Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN TUGAS 1

EKSI4206 – PERPAJAKAN
Nama : Apep Burhanudin
NIM : 030711794

1. Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi COVID-19 terkait dengan Penyesuaian tarif
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
Jawaban :
Pajak Penghasilan Menjadi
a. Sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang berlaku pada Tahun Pajak 2020 dan Tahun Pajak 2021;
dan
b. Sebesar 20% (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada Tahun Pajak 2022.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan pengenaan tarif
sebesar 22% untuk penghitungan dan setoran angsuran pajak penghasilan badan atau PPh Pasal 25
tahun 2020 sesuai dengan Perpu Nomor 1 Tahun 2020.
Dalam pasal 5 ayat 1 pada Perpu itu disebutkan bahwa penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari sebelumnya 25% menjadi sebesar 22%  yang
berlaku untuk tahun pajak 2020 dan 2021.
Kemudian Perpu tersebut juga menyatakan bahwa penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap tahun pajak 2022 diterapkan sebesar 20%.    "Sebagai
akibat dari penurunan tarif tersebut maka penghitungan dan setoran angsuran PPh badan (angsuran PPh
Pasal 25) untuk tahun 2020 dapat menggunakan tarif sebesar 22%  mulai masa pajak SPT tahunan 2019
disampaikan dan masa pajak setelahnya,"demikian kutipan dari keterangan resmi DJP yang diterima di
Jakarta
Sementara itu, untuk tahun pajak 2019 masih tetap diberlakukan penghitungan dan setoran angsuran
pajak penghasilan badan atau PPh Pasal 25 sebesar 25% sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) huruf b
Undang- Undang mengenai PPh.    "Penghitungan PPh untuk tahun pajak 2019 masih menggunakan
tarif 25 %. Dengan demikian penghitungan dan setoran PPh kurang bayar yang dilaporkan pada surat
pemberitahuan (SPT) tahunan 2019 (PPh Pasal 29) masih menggunakan tarif yang lama yaitu 25%,"
tulis DJP. Oleh sebab itu, WP yang belum menyampaikan SPT tahunan 2019 sampai akhir Maret 2020
maka penghitungan dan setoran angsuran PPh Pasal 25 untuk masa pajak Maret 2020 (yang disetorkan
paling lambat 15 April 2020) adalah sama dengan angsuran pada masa pajak sebelumnya. Sedangkan
angsuran PPh Pasal 25 untuk masa pajak April 2020 (yang disetorkan paling lambat 15 Mei 2020)
dihitung berdasarkan laba fiskal yang dilaporkan pada SPT tahunan 2019 namun sudah menggunakan
tarif baru 22%.
2. Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi COVID-19 terkait dengan perlakuan
perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)!
Jawaban :
Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2020,
pemerintah memberlakukan empat kebijakan pajak terkait pandemi covid-19, salah satunya berlakunya
pajak untuk kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Digital.
Disebutkan dalam Pasal 6, perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik dapat berupa:
a. Pengenaan PPN atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena pajak dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
b. Pengenaan Pajak Penghasilan atau pajak transaksi elektronik atas kegiatan PMSE yang dilakukan
oleh subjek pajak luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi signifikan.
Lebih lanjut lagi, batasan mengenai pemungutan pajak ini dijelaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak No. PER-12/PJ/2020. Disebutkan jumlah PPN yang wajib dipungut sebesar 10% dari Dasar
Pengenaan Pajak.
Dalam beleid tersebut, disebutkan batasan kriteria bagi pelaku usaha PMSE untuk pemungutan PPN
adalah:
a. Nilai transaksi dengan pembeli di Indonesia melebihi Rp600 juta dalam 1 tahun atau Rp50 juta
dalam 1 bulan; dan/atau
b. Jumlah traffic atau pengakses di Indonesia melebihi 12.000 dalam 1 tahun atau 1.000 dalam 1
bulan.
Jika pelaku usaha PMSE telah memenuhi kriteria di atas tetapi belum ditunjuk sebagai pemungut PPN,
maka dapat menyampaikan pemberitahuan secara mandiri ke DJP untuk penunjukkan.
Seperti yang tercantum dalam Pasal 5 ayat 2 PER-12/PJ/2020, pemberitahuan dapat disampaikan
melalui alamat posel (email) atau melalui aplikasi atau sistem yang ditentukan dan/atau disediakan oleh
DJP. Pemberitahuan ini nantinya dapat menjadi pertimbangan DJP untuk menunjuk pelaku usaha
PMSE sebagai pemungut PPN PMSE.
3. Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi COVID-19 terkait dengan perpanjangan waktu
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan!
Jawaban :
a. Perpanjangan jangka waktu pengajuan keberatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (3) Undang-Undang KUP.
b. Perpanjangan jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang KUP.
c. Perpanjangan jangka waktu penerbitan surat ketetapan pajak sehubungan dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1)
Undang-Undang KUP.
d. Perpanjangan jangka waktu pemberian keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang KUP.
e. Perpanjangan jangka waktu pemberian keputusan atas permohonan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar,
pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar dan pembatalan hasil
pemeriksaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang KUP.
4. Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi COVID-19 terkait dengan pemberian
kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk memberikan fasilitas kepabeanan berupa pembebasan
atau keringanan bea masuk dalam rangka penanganan kondisi darurat serta pemulihan dan penguatan
ekonomi nasional!
Jawaban :
Untuk PMK Nomor 34/PMK.04/2020 Tentang Pemberian Fasilitas Kepabeanan dan/atau Cukai serta
Perpajakan atas Impor Barang untuk Keperluan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), pemerintah berikan pembebasan bea masuk, pajak dalam rangka impor (PDRI) seperti
PPN, PPnBM, PPH Pasal 22 Impor.
"Bea masuk dibebaskan, termasuk pajak dalam rangka impor (PDRI) seperti PPN, PPnBM, PPH Pasal
22 Impor," tuturnya.
Jenis barang yang diberi fasilitas pembebasan seperti hand sanitizer, test kit, reagen, virus trasnfer
media, obat dan vitamin, peralatan medis dan Alat Pelindung Diri (APD).

Anda mungkin juga menyukai