Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SMP NEGERI


DI KABUPATEN KARANGASEM
Ni Made Sukerti
NIM: 031117527
Email : dexoby@gmail.com
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Terbuka

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengukur transparansi pengelolaan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri yang terdapat di wilayah
Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Data diperoleh melalui penyebaran kuisioner
kepada SMP Negeri. Data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan pendekatan
analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi
pengelolaan keuangan SMP Negeri di Kabupaten Karangasem sebesar 69,3 persen,
yang berarti termasuk dalam kualifikasi cukup transparan. Temuan ini bermanfaat
sebagai sumber rujukan bagi Pemerintah Kabupaten Karangasem maupun pihak terkait
dalam rangka mendorong peningkatan transparansi pengelolaan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) di masa mendatang.

Kata Kunci : transparansi, keuangan, sekolah, bos

PENDAHULUAN
Pelayanan publik merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-
hari. Tidak hanya tentang persoalan mengurus perizinan, melainkan juga ketersediaan
listrik dan air, pelayanan kesehatan, jaminan sosial, serta segala kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan termasuk pelayanan pendidikan. Mengacu pada
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat 1,
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif.
Dwiyanto (2018) dalam bukunya yang berjudul Mewujudkan Good Governance
Melalui Pelayanan Publik menyebutkan, bahwa ada beberapa pertimbangan mengapa
pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan good
governance di Indonesia. Salah satunya adalah pelayanan publik melibatkan semua
unsur governance.
Pelayanan masyarakat yang makin meningkat dan berkualitas selalu menjadi
perhatian publik. Sejalan dengan peningkatan pelayanan yang lebih baik ini publik juga
membutuhkan transparasi keuangan. Transparansi keuangan telah menjadi kebutuhan
masyarakat dan telah mendapat perhatian pemerintah dengan ditetapkannya Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dengan demikian Indonesia
secara formal telah berkomitmen untuk mengelola keuangan yang mengadopsi pilar-
pilar utama tata pemerintahan yang baik (good governance), yaitu transparansi,
akuntabilitas, partisipasi dan kepatuhan. Pilar-pilar yang sama juga diberlakukan di
dunia pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah negeri dan di sekolah-sekolah swasta
yang biaya operasionalnya dibantu oleh pemerintah baik melalui Bantuan Operasional
Sekolah maupun Bantuan Operasional Pendidikan lainnya. Oleh karena itu, kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus mengetahui dan mampu
mengelola keuangan sekolah dengan baik, bertanggung jawab dan transparan kepada
masyarakat dan pemerintah sesuai dengan amanat Undang-undang No 20 Tahun 2003
pasal 48 yang menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Meskipun telah banyak peraturan perundangan yang menganjurkan
peningkatan transparansi dalam pengelolaan keuangan, namun pada prakteknya tidak
semua bentuk transparansi dijalankan oleh sekoah. Akibatnya, timbul ketidakpuasan
masyarakat terhadap kinerja sekolah, khususnya terkait transparansi pengelolaan
keuangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip
transparansi pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada SMP Negeri di
Kabupaten Karangasem tahun anggaran 2021.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan subjek penelitian ini
adalah SMP Negeri yang ada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Unit analisis
penelitian ini adalah transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Fokus penelitian ini
adalah penerapan prinsip transparansi dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang dikaji dengan teori transparansi yang dikemukakan oleh Kristianten (2006)
yang menyebutkan bahwa transparansi dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu :
(a) ketersediaan dan aksesibilitas dokumen; (b) kejelasan dan kelengkapan informasi;
(c) keterbukaan proses; (d) kerangka regulasi yang menjamin transparansi.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Pegawai serta anggota komite sekolah pada
SMP Negeri di Kabupaten Karangasem. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak
230 orang dari 46 sekolah yang tersebar di 8 Kecamatan di Kabupaten Karangasem.
Data primer tersebut dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner/angket.
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengen menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif.
Dari data ordinal yang diperoleh dalam penelitian ini dibuat kriteria pencapaian
dalam bentuk interval. Pada kusioner yang digunakan terdapat 5 (lima) pilihan jawaban,
yakni: sangat sesuai (5), sesuai (4), cukup sesuai (3), tidak sesuai (2), sangat tidak sesuai
(1). Empat pilihan jawaban yang ada tersebut digunakan untuk menentukan adanya
gradasi yang akan dirubah ke dalam bentuk interval yang diperoleh dari perhitungan
skor minimal dan skor maksimal yang nantinya digunakan untuk mencari standar
deviasi ideal dan mean ideal. Standar deviasi ideal dan mean ideal digunakan untuk
menentukan interval prosentase pencapaian ke dalam 5 kriteria. Pengkategorian dibagi
menjadi lima kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, kurang, dan rendah.
Pengkategorian tersebut mengacu pada buku Manajemen Penelitian oleh Suharsini
Arikunto (2005) dengan perhitungan sebagai berikut:
Mean ideal (Mi) = 1/2 (nilai maksimum + nilai minimum)
Standar Deviasi ideal (SDi) = 1/6 (nilai maksimum – nilai minimum)
Dengan demikian diperoleh diperoleh distribusi kategori data sebagai berikut:

Tabel 1: Distribusi Kategori Data

No Rentang Skor (i) Kategori


1 (Mi + 1,5 SDi) < X < ST (Skor Tertinggi) Sangat Tinggi
2 (Mi + 0,5 SDi) < X < (Mi + 1,5 SDi) Tinggi
3. (Mi – 0,5 SDi) < X < (Mi + 0,5 SDi) Sedang
4. (Mi – 1,5 SDi) < X < (Mi – 0,5 SDi) Rendah
5. Skor Terendah (SR) < X < (Mi – 1,5 SDi) Sangat Rendah

Data transparansi pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada


SMP Negeri di Kabupaten Karangasem diperoleh dari pengisian kuesioner. Berdasarkan
indikator masing-masing yang sudah ditetapkan maka selanjutnya dilakukan langkah
pengukuran dengan jumlah butir instrumen dengan 5 pilihan jawaban sehingga
diperoleh skor maksimal dan skor minimal.
Jumlah instrumen transparansi pengelolaan dana BOS sejumlah 12 butir.
Dengan demikian jumlah skor maksimal untuk transparansi sebesar 60 dan skor
minimal sebesar 12. Dengan mengacu pada skor maksimal dan skor minimal maka
diperoleh nilai rata-rata ideal (Mi) sebesar 36 dan Standar Deviasi ideal (SDi) sebesar 8.
Oleh karena itu batasan-batasan kategori kecendrungan variabel transparansi
pengelolaan dana BOS dapat ditentukan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2: Batasan Kategori Kecendrungan Variabel Transparansi

No Rentang Skor (i) Kategori


1. 12,00 – 23,99 Sangat Rendah
2. 24,00 – 31,99 Kurang
3. 32,00 – 39,99 Cukup
4. 40,00 – 47,99 Tinggi
5. 48,00 – 60,00 Sangat Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini membahas tentang penerapan prinsip transparansi
pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada SMP Negeri di Kabupaten
Karangasem. Transparansi berarti adanya keterbukaan. Medina and Rufin (2015)
menjelaskan bahwa “transparancy does have both a direct effect on trust and an
indirect effect that is mediated by satisfaction”. Krina (2003) menyatakan bahwa
transparansi diartikan sebagai prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
individu untuk memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta hasil hasil
yang dicapai. Erna Indawati, dkk (2019) menjelaskan bahwa transparansi di bidang
pengelolaan berarti adanya keterbukaan di bidang pengelolaan Keuangan. Sementara
Amitai Etzioni (2010) mendefinisikan transparansi sebagai: “...the principle of enabling
the public to gain information about the operations and structures of a given equity.
Transparency is often considered synonymous with openess and disclosure, although
one can find subltle differences among these terms.”. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 sebagaiaman telah diganti dengan peraturan Pemerintah Nomor
71 tahun 2010 dijelaskan transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang
terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat
memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
Pada lembaga pendidikan, pengelolaan keuangan yang transparan berarti
adanya keterbukaan akan kebijakan-kebijakan keuangan, keterbukaan sumber keuangan
dan jumlahnya, keterbukaan penggunaan serta pertanggungjawabannya sehingga
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Toni Nurhadianto dan Nur Khamisah disebutkan bahwa
transparansi pengelolaan keuangan merupakan salah satu indikator utama yang
ditekankan oleh pemerintah untuk mencegah tindak pidana korupsi serta dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Government).
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa transparansi adalah prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Dalam Upaya mewujudkan
transparansi pengelolaan keuangan, pemerintah menetapkan Undang-undang No. 14
Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik yang mewajibkan setiap badan publik
menyediakan dan melayani permohonan informasi publik secara cepat, tepat waktu,
biaya ringan dan cara sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah diperoleh data
transparansi pengelolaan dana BOS pada SMP Negeri di Kabupaten Karangasem.
Berikut ini data yang diperoleh dari pengisian kuesioner melalui instrumen dan
indikator transparansi penggunaan dana BOS pada SMP Negeri di Kabupaten
Karangasem tahun Anggaran 2021.

Tabel 3: Rangkuman Distribusi Kriteria Transparansi Pengelolaan Dana BOS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Rendah 3 1,3 1,3 1,3
Rendah 11 4,8 4,8 6,1
Cukup 41 17,8 17,8 23,9
Tinggi 164 71,3 71,3 95,2
Sangat Tinggi 11 4,8 4,8 100,0
Total 230 100,0 100,0
Data tabel 3 di atas menunjukkan bahwa 3 orang atau 1,3% responden
menyatakan transparansi pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP Negeri
di Kabupaten Karangasem masih sangat rendah. Sebanyak 11 orang atau 4,8%
responden menyatakan transaparansi keuangan rendah. Sebanyak 41 orang atau 17,8%
responden menyatakan transaparansi keuangan cukup. Sebanyak 164 orang atau 71,3%
responden menyatakan transparansi tinggi, dan sisanya 11 orang atau 4,8% menyatakan
transparansi pengelolaan keuangan pada SMP di Kabupaten Karangasem dalam
kategori sangat tinggi. Persentase transparansi pengelolaan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) pada SMP Negeri di wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada
gambar 1 berikut.

Gambar 1 Persentase Transparansi Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Berdasarkan data transparansi pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


yang dikumpulkan diperoleh data statistik sebagaimana tercantum dalam tabel 5
berikut.

Tabel 4 Skor rata-rata Transparansi Pengelolaan Keuangan

Statistics
Xtot
N Valid 230
Missing 0
Mean 41,5826
Std. Deviation 5,22504
Minimum 24,00
Maximum 58,00
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata transparansi pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah pada SMP adalah 41,58. Identifikasi nilai tersebut jika
dibandingkan dengan skor maksimal penilaian indikator transparansi keuangan yang
sebesar 60, adalah 69,3%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa transparansi
pengelolaan keuangan pada SMP Negeri di wilayah Kabupaten Karangasem termasuk
kategori cukup transparan dengan nilai rata-rata 41,58 atau memperoleh nilai 69,3%
dari yang diharapkan.
Sebaran distribusi transparansi penggunaan dana BOS pada SMP Negeri di Kabupaten
Karangasem dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Histogram sebaran data hasil kuesioner

Dari Gambar 2 terlihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang
melenceng ke kanan yang artinya badalah data berdistribusi normal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan prinsip transparansi
pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah pada SMP Negeri di wilayah
Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2021 terdiri dari 1,3% dalam kategori sangat
rendah, 4,8% dalam kategori rendah, 17,8% dalam kategori cukup dan 71,3% dalam
kategori tinggi dan 4,8% dalam kategori Sangat Tinggi. Secara keseluruhan penerapan
prinsip transparansi pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah pada SMP di
wilayah Kabupaten Karangasem dapat dikelompokan dalam ketegori cukup transparan
dengan rata-rata nilai 41,58 atau memperoleh nilai 69,3% dari yang diharapkan.
Penelitian ini memiliki keterbatasan terkait data primer yang hanya diperoleh dari dua
sumber yakni sekolah dan komite sekolah begitu juga belum dilakukan penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi maupun akuntabilitas pengelolaan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada SMP Negeri di Kabupaten Karangasem.
Untuk mendapatkan tingkat transparansi yang lebih akurat, penelitian selanjutnya
disarankan agar menyebarkan kuesioner kepada tokoh masyarakat dan masyarakat
umum. Penelitian berikutnya dapat menganalisis lebih lanjut terkait dengan faktor-faktor penentu
transparansi maupun pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) seperti tingkat partisifasi
guru dan orang tua siswa, kompetensi pengelola keuangan dan besaran dana yang dikelola.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Analisis Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah: Studi Empiris pada Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi lampung. (2019). Jurnal Technobiz Vol. 3, No.
5, 2019, 25-30. DOI: https://doi.org/10.33365/tb.v3i2.453 Nurhadianto, Toni dan
Khamisah, Nur. Universitas Teknokrat Indonesia.
https://ejurnal.teknokrat.ac.id/index.php/technobiz/article/view/453

Etzioni, Amitai (2010). Organisasi-Organisasi Modern . Jakarta: UI-press

Dwiyanto, Agus.2018. Mewujudkan good governance melalui pelayanan publik.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Erna Indawati, Mulyati, Miftakodin. (2019). Pengelolaan Keuangan. Modul Pelatihan


Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.
13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Krina. 2003. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Transparansi, Partisipasi dan
Akuntabilitas.

Kristianten. (2006). Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta


Lilik Aslichati, H.I Bambang Prasetyo, Prasetya Irawan. 2021. Metode Penelitian Sosial
(BMP ISIP4216) Cetakan ke-21. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka

Medina, C and Rufin, R. 2015. Transparency Policy and Students’ Satisfaction and
Trust. Transforming Government: People Process and Policy Vol. 9 No. 3 2015
pp. 309-323

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara

__________________________. 2008. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik.

__________________________. 2009. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009


Tentang Pelayanan Publik

_________________________. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

_________________________. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai