Nama Mahasiswa :
Tanggal Lahir :
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4312 / HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : 81 / Majene
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Majene, 28 Desember 2021
NAMA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. A. Berdasarkan contoh kasus tersebut bahwa Warga negara sebagai konsumen yaitu
adanya hak warga negara dalam mendapat informasi tentang covid 19, adanya
penyediaan kebutuhan antisipasi covid 19 dan bahan pokok warga negara yang
dilakukan oleh pemerintah. Contoh kasus ini berdasarkan pendapat ahli hukum yaitu
Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, hukum konsumen adalah : keseluruhan
asas- asas dan kaidah – kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan
penggunaan produk barang dan/atau jasa, antara penyedia dan penggunaannya, dalam
kehidupan bermasyarakat.
B. Contoh kasus yang memiliki aspek-aspek yang terkait dengan pengertian hukum
perlindungan konsumen yaitu pemerintah melakukan melakukan sosialisai tentang
gejala, tanda dan cara mencegah penularan serta kebiasaan cuci tangan atau pola
hidup bersih dan sehat yang harus dilakukan. Di samping penyuluhan pemerintah wajib
menyediakan kebutuhan antisipasi Covid 19 seperti masker, hand sanitizer, dan bahan
pokok dengan harga yang terjangkau, serta bersama dunia usaha mendorong
kelancaran distribusi dan mendorong transaksi daring untuk sembako dengan tetap
melibatkan pedagang kecil sebagai distribusi bukan hanya ritel modern agar ekonomi
rakyat juga tetap berjalan. Dan apabila terjadi eskalasi penularan virus yang
eksponensial maka disarankan pemerintah jangan ragu – ragu melakukan lockdown
sebagai opsi terakhir karena keselamatan dan keamanan “warga negara sebagai
konsumen” harus menjadi prioritas.
Contoh kasus tersebut memiliki keterkaitan dengan Hukum perlindungan konsumen
yaitu keseluruhan asas –asas dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen
dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara
penyedia dan penggunaanya daam bermasyarakat.
C. Perlindungan konsumen adalah sebuah topik yang sangat penting bagi masyarakat,
yang notabene tidak pernah lepas dari kegiatan konsumsi. Mewujudkan perlindungan
konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain
memiliki keterkaitan dan ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan pemerintah.
Menurut saya apa yang telah dilakukan oleh pemerintah terhadap contoh kasus tersebut
sudah tepat, pemerintah telah melakukan upaya yang begitu keras dalam melindungi
warga negara terhadap covid 19, bahkan pemerintah tidak ragu – ragu melakukan
lockdown sebagai opsi terakhir karena keselamatan dan keamanan warga negara
sebagai konsumen.
2. A. Berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, maka setiap perjanjian haruslah tunduk pada
asas itikad baik (bonafide/good faith) dalam pelaksanaannya, karena sifatnya yang
mengikat sebagaimana sebuah undang-undang. Namun ada pengecualian dari
ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata ini. Pengecualian tersebut ditemukan dalam
ketentuan yang mengatur tentang keadaan memaksa (overmacht) yaitu dalam Pasal
1244 dan Pasal 1245 KUH Perdata. Sistem hukum KUH Perdata tidak mengintrodusir
prinsip rebus sic stantibus dalam ranah hukum perjanjian namun lebih mengedepankan
aspek overmacht. Sekitar Bulan Desember Tahun 2019, kasus covid-19 pertama kali
dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui
pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Corona Virus
Disease-19 (COVID-19) di Indonesia berdampak buruk bagi perekonomian negara,
perbankan, sampai keberlangsungan hidup Masyarakat.
Oleh karena semakin luasnya covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia termasuk
Indonesia dan berdampak kepada semua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang
ekonomi. Maka Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercylical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (selanjutnya disebut
POJK No. 11/2020). Tetapi, Perlu pula dicatat bahwa kebijakan
restrukturisasi/keringanan kredit/pembiayaan diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan
yang diambil oleh pihak Bank. Dalam hal ini, Bank yang akan melakukan
penanganan melalui kebijakan yang memuat kriteria debitur dan sektor yang terkena
dampak Covid-19 untuk kemudian berhak mendapatkan kebijakan
restrukturisasi.keringanan kredit tersebut.
B. Ekonomi dapat berjalan apabila ada transaksi antara konsumen dengan pelaku usaha,
oleh karena itu penting untuk menjaga kepercayaan bertransaksi (confidence to
transact) antara keduanya. Peran utama Pemerintah sebagai regulator adalah untuk
menjamin adanya kepercayaan dalam bertransaksi antara konsumen dengan pelaku
usaha melalui kebijakan yang dikeluarkannya. Kepercayaan bertransaksi di
masa pandemi COVID-19 sangat bergantung kepada respon pemerintah sebagai
regulator. Respon pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 sangat beragam
namun bertumpu pada upaya pembatasan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi.
Kebijakan PSBB yang diambil pemerintah ini sangat berpengaruh terhadap proses
pelaksanaan transaksi jual beli barang dan jasa di pasar. Dampak nyata dilapangan
meliputi: 1)Keterbatasan pergerakan orang, barang dan jasa; berkurangnya ketersedia-
an pasar untuk melakukan transaksi dan ketersediaan barang dan jasa; 2)Terjadinya
perpindahan transaksi tatap muka menjadi transaksi online dan, 3)Turunnya daya beli
karena berkurangnya pendapatan masyarakat karena tidak bisa mencari
nafkah. "Kondisi ini mengakibatkan disrupsi terhadap perlindungan konsumen yang jelas
memerlukan kebijakan tambahan karena kebijakan yang ada sebelum masa pandemi
COVID-19 jelas sekali tidak akan bisa mencakup kondisi luar biasa yang timbul", jelas
Arief Safari, Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi BPKN yang tampil sebagai
salah satu nara sumber.
Beragam insiden perlindungan konsumen diberbagai sektor yang terjadi menjadi catatan
BPKN di pandemi COVID-19, diantaranya yaitu pangan, kesehatan, e-commerce, listrik,
telekomunikasi, dan masih banyak yang lainnya sehingga perlu upaya pencegahan dan
juga pemulihan atas insiden yang terjadi. Diskusi yang diselenggarakan oleh BPKN yang
bekerjasama dengan AACIM (Asian Association for Consumer Interests and
Marketing), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA IPB), Universitas Airlangga (UNAIR),
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas
(STIE PERBANAS), menyelenggarakan Webinar via Zoom dan Facebook BPKN LIVE
STREAMING (https://bit.ly/2Wu9Xu5) Perlindungan Konsumen Di Masa
Pandemi COVID-19 bertujuan mencari solusi atau pandangan dari beberapa pakar dan
guna besama-sama mencari solusi terkait perlindungan kepada konsumen di
pandemi COVID-19.
C. Masalah dalam layanan jasa kesehatan yaitu Terjadi kelangkaan terhadap produk-
produk sanitasi, obat-obatan, dan alat perlindungan diri (APD) bagi petugas medis yang
berguna untuk mencegah infeksi virus corona. Barang-barang ini bila tersedia,
khususnya di situs-situs jual beli online, harganya naik tidak wajar dan tidak jelas
mutunya. Selain itu Akses pasien kepada pelayanan rumah sakit juga berkurang karena
prioritas penanganan pasien COVID-19
B. BPKN merupakan lembaga yang memiliki tanggung jawab penuh kepada presiden, yang
memiliki kedudukan kuat dalam mengembangkan upaya perlindungan konsumen.
Karena bagian dari kelengkapan dalam sistem perlindungan konsumen yang
dikembangkan dalam UUPK, maka kewenangan BPKN tidak dapat diintervensi oleh
pelaku usaha dalam melaksanakan tugasnya memberikan perlindungan kepada
konsumen.
Fungsi dari BPKN yaitu untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah
untuk mengembangkan upaya Perlindungan Konsumen.
C BPKN ditegaskan tidak dapat membantu konsumen yang haknya di langgar dikarenakan
kewenangan BPKN hanya sebatas memberikan saran dan rekomendasi kepada
pemerintah dalam rangka penyusunan kebijakan dlm perlindungan konsumen serta
melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang undangan yang
berlaku di bidang konsumen. Maka dari itu BPKN tidak dapat mengambil langkah
kongkret untuk menindaki pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha yang berakibat
merugikan konsumen
1 A. Kendala atau kelemahan yang menyebabkan BPSK tidak dapat berjalan dengan optimal
yaitu :
Kendala pada kelembagaan
Kendala pada bagian pendanaan
Kendala pada bagian sumber daya manusia BPSK
Kendala peraturan
Kendala pembunaan dan pengawasan, serta minimnya koordinasi antar aparat
penanggung jawab
Kurangnya sosialisasi dan rendahnya kesadaran hukum konsumen
Kurangnya respon dan pemahaman daru badan peradilan terhadap kebijakan
perlindungan konsumen
Kurangnya respon masyarakat terhadap UU Perlindungan Konsumen dan Lembaga
BPSK
C BPSK tidak memiliki hak untuk mencabut izin usaha dari pelaku usaha yang dengan
sengaja menjual informasi sensitif nasabahnya. BPSK memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut :
melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen
memberikan kontribusi perlindungan konsumen
melakukan pengawasan
melaporkan kepada penyidik umum terkait pelanggaran ketentuan UU No 8 tahun
1999
menerima pengaduan bauk tertulis maupun tidak dari konsumen terkait pelanggaran
perlindungan konsumen
melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa, dsb
Pihak yang memiliki wewenang dalam mencabut izin usaha pelaku usaha yang
sengaja menjual informasi sensitif nasabahnya ialah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dengan wewenang.
pengaturan dan pengawasan kelembagaan bank yang meliputi perizinan untuk
pendirian bank dan kegiatan usaha bank
menetapkan sanmsi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
memberikan dan mencabut izin usaha, dsb