Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : MEGA YUNITA MARTA ANGGRAINI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030994243

Tanggal Lahir : 25 JUNI 1993

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4333/ADMINISTRASI KEUANGAN

Kode/Nama Program Studi : 50/ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 15/Pangkalpinang

Hari/Tanggal UAS THE : SABTU, 18 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa

Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Mega Yunita Marta Anggraini


NIM : 030994243
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4333/ADMINISTRASI KEUANGAN
Fakultas : FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIALDAN ILMU POLITIK
Program Studi : 50/ ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : Pangkalpinang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Pangkalpinang, 18 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Mega Yunita Marta Anggraini


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1a. Respon kebijakan keuangan negara dan fiskal dibutuhkan untuk menghadapi risiko
pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), antara lain berupa peningkatan belanja
untuk mitigasi risiko kesehatan, melindungi masyarakat, dan menjaga aktivitas usaha.
Tekanan pada sektor keuangan akan mempengaruhi APBN Tahun Anggaran 2O2O, terutama
sisi Pembiayaan.

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 2022,


besaran belanja wajib (mandatory spending) yang terdapat dalam berbagai undang-undang
dapat disesuaikan oleh Pemerintah, antara lain:
a. Anggaran kesehatan sebesar soh (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja
negara di luar gaji, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang
Kesehatan;
b. Anggaran untuk desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebesar 10% (sepuluh persen) dari dan di luar dana Transfer Daerah, yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2Ol4 tentang Desa; dan
c. Besaran Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Dalam Negeri Bersih sebagaimana
diatur dalam UndangUndang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Penyesuaian besaran belanja wajib
(mandatory spending) sebagaimana dimaksud dalam pasal ini tidak dilakukan terhadap
pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 2Ooh (dua puluh persen) dalam tahun berjalan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Terhadap daerah yang dilanda maupun yang belum dilanda pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-l9) dapat menggunakan sebagian atau seluruh belanja infrastruktur
sebesar 25%o (dua puluh lima persen) dari Dana Transfer Umum (DTU) untuk penanganan
pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), baik untuk sektor kesehatan maupun
untuk jaring pengaman sosial (social safety net) dalam bentuk penyediaan logistik beserta
pendistribusiannya dan/atau belanja lain yang bersifat mendesak yang ditetapkan Pemerintah.

a. Menetapkan batasan defisit anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut:


1. melampaui 3% (tiga persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB) selama masa penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau untuk menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan paling lama
sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2022;
2. sejak Tahun Anggaran 2023 besaran defisit akan kembali menjadi paling tinggi sebesar 3%
(tiga persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB); dan
3. penyesuaian besaran defisit sebagaimana dimaksud pada angka 1 menjadi sebagaimana
dimaksud pada angka 2 dilakukan secara bertahap.
b. melakukan penyesuaian besaran belanja wajib (mandatory spending) sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan terkait;
c. melakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarfungsi, dan/atau antarprogram;
d. melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), yang anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut
belumtersedia atau tidak cukup tersedia, serta menentukan proses dan metode pengadaan
barang /jasa;
e. menggunakan anggaran yang bersumber dari:
1. Sisa Anggaran Lebih (SAL);
2. dana abadi dan akumulasi dana abadi pendidikan;
3. dana yang dikuasai negara dengan kriteria tertentu;
4. dana yang dikelola oleh Bad an Layanan Umum; dan/atau
5. dana yang berasal dari pengurangan Penyertaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN);
f. menerbitkan Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negara dengan tujuan
tertentu khususnya dalam rangka pandemi Corona Virus Disease 2OI9 (COVID-l9) untuk
dapat dibeli oleh Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), investor korporasi,
danf atau investor ritel;
g. menetapkan sumber-sumber pembiayaan Anggaran yang berasal dari dalarn danf atau luar
negeri;
h. memberikan pinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanan;
i. melakukan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk kegiatan tertentu
(refoansing),
penyesuaian aiokasi, dan/atau pemotongan/penundaan penyaluran anggaran Transfer ke
Daerah dan Dana Desa, dengan kriteria tertentu;
j. memberikan hibah kepada Pemerintah Daerah; dan/atau
k. melakukan penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen di bidang keuangan
negara.

1b. Sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor l38/PUU-VII I 2OO9, kondisi pandemi
Covid-19 telah memenuhi parameter sebagai kegentingan yang memaksa dalam rangka
penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang antara lain:
a. karena adanya kebutuhan mendesak untuk menyeiesaikan masalah hukum secara cepat
berdasarkan Undang-Undang;
b. Undang-Undang yang dibutuhkan belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum atau
tidak memadainya Undang-Undang yang saat ini ada; dan
c. kondisi kekosongan hukum yang tidak dapat diatasi dengan cara membuat Undang-Undang
secara prosedur biasa yang memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang
mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam kegentingan yang memaksa, sesuai dengan
ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Presiden berwenang menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

1c. Pemerintah Indonesia telah serius dalam menangani permasalahan perekonomien sebagai
akibat dari pandemi Covid-19. Pemerintah merancang berbagai kebijakan fiskal untuk
mendukung keberlangsungan perekonomian Indonesia. Salah satunya dengan melancarkan
refocusing anggaran demi memprioritaskan segala pengeluaran yang berkaitan dengan
pandemi Covid-19. Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada pemilik badan usaha
agar tetapmempertahankan dan mengembangkan usahanya ditengah pandemi, salah satu
caranya adalah pengurangan beban pajak secara bertahap. Pemerintah pun menunjukkan
keberpihakannya kepada sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan pemberian
insentif lewat beberapa Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Tak hanya itu, masyarakat
yang perekonomiannya terdampak pandemi juga diberikan beberapa insentif pajak dan
bantuan sosial. Kendati demikian, dalam pelaksanaannya pemerintah masih perlu
mengevaluasi kembali efektivitas kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan. mengingat
terjadinya penurunan yg signifikan pada grafik pertumbuhan produk domestik bruto, serta
terjadinya peningkatan pada pembiayaan anggaran baik itu pembiayaan utang, pembiayaan
investasi dan pembiayaan lainnya.
2a. Program pemulihan ekonomi nasional (PEN) merupakan upaya pemerintah agar
perekonomian nasional dan daerah dapat segera pulih dari resesi yang disebabkan oleh
dampak pandemi Covid-19. Strategi kebijakan PEN adalah melakukan penyelamatan
kesehatan dan perekonomian nasional. Langkah kebijakan penanganan dan pemulihan
ekonomi ini diarahkan baik dari sisi dari sisi permintaan, dengan fokus pada upaya menjaga
konsumsi, mendorong investasi dan mendukung ekspor impor, serta penawaran dengan fokus
menjaga dunia usaha tetap beroperasi atau berjalan, termasuk di antaranya kelompok usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Dampak pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional di sektor insentif usaha terhadap
perekonomian jangka pendek yaitu memulihkan ekonomi Indonesia dengan melindungi
masyarakat miskin dan rentan miskin serta mendukung dunia usaha agak tidak semakin
terpuruk. dan jika dilaksanakan terus menerus program pemulihan ekonomi nasional ini
dirasa mampu mengurangi jumlah rakyat miskin dan rentan miskin, serta mampu membantu
perputaran ekonomi menjadi lebih baik. Jadi dapat disimpulkan selama program PEN
dijalankan, pemerintah telah mengatur alokasi anggaran sesuai dengan dinamika kondisi
pandemi, mengurangi bantuan untuk UMKM dan mengalihkannya untuk penguatan ekonomi.

2b. Program PEN telah dijalankan pemerintah sejak tahun 2020 atau awal dimulainya masa
pandemi. Menteri Keuangan Sri Mulyani melalui Bisnis.com menyatakan jika tahun 2022
program PEN tetap berjalan namun dengan penyesuaian. Dijelaskan juga jika terdapat
beberapa perbedaan Program PEN dari tahun 2020, 2021, dan 2022.
Pada 2020, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp695,2 triliun dan telah terealisasi
sebesar Rp575,85 triliun atau 85,82% dari target. Dengan dana tersebut, ada 5 program PEN
yang dilakukan yakni penanganan kesehatan, perlindungan sosial, program prioritas,
dukungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau korporasi, serta insentif usaha.
Dari kelima program tersebut, sektor perlindungan sosial dan dukungan UMKM
membutuhkan anggaran terbanyak masing-masing Rp216,59 triliun dan Rp172,99 triliun).
Berlanjut di tahun 2021, kebijakan anggaran dilakukan lebih fleksibel untuk menyesuaikan
dinamika pandemi yang berubah cepat. Untuk anggaran sendiri, data sementara menyebutkan
dari total anggaran Rp744,7 triliun pemerintah baru merealisasikan 88,4% atau Rp658,6
triliun.
Perbedaan besar program PEN 2021 terlihat di sektor kesehatan. Program vaksinasi mulai
dijalankan sehingga alokasi anggaran jauh lebih tinggi dibanding 2020 menjadi Rp215 triliun
dari sebelumnya hanya Rp62,6 triliun.
Di tahun 2021, pemerintah juga melakukan beberapa evaluasi diantaranya memutuskan Re-
alokasi Perlinsos untuk Program Top-Up Kartu Sembako dan BLT Desa dalam rangka
Pengentasan Kemiskinan Ekstrem 2021.
Kini di tahun 2022, pemerintah menurunkan anggaran program PEN menjadi Rp455,6 triliun.
Pemerintah juga mengurangi jumlah program PEN menjadi 3 saja yakni perlindungan sosial,
penanganan kesehatan, dan penguatan ekonomi. Dari ketiganya, sektor penguatan ekonomi
diberikan anggaran terbesar senilai Rp178,3 triliun.
Tahun ini, program PEN lebih diarahkan untuk mendukung pemulihan dan penyerapan
tenaga kerja, demi mengurangi dampak scarring effect (luka mendalam akibat pandemi pada
masyarakat) dan menciptakan pemulihan ekonomi yang inklusif.

3. Menurut Ivar Kolstad dan Odd-Helge Fjeldstad (2006), desentralisasi fiskal memiliki
manfaat, untuk menyesuaikan antara kebutuhan masyarakat dengan alokasi belanja
pemerintah daerah, terjadi efisiensi melalui kompetisi dan peningkatan kemampuan
keuangan. Kekurangannya, desentralisasi boleh jadi tidak efisien dari pengambilan kebijakan
dan penggunaan sumber daya, jika ada ekternalitas positif dan negatif di antara daerah.
Penguatan kualitas belanja daerah dilakukan dengan (i)Pengelolaan Transfer Ke Daerah
(TKD) berbasis kinerja, yaitu penyaluran TKD dilakukan berdasarkan kinerja penyerapan
dana dan capaian output atas penggunaan dana pada periode waktu sebelumnya. (ii)TKD
diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik serta
(iii)Pengendalian disiplin belanja daerah, belanja daerah benar-benar dilaksanakan sesuai
dengan rencana kegiatan dan alokasi anggaran. berdasarkan tabel realisasi anggaran
pemerintah kota x, realisasi yang dilaksanakan sudah dianggap efektiv melihat realisasi
anggaran mencapai 97,2% dari anggaran transfer ke daerah. sementara itu, realisasi lain juga
mencapai rata2 keseluruhan 96,74%. Dengan mengalokasikan sumberdaya secara lebih
efektif dan efisien agar perekonomian nasional dan perekonomian daerah bersama-sama
bergerak untuk menciptakan kesinambungan fiskal, kondisi iklim investasi yang baik,
peningkatan layanan publik dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

4a. Baik SPKN 2007 maupun 2017 diawali dengan kata sambutan dan daftar isi pada
awalnya, kemudian diikuti dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tentang
standarpemeriksaan keuangan negara yang mengikatnya. Peraturan untuk SPKN 2007 adalah
Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007, dan Peraturan BPK RI Nomor 1 tahun 2017 untuk
SPKN 2017.

SPKN 2007 memiliki delapan lampiran, sedangkan hanya terdapat empat lampiran yang
tercantum di dalam SPKN 2017. Rincian detail lampiran SPKN 2007 adalah sebagai berikut:

● Lampiran I : Pendahuluan Standar Pemeriksaan


● Lampiran II : Pernyataan Standar Pemeriksaan 01 (Standar Umum)
● Lampiran III : Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 (Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan)
● Lampiran IV: Pernyataan Standar Pemeriksaan 03 (Standar Pelaporan
PemeriksaanKeuangan)
● Lampiran V : Pernyataan Standar Pemeriksaan 04 (Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Kinerja)
● Lampiran VI : Pernyataan Standar Pemeriksaan 05 (Standar Pelaporan Pemeriksaan
Kinerja)
● Lampiran VII : Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 (Standar Pelaksaan Pemeriksaan
denganTujuan Tertentu)
● Lampiran VIII : Pernyataan Standar Pemeriksaan 07 (Standar Pelaporan Pemeriksaan
denganTujuan Tertentu)

Untuk SPKN 2017, memiliki lampiran, seperti:


● Lampiran I : Kerangka Konseptual Pemeriksaan
● Lampiran II : PSP 100 - Standar Umum
● Lampiran III : PSP 200 - Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
● Lampiran IV : PSP 300 - Standar Pelaporan Pemeriksaan
SPKN 2017 melakukan simplifikasi terhadap lampiran-lampirannya, yang sebelumnya pada
SPKN 2007 terjadi pemisahaan standar pelaksanaan dan standar pelaporan untuk
pemeriksaan keuangan, kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN 2017 tidak
melakukan pemisahaan secara langsung terkait hal tersebut.

4b. Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai
tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan
kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar
pemeriksaan internasional saat ini mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan
detail (rule-based standards) ke pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).
Perkembangan pada tingkat organisasi badan pemeriksa sedunia, INTOSAl telah menerbitkan
International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) untuk menjadi referensi
pengembangan standar bagi anggota INTOSAl. Khusus untuk pemeriksaan keuangan,
INTOSAl mengadopsi keseluruhan International Standards on Auditing (ISA) yang
diterbitkan ole International Federation of Accountants (IFAC).
Siring dengan perkembangan standar internasional tersebut, Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) Tahun 2001 yang diberlakukan dalam SPKN 2007, juga mengalami
perubahan dengan mengadopsi ISA.
Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil menyelesaikan
penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan BPK Nomor 1
Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini, SPKN mengikat BPK maupun pihak
lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Dengan SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas.
Hasil pemeriksaan yang berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara
yang lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis efisien. dan efektif. Dengan demikian akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai