Anda di halaman 1dari 15

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : Fara Dina Rob’atul A’ida

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041814985

Tanggal Lahir : 18 Januari 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI4207 / Akuntansi Sektor Publik

Kode/Nama Program Studi : 83 / Akuntansi

Kode/Nama UPBJJ : 74 / Malang

Hari/Tanggal UASTHE : Rabu / 22 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Mahasiswa : Fara Dina Rob’atul A’ida
NIM : 041814985
Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI4207 / Akuntansi Sektor Publik
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Akuntansi
UPBJJ-UT : Malang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan diatas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Pasuruan, 22 Desember 2021


Yang Membuat Pernyataan

Fara Dina Rob’atul A’ida


1. Menurut saudara mengapa Presiden perlu mengeluarkan Inpres Nomor 4 tahun 2020
tersebut sebagai regulasi publik?

Karena Presiden merupakan pemegang kekuasaan pemerintahan negara sebagai


kepala negara sekaligus kepala pemerintahan secara tidak terpisahkan dan tidak terdapat
perbedaan satu dengan lainnya. Dalam sistem pemerintahan presidensil seperti yang dianut
oleh negara Kesatuan Republik Indonesia Presiden memegang kekuasaan sebagai kepala
negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan.

Inpres merupakan perintah atasan kepada bawahan yang bersifat individual,


konkret, dan sekali-selesai (final, einmahlig). Inpres hanya dapat mengikat menteri, kepala
lembaga pemerintah non departemen, atau pejabat-pejabat pemerintah yang berkedudukan
di bawah (merupakan pembantu) Presiden dalam melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan.

Dalam perkembangan ketatanegaraan saat ini, kedudukan dan peran peraturan


menjadi cukup signifikan dalam konteks penyelesaian persoalan bangsa yang bersifat
mendesak dan genting sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Sehubungan dengan semakin luasnya penyebaran wabah Corona Virus Disease


2019 (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health
Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020, maka diperlukan langkah-langkah cepat,
tepat, fokus, terpadu, dan sinergi antar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
untuk melakukan refocussing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa
dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dengan ini
presiden mengeluarkan Inpres Nomor 4 tahun 2020 sebagai regulasi publik.

Penerbitan Instruksi Presiden betul-betul memperhatikan sekaligus menjamin


terpenuhinya seluruh aspek, unsur, prinsip, dan persyaratan yang telah ditentukan atau
disepakati oleh hukum (khususnya hukum dasar negara/konstitusi) sehingga terwujud
kepastian hukum dan keadilan hukum serta kemanfaatan hukum yang seluas-luasnya bagi
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat berdasarkan pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Jelaskan tahapan dalam penyusunan sebuah regulasi publik! Sebagai contoh Inpres
Nomor 4 tahun 2020 yang dimulai dengan pendahuluan dan diakhiri dengan catatan.
Gambar Tahapan dalam Penyusunan Sebuah Regulasi Publik

Gambar diatas menunjukkan teknik penyusunan regulasi publik yang berupa rangkaian alur
tahapan, sehingga regulasi publik tersebut siap untuk disusun dan kemudian ditetapkan dan
diterapkan. Dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Bagian satu yaitu pendahuluan
Dalam tahap ini perancang regulasi publik wajib memiliki kemampuan untuk
mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun regulasi publik, karena sebuah
regulasi publik yang disusun didahului oleh adanya permasalahan atau tujuan yang
ingin dicapai.
Contoh dalam kasus ini : Semakin meluasnya penyebaran wabah Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World
Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020

2. Mengapa diatur?
Sebuah regulasi publik yang disusun disebabkan dengan adanya berbagai isu terkait
yang membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus
ditemukan adalah jawaban pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa
regulasi publik perlu disusun.
Contoh dalam kasus ini: Sebagai upaya pencegahan COVID-19 serta
mempertimbangkan adanya penetapan wabah Corona sebagai Kejadian Luar Biasa
(KLB) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia perlu dilakukan upaya
pencegahan penyebaran
3. Permasalahan dan misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan, jika alternatif solusi permasalahan telah
dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan penetapan regulasi publik dilakukan
dengan misi tertentu, sebagai wujud komitmen dan langkah organisasi publik
menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
Contoh dalam kasus ini : Permasalahannya yaitu semakin cepat dan merebaknya
kasus penyebaran COVID sehingga Misinya yaitu dengan menyusun langkah-langkah
cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergi antar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah untuk melakukan refocussing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan
barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)

4. Dengan apa diatur ?


Ada berbagai macam jenjang regulasi publik yang dikenal. Misalnya, dalam organisasi
pemerintahan, di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi tersendiri,
contohnya peraturan daerah atau keputusan kepala daerah sebagai aturan di daerah,
bentuk aturan lainnya adalah Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden.
Setiap permasalahan harus dirumuskan dengan jenjang regulasi apa akan diatur,
sehingga permasalahan segera dapat disikapi dan solusi tepat pada sasarannya.
Contoh dalam kasus ini : Presiden perlu mengeluarkan Inpres Nomor 4 tahun 2020
tersebut sebagai regulasi publik

5. Bagaimana mengaturnya ?
Subtansi regulasi publik yang disusun harus menjawab pertanyaan bagaimana solusi
permasalahan yang ada tersebut akan dilaksanakan. Dengan demikian, regulasi publik
yang disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan organisasi publik dalam
menghadapi berbagai permasalahan publik yang ada.
Contoh dalam kasus ini :
Bagaimana mengaturnya, yaitu dengan cara :

KESATU :
Mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-kegiatan
yang mempercepat penanganan Corona Vin.ts Disease 2019 (COVID-19) (Refocussing
kegiatan, dan realokasi anggaran) dengan mengacu kepada protokol penanganan
Corona Vin.ts Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
dan rencana operasional percepatan penanganan Corona Vin.ts Disease 2019 (COVID-
19) yang ditetapkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Vin.ts Disease
2019 (COVID-19).

KEDUA :
Mempercepat refocussing kegiatan dan realokasi anggaran melalui mekanisme revisi
anggaran dan segera mengajukan usulan revisi anggaran kepada Menteri Keuangan
sesuai dengan kewenangannya.
KETIGA :
Mempercepat pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk mendukung percepatan ·
penanganan Corona Vin.ts Disease 2019 (COVID-"I 9) dengan mempermudah dan
memperluas akses sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan. Bencana, Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dan Peraturan
Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Dalam Keadaan Tertentu.

KEEMPAT :
Melakukan pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan melibatkan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

KELIMA :
Melakukan pengadaan barang dan jasa alat kesehatan dan alat kedokteran untuk
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan memperhatikan barang
dan jasa sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

KEENAM :
Khusus kepada:
1) Menteri Keuangan untuk memfasilitasi proses revisi anggaran secara cepat,
sederhana, dan akuntabel.
2) Menteri Dalam Negeri untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut dalam
rangka percepatan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dan atau perubahan peraturan kepala Daerah tentang penjabaran APBD untuk
percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
3) Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk melakukan percepatan
penyiapan dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan dalam rangka
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
4) Menteri Kesehatan untuk mempercepat pemberian registrasi alat kesehatan dan alat
kedokteran untuk penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang belum
memiliki nomor registrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk melakukan
pendampingan dan pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan terhadap akuntabilitas keuangan negara untuk percepatan
penanganan Corona Vints Disease 2019 (COVID-19).
6) Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk melakukan
pendampingan pelaksanaan pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka percepatan
penanganan Corona Vints Disease 2019 (COVID-19)
6. Diskusi/musyawarah
Materi regulasi publik hendaknya disusun dan dibicarakan melalui mekanisme forum
diskusi atau pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik. Materi tersebut
hendaknya dipersiapkan melalui proses penelitian yang menggambarkan aspirasi
publik yang betul. Sehingga, materi yang dibahas akan sebenarnya menggambarkan
permasalahan yang ada dan aspirasi masyarakat. Forum diskusi penyusunan regulasi
biasanya telah ditetapkan sebagai bagian dari proses penyusunan regulasi organisasi
publik.
Contoh dalam kasus ini :
Diskusi/musyawarah sebelum dikeluarkannya inpres nomor 4 tahun 2020 dilakukan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyampaikan aspek-aspek terkait dan
isu yang terjadi berkaitan dengan penyebaran Covid-19. Sehingga menghasilkan kata
sepakat untuk mengeluarkan inpres no. 4 tahun 2020

7. Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari sebuah proses diskusi yang dilakukan
sebelumnya. Hasil catatan ini akan menjadi wujud tindak lanjut dari keputusan
organisasi publik terkait bagaimana regulasi publik akan dihasilkan dan
pelaksanaannya terkait isu atau permasalahan yang dihadapi.
Contoh dalam kasus ini : Catatan dalam Inpres ini yaitu diharapkan Melaksanakan
Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.

SUMBER : BMP EKSI4207 (Akuntansi Sektor Publik edisi 3) Modul 2 Halaman 2.15 –
2.17

2. Sebagai akuntan, bagaimana anda mencatat transaksi di atas ke dalam jurnal umum?

Jika saya sebagai bendahara di tempat tinggal saya yaitu di Kab. Pasuruan maka
jurnalnya berikut ini :

a. Tanggal 1 menerima SPMU pembayaran gaji dan honor pegawai, senilai


Rp70.000.000,00 dan pembayaran gaji tersebut dilakukan pada tanggal 2 sebesar
Rp50.000.000,00.

Tanggal Akun Debit Kredit


1 Januari Kas Rp. 70.000.000
2021 R/K Pemkab Pasuruan Rp. 70.000.000
(Mencatat SPMU Gaji dan Honor Pegawai)
Tanggal Akun Debit Kredit
2 Januari Beban Gaji dan Honor Pegawai Rp. 50.000.000
2021 Kas Rp. 50.000.000
(Pembagian Gaji Pegawai)

b. Tanggal 5 membayar honor pegawai senilai Rp12.500.000,00.

Tanggal Akun Debit Kredit


5 Januari Beban Gaji dan Honor Pegawai Rp. 12.500.000
2021 Kas Rp. 12.500.000
(Pembayaran Honor Pegawai)

c. Tanggal 7 menerima SPMU untuk pembelian ATK senilai Rp5.000.000,00 namun


pembelian baru dilakukan tanggal 10 senilai Rp4.000.000,00.

Tanggal Akun Debit Kredit


7 Januari Kas Rp. 5.000.000
2021 R/K Pemkab Pasuruan Rp. 5.000.000
(Mencatat SPMU pembelian ATK Rutin)

Tanggal Akun Debit Kredit


10 Januari Persediaan ATK Rp. 4.000.000
2021 Kas Rp. 4.000.000
(Pembelian ATK Rutin)

d. Tanggal 12 menerima surat perjanjian kontrak dari PT Maju senilai


Rp25.000.000,00 untuk pembelian 7 unit komputer dan akan dibayar pada bulan
berikutnya.

Tanggal Akun Debit Kredit


12 Januari Peralatan Rp. 25.000.000
2021 Utang PT. Maju Rp. 25.000.000
(Terima Surat Perjanjian Kontrak dari PT. Maju)

Tanggal Akun Debit Kredit


Februari Utang PT. Maju Rp. 25.000.000
2021 Kas Rp. 25.000.000
(Membayar Peralatan Komputer)

e. Depresiasi untuk aktiva tetap senilai Rp11.000.000,00.

Tanggal Akun Debit Kredit


31 Januari Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 11.000.000
2021 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 11.000.000
(Depresiasi Aktiva Tetap)
Pada akhir periode (akhir periode bulan januari), semua buku besar yang berisi akunBiaya
dan Pendapatan dibuat menjadi nol dengan ayat jurnal pembalik. Selanjutnya ,
surplus/defisit yang akan diakui dijurnal :

Tanggal Akun Debit Kredit


31 Januari R/K Pemkab Pasuruan Rp. 73.500.000
2021 Surflus/Defisit Rp. 73.500.000

3. Jelaskan pokok-pokok RAPBN 2022 yang tercermin dari asumsi dasar ekonomi
makro!

APBN tetap menjadi instrumen utama yang menjadi motor dalam pemulihan
ekonomi, meneruskan reformasi, dan melindungi masyarakat dari bahaya Covid-19. Di sisi
lain, Konsolidasi fiskal terus dilanjutkan di tahun 2022 untuk memuluskan normalisasi
defisit APBN untuk kembali di bawah 3% PDB sesuai amanat UU 2/2020 dengan tetap
menjaga momentum pemulihan ekonomi. Pokok-pokok RAPBN 2022 adalah sebagai
berikut.

1) ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 2021

Di tengah optimisme pemulihan ekonomi di tahun 2022, pandemi Covid-19


diperkirakan masih akan memberikan ketidakpastian. Kemampuan adaptasi kebiasaan
masyarakat yang berdisiplin menjalani protokol kesehatan akan menjadi figur penting
dalam melanjutkan pemulihan ekonomi yang semakin solid. Untuk itu, tahun 2021
diharapkan akan menjadi tahun pemulihan dari dampak pandemi Covid-19. Sinyal
pemulihan ekonomi dapat terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur
global yang berada pada zona ekspansif. Indikasi pemulihan ekonomi juga terlihat dari
kenaikan harga komoditas seperti minyak mentah, CPO, dan batubara yang terjadi
akibat meningkatnya permintaan global. Namun, munculnya varian baru pada paruh
kedua tahun 2021 mendorong terjadinya kenaikan kasus dan kematian harian di negara
berkembang, khususnya Indonesia, yang mendorong pengetatan kembali aktivitas
masyarakat. Dinamika pandemi Covid-19 akan menjadi downside risk dan berpotensi
menahan laju pemulihan perekonomian pada semester II tahun 2021. Outlook Asumsi
Dasar Ekonomi Makro tahun 2021 dan proyeksi 2022 adalah sebagai berikut.

Mengacu pada kerangka ekonomi makro tahun 2022, Pemerintah menyusun


strategi kebijakan fiskal yang ditujukan untuk pemulihan ekonomi dan reformasi
struktural agar bersifat inklusif dalam rangka melanjutkan arah pemulihan seiring
pandemi Covid-19 yang sudah lebih terkendali, dengan target tahun 2022 diperkirakan
sebagai berikut: (1) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada kisaran 5,5-6,3 persen;
(2) tingkat kemiskinan pada kisaran 8,5-9,0 persen; (3) tingkat ketimpangan (rasio gini)
pada kisaran 0,376-0,378; dan (4) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diharapkan
mencapai 73,41-73,46. Upaya tersebut akan didukung dengan reformasi struktural yang
tertuang dalam tema RAPBN dan kebijakan fiskal tahun 2022.

2) POKOK-POKOK RAPBN TAHUN 2022

Pendapatan Negara
Pendapatan negara pada RAPBN 2022 diproyeksikan mencapai Rp1.840,7 triliun yang
terdiri dari:
a. Penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp1.506,9 triliun.
• Penerimaan Pajak, diproyeksikan akan mencapai Rp1.262,9 triliun sejalan
dengan pemulihan ekonomi dan didukung penguatan sistem perpajakan.
• Kepabeanan dan Cukai ditargetkan sebesar Rp244,0 triliun disertai upaya
perluasan basis Cukai.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diproyeksikan sebesar Rp333,2
triliun. Optimalisasi PNBP dilakukan baik terhadap penerimaan dari Sumber Daya
Alam (SDA) dan Non SDA dengan memperhatikan keberlanjutan SDA,
peningkatan kualitas pelayanan publik, kondisi daya beli masyarakat, kesehatan
kinerja keuangan BUMN.

Belanja Negara
Belanja negara pada RAPBN 2022 diproyeksikan mencapai Rp2.708,7 triliun atau 15,1
persen terhadap PDB, yang diarahkan untuk penguatan pemulihan ekonomi dan
reformasi struktural, penguatan spending better, serta peningkatan kualitas belanja
daerah. Adapun untuk mendukung hal tersebut, bidang prioritas pada tahun 2022 antara
lain sebagai berikut:
1. Anggaran Kesehatan direncanakan sebesar Rp255,3 triliun atau setara 9,4%
terhadap belanja negara, dengan kebijakan diarahkan antara lain untuk: (1)
melanjutkan penanganan pandemi Covid-19, melalui penyelesaian program
vaksinasi dan antisipasi vaksinasi lanjutan, penguatan komunikasi dan pengawasan
protokol kesehatan pasca vaksinasi, serta antisipasi penanganan pandemi Covid-19
lainnya; (2) melanjutkan reformasi sistem kesehatan; (3) percepatan
penurunan stunting dengan perluasan cakupan intervensi seluruh kabupaten/kota
serta penguatan sinergi baik antar-K/L maupun antara pusat dan daerah; serta (4)
kesinambungan Program JKN, antara lain melalui bantuan iuran untuk peserta PBI
dan PBPU/BP serta JKN untuk PNS/ TNI/Polri.
2. Anggaran Perlindungan Sosial sebesar Rp427,5 triliun atau 15,8 persen terhadap
belanja negara, yang difokuskan untuk: (1) melakukan verifikasi dan validasi
DTKS secara reguler dan mendorong pembangunan sistem yang terintegrasi antara
DTKS, Dukcapil, dan data terkait lainnya, serta meningkatkan pengawasan
penyaluran bansos; (2) mendukung pelaksanaan reformasi perlindungan sosial
secara bertahap dan terukur melalui Integrasi berbagai program bansos, dan
kebijakan subsidi energi tepat sasaran; (3) mendukung Program Jaminan
Kehilangan Pekerjaan bagi pekerja sesuai amanat UU Cipta Kerja; (4) penguatan
koordinasi dan sinergi antar K/L baik dalam hal kebijakan, pendataan, regulasi, dan
skema/mekanisme program dalam rangka pelaksanaan reformasi perlinsos serta
pengembangan skema perlinsos adaptif; dan (5) melanjutkan pelaksanaan program
perlindungan sosial melalui belanja bantuan sosial, subsidi, dan BLT Desa.
3. Prioritas pada bidang Pendidikan dengan anggaran Rp541,7 triliun (termasuk
TKDD) atau 20,0 persen dari belanja negara, yang difokuskan antara lain untuk: (1)
peningkatan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan antar
kementerian/lembaga, terutama meliputi sinergi kegiatan prioritas, standardisasi
komponen belanja pendidikan, dan integrasi sistem monitoring dan evaluasi; (2)
pemerataan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dengan mempercepat
rehabilitasi sarana dan prasarana, antara lain melalui Kementerian PUPR dan
pengembangan platform pembelajaran berbasis TIK; (3) penguatan investasi
Pemerintah di bidang pendidikan antara lain untuk mendukung perluasan program
beasiswa, pengembangan inovasi dan adopsi TIK, serta pemajuan kebudayaan dan
perguruan tinggi kelas dunia; (4) penguatan pendidikan karakter bangsa yang
berlandaskan pada Pancasila dengan tujuan akhir membentuk profit Pelajar
Pancasila melalui penguatan SDM sekolah, pembelajaran paradigma baru,
perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah; serta (5) peningkatan fasilitas
infrastruktur di daerah yang belum terjangkau fasilitas internet untuk menunjang
pendidikan dengan sistem online/daring.
4. Pembangunan Infrastruktur dianggarkan sekitar Rp384,8 triliun, yang diarahkan
antara lain untuk: (1) mendukung penyediaan kebutuhan dasar manusia secara
layak; (2) meningkatkan produktivitas masyarakat dan dunia usaha melalui
peningkatan konektivitas dan mobilitas; (3) menyediakan infrastruktur energi dan
pangan yang terjangkau, andal, dan memperhatikan aspek lingkungan; serta (4)
pemerataan infrastruktur dan akses TIK, dalam rangka peningkatan kapasitas SDM
dan literasi digital.
5. Anggaran untuk optimalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada
tahun 2022 direncanakan sebesar Rp27,4 triliun, dengan arah kebijakan antara lain:
(1) membangun dan mengembangkan infrastruktur TIK untuk pemerataan akses
dan konektivitas broadband di seluruh wilayah Indonesia; (2) mendorong
transformasi digital pada sektor ekonomi dan pemerintahan, serta mempersiapkan
ekosistem digital dan SDM talenta digital; (3) membangun pusat data nasional dan
implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE); dan (4)
meningkatkan pengembangan SDM dalam industri TIK.
6. Anggaran Ketahanan Pangan pada tahun 2022 direncanakan Rp76,9 triliun
diarahkan antara lain untuk: (1) peningkatan keterjangkauan dan kecukupan pangan
yang beragam, berkualitas, bergizi, dan aman; (2) peningkatan produktivitas dan
pendapatan petani dan nelayan melalui penguatan kapasitas petani dan nelayan,
penguatan akses terhadap input produksi, penyediaan sarana prasarana pertanian
dan perikanan, serta mendorong mekanisasi dan penggunaan teknologi; (3)
peningkatan diversifikasi pangan dan kualitas gizi; (4) perbaikan iklim usaha dan
daya saing; serta (5) penguatan sistem pangan berkelanjutan.
7. Anggaran bidang Pariwisata pada tahun 2022 diarahkan antara lain untuk: (1)
pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif pada aspek 3A (aksesibilitas, atraksi
dan amenitas) dan 2P (promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta); (2) percepatan
pembangunan lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP); (3) peningkatan
kualitas SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; serta (4) pemulihan pasar pariwisata
dan Rebranding Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam rangka menghadapi
pandemi Covid-19 menuju pasar pariwisata yang tangguh (resilient) dan
berkelanjutan (sustainable).

Prioritas anggaran tersebut tercakup dalam komponen belanja pemerintah pusat serta
transfer ke daerah dan dana desa. Selanjutnya, penguatan reformasi belanja, khususnya
belanja Pemerintah Pusat, dilakukan melalui Redesain Sistem Perencanaan dan
Penganggaran (RSPP), yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan review atas
pelaksanaan RSPP tahun sebelumnya yang antara lain meliputi penyempurnaan
rumusan sasaran program dan indikator kinerja utama program, khususnya untuk
Program yang bersifat lintas unit eselon I.

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)


TKDD diproyeksikan mencapai Rp770,4 triliun atau meningkat Rp141,3 miliar
dibandingkan outlook tahun 2021, yang diarahkan untuk peningkatan pemulihan
ekonomi dan peningkatan kualitas pelaksanaan guna mendukung peningkatan kinerja
daerah, dengan fokus kebijakan sebagai berikut.
1. Melanjutkan kebijakan perbaikan kualitas belanja daerah untuk peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan antar daerah;
2. Melanjutkan penguatan sinergi perencanaan penganggaran melalui peningkatan
harmonisasi belanja K/L dan TKDD terutama terkait DAK Fisik;
3. Melanjutkan kebijakan penggunaan DTU untuk peningkatan kualitas infrastruktur
publik daerah, pemulihan ekonomi di daerah, dan pembangunan SDM;
4. Meningkatkan efektifias penggunaan DTK, melalui penyaluran DAK Fisik berbasis
kontrak untuk menekan idle cash di daerah dan DAK Nonfiik untuk mendorong
peningkatan capaian output dan outcome serta mendukung perbaikan kualitas
layanan; serta
5. Memprioritaskan penggunaan Dana Desa untuk pemulihan ekonomi di desa melalui
program perlindungan sosial, kegiatan penanganan pandemi Covid-19 dan
mendukung sektor prioritas.

Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan anggaran tahun 2022 sebesar Rp868,0 triliun (4,85 persen dari PDB )
dilakukan dalam rangka menutup defisit dan pengeluaran pembiayaan. Kebijakan
pembiayaan anggaran disusun dalam kerangka konsolidasi fiskal
dan refocusing anggaran, sehingga target pembiayaan utang terus terkendali dan
menurun. Di sisi lain, pembiayaan investasi diberikan secara selektif berdasarkan
pertimbangan sektor prioritas, penugasan pemerintah, manfaat ekonomi dan manfaat
sosial. Pada tahun 2022, pembiayaan investasi difokuskan pada investasi di sektor
infrastruktur, pendidikan, perlindungan masyarakat, dan kerjasama internasional.
SUMBER : https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-rapbn-2022-
pemulihan-ekonomi-dan-reformasi-struktural/

4. Diminta :
1) Jelaskan hal apa saja yang menjadi kelemahan dalam pencatatan akuntansi
berbasis kas (cash base) dan apa dampak negatif yang ditimbulkannya?

Kelemahan :
• Metode cash basis tidak mencerminkan laporan keuangan yang sesungguhnya
• Dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya pengakuan
pendapatan sampai kas/uang diterima
• Manajemen kesulitan untuk menentukan kebijakan, karena selalu berpatokan pada
kas
• Kurang akurat dalam arus kas jangka panjang

Dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah potensi kesengajaan manipulasi


rekening untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Misalnya, pembayaran kas dapat
ditunda paling lama 24 jam sehingga rekening menunjukkan catatan riil yang lebih
kecil. Ketika hal ini dilakukan banyak Bagian, maka potensi manipulasi anggaran bisa
terjadi. Dampaknya pengendalian keuangan melalui anggaran akan berkurang. Inilah
permasalahan organisasi dimana manajer perlu dicegah untuk pura-pura menunda
pembayaran kas. Dalam hal ini, sistem akuntansi ini memungkinkan manipulasi.
2) Apa saja kontribusi basis akrual (accrual base) dan akuntansi dana (fund
accounting) dalam menutupi kekurangan basis kas?

Basis kas (cash basis) merupakan sebuah metode pencatatan di dalam akuntansi, yang
hanya mencatat transaksi, jika ada penerimaan atau pengeluaran kas. Jadi, meski ada
transaksi yang terjadi, misalnya hutang atau piutang. Tetapi karena tidak adanya kas
yang masuk atau keluar, maka transaksi ini tidak dicatat jika menggunakan metode
basis kas. Selain itu, terdapat potensi kesengajaan manipulasi rekening untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Contohnya, jika A menerima pendapatan dari
perusahaan lainnya, tetapi uangnya akan A terima nanti, maka transaksi tersebut tidak
akan dicatat. Karena ini tidak ada kas yang masuk dan ini tidak dianggap sebagai
pendapatan. Akuntansi berbasis kas mampu menyediakan informasi penting dan
obyektif. Namun, disisi lain, informasi pendapatan dan modal serta biaya operasional
organisasi selama periode tertentu tidak dapat dimunculkan.

Kontribusi basis akrual (accrual base) :

Kekurangan basis kas (cash basis) dapat ditutup oleh basis akrual (akrual basis) dimana
pencatatannya dilakukan saat terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima. Dalam
pencatatan menggunakan basis akrual ini tentu akan lebih akurat, dan dengan
menggunakan basis akrual aset, kewajiban dan ekuitas mudah diukur. Di dalam basis
akrual sebuah pendapatan akan diakui ketika perusahaan memiliki hak untuk
melakukan penagihan dari hasil transaksi. Dan menggunakan basis akrual ini tidak
memperdulikan kapan kas akan diterima, dan kapan kas dikeluarkan. Pengakuan biaya
di dalam basis akrual ini ketika kewajiban membayar sudah jatuh tempo. Dan biaya
tersebut sudah dapat diakui ketika kewajiban membayar sudah terjadi, meskipun kas
belum dikeluarkan. Dalam basis akrual penerimaan dan pengeluaran di laporan
operasional berhubungan dengan penerimaannya dan pemasukannya yang berarti
bahwa basis akrual memberikan alat ukur untuk barang dan jasa yang dikonsumsi,
diubah dan diperoleh; dan basis kas menyediakan alat ukur alias kas masuk dan kas
keluar.

Kontribusi akuntansi dana (fund accounting) :

Penyempurnaan pencatatan transaksi dari kedua teknik pencatatan diatas terdapat pada
akuntansi dana. Akuntansi dana merupakan salah satu alternatif sistem akuntansi di
sektor publik yang dikembangkan dari basis kas dan prosedur pengendalian anggaran.
Di sektor swasta, karena kecilnya dana kas yang disimpan maka akuntansi dana tidak
popular. Namun, untuk sektor publik, dana kas sektor publik cukup penting dan
berpengaruh pada pengambilan keputusan. Besarnya dana kas amat mempengaruhi
anggaran organisasi sektor publik, sehingga sistem akuntansi amat memprioritaskan
pengelolaan dana kas. Sistem akuntansi dana ini mengakui transaksi organisasi saat
komitmen disepakati. Ini berarti bahwa transaksi itu tidak diakui manakala kas dibayar
atau diterima (basis kas) tidak pula ketika faktur diterima atau dikeluarkan (basis
akrual) namun lebih awal lagi, saat pesanan dikirimkan atau diterima.
SUMBER :
• BMP EKSI4207 (Akuntansi Sektor Publik edisi 3) Modul 8 Halaman 8.22 – 8.31
• https://www.legalku.com/mengenal-cash-basis-vs-accrual-basis/

Anda mungkin juga menyukai