi pada BUMN yang kinerjanya kurang baik.
Ketika perekonomian dilanda krisis pada tahun 1997 maka gagasan tersebut mulai
dilaksanakan. Beberapa kondisi yang melatarbelakangi dilakukannya privatisasi antara
lain:
1) BUMN dianggap sebagai unit ekonomi yang boros dan kurang efisien;
2) BUMN diprivatisasi dengan tujuan membantu kesulitan keuangan negara;
3) BUMN dianggap potensial untuk menarik modal asing.
Sebagai contoh, Kasus privatisasi yang mengakibatkan pemindahan kepemilikan
mayoritas saham ke korporat asing antara lain dialami oleh PT. Semen Gresik, PT.
Indosat, dan PT. Telkomsel. Saham yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat
dalam negeri persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan kepemilikan asing. Hal in
dapat mengganggu kestabilan perekonomian Indonesia karena biasanya perusahaan
multinasional tersebut memiliki kemampuan yang kuat dalam mempengaruhi kebijakan
perekonomian negara yang ditempati.

4 Jelaskan Tujuan pembentukan komite pemberantasan 20


korupsi?

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun yang bertujuan Komisi
Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna 
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pembentukan Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat menjadi awal yang baik bagi
upaya pemberantasan korupsi asalkan dilakukan secara serius dan konsisten. Langkah-
langkah yang sudah ditempuh untuk memeriksa dan mengadili koruptor-koruptor kelas
atas perlu terus digalakkan tanpa pandang bulu. KPK juga harus berani memberantas
korupsi yang sudah merambah di kalangan penegak hukum, termasuk di Mahkamah
Agung, Kejaksaan, dan Kepolisian.
Pemberantasan korupsi akan efektif jika dilakukan dari level yang paling atas, tanpa
mengabaikan penanganan di level-level bawahnya. Komitmen dan konsistensi Presiden
memegang peranan yang sangat vital demi kelancaran upaya penegakan hukum melalui
pemberantasan korupsi sampai ke akar-akarnya.

5 Jelaskan solusi yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam 20


upaya mengurangi beban utang luar negeri?

Menurut Baswir (2001:67) dalam BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia oleh Edy
(2021) Terdapat tiga solusi alternatif yang dapat ditempuh untuk mengurangi beban
utang luar negeri yang saat ini sedang melilit Indonesia. Diantaranya :
1. Penundaan pembayaran angsuran pokok utang (debt rescheduling).
2. Pengalihan kewajiban membayar angsuran pokok utang menjadi kewajiban
melaksanakan suatu program tertentu (debt swap)
3. pengurangan pokok utang melalui suatu mekanisme yang dikenal sebagai Inisiatif
untuk Negara-negara Miskin Yang Terjebak Utang (HIPC Inisiative)
Dari ketiga alternatif solusi tersebut, pemerintah Indonesia baru memanfaatkan alternatif
yang pertama. Sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998, Indonesia telah tiga kali
mengajukan penundaan pembayaran utang kepada forum para kreditor dalam Paris Club.
Alternatif kedua telah ditawarkan oleh Amerika dan Jerman namun belum ditanggapi
secara serius oleh pemerintah. Alternatif ketiga belum dapat dijalankan karena Indonesia
tidak memenuhi persyaratan untuk itu. Alternatif ketiga dapat dilakukan jika rasio utang
luar negeri terhadap ekspor lebih besar dari 150 persen, rasio utang terhadap penerimaan
negara lebih besar dari 250 persen, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto lebih
kecil dari 30 persen, dan penerimaan negara terhadap PDB lebih kecil dari 15 persen.
Berbagai alternatif di atas adalah jalan keluar yang konservatif karena dianggap tetap
menguntungkan negara kreditur dan menekan negara debitur. Di beberapa negara seperti
Argentina dan Meksiko utang luar negeri diselesaikan dengan cara-cara yang lebih
revolusioner. Mereka tidak meminta penjadwalan ulang tetapi pemotongan utang
(haircut). Keberhasilan kedua negara tersebut untuk melakukan pemotongan utang
memang bukan tindakan tanpa resiko, tetapi jika memperhatikan jumlah utang yang
demikian besar bukan tidak mungkin negara Indonesia dapat mengambil resiko tersebut.

Sumber Referensi :
Hamid, Edy Suandi. (2021). ESPA4314 – Perekonomian Indonesia Edisi 3. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai