Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Emmon Roni Lahanda


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041041093

Tanggal Lahir : 30 / 09 / 1996

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4218 / Psikologi Sosial

Kode/Nama Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 11 / Banda Aceh


Hari/Tanggal UAS THE : Selasa / 28 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Emmon Roni Lahanda


NIM : 041041093

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4218 / Psikologi Sosial

Fakultas : FHISIP

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara


UPBJJ-UT : Banda Aceh

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Simeulue , 28 Desember 2021


Yang Membuat Pernyataan

Emmon Roni Lahanda


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Studi kasus penanggulangan Covid-19


a. Dalam studi sosial, pendekatan altruistik dapat dilakukan dengan menggunakan teori
pertukaran sosial. Jadi ada kebijakan negara yang diberikan kepada masyarakat, sebaliknya
masyarakat harus mengembalikannya dalam bentuk menjalankan kewajiban yang ditetapkan
negara. Berbagai insentif diberikan negara terhadap masyarakat, misalnya bantuan bagi
pekerja informal, bagi pekerja untuk tidak mudik dengan menjamin kebutuhan pokoknya
selama wabah Covid-19, insentif dan kemudahan bagi dunia usaha dalam bentuk penundaan
kewajiban kredit, pajak dan sebagainya, menunjukkan negara sudah menjalankan kewajiban
tersebut. Oleh karena itu, saatnya negara menerapkan sanksi dan tindakan tegas bagi
pelanggar. Saatnya negara tidak sekadar berupaya melakukan imbauan tetapi sudah harus
berupa larangan disertai tindakan dan sanksi. Sikap tegas, cepat, dan altruistik oleh negara
akan memberikan kepastian bahwa negara sedang bekerja secara optimal. Sikap ini
diharapkan memberikan harapan dan masa depan bagi setiap warga negara untuk tetap
optimis, penuh semangat, menjaga solidaritas, serta menjauhi tindakan dan perilaku yang
anomi dan destruktif. Akhirnya dalam situasi krisis, ukuran keberhasilan negara hanya tertuju
pada kemampuan negara mengurangi jumlah korban Covid-19 sesegera mungkin. Negara
harus mengubah orientasi pembangunan yang sebelumnya mengejar pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan monumental, legacy, dan mercusuar. Persaingan politik antartokoh politik
dan pemimpin negara harus dihentikan. Semua pihak harus menunjukkan bahwa tujuan
negara hanya satu, yaitu melawan Covid-19 untuk melindungi segenap rakyat Indonesia.

Terlaksananya upaya dalam mencegah penyebaran Covi-19 ini tentu perlu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dengan cara melakukan himbauan sosialisasi dengan menaati
protokol Kesehatan yang sudah diberikan seperti mencuci tangan, menggunakan masker,
menjaga jarak dan menjauhi kerumunan (Protokol Kesehatan 4 M) mengenai apa yang perlu
dilakukan secara pribadi untuk meningkatkan kepedulian dan mencegah terinfeksi Covid-19.

Selain itu terdapat pedoman risk assessment yang dilakukan dengan menggunakan prinsip


dasar keselamatan dan kesehatan kerja, dalam hal ini diterapkan framework pembuatan
proses dan keputusan berdasar ilmu industrial hygiene. Langkah framework terdiri dari
antisipasi dan pengenalan hazard atau sumber bahaya, evaluasi paparan dan yang terakhir
melakukan kontrol serta memastikan perlindungan terhadap risiko bahayanya.

Pendekatan yang penting lainnya yaitu usaha himbauan khususnya kepada masyarakat
bahwa Sangat penting untuk mengantisipasi, mengenali, dan mengidentifikasi hazards pada
cara penularannya dan siapa yang bisa terdampak, dimana Covid-19 bahayanya adalah
droplet atau cairan dari penderita sampai kepada orang sehat. Cara penularan dengan
tersemburnya pada saat bersin, berbicara atau bersentuhan secara langsung. Penderita yang
mungkin bisa terkena sebelumnya dilansir bahwa kerentanan terjadi pada penduduk usia
lanjut dan yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan lainnya. Namun sejarah
menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk semua kategori usia dapat tertular,
sehingga hati-hati merupakan langkah yang tidak salah.

Sesuai dengan Al-Quran surat An-Nisa ayat 59, di awal bahwa:


“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para
pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar- benar beriman kepada Allah
dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa[4]: 59)

b. Kajian mengenai perilaku menolong pada relawan covid19 lebih cocok dengan istilah
altruisme, karena altruisme menurut Clarke (dalam Rahman, 2020) mensyaratkan adanya
resiko yang harus diterima oleh si penolong, dimana resiko paling umum yaitu tertularnya
virus covid-19. Pada contoh altruisme di Indonesia seperti relawan muhammadiyah covid-19
command center (MCCC) di Surakarta dengan menginisiasi kegiatan penyemprotan
desinfektan pada setiap tempat daerah di Surakarta.

Perbedaan bentuk pada pengungkapan aspek altruisme yang dimiliki oleh relawan MCCC
Surakarta yang dipengaruhi oleh ekonomi, sosial, dan budaya subjek.

2. Atribusi penanggulangan Covid-19


a. Bernard Weiner (1974) juga dikenal sebagai pengembang teori atribusi yang berbasis
motivasi yang dikenal dengan Three-Dimensional Model. Bernard Weiner mengembangkan
teori atribusi perilaku intrapersonal yang menyoroti prestasi dan memiliki tiga prinsip.
Prinsip pertama yaitu atribusi adalah proses tiga tahap: (1) perilaku yang diamati, (2)
perilaku ditentukan (disengaja), dan (3) perilaku dikaitkan dengan penyebab internal atau
eksternal. Prinsip kedua adalah prestasi dapat dipengaruhi oleh faktor: (1) upaya, (2)
kemampuan, (3) tingkat kesulitan tugas, atau (4) keberuntungan. 

Prinsip ketiga berkaitan dengan dimensi kausal atau penyebab dari perilaku yaitu (1) locus of
control, (2) stability, dan (3) controllability. Dimensi lokus mengacu pada persepsi tentang
penyebab peristiwa sebagai internal atau eksternal. Dimensi stabilitas mengacu pada
apakah penyebab kejadian stabil atau tidak stabil sepanjang waktu dan situasi. Dimensi
kontrol mengacu pada apakah penyebab peristiwa berada di bawah kendali individu atau
tidak.
Selain dimensi kausal, terdapat pula istilah causal antecedent dan causal consequences.
Causal antecedent mengacu pada beberapa anteseden berbasis psikologis yang
menimbulkan kepercayaan kausal, seperti hedonic concern. 

Anteseden kausal juga dapat berupa informasi khusus seperti cerita pengalaman masa lalu
dan norma sosial. Sementara itu konsekuensi kausal mengacu kepada konsekuensi yang
dihasilkan oleh causal belief (kepercayaan kausal) berupa emosi, ekspektasi kesuksesan dan
perilaku.

Berkaitan dengan emosi, dimensi locus akan memberikan konsekuensi psikologis berupa
perasaan bangga dan harga diri. Orang-orang merasakan kebanggaan dalam pencapaian
mereka, terutama ketika mereka percaya bahwa itu adalah upaya mereka sendiri (internal
locus) yang membawa mereka menuju kesuksesan. 

Dimensi stability berhubungan dengan ekspektasi kesuksesan, yaitu perasaan putus asa atau
harapan. Pada atribusi stabil, individu percaya bahwa akan ada hasil yang berbeda di masa
depan. Sebaliknya, tidak pada atribusi tidak stabil.  Sementara itu, dimensi controlabilty
berkaitan dengan rasa bersalah dan rasa malu. Individu yang percaya bahwa mereka gagal
karena kurangnya usaha mengalami rasa bersalah. Di sisi lain, mereka yang menganggap
dirinya tidak layak lebih mungkin mengalami perasaan malu atau emosi yang serupa.

Weiner mengembangkan teori atribusi perilaku interpersonal dengan meneliti motivasi


sosial, dalam hal ini perilaku memberikan bantuan. Ada dua poin utama, yaitu
mempertimbangkan reaksi emosional pengamat/orang lain terhadap pencapaian ataupun
perjuangan seseorang serta mendefinisikan kembali controllability yang disamakan dengan
responsibility (tanggung jawab). 

Kontrol tersebut bisa dibedakan dari tanggung jawab. Ada sebagian tindakan yang dapat
dikontrol, tapi individu tidak bertanggung jawab atau tanggung jawab berkurang. 

Pada saat seseorang membutuhkan bantuan, misalnya, ketika orang lain menilai bahwa
situasi yang menimpa orang tersebut karena sesuatu tak terkontrol dan di luar tanggung
jawab pribadinya, maka orang lain akan merasa simpati dan cenderung akan menolongnya.
Sebaliknya, jika orang lain berpikir bahwa sesuatu yang menimpa orang tersebut berada
dalam kontrolnya dan merupakan tanggung jawabnya, orang akan merasa marah (tidak
bersimpati) sehingga enggan untuk menolong atau justru menunjukkan agresi.
b. Atribusi perilaku Tenakes Menggunakan teori atribusi untuk menjelaskan perilaku tenakes
yang beprestasi di tengah pandemik COVID-19, dimana stigma dapat muncul terhadap
tenakes, adalah salah satu upaya untuk memahami realitas sosial yang kompleks.

3. Pandemi memberikan dampak psikologis yang signifikan pada manusia. Ada tiga elemen dalam
pandemi, yaitu elemen yang menyebabkan infeksi (virus, bakteri), host (manusia) yang berkaiatan
dengan faktor psikologis dalam mengatasi ancaman penyakit tersebut.Terakhir, lingkungan sosial
dan fisik yang membantu manusia menghadapi pandemi (Taylor, 2019). Ketiga elemen tersebut
saling berinteraksi saling mempengaruhi dalam situasi pandemi. Psikologi pandemi telah
mengubah psikologis manusia dalam memahami diri dan relasi sosial.

Adapun hal-hal yang menjadi bias dilingkungan masyarakat yang paling berpengaruh dan
berdampak buruk antara lain seperti, bias kognisi seperti bias optimistik, yaitu kecenderungan
menilai dirinya tidak mengalami risiko terkena penyakit dibandingkan orang lain. Bias kognisi
sosial mempengaruhi diri individu dalam berpikir dan berperilaku. Bias kognisi dapat disebabkan
paparan informasi yang tersedia dalam individu. Dan juga bias heuristik sangat besar. Heuristik
adalah proses berpikir (penilaian, pengambilan keputusan) dalam waktu cepat dan seakan tanpa
usaha yang berarti.

Kemudian, Paparan informasi yang masif mengenai COVID-19 menyebabkan jumlah ketersediaan
informasi mengenai COVID-19 pada individu lebih banyak daripada yang lain.

Demikian pula pada mahasiswa yang mengharuskan adanya kuota internet untuk mengikuti mata
kuliah secara daring namun susahnya ekonomi dari orangtua karna berlakunya pembatasan social
berskala besar pada tiap daerah tentu mempengaruhi perilaku social secara kelompok. Kebiasaan
ini tentu berakibat sulitnya dan terbatasnya masyarakat melakukan aktifitas pekerjaan hariannya
sebagai kebutuhan hidup hari-hari.

Contoh teory penerapan Teori Planned Behavior dalam penerapan pada masa pandemic seperti
masyarakat harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru atau disebut dengan ‘new
normal life’, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Percepatan
Penanganan Covid-19, Bapak Wiku Adisasmito. New normal adalah perubahan perilaku untuk
tetap melakukan aktivitas normal dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna
mencegah terjadinya penularan Covid-19. Secara sederhana, new normal ini hanya melanjutkan
kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan saat diberlakukannya karantina wilayah atau
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
4. Faktor utama dalam asal-usul prasangka adalah ketimpangan dalam kondisi sosial, ekonomi dan
budaya kehidupan masyarakat etnis yang berbeda. Mereka muncul sebagai konsekuensi dari
pemahaman tidak penuh atau terbentuk dari objek dalam kaitannya dengan yang mengatur. dan
faktor lainnya kejadian / peristiwa historis yang benar-benar membekas, contohnya adalaha
permusuhan antara orang dayak dengan madura, akhirnya banyak orang yang menillai negatif
orang-orang madura, karena terkait dengan konflik di Sampit, Klaimantan

Dampak Prasangka Dampak prasangka menurut Idhamsyah dan Ardiningtiyas (Putra, 2012)
adalah adanya pengucilan sosial dan konflik sosial. Konflik sosial sendiri menurut Ahmadi (2007)
memiliki beberapa bentuk yaitu konflik pribadi, konflik kelompok, konflik antar kelas sosial,
konflik rasial, konflik politik dan konflik budaya. Berdasarkan prasangka yang dimiliki kelima
subjek, masing-masing memiliki dampak prasangka. Konflik sosial terjadi pada kelima subjek,
dengan bentuk yang berbeda. Pada subjek YM dan YB terjadi konflik berbentuk sosial pribadi dan
pada subjek JM konflik berbentuk sosial politik dan sosial budaya. Selain konflik sosial keempat
subjek kecuali subjek JM mengalami dampak prasangka yaitu pengucilan sosial.

Pengucilan sosial ini tampak dari kurangnya interaksi dari masing-masing subjek terhadap
pergaulan dengan masyarakat etnis Jawa. Ke empat subjek cenderung tidak aktif dalam kegiatan
organisasi maupun kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Masing-masing subjek
lebih memilih untuk berkumpul dengan teman-teman sesama Papua, berdiam diri di kost
ataupun kontarakan serta mengikuti organisasi anak-anak Papua yang ada di Malang ataupun
kegiatan yang bersifat religius seperti persekutuan di Kampus dan Gereja. Berdasarkan data yang
didapat peneliti, ditemukan kembali dampak dari prasangka yang juga dialami oleh masing-
masing subjek yaitu terbentuknya jarak sosial (social distance) antara mahasiswa Papua dengan
masyarakat etnis Jawa. Menurut Mendatu (2007) jarak sosial adalah suatu jarak psikologis yang
terdapat diantara dua orang atau lebih yang berpengaruh terhadap keinginan untuk melakukan
kontak sosial yang akrab. Semakin besar prasangka yang timbul maka semakin besar jarak sosial
yang terjadi.

Upaya yang dilakukan dari dampak kedua etnis ini


Berkait hal tersebut, agar tidak terjadi gejolak, huru-hara, dan konflik sosial dalam masyarakat
multikultural di Indonesia direkomendasikan, kepada Direktorat Perlindungan Sosial Korban
Bencana Sosial (PSKBS), Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian
Sosialsebagai berikut ;
Pertama, perlu program peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana
sosial melalui peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat untuk mengelola keserasian
sosial (pembauran sosial) bekerjasama dengan pihak terkait sehingga dapat menumbuhkan dan
mengembangkan dialog sosial antaretnis.
Kedua, perlu penyelenggaraan kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan manajemen
keserasian sosial sehingga masyarakat memilki kapasitas mengelola keserasian sosial dalam
rangka mencegah dan mengeliminer konflik sosial.
Ketiga, perlu dibentuk forum komunikasi antaretnis di setiap desa atau kelurahan untuk
mengakomodir berbagai kepentingan dan menanamkan nilai keberagaman yang inklusif
antaretnis sehingga diharapkan terwujud ketahanan sosial keluarga dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai