Anda di halaman 1dari 5

1. Saat ini dikenal istilah kebijakan berbasis bukti (evidence based policy).

Davies (1999)
mengemukakan bahwa “kebijakan berbasis bukti membantu orang membuat keputusan yang
terinformasi dengan baik tentang kebijakan, program, dan proyek dengan menempatkan bukti
terbaik yang tersedia dari hasil penelitian, di jantung pengembangan dan implementasi kebijakan”.

Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebijakan berbasis bukti (evidence
based policy), belum diterapkan dengan baik di Indonesia. Hanya ada sedikit bukti bahwa
pemerintah akan menganalisis suatu masalah terlebih dahulu sebelum keputusan kebijakan dibuat.
Selain itu, instrumen kebijakan cenderung tidak dirancang berdasarkan sarana yang paling rasional
untuk mencapai strategi tingkat tinggi. (Kementrian PPN, Study by The Policy Lab The University
of Melbourne, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2018)

Pertanyaan:
a. Apa saja model/pendekatan kebijakan yang digunakan dalam kebijakan berbasis bukti
(evidence based policy)?
b. Apabila Indonesia kurang menerapkan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy) dengan
baik, maka apa pendekatan yang digunakan dalam proses kebijakan publik di Indonesia?

Jawab :
a. model/pendekatan kebijakan yang digunakan dalam kebijakan berbasis bukti (evidence based
policy) antara lain pendekatan sistem, pendekatan proses, serta pendekatan preskriptif.

b. pendekatan yang digunakan dalam proses kebijakan publik di Indonesia adalah pendekatan
kelembagaan Pemerintah meminjamkan legitimasi kepada kebijaksanaan (policy).
Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah pada umumnya dipandang sebagai kewajiban yang
legal yang harus dipatuhi oleh semua warga negara. Rakyat boleh saja memandang
kebijaksanaan-kebijaksanaan dari kelompok-kelompok lain misalnya: perusahaan, organisasi-
organisasi profesi, majelis ulama, yayasan-yayasan sosial, dan lain sebagainya, sebagai hal
yang amat penting dan bahkan bisa mengikatnya. Akan tetapi, hanya policy-policy dari
pemerintahlah yang mampu melibatkan semua warga negara untuk mematuhinya sebagai
kewajiban yang legal.

2. Dalam merespon kondisi ekonomi dan keuangan negara pada masa pandemi covid, pemerintah
menetapkan Perpu No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan.
Perpu ini ditetapkan, diundangkan dan berlaku pada tanggal 31 Maret 2020.

Selanjutnya, Perpu ini ditetapkan menjadi Undang-Undang, yaitu UU No. 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-
Undang.
UU No. 2 Tahun 2020 ini ditetapkan pada tanggal 16 Mei 2020, diundangkan pada tanggal 18
Mei 2020, dan berlaku pada tanggal 18 Mei 2020

Pertanyaan:
Lakukan analisis, apakah teori penyusunan agenda kebijakan berlaku untuk kasus UU No. 2 Tahun
2020 tersebut?

Jawab :
Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 tentu sudah berlaku teori
penyusunan agenda kebijakan dimana masuk ke dalam agenda sistemik. Diantaranya ada
kesadaran tentang signifikansi masalah penyebaran Covid 19 ini. Masalah ini juga memiliki
persepsi yang sama bahwa perlu adanya perhatian yang semestinya dari pemerintah.

Adanya UU No. 2 ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi kehidupan masyarakat
yang sangat nyata terancam dengan merebak dan menyebarnya Covid-19, baik dari aspek
keselamatan jiwa karena ancaman kesehatan dan keselamatan, maupun kehidupan sosial dan
perekonomian masyarakat. Seluruh kebijakan di dalam UU Nomor 2 Tahun 2020, terutama
kebijakan di bidang keuangan negara yang telah diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada
asesmen dan menggunakan data faktual dampak ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan negara.

3. Indonesia adalah negara yang rawan dengan bencana. Penanggulangan bencana di Indonesia
berdasar pada UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Dalam UU ini
dinyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana yaitu: cepat dan tepat; prioritas;
koordinasi dan keterpaduan; berdaya guna dan berhasil guna; transparansi dan akuntabilitas;
kemitraan; pemberdayaan; nondiskriminatif; dan nonproletisi. Pemerintah dan pemerintah daerah
menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Masyarakat,
lembaga usaha, dan lembaga internasional juga memiliki hak dan kewajiban dalam
penanggulangan bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan
memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar, mendapatkan pelindungan sosial, mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Kegiatan
penanggulangan bencana juga dilaksanakan dengan memberikan kesempatan secara luas kepada
lembaga usaha dan lembaga internasional. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan
pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana, karena masing-masing tahapan
mempunyai karakteristik penanganan yang berbeda.
Silahkan anda unduh UU No. 24 Tahun 2007 untuk memahami lebih lanjut mengenai kebijakan
penanggulangan bencana.
Pertanyaan:
a. Lakukan identifikasi aktor-aktor pelaksana kebijakan penanggulangan bencana, serta
bagaimana pengelompokkan setiap aktor kebijakan penanggulangan bencana tersebut
berdasarkan teori aktor-aktor pelaksana kebijakan!
b. Apa model implementasi kebijakan yang tepat untuk menganalisis efektivitas implementasi
kebijakan penanggulangan bencana?

Jawab :
a. Aktor-aktor pelaksana kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia berdasarkan teori aktor
pelaksana kegiatan terdiri dari :
Badan Pemerintah
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
3. Badan Sar Nasional
4. Kementrian Lingkungan Hidup
Badan Legislatif
1. DPR-RI
2. DPRD Provinsi
3. DPRD KabupatenKota
Organisasi Kemasyarakatan
1. Palang Merah Indonesia
2. Walhi
3. Karang Taruna

b. Menurut saya model implementasi kebijakan yang tepat untuk menganalisis efektivitas
implementasi kebijakan penanggulangan bencana adalah model interaktif menurut Grindle dan
Thomas dimana dalam model interakti ini memandang perubahan kebijakan sebagai proses.
Apabila ada tekanan dari pihak-pihak maka akan dilakukan perubahan kebijakan baik pada
tahap perumusan agenda maupun implementasi kebijakan.

4. Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi


corona virus disease 2019 (covid-19). Terdapat aturan teknis dalam pelaksanaan vaksinasi ini,
yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/4638/2021 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penganggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19)

Terdapat beberapa bagian dalam keputusan ini. Salah satu yang akan kita bahas dalam soal ini
adalah mengenai bagian prinsip dan standar pelaksanaan pelayanan Vaksinasi Covid-19.
Dinyatakan bahwa prinsip dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yaitu:
1. Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang memiliki
kompetensi, dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR).
2. Pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 tidak menganggu pelayanan imunisasi rutin dan
pelayanan kesehatan lainnya;
3. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran sebelum dilakukan pemberian
vaksinasi;
4. Menerapkan protokol kesehatan; dan
5. Mengintegrasikan dengan kegiatan surveilans COVID-19 terutama dalam mendeteksi kasus
dan analisa dampak.

Terdapat beberapa standar dalam pelayanan Vaksinasi COVID-19, yaitu :


1. Ketentuan ruangan,
Ketentuan ruang pelayanan vaksinasi COVID-19 diantaranya : ruang/tempat yang cukup luas
dengan sirkulasi udara yang baik; ruang/tempat pelayanan yang bersih; tersedia fasilitas
mencuci tangan; meja pelayanan antar petugas menjaga jarak aman 1 –2 meter ; ruang tempat
pelayanan hanya untuk melayani orang sehat; dan disediakan tempat duduk untuk menunggu
sebelum vaksinasi dan 30 menit sesudah vaksinasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2
meter.
2. Alur pelayanan vaksinasi.
Alur pelayanan vaksinasi terdiri atas ruang tunggu, meja 1 (skrining dan vaksinasi), dan meja 2
(pencatatan, termasuk pendaftaran dan perubahan data, dan observasi)
3. Ketentuan waktu pelayanan vaksinasi,
Pelayanan di puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tidak mengganggu jadwal
pelayanan imunisasi rutin. Jumlah sasaran dan jam layanan per hari diatur oleh masing-masing
fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Dosis dan cara pemberian vaksinasi COVID-19
Dosis dan cara pemberian harus sesuai dengan yang direkomendasikan untuk setiap jenis vaksin
COVID-19. Apabila dosis kedua belum dapat diberikan sesuai interval minimal, maka
direkomendasikan bagi sasaran untuk sesegera mungkin, pada kesempatan pertama, datang ke
tempat pelayanan vaksinasi COVID19 untuk mendapatkan dosis kedua.

Pertanyaan:
a. Lakukan analisis on-going evaluation dari kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19,
khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan vaksinasi Covid-19. Evaluasi ini berdasar pada
kondisi di Kota/Kabupaten tempat anda tinggal !
b. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, berikan rekomendasi anda untuk perubahan dari kebijakan
pelaksanaan vaksinasi covid-19, khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan vaksinasi Covid-
19 !

Jawab :
a. Berdasarkan analisis on-going evaluation dari kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19 di
Kab. Tana Tidung, masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi diantaranya pemberian
vaksin dosis ke-2 yang tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan. Ketersediaan vaksin yang
terbatas. Dan penataan lokasi pemberian vaksin yang tidak memadai sehingga terjadi
kerumunan di bagian antrian dan ruang tunggu.

b. Menurut saya pelaksanaan vaksinasi lebih baik diterapkan seperti pelaksanaa pemilu, dimana
masyarakat diberikan undangan dan diatur sesuai lokasi-lokasi yang ditetapkan menghindari
terjadinya kerumunan jika dilaksanakan pada 1 atau 2 lokasi saja. Distribusi vaksin juga wajib
dilakukan secara merata ke setiap kecamatan-kecamatan dan dikoordinasikan ke satgas covid
ditingkat provinsi untuk ketersediaan vaksin.

Anda mungkin juga menyukai