Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : AHMAD TAUFIK

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041249952

Tanggal Lahir : 15 DESEMBER 1996

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4410 / KEBIJAKAN PUBLIK

Kode/Nama Program Studi : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 49 / BANJARMASIN

Hari/Tanggal UAS THE : JUMAT / 23 DESEMBER 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : AHMAD TAUFIK


NIM : 041249952
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4410 / KEBIJAKAN PUBLIK
Fakultas : FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : 49 - BANJARMASIN

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Banjarmasin, 23 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

AHMAD TAUFIK
LEMBAR JAWABAN
1. Saat ini dikenal istilah kebijakan berbasis bukti (evidence based policy). Davies (1999)
mengemukakan bahwa “kebijakan berbasis bukti membantu orang membuat keputusan yang
terinformasi dengan baik tentang kebijakan, program, dan proyek dengan menempatkan
bukti terbaik yang tersedia dari hasil penelitian, di jantung pengembangan dan implementasi
kebijakan”.

Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebijakan berbasis bukti
(evidence based policy), belum diterapkan dengan baik di Indonesia. Hanya ada sedikit bukti
bahwa pemerintah akan menganalisis suatu masalah terlebih dahulu sebelum keputusan
kebijakan dibuat. Selain itu, instrumen kebijakan cenderung tidak dirancang berdasarkan
sarana yang paling rasional untuk mencapai strategi tingkat tinggi. (Kementrian PPN, Study by
The Policy Lab The University of Melbourne, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia,
2018)
Pertanyaan:
a) Apa saja model/pendekatan kebijakan yang digunakan dalam kebijakan berbasis bukti
(evidence based policy)?
b) Apabila Indonesia kurang menerapkan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy)
dengan baik, maka apa pendekatan yang digunakan dalam proses kebijakan publik di
Indonesia?

Jawab :
a) model/pendekatan kebijakan yang digunakan dalam kebijakan berbasis bukti (evidence based
policy) antara lain pendekatan sistem, pendekatan proses, serta pendekatan preskriptif.

b) pendekatan yang digunakan dalam proses kebijakan publik di Indonesia adalah pendekatan
kelembagaan Pemerintah meminjamkan legitimasi kepada kebijaksanaan (policy).
Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah pada umumnya dipandang sebagai kewajiban yang
legal yang harus dipatuhi oleh semua warga negara. Rakyat boleh saja memandang
kebijaksanaan-kebijaksanaan dari kelompok-kelompok lain misalnya: perusahaan, organisasi-
organisasi profesi, majelis ulama, yayasan-yayasan sosial, dan lain sebagainya, sebagai hal
yang amat penting dan bahkan bisa mengikatnya. Akan tetapi, hanya policy-policy dari
pemerintahlah yang mampu melibatkan semua warga negara untuk mematuhinya sebagai
kewajiban yang legal.

2. Dalam merespon kondisi ekonomi dan keuangan negara pada masa pandemi covid,
pemerintah menetapkan Perpu No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Perpu ini ditetapkan, diundangkan dan berlaku pada tanggal 31 Maret 2020.

Selanjutnya, Perpu ini ditetapkan menjadi Undang-Undang, yaitu UU No. 2 Tahun 2020
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
Menjadi Undang- Undang.
UU No. 2 Tahun 2020 ini ditetapkan pada tanggal 16 Mei 2020, diundangkan pada tanggal 18
Mei 2020, dan berlaku pada tanggal 18 Mei 2020

Pertanyaan:
Lakukan analisis, apakah teori penyusunan agenda kebijakan berlaku untuk kasus UU No. 2
Tahun 2020 tersebut?
Jawab :
Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 tentu sudah berlaku
teori penyusunan agenda kebijakan dimana masuk ke dalam agenda sistemik. Diantaranya
ada kesadaran tentang signifikansi masalah penyebaran Covid 19 ini. Masalah ini juga
memiliki persepsi yang sama bahwa perlu adanya perhatian yang semestinya dari
pemerintah.

Adanya UU No. 2 ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi kehidupan


masyarakat yang sangat nyata terancam dengan merebak dan menyebarnya Covid-19, baik
dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman kesehatan dan keselamatan, maupun
kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Seluruh kebijakan di dalam UU Nomor 2
Tahun 2020, terutama kebijakan di bidang keuangan negara yang telah diimplementasikan
saat ini, telah didasarkan pada asesmen dan menggunakan data faktual dampak ancaman
Covid-19 bagi masyarakat dan negara.

3. Indonesia adalah negara yang rawan dengan bencana. Penanggulangan bencana di Indonesia
berdasar pada UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Dalam UU ini
dinyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana yaitu: cepat dan tepat;
prioritas; koordinasi dan keterpaduan; berdaya guna dan berhasil guna; transparansi dan
akuntabilitas; kemitraan; pemberdayaan; nondiskriminatif; dan nonproletisi. Pemerintah dan
pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Masyarakat, lembaga usaha, dan lembaga internasional juga memiliki hak dan
kewajiban dalam penanggulangan bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana
dilaksanakan dengan memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan
pemenuhan kebutuhan dasar, mendapatkan pelindungan sosial, mendapatkan pendidikan
dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan. Kegiatan penanggulangan bencana juga dilaksanakan dengan
memberikan kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga internasional.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana, saat tanggap
darurat, dan pasca bencana, karena masing-masing tahapan mempunyai karakteristik
penanganan yang berbeda.

Silahkan anda unduh UU No. 24 Tahun 2007 untuk memahami lebih lanjut mengenai
kebijakan penanggulangan bencana.

Pertanyaan:
a. Lakukan identifikasi aktor-aktor pelaksana kebijakan penanggulangan bencana, serta
bagaimana pengelompokkan setiap aktor kebijakan penanggulangan bencana tersebut
berdasarkan teori aktor-aktor pelaksana kebijakan!
b. Apa model implementasi kebijakan yang tepat untuk menganalisis efektivitas implementasi
kebijakan penanggulangan bencana?
Jawab :
a. Aktor-aktor pelaksana kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia berdasarkan teori
aktor pelaksana kegiatan terdiri dari :
Badan Pemerintah
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
3. Badan Sar Nasional
4. Kementrian Lingkungan Hidup
Badan Legislatif
1. DPR-RI
2. DPRD Provinsi
3. DPRD KabupatenKota
Organisasi Kemasyarakatan
1. Palang Merah Indonesia
2. Walhi
3. Karang Taruna

b. Menurut saya model implementasi kebijakan yang tepat untuk menganalisis efektivitas
implementasi kebijakan penanggulangan bencana adalah model interaktif menurut Grindle
dan Thomas dimana dalam model interakti ini memandang perubahan kebijakan sebagai
proses. Apabila ada tekanan dari pihak-pihak maka akan dilakukan perubahan kebijakan baik
pada tahap perumusan agenda maupun implementasi kebijakan.

4. Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi


corona virus disease 2019 (covid-19). Terdapat aturan teknis dalam pelaksanaan vaksinasi ini,
yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/4638/2021 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penganggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19)
Terdapat beberapa bagian dalam keputusan ini. Salah satu yang akan kita bahas dalam soal
ini adalah mengenai bagian prinsip dan standar pelaksanaan pelayanan Vaksinasi Covid-19.
Dinyatakan bahwa prinsip dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yaitu:
1. Pemberian vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang memiliki
kompetensi, dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR).
2. Pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 tidak menganggu pelayanan imunisasi rutin
dan pelayanan kesehatan lainnya;
3. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran sebelum dilakukan
pemberian vaksinasi;
4. enerapkan protokol kesehatan; dan
5. Mengintegrasikan dengan kegiatan surveilans COVID-19 terutama dalam mendeteksi
kasus dan analisa dampak.

Terdapat beberapa standar dalam pelayanan Vaksinasi COVID-19, yaitu :


1. Ketentuan ruangan,
Ketentuan ruang pelayanan vaksinasi COVID-19 diantaranya : ruang/tempat yang cukup
luas dengan sirkulasi udara yang baik; ruang/tempat pelayanan yang bersih; tersedia
fasilitas mencuci tangan; meja pelayanan antar petugas menjaga jarak aman 1 –2 meter
; ruang tempat pelayanan hanya untuk melayani orang sehat; dan disediakan tempat
duduk untuk menunggu sebelum vaksinasi dan 30 menit sesudah vaksinasi dengan jarak
aman antar tempat duduk 1 – 2 meter.
2. Alur pelayanan vaksinasi.

Alur pelayanan vaksinasi terdiri atas ruang tunggu, meja 1 (skrining dan vaksinasi), dan
meja 2 (pencatatan, termasuk pendaftaran dan perubahan data, dan observasi)
3. Ketentuan waktu pelayanan vaksinasi,
Pelayanan di puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tidak mengganggu
jadwal pelayanan imunisasi rutin. Jumlah sasaran dan jam layanan per hari diatur oleh
masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Dosis dan cara pemberian vaksinasi COVID-19
Dosis dan cara pemberian harus sesuai dengan yang direkomendasikan untuk setiap jenis
vaksin COVID-19. Apabila dosis kedua belum dapat diberikan sesuai interval minimal,
maka direkomendasikan bagi sasaran untuk sesegera mungkin, pada kesempatan
pertama, datang ke tempat pelayanan vaksinasi COVID19 untuk mendapatkan dosis
kedua.

Pertanyaan:
a. Lakukan analisis on-going evaluation dari kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19,
khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan vaksinasi Covid-19. Evaluasi ini berdasar pada
kondisi di Kota/Kabupaten tempat anda tinggal !
b. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, berikan rekomendasi anda untuk perubahan dari
kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19, khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan
vaksinasi Covid- 19 !

Jawab :
a. Berdasarkan analisis on-going evaluation dari kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19 di
Kab. Tana Tidung, masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi diantaranya
pemberian vaksin dosis ke-2 yang tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan. Ketersediaan
vaksin yang
terbatas. Dan penataan lokasi pemberian vaksin yang tidak memadai sehingga terjadi
kerumunan di bagian antrian dan ruang tunggu.
b. Menurut saya pelaksanaan vaksinasi lebih baik diterapkan seperti pelaksanaa pemilu, dimana
masyarakat diberikan undangan dan diatur sesuai lokasi-lokasi yang ditetapkan menghindari
terjadinya kerumunan jika dilaksanakan pada 1 atau 2 lokasi saja. Distribusi vaksin juga wajib
dilakukan secara merata ke setiap kecamatan-kecamatan dan dikoordinasikan ke satgas covid
ditingkat provinsi untuk ketersediaan vaksin.

Sumber Refrensi :
BMP Kebijakan Publik/ADPU4410

Anda mungkin juga menyukai