PENDAHULUAN
Akuntabilitas dan transparansi atas segala aktifitas menjadikan ilmu akuntansi sebagai
kebutuhan yang tidak lagi dapat diremehkan, terutama dalam organisasi kepemerintahan.
Akuntabilitas memang sangat penting untuk sebuah laporan pertanggung jawaban atas kinerja
yang disusun dan dilaksanakan. Bukan hanya diterapkan pada organisasi atau perusahaan
yang besar, bahkan organisasi kecil sangat membutuhkan penerapan akuntabilitas, guna
mengetahui bagaimana hasil dari kinerja yang telah direncanakan, sehingga muda h
menemukan kesalahan dan kekurangan dalam kinerja untuk menentukan langkah pada tahap
selanjutnya dengan meminimalisir terjadi kesalahan kembali. Pada umumnya akuntansi
pemerintahan merupakan akuntansi yang terdapat dalam bidang keuangan Negara (publik
finance) khususnya yang terdapat didalam tahap pelaksanaan anggaran (budget execution)
dan semua transaksi yang ditimbulkan untuk melakukan pencatatan baik bersifat sementara
atau permanen pada semua tingkatan yang terdapat dalam unit kepemerintahan. 1
Penerapan akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang
optimal terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan akan dapat
memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan
segala urusan pemerintahan dapat optimal. Auditya (2013:24) berpendapat bahwa
pengukuran kinerja pemerintah memiliki kaitan erat dengan akuntabilitas dan transparansi.
1
Zakiyatul Amalia, Anik Malikah, and Abdul Wahid Mahsuni, ‘Transparansi Dan Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa Yang Sesuai Dengan Pelaporan Akuntansi Sektor Publik’, E-Jra, 09.02 (2020), 47–57.
Untuk memantapkan mekanisme akuntabilitas, diperlukan manajemen kinerja yang baik.
Pemahaman mengenai konsep kinerja organisasi publik dari perspektif kelompok sasaran
atau pengguna jasa organisasi publik. Khusus organisasi publik berkaitan erat dengan
produktifitas, kualitas, layanan, responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas, serta persamaa
pelayanan. Kurniawan (2003:2) mengemukakan bahwa, transparansi terwujud apabila
pemerintah bersedia untuk menginformasikan kepada masyarakat/DPRD bagaiamana dana
publik digunakan atau dikelola dalam kegiatan dan program pemerintah. Penelitian yang
dilakukan oleh Hadyrianto (2012:7) yang berjudul Pengaruh Akuntabilitas, dan Transparansi
pada Pengelolaan Anggaran di Universitas Bina Nusantara, menunjukkan bahwa transparansi
berpengaruh positif terhadap pengelolaan anggaran. 2
Tuntutan adanya transparansi dan akuntabilitas publik (public accountability) pada era
reformasi membawa dampak terhadap dalam proses pengembangan manajemen
pemerintahan di Indonesia. Transparansi dan akuntabilitas publik merupakan dua sisi yang
tidak terpisahkan sebagai bagian dari prinsip–prinsip tata kelola yang baik. Transparansi dan
akuntabilitas publik kini menjadi kajian yang marak, penerapannya pada pola perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah yang partisipatif sebagai suatu
konsekuensi logis. Isu seputar transparansi dan akuntabilitas tidak terlepas dari maraknya
penyalagunaan wewenang dan penyelewengan dana oleh oknum pegawai maupun pejabat
pemerintahan. Pemerintah daerah dituntut mampu mengelola keuangannya dengan prinsip
pengukuran kinerja (Nugrahani, 2007).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode literatur sebagai landasan utama untuk
menganalisis konsep-konsep kunci dalam pendidikan literasi dan hubungannya dengan
kemampuan berpikir kritis. Analisis literatur dilakukan melalui pencarian dan kajian berbagai
sumber literatur, seperti buku, jurnal ilmiah, dan artikel penelitian terkait. Pemilihan literatur
dilakukan secara sistematis untuk memastikan keterkaitan dengan tujuan penelitian.
2
Sayuti Sayuti, Jamaluddin Majid, and Muhammad Sapril Sardi Juardi, ‘Perwujudan Nilai Transparansi,
Akuntabilitas Dan Konsep Value For Money Dalam Pengelolaan Akuntansi Keuangan Sektor Publik (Studi Pada
Kantor BAPPEDA Sulawesi Selatan)’, ATESTASI : Jurnal Ilmiah AkuntansiSayuti, S., Majid, J., & Juardi, M. S. S.
(2018). Perwujudan Nilai Transparansi, Akuntabilitas Dan Konsep Value For Money Dalam Pengelolaan
Akuntansi Keuangan Sektor Publik (Studi Pada Kantor BAPPEDA Sulawesi Selatan). AT, 1.1 (2018), 16–28
<https://doi.org/10.33096/atestasi.v1i1.39>.
Metode penelitian literatur digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi dari teks-teks yang relevan, seperti kajian literatur, teori, dan dokumen lainnya.
Metode ini membantu peneliti dalam mengidentifikasi pola, perilaku, dan hubungan yang ada
dalam data yang diumpulkan, serta mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang
pertanyaan penelitian yang dijelaskan.
PEMBAHASAN
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik, yang didefinisikan sebagai akuntansi dana masyarakat,
mencakup mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana
masyarakat. Dana masyarakat ini bukan milik individu, melainkan dimiliki oleh
kelompok masyarakat secara kolektif, sering dikelola oleh organisasi sektor publik,
serta digunakan dalam proyek-proyek kerjasama antara sektor publik dan swasta.Di
Indonesia, akuntansi sektor publik mengacu pada mekanismeteknik dan analisis akuntansi
yang digunakan dalam pengelolaan dana masyarakat di berbagai lembaga tinggi
negara, departemen pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, yayasan
sosial, dan proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.Materi akuntansi sektor publik
membahas tata cara akuntansi dalam organisasi sektor publik, yang memiliki tujuan
beragam sesuai dengan misi masing-masing. Organisasi sektor publik, seperti pemerintah,
LSM, dan yayasan, memiliki tujuan yang berbeda-beda, yang memengaruhi bentuk
pelaporan akuntansinya karena beragamnya akuntabilitas yang diperlukan oleh para
pemangku kepentingan. Pelaporan ini difokuskan pada pertanggungjawaban pelaksanaan
tujuan organisasi tersebut.Hak dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik
memegang peran penting dalam menjaga keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Pertama, hak untuk mengetahui memberikan masyarakat akses
kepada kebijakan pemerintah, keputusan yang diambil, serta alasan di balik kebijakan
dan keputusan tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami arah dan tujuan
pemerintah dengan lebih baik.Kedua, hak untuk diberi informasi berarti pemakai laporan
memiliki hak untuk menerima penjelasan terbuka mengenai isu-isu yang sedang
diperdebatkan di masyarakat. Hal ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik
mengenai masalah-masalah yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.Selain hak-hak ini,
kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah sangat bervariasi. Masyarakat
pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi mengenai biaya, harga, dan kualitas
pelayanan yang mereka terima, yang membantu mereka dalam membuat keputusan yang
lebih baik dalam penggunaan layanan publik.Masyarakat pembayar pajak dan pemberi
bantuan perlu tahu bagaimana dana yang mereka sumbangkan atau bayarkan digunakan
dan di alokasikan. Ini membantu dalam memastikan bahwa dana publik digunakan secara
efisien dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.3
Adapun tujuan dari pengelolaan keuangan daerah adalah agar kekayaan yang dimiliki
daerah dapat digunakan dengan efektif dan efisien. Di samping itu, tujuan lain dari
pengelolaan keuangan daerah adalah untuk mendistribusikan sumber daya regional dan
meningkatkan kesejahteraan. Lalu, siapa yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pengelolaan keuangan daerah? Selain pengertiannya, dalam PP Nomor 12 Tahun 2019 juga
disebutkan bahwa, pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah Kepala
Daerah. Kepala Daerah sendiri dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kewenangannya
kepada Pejabat Perangkat Daerah untuk melakukan tugas pengelolaan. Pejabat Perangkat
Daerah terdiri atas Sekretaris Daerah, Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hal ini berarti, Kepala
Daerah atau Pejabat Perangkat Daerah yang telah diberi kewenangan memiliki tugas untuk
mengelola keuangan daerah, termasuk membuat laporan. 4
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
APBD adalah rencana pelaksanaan keseluruhan pendapatan daerah dan belanja daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam
APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
3
Herlina Manurung and Elita Venda Anggraeni, ‘Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial AKUNTANSI
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK’, 01.05 (2023), 50–60.
4
Penanggung Jawab and others, ‘Pengelolaaan Keuanngann Daerah’, 4.52 (2006).
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan pengelolaan keuangan
daerah. Waktu pelaksanaan APBD sama seperti halnnya dengan waktu pelaksanaan Anggaran
Pendaparan dan Belanja Negara (APBN) yaitu dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir pada
tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan
pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dan pendapatan
dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan
belanja, jumlah plafon belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis
belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran belanja harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
pendapatan dan pembiayaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan
tindakan yang menyebabkan pengeluaran belanja pada APBD apabila tidak tersedia atau
tidak cukup tersedianya anggaran untuk membiayai pengeluaran belanja tersebut. 5
5
Nasution Dito Aditia Darma, ‘Lembaga Penelitian Dan Penulisan Ilmiah Jurnal Studi Akuntansi &
Keuangan’, Jurnal Studi Akuntansi Dan Keuangan, 2.3 (2019), 149–62.
menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun
kebutuhan eksternal organisasi. Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan.6
6
Dhafin Arkarizki, R Ira Irawati, and Dedi Sukarno, ‘Transparansi Organisasi Dalam Pengelolaan
Informasi Publik Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bandung’, Jurnal Administrasi Negara), Februari,
14.2 (2023), 594–605.
7
Christina Yunnita Garung and Linda Lomi Ga, ‘Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Terhadap
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Pencapaian Good Governance Pada Desa Manulea, Kecamatan
Sasitamean, Kabupaten Malaka’, Jurnal Akuntansi : Transparansi Dan Akuntabilitas, 8.1 (2020), 19–27
<https://doi.org/10.35508/jak.v8i1.2363>.
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercaya kepadanya dan ketaatannya pada perundang-
undangan.Menurut Sujarweni (2015) menyatakan bahwa transparansi yang menjamin
akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Tata pemerintahan yang baik
mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan dan kemudahan akses bagi
masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintah. Keterbukaan dan
kemudahan informasi penyelenggaraan pemerintahan memberikan pengaruh untuk
mewujudkan berbagai indikator lainnya. Menurut Hamid (2016) transparansi
merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Transpransi
dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi, informasi yang berkaitan dengan
kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang
membutuhkan (Mardiasmo,2009 dalam Ultafiah 2017). Transparansi adalah
memberikan informasi yang terbuka baik itu mengenai informasi keuangan maupun
kebijakan yang diambil oleh pemerintah serta menjamin akses bagi setiap masyarakat
dalam memperoleh informasi tersebut (Umami Risya, 2017).8
8
Garung and Ga.
9
Sayuti, Majid, and Juardi.
Akhir-akhir ini masyarakat kita banyak yang merasa prihatin akan rendahnya
transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik. Hal ini terutama disebabkan karena semakin
maraknya pratik-pratik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh aparat pemerintah
kita yang seolah-olah tidak terjamah oleh lembaga dan aturan hukum yang berlaku. Selain itu
lembaga-lembaga yang diserahi tugas mengaudit kinerja instasi pemerintah atau unit-unit
organisasi pemeritah sepertinya telah terkena patologi birokrasi yang kronis sehingga tidak
pernah bisa melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja instansi pemerintah tersebut.
Pemborosan dan penyalahgunaan keuangan negara yang dilakukan oleh aparat pemerintah
tak terkirakan jumlahnya telah banyak diketahui oleh masyarakat dan bahkan telah menjadi
stigma dalam birokrasi publik yang tidak pernah dilupakan masyarakat. Berbagai macam
kebijakan seperti Pengawasan Melekat, Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa, Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, sangat sulit diimplementasikan dan telah berubah
menjadi lip service dan bahan retorika aparat pemerintahan sekadar sebagai alat penenang
kegalauan hati rakyat atas tidak tanduk aparat yang sangat merugikan negara dan masyarakat.
Dan hebatnya, rakyat tidak pernah merasa telah memperoleh pertanggungjawaban yang
semestinya dari aparat yang telah menerima kekuasaan dari mereka. Konsekuensinya sampai
sekarang kita masih belum pernah merasa memiliki pemerintah yang bertanggungjawab
(responsibele government). 10
10
Karjuni Maani Dt, ‘Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Pelayananan Publik’, Demokrasi, no 1.VIII
(2009), 48.
accountability). Akuntabilitas program juga berarti bahwa program-program organisasi
hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam pencapaian
visi, misi, dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program
yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan program. Akuntabilitas Kebijakan (policy
accountability) Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik
pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas. Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari
pengaruh kecenderungan menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi
sektor publik dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sektor
publik secara efektif dan efisien, serta memfasilitasi terciptanya akuntabilitas publik. Dalam
tahap ini dilakukan pemilihan berbagai kebijakan yang akan diterapkan atau tidak (value). 11
Akuntabilitas publik dan keterbukaan merupakan dua sisi koin yang tidak terpisahkan
sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance).
Implikasinya, kini keduanya menjadi bahasan yang marak dan interchangable, penerapannya
pada pola perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang
participative sebagai suatu konsekuensi logis (Akbar, 2012:2). Konsep akuntabilitas di
Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru, hampir seluruh instansi dan lembaga
pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan fungsi
administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang
mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi pada tahun 1998. Tuntutan masyarakat
ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara
konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab
11
Chintia Ayu Tamara and Yunus Tete Konde, ‘Pengaruh Akuntabilitas Publik Dan Transparansi Publik
Terhadap Mekanisme Pengelolaan Keuangan’, Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman, 1.1 (2016), 1–11
<https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/JIAM/article/view/181>.
12
Tamara and Konde.
lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan
dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia.
Dalam ranah keuangan publik, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas dalam keuangan publik. Laporan keuangan
memang merupakan salah satu hasil dari transparansi dan akuntabilitas keuangan publik, dan
ini berarti laporan keuangan yang disusun pun harus memenuhi syarat akuntabilitas dan
transparansi. Mardiasmo (2004:30) mengatakan transparansi berarti keterbukaan (openness)
pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan
sumberdaya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah
berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Lucy Auditya, Husaini,
Lismawati 28 Azas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
Penerapan azas transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui berbagai informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara benar, jujur dan tidak diskriminatif.
Transparansi pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah
daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif,
efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Manajemen
kinerja yang baik adalah merupakan titik awal dari transparansi, untuk mencapai hal tersebut
pemerintah harus menangani dengan baik kinerjanya dengan memperhatikan 2 aspek
transparansi, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap
akses informasi. Transparansi harus seimbang, juga menyangkut kebutuhan akan kerahasiaan
lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu. 13
Dampak Keberlanjutan
13
Mikael Edowati, Herminawati Abubakar, and Miah Said, ‘Analisis Akuntabilitas Dan Transparansi
Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Deiyai’, Indonesian Journal of
Business and Management, 4.1 (2021), 87–96 <https://doi.org/10.35965/jbm.v4i1.1184>.
Peningkatan Kepercayaan Masyarakat, Transparansi dan akuntabilitas meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah. Ketika informasi keuangan dapat
diakses dengan mudah dan pertanggungjawaban diterapkan, masyarakat akan lebih percaya
pada pengelolaan dana publik.
Partisipasi Masyarakat yang Lebih Aktif, Masyarakat yang merasa yakin dengan
keterbukaan informasi akan lebih cenderung terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka dapat memberikan masukan, mengajukan pertanyaan, dan memantau pelaksanaan
proyek-proyek yang menggunakan dana publik.
Peningkatan Kinerja Layanan Publik, Pemerintah daerah yang terbuka akan lebih
berfokus pada memberikan layanan publik yang berkualitas karena mereka tahu bahwa
kinerja mereka dapat dievaluasi oleh masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas dan
responsivitas pelayanan publik.
Peningkatan Peringkat Keuangan dan Kredit, Pemerintah daerah yang transparan dan
akuntabel memiliki peluang lebih baik untuk meningkatkan peringkat keuangan mereka dan
mendapatkan kredit dengan suku bunga yang lebih baik, karena lembaga keuangan cenderung
memberikan prioritas kepada pemerintah yang dapat dipercaya dan terbuka.
SIMPULAN
Dalam era globalisasi dan kompleksitas ekonomi, urgensi transparansi dan
akuntabilitas dalam laporan keuangan sektor publik tidak dapat diabaikan. Keterbukaan
informasi dan pertanggungjawaban yang jelas menciptakan dasar yang kuat untuk tata kelola
keuangan yang baik, pembangunan berkelanjutan, dan kepercayaan masyarakat. Pemerintah
dan lembaga sektor publik diharapkan untuk terus meningkatkan praktik transparansi dan
akuntabilitas guna memastikan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan bagi semua.
REFERENSI
Amalia, Zakiyatul, Anik Malikah, and Abdul Wahid Mahsuni, ‘Transparansi Dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Yang Sesuai Dengan Pelaporan Akuntansi Sektor
Publik’, E-Jra, 09.02 (2020), 47–57
Arkarizki, Dhafin, R Ira Irawati, and Dedi Sukarno, ‘Transparansi Organisasi Dalam
Pengelolaan Informasi Publik Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bandung’,
Jurnal Administrasi Negara), Februari, 14.2 (2023), 594–605
Auditya, L., Husaini, H., & Lismawati, L. (2013). Analisis pengaruh akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Jurnal
Fairness, 3(1), 21-42.
Darma, Nasution Dito Aditia, ‘Lembaga Penelitian Dan Penulisan Ilmiah Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan’, Jurnal Studi Akuntansi Dan Keuangan, 2.3 (2019), 149–62
Edowati, Mikael, Herminawati Abubakar, and Miah Said, ‘Analisis Akuntabilitas Dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Deiyai’, Indonesian Journal of Business and Management, 4.1 (2021), 87–96
<https://doi.org/10.35965/jbm.v4i1.1184>
Garung, Christina Yunnita, and Linda Lomi Ga, ‘Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi
Terhadap Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Pencapaian Good Governance
Pada Desa Manulea, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka’, Jurnal Akuntansi :
Transparansi Dan Akuntabilitas, 8.1 (2020), 19–27
<https://doi.org/10.35508/jak.v8i1.2363>
Jawab, Penanggung, Pimpinan Umum, Pimpinan Redaksi, Anggota Redaksi, M Eng, and M
Eng, ‘Pengelolaaan Keuanngann Daerah’, 4.52 (2006)
Maani Dt, Karjuni, ‘Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Pelayananan Publik’, Demokrasi,
no 1.VIII (2009), 48
Manurung, Herlina, and Elita Venda Anggraeni, ‘Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
AKUNTANSI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK’, 01.05 (2023), 50–60
Nurrizkiana, B., Handayani, L., & Widiastuty, E. (2017). Determinan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan implikasinya terhadap kepercayaan
public-stakeholders. Muhammadiyah University Yogyakarta.
Sayuti, Sayuti, Jamaluddin Majid, and Muhammad Sapril Sardi Juardi, ‘Perwujudan Nilai
Transparansi, Akuntabilitas Dan Konsep Value For Money Dalam Pengelolaan
Akuntansi Keuangan Sektor Publik (Studi Pada Kantor BAPPEDA Sulawesi Selatan)’,
ATESTASI : Jurnal Ilmiah AkuntansiSayuti, S., Majid, J., & Juardi, M. S. S. (2018).
Perwujudan Nilai Transparansi, Akuntabilitas Dan Konsep Value For Money Dalam
Pengelolaan Akuntansi Keuangan Sektor Publik (Studi Pada Kantor BAPPEDA
Sulawesi Selatan). AT, 1.1 (2018), 16–28 <https://doi.org/10.33096/atestasi.v1i1.39>
Tamara, Chintia Ayu, and Yunus Tete Konde, ‘Pengaruh Akuntabilitas Publik Dan
Transparansi Publik Terhadap Mekanisme Pengelolaan Keuangan’, Jurnal Ilmu
Akuntansi Mulawarman, 1.1 (2016), 1–11
<https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/JIAM/article/view/181>