Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA SEORANG AKUNTAN PUBLIK UNTUK MEMAHAMI DAN

MENERAPKAN KODE ETIK PADA PROFESINYA SECARA MENYELURUH

KADAFI REUBUN

Mahasiswa Akuntansi UIN Alauddin Makassar

kadafireubun@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman pada seseorang yang ingin menjadi
seorang akuntan publik dan yang telah berprofesi sebagai akuntan publik agar mereka mengetahui
perbuatan-perbuatan yang dapat melanggar kode etik serta sikap moral baik atau buruknya orang tersebut
dalam menjalankan profesinya yang berdampak pada pemerintahan itu sendiri. Profesi Akuntan publik
saat ini tengah menghadapi berbagai sorotan tajam dari masyarakat karena banyaknya kasus manipulasi
terungkap dan kurangnya transparansi, terlebih lagi kerap terjadinya pelanggaran kode etik yang
mengakibatkan dibekukannya beberapa KAP di Indonesia. Artikel ini difokuskan untuk yang berprofesi
sebagai akuntan publik agar lebih berkomitmen dalam menjalankan tugas-tugas nya yang berlandaskan
kode etik serta berskikap profesional sehingga masyarakat dan pemerintah bisa lebih mempercayakan jasa
profesi ini kedepannya. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah dengan mereview beberpa jurnal
yang relevan dengan judul diatas yaitu tentang pemahaman dan penerapan kode etik akuntan publik. Hasil
dari penelitian ini adalah diketahui bahwasanya pemahaman dan penerapan kode etik sangat berpengaruh
pada prosfesi akuntan public jika ingin menjalankan tugasnya dengan baik serta dapat membangun
kepercayaan lebih di mata masyarakat dan pemerintah.

Kata Kunci : Profesi, Akuntan Publik, Kode Etik, Memahami, Menerapkan

PENDAHULUAN

Kode Etik Akuntan Indonesia merupakan suatu panduan dan aturan yang mengatur
etika profesi akuntan publik indonesia agar dapat memenuhi tanggung jawab secara profesional
dalam bekerja (Nanang, 1999). Kode Etik Akuntan Indonesia dikeluarkan oleh IAMI dan IAI, dan
IAPI secara paralel dengan nama Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Indonesia, 2021). Tiga
syarat yang harus dimiliki seorang akuntan publik untuk dianggap profesional adalah memiliki
keahlian, pengetahuan, dan karakter (Machfoedz, 1997). Sedangkan, (Primaraharjo & Handoko,
2011)menjelaskan bahwa akuntan publik harus berpegang pada lima prinsip dalam Kode Etik
Akuntan Indonesia, yaitu prinsip integritas, kompetensi, kerahasiaan, objektivitas, dan profesional.

Walaupun sudah ada Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang mengatur sikap dan
tindakan akuntan publik, masih banyak pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan oleh akuntan
publik, sehinggahal ini dapat menimbulkan skandal yang mencemarkan profesi akuntan
publik itu sendiri dan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada para akuntan publik.
Contoh kasus pelanggaran yang terjadi di Indonesia, antara lain skandal KAP Purwanto,
Sungkoro, dan Surja (Member dari Ernst and Young Global Limited/ EY) yang terbukti
melakukan pelanggaran undang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik pada
tahun 2019, dengan cara menggelembungkan (over statement) pendapatan senilai Rp 613 miliar
untuk laporan keuangan tahunan (LKT) periode 2016 pada PT Hanson Internation Tbk (MYRX)
(Ayuningtyas, 2019). Hal ini menyebabkan pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) Sherly
selama setahun.

Agar permasalahan tersebut dapat ditanggulangi perlu adanya pengawasan dan pemerikasaan
secara ketat, jadi disinilah tugas seorang akuntan publik di uji. Akan tetapi tidak sedikit dari profesi ini
kurang memahami peraturan-peraturan, etika, dan moral yang ada. Profesi Akuntan memegang peranan
yang sangat krusial dalam dunia ekonomi, sehingga tuntutan dalam memahami kode etik akan selalu
menyertai profesi ini agar mampu mempertahankan kualitas serta kepercayaan dari Masyarakat (Mafazah,
2022). Dalam praktiknya, akuntan publik cenderung akan dihadapkan oleh beberapa pilihan yang saling
berbenturan antara yang satu dan yang lainnya, sehingga cenderung akan menyebabkan terjadinya dilema.
Apabila akuntan hanya bertumpu pada pemahaman etika saja, integritas akuntan dapat goyah ketika
dihadapkan oleh pilihan-pilihan yang menggiurkan. Atas dasar itu, peran aspek religiositas juga akan
sangat dibutuhkan untuk menunjang etika yang baik.1

Etika merupakan suatu hal yang berkaitan dengan benar atau salah (baik atau buruk), sehingga
etika sering kali digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi tindakan atau praktik manusia (Duska,
Duska, & Ragatz, 2011, hlm. 34). Di Indonesia, pedoman etika yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota
profesi akuntan tercantum dalam “Kode Etik Akuntan Indonesia”. Kode Etik ini akan berperan dalam
memberikan panduan secara tertulis terkait sistem norma, nilai, dan standar profesional yang akan
menentukan apa yang baik (atau benar) serta apa yang salah (atau buruk) untuk seorang profesional
(Mafazah, 2022). Kode etik yang dijalankan dengan baik akan membawa akuntan menerima hasil kerja
yang baik dan maksimal. Dengan mematuhi kode etik, akuntan akan membantu manajemen menyajikan
laporan keuangan kepada stakeholders yang berisi informasi yang transparan serta terjamin kebenarannya
(Nuha, 2017). Jika ditelaah kembali, kode etik seharusnya sudah berperan besar bagi akuntan dalam
menjalankan pekerjaannya dengan baik, karena seorang akuntan memiliki akal dan pikiran serta
kompetensi yang dibuktikan dengan ujian-ujian yang dilalui sebelum menjadi seorang akuntan
profesional. Walaupun terdapat kode etik yang mengatur perilaku akuntan, faktanya beberapa tahun
terakhir ini masih marak terjadi kasus kecurangan pada perusahaan publik yang melibatkan peran akuntan
di dalamnya, terlebih lagi di antaranya ada yang mengalami kebangkrutan (Diana & Basri, 2021). Oleh
karena itu, pemahaman terhadap etika sangat mendasar bagi profesi akuntan, sehingga akuntan mampu
untuk berperilaku etis.2

Dengan diterapkan nya kode etik pada profesi ini maka tiap profesi memiliki aturan-aturan
khusus yang harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Kode etik Profesi diperlukan
agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar batas-batas tertentu yang dapat merugikan
suatu pribadi atau masyarakat luas. Kode etik tersebut akan memberi batasan-batasan mengenai apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari oleh suatu profesi.Kode Etik profesi menjadi tolak ukur
kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi (Jusup,Al Haryono, 2001: 90). Apabila kode etik profesi

1
Mafazah, P. (2022). Etika profesi akuntansi problematika di era masa kini. Sibatik Journal, 1(7), 1207–1212. DOI:
https://doi.org/10.54443/sibatik.v1i7.143.
2
Duska, R., Duska, B. S., & Ragatz, J. (2011). Accounting ethics (2nd ed.). United Kingdom: WileyBlackwell.
dilanggar maka harus ada sanksi tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika
tidak, maka akan mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut berkurang. Sedangkan
apabila suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada maka hasilnya tidak akan merugikan
kepentingan umum dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut. 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode literatur sebagai landasan utama untuk menganalisis
konsep-konsep kunci dalam pendidikan literasi dan hubungannya dengan kemampuan berpikir kritis.
Analisis literatur dilakukan melalui pencarian dan kajian berbagai sumber literatur, seperti buku, jurnal
ilmiah, dan artikel penelitian terkait. Pemilihan literatur dilakukan secara sistematis untuk memastikan
keterkaitan dengan tujuan penelitian.

Metode penelitianliteratur digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi dari


teks-teks yang relevan, seperti kajian literatur, teori, dan dokumen lainnya. Metode ini membantu peneliti
dalam mengidentifikasi pola, perilaku, dan hubungan yang ada dalam data yang diumpulkan, serta
mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pertanyaan penelitian yang dijelaskan.

PEMBAHASAN

PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Suatu profesi dapat didefinisikan secara singkat sebagai pekerjaan dengan keahlian khusus
sebagai mata pencaharian tetap. Komarudin: Profesi adalah jenis pekerjaan yang menurut pengetahuan
tinggi khusus dan latihan istimewa. KBBI: Profesi adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
tertentu (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya). Kaidah pokok profesi, diantaranya: Harus dipandang
(dan dihayati) sebagai suatu pelayanan, mendahulukan kepentingan klien, berorientasi pada masyarakat
secara keseluruhan. Pengemban profesi harus mengembangkan semangat solidaritas sesama rekan
seprofesi. Sedangkan prinsip etika profesi adalah menyangkut: Prinsip tanggung jawab, Prinsip keadilan,
Prinsip otonomi, Prinsip integritas moral.4

Profesi Akuntan publik merupakan suatu bidang serta keahlian yang dijadikan suatu pekerjaan
yang melibatkan analisis data, pengumpulan data, dan interpretasi informasi laporan keuangan. Akuntan
publik diberi tanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan suatu entitas yang berdasarkan
standar akuntansi yang telah di berlakukan. Selain itu, mereka juga berperan dalam memberikan layanan
audit untuk menilai kewajaran dan keandalan informasi keuangan. Adapun menurut Undang-Undang
Nomor 5 Republik Indonesia tentang Akuntan Publik Tahun 2011 yakni Akuntan Publik adalah Akuntan
yang bergerak di bidang jasa akuntansi yang bersifat profesional untuk menggunakan hasilnya secara

3
usup, Al Haryono. (2001). Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: STIE YKPN

4
21 Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2017, hlm. 12.
efektif yang dianggap sebagai hal yang penting oleh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
(www.jdih.kemenkeu.go.id). Menurut Aulia (2016) akuntan publik memberikan jasa assurance yang
terkait akuntansi, keuangan, dan manajemen yang meliputi audit atas informasi laporan keuangan, jasa
reviu laporang keuangan, dan jasa assurance lainnya `17 dilakukan sesuai dengan ketentutan peraturan
perundangudangan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntan publik merupakan
akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dan telah memperoleh izin praktek oleh Menteri
Keuangan untuk memberikan jasa asurans yang digunakan oleh perusahaan dalam pengambilan
keputusan bahwa akuntan publik merupakan akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dan telah
memperoleh izin praktek oleh Menteri Keuangan untuk memberikan jasa assurance yang digunakan oleh
perusahaan dalam pengambilan keputusan. Akuntan merupakan profesi yang keberadaannya sangat
tergantung pada kepercayaan masyarakat. Sebagai sebuah profesi yang kinerjanya diukur dari
profesionalismenya, akuntan harus memiliki ketrampilan, pengetahuan dan karakter. Penguasaan
ketrampilan dan pengetahuan tidaklah cukup bagi akuntan untuk menjadi profesional. Karakter diri yang
dicirikan oleh ada dan tegaknya etika profesi merupakan hal penting yang harus dikuasainya pula.

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai
informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan
dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika
perusahaan-perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala kecil dan masih
menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjai usahanya, jasa audit yang dihasilkan oleh
profesi akuntan publik belum diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Begitu juga jika sebagian
besar perusahaan berbadan hukum selain Perseroan Terbatas (PT) yang bersifat terbuka, di negara
tersebut jasa audit profesi akuntan publik belum diperlukan oleh masyarakat usaha. Jadi inti dari profesi
ini harus memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaporkan laporan keuangan dan memastikan
keakuratannya. Selain itu yang dinilai dari profesi ini yakni kejujuran nya maksudnya itu akuntan public
harus bersifat transparansi dalam konteks akuntan publik merujuk pada keterbukaan dan kejelasan dalam
penyajian informasi keuangan dan akuntansi. Akuntan publik memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan laporan keuangan yang transparan, yang dapat dipahami dan diakses dengan mudah oleh
pihak yang berkepentingan.5

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Seorang akuntan publik, sebagai seorang profesional harusmampu menyadari adanya


tanggung jawab terhadappublik, klien dan kepada sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang
terhormat, bahkan jika hal itu harus mengorbankan kepentingan pribadi (Arens,2012). Etika sebagai
landasan yang merupakan unsur utama bagi profesi Akuntan dalam menjalankan kegiatan
profesionalnya dalam bekerja. Nasirwan,(2011)menjelaskan memenuhi tanggung jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi pada kepentingan
publikmerupakan tujuan profesi akuntansi. Etika profesi menekankan tuntutan terhadap
profesiseseorang yang melmili hubungan dengankeahlian dan komitmen moral seperti tanggung

5
Boynton, William C., Walter G. Kell. (1996). Modern Auditing. Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons.
jawab, keseriusan, disiplin, dan integritas moral (Hastuti, 2007). Kamayanti (2019) International
Federation of Accountants (IFAC) menerbitkan Code of Ethicsmelalui Ethics Standartd Board
for Accountantsatau Dewan Standar Etika untuk Akuntan yang digunakan oleh seluruh anggota IFAC
termasuk Ikatan Akuntansi.6

Secara umum kode etik perilaku akuntan seharusnya memberikan pedoman yang cukup bagi
akuntan untuk menjalankan perannya sebagai profesional, dan menginformasikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan seperti investor, manajemen atau agensi pemerintah bagaimana akuntan seharusnya
bertindak (Brooks, 1989; 164). Secara lebih luas kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang
menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena
dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik
bagi masyarakat (Baidaie, 2000). untan Indonesia (IAI).7

Kode Etik Profesi Akuntan Publik mengatur tentang etika akuntan publik, yaitu bagaimana
akuntan publik harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Akuntan publik harus berpegang
teguh pada kode etik yang menjunjung tinggi seluruh prinsip dasar etika dan kepatuhan sehingga akuntan
publik dapat mempertanggungjawabkan tindakannya dan menjaga kepentingan publik serta pemangku
kepentingan lainnya. Kode Etik Akuntan Publik merupakan pedoman bagi anggota asosiasi Akuntan
publik Indonesia harus bekerja secara bertanggung jawab dan obyektif (Mantan, 2012). Kode Etik
Akuntan Publik merupakan suatu aturan etika yang bersifat wajib Dilakukan oleh anggota dan staf
Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI Profesional (anggota IAPI dan non-anggota IAPI)
Memberikan jasa profesional, termasuk jasa pengesahan dan jasa selain pengesahan (IAPI, 2007-2008).

Kode etik profesi akuntan terdapat pada etika profesi akuntan yang telah mengaturuntuk
kaidah serta norma dalam lingkup profesional. Etika profesi akuntan merupakan suatu ilmu yang
membahas perilaku atau perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai akuntan dimana etika tersebut mengatur bagaimana seorang akuntan
melakukan pekerjaaannya (Sari dkk, 2020). Kode Etik Profesi Akuntan Publik menetapkan prinsip
dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik merupakan kode etik organisasi Insitut Akuntan Publik
Indonesia yang berlaku bagi Akuntan Publik, pemegang Certified Pubic Accountant of Indonesia, serta
anggota lainnya dari Institut Akuntan Publik Indonesia yang relevan sesuai ketentuan yang
berlaku (IAPI, 2020)

Adapun prinsip akuntan public yang wajib ditaati seperti objektivitas, kompetensi dan kehati-
hatian profesional, integritas perilaku profesional dan kerahasiaan. Apabila terdapat pelanggaran
terhadap Kode Etik Akuntan Publik, maka akuntan publik harus melakukan evaluasi terhadap dampak
pelanggaran tersebut. Setelah itu, akuntan publik harus bertindak cepat untuk mengatasi dampak

6
Hastuti. S (2007). Perilaku Etis Mahasiswa dan Dosen Ditinjau dari Faktor Individual Gender dan Locus
of Control. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol 7, No 1, 1Maret 2007: 58-73
7
Baidaei, M.C. 2000. Penerapan Kode Etik Profesi. Makalah pada Kongres Luar Biasa
dan KNA IV IAI. Jakarta, 5-7 September.
pelanggaran tersebut dan memutuskan apakah akan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak
terkait seperti asosiasi profesi, otoritas pengawasan, atau regulator (Indonesia,2021). 8

Setiap akuntan publik wajib mengetahui dan memahami Kode Etik Akuntan Publik untuk
menghindari potensi dan kemungkinan terjadinya pelanggaran dan penyimpangan, seperti
penyalahgunaan informasi klien atau manipulasi angka yang dapat membahayakan laporan keuangan
tahunan klien berubah menjadi keuntungan besar, dan dikeluarkan opini audit yang tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang ada. Selain itu, akuntan publik dituntut untuk memiliki kesadaran yang tinggi
dalam menerapkan kebijakan dan sistem untuk menegakkan aturan yang mengikat Kode Etik Akuntan
Publik.9

Jadi sangat penting jika seorang akuntan public untuk menerapkan kode etik tersebut sebab
sangat berpengaruh positif terhadap kinerja nya. Hasil penelitian ini uga menunjukkan bahwasanya
semakin tinggi rasa patuh akuntan public terhadap kode etik profesinya, maka kinerja nya akan meningkat
dan sebaliknya jika rasa patuh nya rendah maka kinerjanya akan menurun. Dengan diterapkannya kode
etik tersebut maka akuntan public dapat menjalankan tugas nya secara profesional serta merefleksikan
sikapnya sebagai individu yang independen, berintegritas dan berobyektivitas tinggi serta bertanggung
jawab, sehingga dapat diberikan kepercayaan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kode etik
seorang akuntan akan mendukung dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga
tingkat kesalahan semakin berkurang. Kode etik profesi ini dipandang sebagai faktor penting dalam
pemeriksaan laporan keuangan karena kode etik profesi merupakan peraturan yang dapat membuat orang
nya menjadi lebih berintegritas.10

PENTINGNYA MEMAHAMI KODE ETIK

Kode etik merupakan landasan suatu profesi. Hal inilah yang membedakan antara profesi dan
jenis pekerjaan lainnya. Karena profesi dituntut untuk bekerja profesional sesuai dengan aturan dan
disiplin ilmunya, maka perlu suatu aturan yang membatasi profesi tetap berjalan dalam koridornya. Pada
dasarnya etika mengacu pada baik atau buruknya suatu tindakan. Sebagaimana pendapat Adrian, kode
etik mengarah pada baik atau buruknya perilaku suatu profesi. “Sebenernya kode etik itu mengarah pada
good or bad, baik dan buruk, tercela atau tidak. Tapi kalau hukum itu right or wrong,” ungkap Adrian.
Etika seorang profesi akan menunjukkan apakah dia bisa dipercaya dalam memberikan jasa
profesionalnya pada masyarakat. Ketaatannya pada kode etik ini memperlihatkan sejauh apa „kemuliaan‟
suatu profesi itu dapat dipertahankan. Dalam bidang ekonomi dan bisnis, profesi akuntan publik tidak
dapat dikecualikan. Sebagai sebuah profesi, akuntan publik pun memiliki kode etik pula. Kode etik yang
disusun oleh asosiasi profesi inilah yang menjadi landasan akuntan publik. “Akuntan wajib berprofesi.
Jika tidak, ia hanya akan menjadi pekerjaan biasa,” ungkap Sudirman Said (dalam Majalah Akuntan,

8
Indonesia, I. A. (2021).www.iaiglobal.or.id. Diunduh tanggal 31 desember 2023
9
Muria, R., & Alim, M. (2021). Perilaku Etis dan Kode Etik Akuntan Profesional dalam Akuntan Publik. Wacana
Equiliberium : Jurnal Pemikiran & Penelitian Ekonomi.
10
Ariani Wahyuningsih, A.A. Ayu. 2009. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Tingkat Pendidikan dan
Pengalaman Kerja pada Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Bali. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
2014). Menurutnya, tanggung jawab moral untuk menaati standar kerja, integritas yang dijunjung tinggi,
dan etika profesi yang diemban oleh akuntan publik menjadikannya lebih dari sekedar pekerjaan biasa.

Kode etik ini bukanlah suatu hiasan profesi saja, melainkan landasan profesi tersebut. Aturan
yang mengikat ini berfungsi sebagai rambu-rambu bagi segala perilaku yang dilakukan oleh profesi. Bila
diibaratkan, kode etik bagi akuntan publik itu layaknya sebuah kompas (Farhan, 2009). Kode etik
berfungsi sebagai penunjuk arah menuju profesi yang beretika, juga sekaligus sebagai jaminan mutu
moral profesi akuntan publik di mata masyarakat. Selain untuk mengatur, Ihsan juga beranggapan bahwa
kode etik juga berperan dalam memelihara hubungan akuntan publik dengan masyarakat luas, termasuk di
antaranya: klien, pemerintah, sesama akuntan publik, dan pihak lainnya yang membutuhkan jasa profesi
akuntan publik. Pekerjaan ini tidak hanya dilakukan untuk kepentingan pribadi saja, tapi memiliki kaitan
langsung dan dampak terhadap pihakpihak lain (Keraf, 1998:36). Salah satu hal yang membedakan
profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam
melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya
terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Bukan hanya kepada pihak-pihak yang terkait secara
langsung saja seperti klien, tapi juga masyarakat luas karena tanggungjawabnya dalam melindungi
kepentingan publik. Maka pantas saja dalam Majalah Akuntan Edisi Desember 2014 disebutkan bahwa
akuntan publik menyandang sebutan the guardian of public interest atau penjaga kepentingan publik.
Kode etik menjadi salah satu jembatan untuk membentuk kepercayaan pihak-pihak lain dan masyarakat
luas atas profesionalitas profesi akuntan publik.11

PENTINGNYA PENERAPAN KODE ETIK

Penerapan Kode Etik Akuntan merupakan hal yang penting untuk menjadi perhatian bagi
seorang akuntan maupun auditor. Kode Etika profesi ini menjadi salah satu aturan yang harus dipegang
teguh, karena tanggung jawab seorang auditor bukan hanya sebatas pada klien semata, namun juga
memiliki tanggung jawab kepada masyarakat secara luas. Sehingga dalam praktik nya seorang auditor
harus berupaya untuk meningkatkan dalam penerapan kode etik profesi ini. Maka dapat disimpulkan
bahwa seorang auditor wajib untuk patuh dan berpegang teguh pada kode etik ini. Mengenai bagaimana
tingkat penerapan kode etik akuntan pada kenyataannya sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini
terlihat dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kod etik ini sudah diterapkan baik pada tingkat
usaha maupun tingkat pemerintahan. Seperti pada penelitian (Novatiani, R.Ait & Kusumah, R. W. 2017)
menyebutkan bahwa penerapan kode etik profesi akuntan pada KAP di Kota Bandung sudah memenuhi
prinsip etika yang ada, penelitian dari (Ismiyati, Anna Anica, 2019) juga menyebutkan bahwa sudah
terdapat penerapan yang baik dari kode etik akuntan ini di wilayah Provinsi Banten. Kode etik akuntan ini
sendiri terdiri dari beberapa prinsip yang menurut BPI yaitu integritas, objektivitas, kerahasiaan,
kompetensi, akuntabel, dan perilaku profesional. Yang mana pada setiap prinsip ini memiliki tujuan dan
bentuk penerapan yang berbeda. Seperti pada penerapan dari prinsip integritas yang mana disini seorang
auditor wajib melakukan tanggung jawab dan pekerjaanya dengan kejujuran, ketekunan, dan tanggung
jawab dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Untuk penerapan pada prinsip objektivitas maka seorang
auditor akan mengungkapkan fakta material yang diketahuinya tanpa ada hal yang ditutupi, bersikap

11
Farhan, Djuni. 2009. Etika dan Akuntabilitas Profesi Akuntan Publik. Malang: Intimedia
netral dengan tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat menimbulkan
prasangka dan tidak menerima sesuatu yang dapat mengganggu profesionalitasnya.12

Pada prinsip kerahasiaan ini diterapkan dengan selalu berhati-hati dalam menggunakan
informasi yang ada, sedangkan pada prinsip kompetensi ini diterapkan dengan memberikan layanan yang
konsisten dalam menyelesaikan setiap tugas yang diterimanya. Senantiasa berupaya untuk meningkatkan
keahlian dan efektivitas dari dalam pelaksanaannya. Pada prinsip akuntabel auditor akan menyampaikan
pertanggungjawaban atas tindakannya kepada pihak yang berwenang secara mandiri maupun kelompok,
dan yang terakhir prinsip perilaku profesional dengan menerapkan kehati-hatian pada tindakan yang dapat
menghilangkan kepercayaan atas hal ini. Penerapan dari Kode Etik Akuntan ini juga memiliki dampak
positif bagi kualitas auditor maupun hasil audit hal ini ditunjukkan tas hasil beberapa penelitian (Juhara,
Djaju., 2017; Lumeno. Hafied. Arsyad, 2020; Candradewi & Putra. 2022; Ismiyati, Anna Anica, 2019;
Laila, C.H. Novita, 2019). Selain itu berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan terdapat
beberapa alasan dari penerapan kode etik yang dilakukan seperti pada penelitian (Zamzami, F., Mukhlis,
& Pramesti. 2014 dalam Lumeno, Syamcrist. dkk. 2020) yang menyebutkan bahwa pada pelaksanaan
audit, seorang auditor memiliki tuntukan kriteria karir yang harus dimiliki seperti ketepatan dalam
menjamin kredibilitas hasil audit, yang mana hal ini akan didukung oleh keahlian.13

DAMPAK PELANGGARAN KODE ETIK PADA PROFESI

Kebijakan dan sistem dalam upaya penegakan kode etik secara umum masih menyisakan celah
bagi sejumlah orang untuk melakukan pelanggaran. Beberapa yang lain terjebak dalam dilema
pengambilan keputusan etis. Budi berpendapat bahwa kesadaran akan pentingnya kode etik profesi
tergantung pada pribadi masing-masing pribadi orang. Sebagaimana dinyatakan oleh Boyce (2006),
permasalahan etika tidak terlepas dari permasalahan moral individu. Keputusan seseorang dalam
menentukan perilakunya akan menentukan di sisi mana dia berada, individu yang etis atau sebaliknya.
Pada akhirnya, ketika seseorang dihadapkan pada permasalahan dan dilema seputar etika profesi,
kesadaran pribadilah yang akan menyelamatkannya. Namun dari sekian banyak orang itu, tidak sedikit
pula yang terperosok hingga menyimpang dari korider etika. Lebih lanjut lagi, Trikollah, Triyuwono, dan
Ludigdo (2006) menyatakan bahwa perilaku etis individu dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: aspek
individual, aspek organisasional, dan aspek lingkungan.14

Pelanggaran dapat disebabkan oleh beberapa hal. Terlepas dari faktor kesengajaan, Ihsan
menyebutkan salah satu hal yang dapat menjadi penyebabnya yaitu ketidaktahuan anggota praktisi karena

12
Ismiyati, Anna Anica. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Banten).
Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa, 4(1), 89
13
Juhara, D. . (2021). Pengaruh Kode Etik Akuntan Publik Terhadap Kualitas Hasil Audit Pada Kantor Akuntan Publik
Di Bandung. Majalah Bisnis &Amp; Iptek, 10(2). https://jurnal.stiepas.ac.id/index.php/bistek/article/view/87
14
Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triyuwono, H. Unti Ludigdo. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada PTN di Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus.
kurang mengikuti perkembangan. Serupa dengan pernyataan Ihsan, Adrian dan Budi pun sepakat bahwa
kurangnya pengetahuan praktisi akan disiplin ilmu akuntansi, perkembangan dunia bisnis, dan aturan-
aturan hukum yang berlaku merupakan salah satu faktor utama yang melatarbelakangi tindakan tidak etis
akuntan publik. Faktor penyebab yang satu ini berkaitan dengan prinsip dasar kode etik nomor tiga, yaitu
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian. Pemeliharaan kompetensi profesional
membutuhkan sikap aktif akuntan publik untuk terus update perkembangan ilmu pengetahuan dan turut
mengikuti perubahan-perubahan aturan-aturan terkait akuntan publik, baik nasional maupun internasional.

Selain itu, hubungan dengan pihak eksternal dapat berpengaruh negatif terhadap perilaku etis
akuntan publik. Ancaman yang disebabkan karena adanya pihak eksternal antara lain: benturan
kepentingan, imbalan jasa profesional, serta penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya.
Ihsan berpendapat bahwa hubungan kedekatan dengan klien juga merupakan salah satu faktor di balik
pelanggaran kode etik. Kendati tak pernah melakukan pelanggaran etika, Adrian mengungkapkan bahwa
dia pun pernah berhadapan dengan klien yang „rewel‟. Ancaman semacam ini mungkin saja terjadi dalam
praktik profesional akuntan publik. Cara penanganannya pun kembali pada masing-masing individu.
Adrian dan Budi sepakat bahwa apabila pemecahan masalah melalui diskusi tidak berhasil, maka
penolakan dengan tegas merupakan cara terbaik untuk terhindar dari ancaman yang berkaitan dengan
pihak eksternal ini. Adanya pengaruh pihak eksternal tidak dapat dihindari dalam praktik profesional
akuntan publik. Keberadaan pihak eksternal akan memberikan pengaruh terhadap keberadaan dirinya
sendiri, hal tersebut berarti praktik profesional akuntan publik tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial
yang melingkupinya (Ludigdo, 2007:96).15

Ludigdo (2007:201) mengungkapkan bahwa dorongan atas nilai-nilai materialistik sudah


tertanam dalam masyarakat, hingga membentuk mindset bahwa kepuasaan hanya dinilai sebatas fisik saja.
Lingkungan semacam inilah yang membentuk masyarakat, menciptakan manusia yang tamak akan uang,
Low (2006) menyebutnya sebagai money culture. Low menyatakan, “Without money, we cannot have a
comfortable life and some would like to have more than just a comfortable life.” Tanpa disadari,
dorongan materialistik ini tumbuh di tengah-tengah masyarakat kini. Sebagai profesi yang dekat dengan
perkembangan ekonomi dan bisnis, akuntan publik tidak dapat terhindar dari lingkungan tersebut. Maka
ketika ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh kapitalisme, dari situ pula lah akuntansi berkembang (Ludigdo,
2007:206), Low (2006) menyatakan bahwa akuntansi adalah central to the working of capitalism. Untuk
itulah etika hadir di tengah profesi akuntan publik, agar dapat mengimbangi sisi negatif yang ditimbulkan
oleh akuntansi itu sendiri. Beberapa kasus pelanggaran kode etik menjadi pemberitaan di media massa
dan sempat menjadi sorotan masyarakat luas. Isu pelanggaran ini akan mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap profesi akuntan publik. “Ketika ada pelanggaran yang dibuka di publik, kerugian
akan berdampak pada profesi, bukan cuma akuntan publik yang bersangkutan saja,” ungkap Ihsan. Seperti
kata pepatah, “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga,” secara tidak langsung, satu pelanggaran yang
terjadi akan membentuk opini publik yang buruk terkait dengan bagaimana jasa profesional akuntan
publik di negara ini.16

15
Ludigdo, Unti. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
16
Low, Mary, Howard Davey, Keith Hooper. 2006. Accounting Scandals, Ethical Dilemmas and Educational
Challenges. Artikel. www.sciencedirect.com diakses pada tanggal 19 Juni 2015.
KONSEKUENSI HUKUM DAN SANKSI PELANGGAR KODE ETIK

Pemerintah pun menetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur profesi akuntan


publik. Aturan terkait akuntan publik tertulis dalam PMK No.17 Tahun 2008 Tentang Jasa Akuntan
Publik, PP No.20 Tahun 2015 Tentang Praktik Akuntan Publik, serta UU No.5 Tahun 2011 Tentang
Akuntan Publik (UU Akuntan Publik Tahun 2011). Pada Januari 2011, UU Akuntan Publik Tahun 2011
resmi diberlakukan. Sanksi tegas atas tindakan akuntan publik yang melanggar aturanaturan berlaku
dituangkan dalam peraturan tersebut. Berbeda dengan kode etik yang memberikan kerangka konseptual
etika profesi akuntan publik serta penerapannya, UU Akuntan Publik Tahun 2011 memberikan sanksi
tegas pada pelanggarnya, yaitu sanksi administatrif dan sanksi pidana.

Namun walaupun UU Akuntan Publik Tahun 2011 telah diberlakukan, tindak penyimpangan
masih tidak dapat dihindari. Pelanggaran kode etik kerap terjadi, masyarakat masih saja disuguhi dengan
berita pembekuan beberapa KAP yang dikarenakan atas pelanggaran SPAP sekaligus kode etik profesi.
IAPI sebagai asosiasi akuntan publik se-Indonesia merupakan organisasi yang menindaklanjuti
pelanggaran yang terjadi. Di bawah naungan DSP IAPI, IAPI tidak hanya menetapkan kode etik, tapi juga
mengawasi perkembangannya. IAPI membuka pintu selebar-lebarnya bagi seluruh masyarakat untuk turut
serta mengawasi penegakan Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

Tetapi meski penegakan kode etik ini semakin diperketat dengan adanya peran serta masyarakat
umum, pendeteksian adanya tindak pelanggaran masih sulit untuk dilakukan. Pemerintah pun telah
mengupayakan dengan keras beberapa langkah dalam upaya pendeteksian dan pencegahan pelanggaran.
Namun dengan jumlah akuntan publik yang ribuan dan jumlah KAP yang tidak sedikit pula, pelanggaran
masih sulit untuk dibabat habis, hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Pusat Pembinaan Profesi Keuangan,
Langgeng Subur, dalam Majalah Akuntan Edisi November 2015.

Tindak pelanggaran kode etik profesi akuntan publik seakan tertutup rapat-rapat dan tak jua
muncul di permukaan. Adrian mengungkapkan pula bahwa meskipun telah ada indikasi pelanggaran,
namun beberapa kasus tersebut hanya bersifat pasif, “Kalau nggak ada laporan, pengurus IAPI tidak
tahu,” ungkapnya. Apabila ada laporan pengaduan yang masuk pun, IAPI harus memprosesnya melalui
beberapa persyaratan. Jika salah satu persyaratan tidak terpenuhi, maka pengaduan dianggap tidak relevan
dan tidak ditindaklanjuti. Hingga saat ini pelanggaran kode etik masih sulit terdeteksi. Pengetahuan
masyarakat terkait pelanggaran ini pun hanya bersumber dari media massa saja. Jadi meskipun
pelanggaran kerap terjadi, itu hanya menjadi rahasia masing-masing pemberi jasa dan penggunanya.17

SIMPULAN

Studi kasus di atas membahas pentingnya pemahaman dan penerapan Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
Beberapa poin kesimpulan yang dapat diambil dari diskusi ini antara lain:

1. Definisi Profesi: Profesi diartikan sebagai jenis pekerjaan dengan keahlian khusus, didasari
pengetahuan tinggi dan latihan istimewa. Profesi Akuntan Publik memiliki prinsip dasar,

17
Majalah Akuntan Indonesia Edisi Oktober-November. 2015. Powerhouse Akuntan Indonesia. Hal. 10-12.
termasuk pelayanan, kepentingan klien, orientasi pada masyarakat, dan semangat solidaritas
sesama rekan seprofesi.

2. Tanggung Jawab Profesi Akuntan Publik: Profesi Akuntan Publik bertanggung jawab atas
keakuratan laporan keuangan dan memberikan layanan audit untuk menilai kewajaran dan
keandalan informasi keuangan. Keberadaan profesi ini sangat tergantung pada kepercayaan
masyarakat.

3. Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode Etik Profesi Akuntan Publik mengatur perilaku
akuntan dalam menjalankan pekerjaannya secara profesional. Kode etik mencakup prinsip
tanggung jawab, keadilan, otonomi, dan integritas moral.

4. Pentingnya Memahami Kode Etik: Pemahaman dan penerapan kode etik sangat penting bagi
seorang akuntan publik. Kode etik menjadi landasan profesi, membedakan profesi dari jenis
pekerjaan lain, dan mencerminkan profesionalitas serta integritas seorang akuntan.

5. Studi Kasus dan Dampak Pelanggaran Kode Etik: Pelanggaran kode etik dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan, tekanan eksternal, atau dorongan nilai materialistik. Dampak
pelanggaran ini tidak hanya berpengaruh pada individu yang bersangkutan tetapi juga
menciptakan opini negatif terhadap profesi secara keseluruhan.

6. Konsekuensi Hukum dan Sanksi: Pemerintah telah menetapkan peraturan perundang-


undangan, seperti UU Akuntan Publik Tahun 2011, yang memberikan sanksi administratif dan
pidana bagi pelanggar kode etik. Meskipun demikian, deteksi pelanggaran masih sulit, dan
pelanggaran kadang terjaga kerahasiaannya.

7. Peran Masyarakat dan Organisasi Profesi: Partisipasi masyarakat dalam pengawasan kode etik
sangat penting. Organisasi profesi, seperti IAPI, berperan dalam menegakkan dan mengawasi
penerapan kode etik.

8. Kesadaran dan Penerapan Kode Etik: Kesadaran individu, termasuk akuntan, terhadap
pentingnya penerapan kode etik adalah kunci utama dalam menjaga integritas dan profesionalitas
profesi.

9. Keterkaitan Kode Etik dan Kepercayaan Masyarakat: Kode etik memainkan peran krusial
dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Keberhasilan dalam
penerapan kode etik akan menciptakan lingkungan yang lebih etis dan dapat diandalkan.

10. Kompleksitas Penerapan Kode Etik: Meskipun ada upaya keras dalam menegakkan kode etik,
kompleksitas profesi dan tekanan eksternal membuat deteksi dan penanganan pelanggaran tetap
menjadi tantangan.

Dengan demikian, pemahaman dan penerapan kode etik secara komprehensif oleh akuntan publik sangat
penting untuk menjaga integritas, kepercayaan masyarakat, dan kualitas profesi secara keseluruhan.
REFERENSI

Mafazah, P. (2022). Etika profesi akuntansi problematika di era masa kini. Sibatik Journal, 1(7), 1207–1212. DOI:
https://doi.org/10.54443/sibatik.v1i7.143.

Duska, R., Duska, B. S., & Ragatz, J. (2011). Accounting ethics (2nd ed.). United Kingdom: WileyBlackwell.

usup, Al Haryono. (2001). Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: STIE YKPN

21 Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2017, hlm. 12.

Boynton, William C., Walter G. Kell. (1996). Modern Auditing. Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons.

Hastuti. S (2007). Perilaku Etis Mahasiswa dan Dosen Ditinjau dari Faktor Individual Gender dan Locus
of Control. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol 7, No 1, 1Maret 2007: 58-73

Baidaei, M.C. 2000. Penerapan Kode Etik Profesi. Makalah pada Kongres Luar Biasa
dan KNA IV IAI. Jakarta, 5-7 September.

Indonesia, I. A. (2021).www.iaiglobal.or.id. Diunduh tanggal 31 desember 2023

Muria, R., & Alim, M. (2021). Perilaku Etis dan Kode Etik Akuntan Profesional dalam Akuntan Publik. Wacana
Equiliberium : Jurnal Pemikiran & Penelitian Ekonomi.

Ariani Wahyuningsih, A.A. Ayu. 2009. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Kerja pada Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Bali. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Farhan, Djuni. 2009. Etika dan Akuntabilitas Profesi Akuntan Publik. Malang: Intimedia

Ismiyati, Anna Anica. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Banten).
Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa, 4(1), 89

Juhara, D. . (2021). Pengaruh Kode Etik Akuntan Publik Terhadap Kualitas Hasil Audit Pada Kantor Akuntan Publik
Di Bandung. Majalah Bisnis &Amp; Iptek, 10(2). https://jurnal.stiepas.ac.id/index.php/bistek/article/view/87

Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triyuwono, H. Unti Ludigdo. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada PTN di Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus.

Ludigdo, Unti. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Low, Mary, Howard Davey, Keith Hooper. 2006. Accounting Scandals, Ethical Dilemmas and Educational
Challenges. Artikel. www.sciencedirect.com diakses pada tanggal 19 Juni 2015.

Majalah Akuntan Indonesia Edisi Oktober-November. 2015. Powerhouse Akuntan Indonesia. Hal. 10-12.

Anda mungkin juga menyukai