Anda di halaman 1dari 16

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : QOYYIMATUL FUADAH

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041701779

Tanggal Lahir : 20 Maret 1999

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4367/ HUBUNGAN INDUSTRIAL

Kode/Nama Program Studi : MANAJEMEN-S1

Kode/Nama UPBJJ : SEMARANG

Hari/Tanggal UAS THE : RABU/ 16 DESEMBER 2020

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama Mahasiswa : QOYYIMATUL FUADAH

NIM : 041701779

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4367/ HUBUNGAN INDUSTRIAL

Fakultas : EKONOMI

Program Studi : MANAJEMEN-S1

UPBJJ-UT : SEMARANG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE
melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan
peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Rembang, 16 Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

Qoyyimatul fuadah
DAMPAK VIRUS CORONA TERHADAP INDUSTRI DI
INDONESIA
Disusun guna memenuhi mata kuliah hungan industrial

Pengampu : Retno Heru Mulyani, S.E., M.M

TUGAS MAKALAH

OLEH :

QOYYIMATUL FUADAH

041701779

S1 MANAJEMEN

PROGRAM STUDI STRATA SATU MANAJEMEN

UNIVERSITAS TERBUKA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tahun 2020 ini umat manusia diseluruh penjuru dunia digoncang dengan adanya
pendemi Virus Corona (Covid-19) yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan
menimbulkan banyak kepanikan. Ratusan bahkan ribuan manusia terinfeksi dan sudah
banyak yang meninggal dunia akibat Virus ini. Dalam hal ini pemerintah tidak tinggal diam,
mulai dari memberikan banyak himbauan-himbauan dan bantuan kepada masyarakat dalam
mengatasi wabah Corona-19 ini agar berjalan efektif dan efisien. Pemerintah Indonesia
menerapkan sistem dirumah aja yakni masyarakat Indonesia diharuskan untuk diam dan
bekerja dirumah masing-masing. Dan dengan adanya aturan ini membuat para pekerja dan
buruh pabrik terpaksa diam dirumah,dikurangi gajinya, dan beberapa perusahaan
melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) padahal masih produktif untuk bekerja.
Sehingga dampak Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, perekonomian, tetapi
juga pada Tenaga Kerja.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dampak Corona Terhadap Finansial Khususnya Investasi?
2. Bagaimana dampak covid-19 terhadap masyarakat di Indonesia?
3. Bagaimana upaya agar pemutusan Hubungan Kerja tidak terjadi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dampak dari Covid-19 terhadap finansial khususnya investasi
2. Untuk mengetaui dampak Covid-19 terhadap masyarakat Di Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya agar Pemutusan Hubungan kerja tidak terjadi
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Sektor Industri yang Terkena Dampak dari Corona


Menurut riset dari Moody’s industri yang paling terkena dampaknya terbagi
menjadi 3 bagian. Bagian pertama yang paling terkena dampak cukup tinggi yaitu
industri seperti garment, otomotif, supplier otomotif, konsumer, pariwisata, maskapai
penerbangan, hingga pengiriman.
Pada bagian kedua yang terkena dampak secara moderat adalah industri minuman,
kimia, manufaktur, media, logam dan tambang, minyak dan gas, properti, agrikultur
hingga perusahaan teknologi hardware.
Pada bagian ketiga yang terkena dampak agak minim adalah industri-industri seperti
konstruksi, pertahanan, peralatan, transportasi, farmasi, pengemasan, ritel makanan
hingga telekomunikasi.
1. Dampak corona terhadap industri
Industri adalah salah satu penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia di tahun lalu. Kontribusi yang diberikan dari industri ini pada PDB 2019
tercatat 19,62%. Kontribusi tersebut jauh di atas Perdagangan, Pertanian, Konstruksi
hingga Pertambangan.
Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama Februari 2020
nilai impor dari semua golongan barang turun dibanding Januari 2020. Mulai dari
impor bahan konsumsi yang menurun 39,91%, lalu impor bahan baku/penolong turun
15,89% hingga barang modal turun 18,03%. Hal tersebut juga membuktikan bahwa
penurunan impor bahan baku tersebut dalam negeri tengah lesu.
Penurunan ini juga memang akan muncul dikarenakan memang adanya pembatasan
terhadap segala bentuk aktivitas di luar rumah demi mencegah penyebaran COVID-
19 yang akhirnya berdampak pada aktivitas ekonomi serta membuat perputaran uang
semakin melambat. Tetapi, pemerintah memberikan keyakinan bahwa walaupun
virus ini merebak, segala bentuk kebutuhan harian seperti sembako tetap terjaga.
2. Dampak Covid-19 Terhadap Finansial Khususnya Investasi
Selaku regulator yang mengawasi lembaga keuangan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) juga menyebutkan bahwa munculnya virus ini tentu berdampak kepada kinerja
pada setiap lembaga jasa keuangan, tak terkecuali juga pada industri non-bank yang
termasuk asuransi di dalamnya.
Seperti yang diketahui bahwa virus ini membuat banyak investor asing
maupun domestik mulai mencari sebuah aset yang aman dan keluar dari pasar modal
negara berkembang. Sesuai dari data pasar modal Indonesia sepanjang merebaknya
COVID-19 para investor asing mencatat nett sell atau jual bersih sebesar Rp2,7
triliun. Ini juga langsung berdampak pada investasi di berbagai bidang seperti
manufaktur, perhotelan, consumer goods, hingga komoditas perkebunan yang
menjadi korban utama dari COVID-19.
Jadi, apa yang harus dilakukan untuk mengelola keuangan dengan lebih baik
saat ini? Pilih instrumen pengembangan dana yang prosesnya mudah, aman serta
tetap memberikan kelebihan.
Peer-to-Peer (P2P) Lending bisa jadi solusinya, di sini proses melakukan
pengembangan dana sangat mudah karena segala prosesnya bisa dilakukan secara
online tanpa harus bertatap muka, ditengah munculnya wabah ini kamu dapat
meminimalisir kontak dengan orang lain sehingga P2P Lending ini bisa menjadi
solusinya. Selain itu, instrumen ini juga relatif lebih aman karena kamu dapat
menyesuaikannya sesuai dengan preferensi pilihanmu.
kelebihan melakukan pengembangan dana di sini juga cukup menjanjikan,
mulai dari 15% hingga 21% per tahun. Jadi, bagaimana lumayan bukan?
Karena itu untuk menjaga keuanganmu tetap berjalan baik, pastikan untuk mengelola
terus keuangan pribadimu agar dana yang kamu miliki tetap dapat dioptimalkan
dengan baik. Walaupun munculnya wabah COVID-19 yang serba mempersulit semua
keadaan, kamu tetap dapat membuat keuanganmu berjalan dengan lancar terkendali.
B. DAMPAK COVID-19 TERHADAP MASYARAKAT DI INDONESIA
Menurut presiden Indonesia Joko Widodo, menjaga jarak itu penting sekali,
sehingga diharapkan dapat menyelesaikan yang berkaitan dengan Virus Korona
(Covid-19). Pada kesempatan itu, Jokowi mengingatkan kembali bahwa saat ini
berada pada situasi yang berbeda dan tidak seperti biasanya. Oleh sebab itu, Jokowi
menyampaikan bahwa yang paling penting saat ini adalah para Menteri harus berani
meng-hold atau menahan anggaran-anggaran dari program-program yang ada
sehingga dapat diarahkan sebesar-besarnya untuk menolong masyarakat, rakyat,
buruh, petani, nelayan, pekerja, usaha mikro, dan usaha kecil.
Sementara itu Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apindo), Sutrisno Iwantono, mengakui bahwa imbauan dari Presiden Jokowi untuk
tidak melakukan PHK agak sedikit sulit untuk diterapkan. Apalagi jika perusahaan
mengalami kerugian, PHK menjadi hal yang paling mungkin untuk dilakukan oleh
pelaku usaha untuk menekan keuangan perusahaan.
Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi juga
mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona. Pembatasan aktivitas
masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada
perekonomian. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus ini menyebut bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen.
Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan
sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu. Kinerja ekonomi yang
melemah ini turut pula berdampak pada situasi ketenagakerjaan di Indonesia.
SMERU Research Institute, lembaga independen yang melakukan penelitian
dan kajian publik, pada Agustus 2020 merilis catatan kebijakan mereka yang berjudul
"Mengantisipasi Potensi Dampak Krisis Akibat Pandemi COVID-19 terhadap Sektor
Ketenagakerjaan". Dalam catatan itu, tim riset SMERU menggarisbawahi
setidaknya ada dua implikasi krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada sektor
ketenagakerjaan. Pertama, peningkatan jumlah pengangguran, dan kedua, perubahan
lanskap pasar tenaga kerja pasca-krisis, Pengangguran meningkat Terhambatnya
aktivitas perekonomian secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi
untuk menekan kerugian, Akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan
diberhentikan (PHK). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker)
per 7 April 2020, akibat pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di
sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya.
Total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini. Rinciannya, 873.090
pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan, sedangkan 137.489 pekerja di-PHK dari
22.753 perusahaan. Sementara itu, jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak di
sektor informal adalah sebanyak 34.453 perusahaan dan 189.452 orang pekerja.
Namun, dalam catatan kebijakannya, tim riset SMERU menyebut bahwa angka ini
belum menggambarkan tingkat pengangguran secara keseluruhan karena belum
memasukkan pengangguran dari sektor informal dan angkatan kerja baru yang masih
menganggur. Tim riset SMERU kemudian melakukan simulasi penghitungan
peningkatan pengangguran secara total dan menghitung jumlah pengurangan
penyerapan tenaga kerja dari masing-masing sektor usaha akibat terjadinya kontraksi
ekonomi sampai akhir Maret 2020. Mengutip catatan kebijakan SMERU, hasil
simulasi menunjukkan bahwa TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) meningkat dari
4,99 persen pada Februari 2020 (data BPS) menjadi sekitar 6,17 persen–6,65 persen
pada Maret 2020. Persentase ini setara dengan peningkatan jumlah pengurangan
penyerapan tenaga kerja yang mencapai sekitar 1,6 juta hingga 2,3 juta orang. Dilihat
dari sebaran sektornya, perdagangan adalah sektor yang paling banyak mengalami
pengurangan penyerapan tenaga kerja. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
penyerapan tenaga kerja di sektor ini berkurang sekitar 677.100–953.200 orang.
Namun, jika dilihat dari proporsinya, konstruksi adalah sektor yang paling banyak
mengurangi penyerapan tenaga kerja dengan proporsi sebesar 3,2 persen–4,5 persen
dari jumlah pekerja di sektor tersebut pada Februari 2020. Meski demikian, ada
sektor-sektor yang diperkirakan masih menyerap tenaga kerja, seperti jasa
pendidikan, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa
keuangan dan asuransi. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada kuartal I 2020,
produk domestik bruto (PDB) sektor ini mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan periode yang sama pada 2019.

C. UPAYA AGAR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TIDAK TERJADI

Meski pemerintah sudah memberikan stimulus ekonomi untuk membantu


industri yang terdampak dari penyebaran virus Corona ini, Hal tersebut tidak bisa
membantu pelaku usaha untuk tidak melakukan PHK. Apalagi, lanjutnya, dampak
stimulus ekonomi tersebut tidak bisa dirasakan langsung oleh industriUntuk
menghindari PHK, pengusaha dapat melakukan perubahan besaran maupun cara
pembayaran upah pekerja/buruh yang dirumahkan sementara akibat wabah COVID-
19, berdasarkan kesepakatan para pihak. Selain itu, pekerja/buruh yang diduga atau
positif terjangkit COVID-19 juga berhak atas upah.

Dengan demikian, PHK memang tidak dianjurkan untuk dilakukan. Ada


upaya alternatif untuk tetap mempekerjakan pekerja/buruh dan mempertahankan
kelangsungan kegiatan usaha sebagaimana diterangkan di atas.

Ketentuan Ganti Rugi bagi Pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(“PKWT”)

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa perjanjian kerja berakhir apabila terjadi


kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Pekerja/buruh meninggal dunia;


2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. Selesainya suatu pekerjaan tertentu;

Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga penyelesaian perselisihan


hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.

Dikarenakan dalam hal ini pengusaha mengakhiri hubungan kerja sebelum


berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam PKWT dan berakhirnya hubungan
kerja bukan karena ketentuan di atas, maka pengusaha selaku pihak yang
mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya,
yaitu pekerja, sebesar upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja.

Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, pekerja PKWT berhak


mendapatkan ganti kerugian ketika terjadi PHK secara sepihak di tengah masa
kontraknya.Berdasarkan keterangan, sisa masa PKWT-nya adalah tiga bulan.
Sehingga, jika terjadi PHK, Anda berhak atas ganti kerugian sejumlah tiga bulan
upah yang seharusnya Anda terima di sisa masa kontrak tersebut, namun tidak
berhak atas pesangon.

Ketentuan Pesangon bagi Pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak


Tertentu (“PKWTT”)

Sedangkan untuk pekerja dengan PKWTT yang di-PHK, pengusaha diwajibkan


membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja (“UPMK”) dan
uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Industri adalah salah satu penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia di tahun lalu. Kontribusi yang diberikan dari industri ini pada PDB
2019 tercatat 19,62%. Kontribusi tersebut jauh di atas Perdagangan, Pertanian,
Konstruksi hingga Pertambangan.
Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama Februari 2020
nilai impor dari semua golongan barang turun dibanding Januari 2020. Mulai dari
impor bahan konsumsi yang menurun 39,91%, lalu impor bahan baku/penolong turun
15,89% hingga barang modal turun 18,03%. Hal tersebut juga membuktikan bahwa
penurunan impor bahan baku tersebut dalam negeri tengah lesu.
Penurunan ini juga memang akan muncul dikarenakan memang adanya pembatasan
terhadap segala bentuk aktivitas di luar rumah demi mencegah penyebaran COVID-
19 yang akhirnya berdampak pada aktivitas ekonomi serta membuat perputaran uang
semakin melambat. Tetapi, pemerintah memberikan keyakinan bahwa walaupun
virus ini merebak, segala bentuk kebutuhan harian seperti sembako tetap terjaga.
B. SARAN
COVID-19 saat ini merupakan krisis yang sangat berat namun ada optimisme
baik dari sektor pemerintah maupun pelaku industri untuk dapat melewati krisis ini.
Beberapa penyesuaian tentunya harus dilakukan dengan lebih baik lagi yang berada
di tataran kebijakan termasuk penerapan protokol kesehatan yang harus disegerakan.
Untuk merealisasikan optimisme tersebut perlu adanya kerjasama dan sinergi lintas
sektor, diantaranya kementerian dan lembaga-lembaga pusat, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, serta pemerintah dan pihak industri. Terlebih lagi sinergitas juga
diperlukan pada internal pelaku industri, misalnya pengusaha dan serikat pekerja
perlu ada harmonisasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e877921a4f81/hak-korban-
phk-imbas-wabah-covid-19/
https://www.researchgate.net/publication/340925534_Dampak_COVID19_terhadap
_Tenaga_Kerja_di_Indonesia/link/5ea4770645851553faaed321/download
https://www.akseleran.co.id/blog/dampak-corona/
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e71e850c93d4/dampak-virus-corona-
ke-industri--phk-bisa-saja-terjadi?page=2
https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/102500165/pandemi-covid-19-apa-
saja-dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-?page=all.
2 . a. Tujuan dan fungsi dari serikat pekerja dan contoh kasus
#Tujuan serikat pekerja adalah memberikan memberikan perlindungan,
pembelaan hak dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraaan
Yang layak untuk karyawan atau pekerja dan keluarganya.
#Fungsi serikat pekerja:
- Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
Penyelesaian industrial.
- Sebagai wakil karyawan atau pekerja dalam lembaga kerja sama di
Bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tindakan.
- Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis,
Dinamis dan berkeadilan sesuai perundang-undangan yang berlaku.
- Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
Dan kepentingan anggotanya.
- Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan
Karyawan atau pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Yang berlaku.
#Contoh kasus
Kasus : serikat pekerja demo soal omnibus law cipta kerja
Sumber:CNN Indonesia | Rabu, 07/10/2020 17:13 WIB
Sebelumnya, pemerintah dan DPR mengesahkan Omnibus Law RUU Cipta
Kerja menjadi UU pada Senin (5/10). Aturan usulan Presiden Jokowi itu
Disahkan meski masyarakat menolak keras.
Kaum buruh pun turun ke jalan serta mogok kerja sejak awal pekan itu
Karena menganggap omnibus law ciptaker sangat merugikan pekerja
Dan masyarakat tingkat bawah.
b. kasus dari tanggung jawab dan wewenang serikat pekerja mengenai
Sarana serikat pekerja menghadapi pengusaha
Sumber: kontan.co.id
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai pandemi covid-19
berpotensi meningkatkan perselisihan antara pengusaha dan pekerja
karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).
KSPI mendorong kalau bisa setiap perselisihan tidak dibawa ke
pengadilan hubungan industrial (PHI) tapi diselesaikan di tingkat bipartit.
Jika memang segala upaya dilakukan dan PHK tidak bisa dihindari,
maka maksud dan tujuan PHK wajib dirundingkan antara perusahaan dan
pekerja atau dengan serikat pekerja di perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai