Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THEpada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Karangasem, 18 Juni 2022
NI MADE SUKERTI
Jawaban Soal No. 1
a. Perubahan pendapatan belanja, dan defisit anggaran dalam merespon pandemic COVID-19.
Pandemi COVID-19 berdampak sangat luas bukan saja bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga mempengaruhi
kondisi perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Pandemi COVID-19
memberikan tekanan yang sangat berat terhadap perekonomian global termasuk Indonesia. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2020 yang hanya berada pada angka 2,97% menggambarkan secara umum
tekanan ekonomi yang sedang dialami oleh Indonesia setelah pada tahun-tahun sebelumnya selalu berada
pada angka kisaran 5%. Berdasarkan data, Pandemi yang terjadi sejak Maret 2020, telah membuat
perekonomian pada tahun tersebut anjlok. Ini terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
tercatat -2,07% pada Triwulan I 2020. Pandemi COVID-19 telah secara nyata menggangu aktivitas ekonomi
dan membawa implikasi besar bagi perekonomian. Terganggunya aktivitas ekonomi akan berimplikasi kepada
perubahan dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN )Tahun 2020 baik dari sisi
Pendapatan Negara, sisi Belanja Negara, maupun sisi Pembiayaan.
Berdasarkan pasal 2 Ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020, ditetapkan bahwa batasan defisit
anggaran melampaui 3% (tiga persen) dari Produk Domesti Bruto )PDB) selama masa penanganan COVID-
19 dan/atau untuk menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas
sistem keuangan paling lama sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2022. Dengan demikian berarti
bahwa: Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semula dibatasi 3% dari PDB
dalam Penjelasan Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang (UU) Keuangan Negara diubah boleh melebihi 3%
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) oleh Pasal 2 ayat 1 huruf a nomor 1 Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No.1/2020 yang kini telah menjadi UU No. 2/2020.
Berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2020 (UU No 2/2020) pemerintah memiliki kewenangan
menggunakan anggaran yang bersumber dari : 1) sisia Anggaran Lebih (SAL), (2) dana abadi dan akumulasi
dana abadi pendidikan, 93) dana yang dikelola Badan Layanan Umum, dan/atau dana yang berasal dari
pengurangan Penyertaan Modal Negara pada BUMN. Pemerintah juga berwenang untuk menerbitkan Surat
Utang Negara (SUN) dan/atau Surat Berharga Syariah Negara dengan tujuan tertentu. Pemerintah juga
berwenang menetapkan sumber-sumber pembiayaan anggaran yang berasal dari dalam dan/atau luar negeri.
Untuk mendukung dan meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dalam UU Nol 2/2020 juga sudah
ditetapkan kebijakan di bidang perpajakan. Dengan demikian perubahan dari sisi pendapatan negara terlihat
bahwa: pemerintah bisa meningkatkan penerimaan negara dengan optimalisasi penerimaan negara
melalui perluasan basis pajak sekaligus mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, melalui
pemberian insentif dan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pemerintah memiliki
kewenangan lebih dalam hal menetapkan dan menggali sumber-sumber pendapatan baik yang berasal
dari dalam dan luar negeri. Pemerintah juga berwenang menggunakan menggunakan anggaran yang
bersumber dari dana khusus seperti Sisa Anggaran Lebih (SAL), dana abadi dan akumulasi dana abadi
pendidikan, dana yang dikuasai negara dengan kriteria tertentu, dana yang dikoelola oleh BLU dan/atau
dana yang berasal dari pengurangan penyertaan Modal Negara pada BUMN.
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada UU No. 2/2020 bahwa dalam rangka penanganan
pandemi COVID-19 dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nansional dan/atau
setabilitas sistem keuangan, pemerintah memiliki kewenangan: (1) melakukan penyesuaian besaran belanja
wajib (mandatory spending) sebagaimana diatur dalam ketentuang peraturan terkait; (2) melakukan
pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar fungsi dan/atau antar program, (3) melakukan tindakan yang
berkaitan dengan pengeluaran atas beban APBD yang anggaran untuk membiaya pengeluaran tersebut belum
tersedia atau tidak cukup tersedia, serta menentukan proses dan metode pengadaan barang/jasa; (4)
melakukan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk kegiatan tertentu (refocusing), penyesuaian
alokasi, dan/atau pemotongan/penundaan penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dengan kriteria
tertentu. Dengan demikian berarti bahwa : dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 dan/atau
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nansional dan/atau setabilitas sistem
keuangan, pemerintah Pemerintah berhak melakukan perubahan belanja dalam APBN seperti
melakukan refocusing, pergeseran anggaran dan kebijakan lain sesuai dengan ketentuang peraturan
perundang-undangan.
b. Dalam masa resesi, perubahan dalam berbagai instrumen kebijakan fiskal dilakukan sebagai upaya menjaga
stabilitas perekonomian. Dalam Buku Materi Pokok Administrasi Keuangan (ADPU4333) dijelaskan bahwa
secara teoritik kebijakan fiskal bertujuan untuk mencapai kestabilan perekonomian yang mantap, tetap
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran, kemiskinan dan
ketimpangan pedapatan dalam masyarakat dan kestabilan harga-harga kebutuhan masyarakat. Kebijakan
fiskal tersebut di lakukan dengan APBN sebagai instrumen utama. Dalam penjelasan Undang-undang Nomor
2 tahun 2020, disebutkan bahwa ancaman semakin memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan
penurunan berbagai aktivitas ekonomi domistik yang beresiko pada ketidakstabilan makroekonomi dan sistem
keuangan perlu dimitigasi bersama oleh pemerintah maupun koordinasi kebikanan dalam KSSK, sehingga
perlu berbagai upaya pemerintah dan lembaga terkait untuk melaukan antisipasi (formard looking) untuk
menjaga stabilitas sektor keuangan. Jadi perubahan dalam berbagai instrumen kebijakan fiskal dilakukan
dalam upaya pemuliah ekonomi dan menjaga stabilitas sektor keuangan.
Sumber/Referensi:
1) Rahman Muliawan dan Enceng, 2019. Materi Pokok Administrasi Keuangan 1 – 9, ADPU4333. Cet.6 Ed. 3.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
2) Berita Resmi Statistik (BPS, 2020)
3) Nota Keuangan Beserta APBN TA 2021
Sumber/Referensi:
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
Nota Keuangan Beserta APBN TA 2021
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota (X) sebagaimana
termuat dalam soal nomor 3 diketahui bahwa Realisasi PAD sebesar Rp290.971.707.718,47 atau sebesar 97,75%
dari Rp297.684.061,429,66. Total Realisasi Pendapatan Kota X pada tahun 2019 sebesar
Rp1.930.263.244.423,47: dengan demikian dapat diketahui bahwa drajat desentralisasi Kota X sebesar 15,07%.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, drajat desentralisasi fiskal Kota X sebesar 15,07% berada pada kisaran
10 s.d 20% yang berarti kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektifitas desentralisasi fiskal di
Pemerintah Kota X basih kurang atau rendah.
Referensi:
1. Halim, Abdul, 2004, Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Revisi, (UPP) AMP YKNPN,
Yogyakarta.
2. Mulyana, Budi, 2006, Keuangan Daerah Perspektif Desentralisasi Fiskal dan Pengelolaan APBD di Indonesia,
Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LPKPAP) dan Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan (BPPK), Jakarta Selatan.
3. Nizwan Zukri, 2020. Kinerja Keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ditinjau dari Derajat Kemandirian,
Ketergantungan dan Desentralisasi Fiskal. Indonesian Treasury Review Vol.5, No. 2, (2020), Hal.143-
149.
Jawaban Soal No. 4
Perubahan Standar Pemeriksaan Keuangan negara bermanfaat bai upaya peningkatan kualitas hasil pemeriksaan
keuangan negara. Pemeriksaan keuangan negara yang berkualitas tentu akan berdampak pada pengelolaan
keuangan negara yang lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis, efisien dan efekti yang pada akhirnya akan
bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pencapaian manfaat tesebut samapi dengan
saat ini sudah baik yang ditandai dengan makin meningkatnya transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan APBN
oleh pemerintah pusat maupun peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBD oleh Pemerintah
Daerah