Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA PROFESI AKUNTAN

KODE ETIK AKUNTAN PROFESIONAL, KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK, KODE


ETIK AKUNTAN MANAJEMEN DAN KODE ETIK AKUNTAN LAINNYA

OLEH:

KELOMPOK 11
MUH. ALTHOOFIAN MALLAHERI IMRAN
(A031211004)
GEBI MASSING
(A031211019)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
serta karunia-Nya lah, kami selaku penulis mampu menyelesaikan dan melewati hambatan
selama proses pembuatan makalah yang berjudul “Kode Etik Akuntan Profesional, Kode Etik
Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Manajemen dan Kode Etik Akuntan Lainnya” yang
diamanahkan kepada kami sebagai bentuk tanggung jawab kami dalam mata kuliah Etika
Profesi Akuntan yang dibina oleh Prof. Dr. Kartini, SE.,M.Si.Ak.CA.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini,
maka besar harapan kami bagi para pembaca untuk memberikan masukan serta saran agar kami
bisa lebih baik ke depannya. Ucapan maaf kami juga sertai atas banyaknya kesalahan dalam
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Makassar, 11 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
A. Fungsi Kelebihan Kode Etik ........................................................................................... 5
B. Kode Etik Profesional AICPA ........................................................................................ 5
C. Kode Etik Profesi Akuntan Publik.................................................................................. 7
D. Kode Etik Auditor Intern Pemerintah ........................................................................... 12
E. Kode Etik dari Tiga Organisasi Profesi, yakni: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia
(AAIPI)................................................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16
Kesimpulan........................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesional identik dengan mutu, komitmen, tanggung jawab dan bayaran tinggi. Berdasarkan
hal diatas ciri-ciri profesi adalah adanya keahlian dan keterampilan khusus, pengabdian kepada
masyarakat, adanya izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut, adanya organisasi profesi,
dan komitmen moral yang tinggi dalam bentuk aturan khusus yang biasa disebut kode etik.
Kode etik merupakan kaedah moral bagi orang-orang yang menjalankan profesi
tersebut. Kode etik ini berisi tuntutan keahlian dan komitmen moral yang berada di atas tingkat
rata-rata tuntutan bagi orang kebanyakan dan tuntutan minimal yang harus dipenuhi dan tidak
boleh dilanggar bagi pengemban profesi tersebut. Kode etik bermaksud melindungi masyarakat
dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara sengaja atau tidak dari kaum
profesional, selain itu bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku
yang tidak baik orang-orang yang mengaku diri profesional.
Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Kode Etik Akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan
antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara
profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan
dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di
lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan.
Setiap orang yang memegang gelar akuntan, wajib menaati kode etik dan standar akuntan,
utamanya para akuntan publik yang sering bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan
pemerintah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana kode etik
akuntan profesional, kode etik akuntan publik, kode etik akuntan manajemen dan kode etik
akuntan lainnya?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan makalah ini adalah untuk mengetahui kode
etik akuntan profesional, kode etik akuntan publik, kode etik akuntan manajemen dan kode
etik akuntan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Kelebihan Kode Etik
Kode etik terdiri dari aturan-aturan yang harus dijalankan oleh setiap anggota profesi. Fungsi
kode etik profesi, dari sisi kaum profesional, kode etik merupakan rambu-rambu moral yang
memberi arah dalam melaksanakan tugas. Menurut A. Sonny Keraf bahwa kode etik
menghindarkan kaum profesional dari kesewenang-wenangan melakukan pekerjaan di luar
batas bidangnya. Kode etik menjadi testimoni pengakuan dimensi moral bagi kaum profesional
sekaligus berfungsi sebagai bentuk budaya paling konkret yang di dalamnya mereka
menunjukkan kewajiban dan tanggung jawab bagi masyarakat. Kode etik memurnikan motif
pengemban profesi untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan menjaga akuntabilitas
profesi di mata masyarakat.
Dari sisi masyarakat, kode etik menjadi dasar legal bagi masyarakat menuntut kaum
profesional untuk memberikan pelayanan maksimal sekaligus memberi legitimasi untuk
menuntut tanggung jawab atas risiko kesalahan yang dilakukannya. Kode etik juga mencegah
masyarakat untuk bertindak sewenang-wenang terhadap kaum profesional.
Kode etik profesi memberi nilai tambah bagi kaum profesional. Unti Ludigo
menunjukkan lima nilai tambah kode etik. Pertama, pelaku profesi akan lebih sadar tentang
aspek moral pekerjaannya. Artinya, kode etik membangkitkan kesadaran kaum profesional
akan aspek etis tugasnya. Kedua, kode etik berfungsi sebagai acuan yang dapat diakses secara
lebih mudah. Dengan fungsi ini kode etik akan dapat mengarahkan perilaku manajemen untuk
selalu memelihara kepedulian pada etika.
Ketiga, ide-ide abstrak dari kode etik akan dinyatakan ke dalam istilah yang konkret dan dapat
diaplikasikan ke segala situasi. Artinya kode etik memuat pokok-pokok pikiran suatu profesi
yang dijadikan sebagai pijakan dalam pengembangan profesi. Keempat, anggota komunitas
profesi sebagai keseluruhan akan bertindak dalam cara yang lebih standar pada garis profesi.
Para anggota profesi memiliki ragam pemikiran tentang pengembangan profesinya. Ragam
pemikiran tersebut disatukan dalam kode etik profesi. Kelima, kode etik akan mengarahkan
anggota profesi untuk berperilaku baik dalam pekerjaannya. Dengan demikian kode etik
sekaligus menjadi intropeksi diri di kalangan anggota profesi.

B. Kode Etik Profesional AICPA


Setiap negara memiliki kode etik sendiri, serupa Kode Perilaku Profesional AICPA di Amerika
Serikat. Adapun komponen kode etik AICPA, yaitu:
● Prinsip-prinsip (principles) yang menyatakan ajaran dasar perilaku etika dan
memberikan kerangka kerja bagi peraturan-peraturan.
● Peraturan Perilaku (rules of conduct) yang menetapkan standar minimum perilaku yang
dapat diterima dalam pelaksanaan layanan profesional.
Sebagai suatu pernyataan ideal perilaku profesional, maka Prinsip-prinsip itu tidak
digolongkan sebagai standar yang dapat ditegakkan. Sebaliknya, Peraturan Perilaku
menetapkan standar minimum perilaku yang dapat diterima serta dapat ditegakkan atau dengan
kata lain sebagai suatu keharusan untuk dicapai. Komite Eksekutif Divisi Etika Profesional
mengeluarkan pengumuman-pengumuman berikut sebagai tambahan atas komponen Kode
tersebut:
● Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of the rules of conduct) yang
menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan spesifik.
● Ketetapan Etika (ethics rulings) yang menunjukkan penerapan Peraturan Perilaku dan
Interpretasi pada kondisi nyata tertentu.
Anggota yang menyimpang dan Interpretasi dan Ketetapan Etika harus memberikan penjelasan
dan alasan penyimpangan tersebut pada rapat dengar pendapat tentang disiplin.
Istilah dasar untuk memahami penerapan Prinsip-prinsip Kode dan Peraturan
● Klien (client). Setiap orang atau entitas, selain pegawai anggota CPA, yang
menugaskan anggota atau kantor anggota CPA untuk melaksanakan jasa profesional
bagi perorangan atau entitas yang akan menerima jasa profesional tersebut.
● Dewan (Council). Dewan yang berada dalam lembaga AICPA.
● Perusahaan (Enterprise). Sinonim dengan istilah "Klien".
● Kantor akuntan publik (Firm). Bentuk organisasi yang diizinkan oleh undang-undang
negara bagian atau peraturan yang memiliki karakteristik sesuai dengan keputusan
Dewan, untuk melaksanakan praktik akuntan publik, termasuk untuk perorangannya
sebagai pemilik.
● Status keanggotaan (Holding out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang
anggota yang menginformasikan statusnya sebagai CPA atau spesialis AICPA yang
terakreditasi.
● Institut (Institute). AICPA itu sendiri sebagai kelembagaan.
● Anggota (Member). Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari
AICPA.
● Praktik akuntan publik (Practice of public accounting). Pemberian jasa profesional
berupa jasa akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa dukungan
litigasi, serta jasa profesional lainnya oleh seorang anggota atau kantor akuntan publik
yang terdaftar sebagai pemegang CPA atau spesialis AICPA yang terakreditasi, sesuai
dengan standar yang diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan. Akan
tetapi, seorang anggota pemegang CPA atau kantor akuntan publik, tidak
diperkenankan untuk melakukan praktik akuntansi publik, apabila seorang anggota atau
kantor akuntan publik pemegang CPA tersebut memang tidak memberikan jasa
profesional seperti tersebut di atas kepada klien.
● Jasa profesional (Professional services). Semua jasa yang dilaksanakan oleh seorang
CPA yang masih berstatus sebagai pemegang CPA.
Prinsip yang terdapat dalam kode etik profesional AICPA, yaitu:
a. Tanggung Jawab
b. Kepentingan Publik
c. Integritas
d. Objektivitas dan Independensi
e. Kecermatan atau Keseksamaan
f. Lingkup dan Sifat Jasa

C. Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Berdasarkan Keputusan Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia No. 34 Tahun
2021 tentang Penetapan dan Pengesahaan Kode Etik Profesi Akuntan 2021 pasal 1, Kode Etik
Profesi Akuntan Publik merupakan bagian dari kode etik organisasi Institut Akuntan Publik
Indonesia yang berlaku bagi Akuntan Publik, pemegang Certified Public Accountant of
Indonesia, serta anggota lainnya untuk selanjutnya disebut “Anggota” dari Institut Akuntan
Publik Indonesia yang relevan sesuai ketentuan yang berlaku. Kode Etik Profesi Akuntan
adalah ketentuan minimal, dalam hal terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur lebih ketat terkait dengan etika profesi Akuntan Publik dan berlaku bagi Anggota.
Kepatuhan Terhadap Kode Etik
Ciri yang membedakan profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung jawab
untuk bertindak dalam kepentingan publik. Kode Etik ini menetapkan standar mutu yang tinggi
atas perilaku etis yang diharapkan dari Anggota. Kode Etik ini juga dapat digunakan atau
diadopsi oleh pihak yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar etika Anggota di sektor
atau yurisdiksi tertentu dan oleh Kantor dalam mengembangkan kebijakan etika dan
independensi.
Kode Etik menetapkan lima prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh semua Anggota.
Kode Etik ini juga mencakup kerangka kerja konseptual yang menetapkan pendekatan yang
akan diambil untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman kepatuhan
terhadap prinsip dasar tersebut serta, ancaman terhadap independensi untuk audit, dan
perikatan asurans lainnya. Kode Etik juga menerapkan prinsip dasar etika dan kerangka kerja
konseptual untuk berbagai fakta dan keadaan yang mungkin ditemui Anggota, baik yang
bekerja di bisnis maupun yang berpraktik melayani publik.
Anggota dapat memenuhi tanggung jawabnya untuk bertindak dalam kepentingan
publik dengan menjunjung tinggi prinsip dasar etika dan kepatuhan terhadap persyaratan
spesifik dari Kode Etik. Dalam bertindak dalam kepentingan publik, Anggota tidak hanya
mempertimbangkan preferensi atau persyaratan dari klien individu atau organisasi tempatnya
bekerja, tetapi juga untuk kepentingan pemangku kepentingan lainnya saat melakukan kegiatan
profesional. Jika terdapat keadaan ketika peraturan perundang-undangan menghalangi
Anggota untuk mematuhi bagian tertentu dari Kode Etik, maka peraturan perundang-undangan
tersebut berlaku, dan Anggota harus mematuhi seluruh bagian lain dari Kode Etik. Prinsip
perilaku profesional mensyaratkan Anggota untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
yang relevan. Beberapa peraturan mungkin memiliki ketentuan yang berbeda atau melampaui
ketentuan yang ditetapkan dalam Kode Etik. Anggota harus menyadari perbedaan tersebut dan
mematuhi ketentuan yang lebih ketat kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
Prinsip dasar etika menetapkan standar perilaku yang diharapkan dari seorang Anggota.
Kerangka kerja konseptual menetapkan pendekatan yang perlu diterapkan oleh seorang
Anggota.
Prinsip Dasar Etika
Terdapat lima prinsip dasar etika yang harus dipatuhi oleh Anggota, yaitu:
● Integritas yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
● Objektivitas yaitu menerapkan pertimbangan profesional atau bisnis tanpa
dikompromikan oleh: bias; benturan kepentingan; dan pengaruh atau ketergantungan
yang tidak semestinya terhadap individu, organisasi, teknologi, atau faktor lain.
● Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional untuk: mencapai dan mempertahankan
pengetahuan dan keahlian profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan
bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang
kompeten, berdasarkan standar profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang relevan; dan bertindak sungguh-sungguh dan
sesuai dengan standar profesional dan standar teknis yang berlaku.
● Kerahasiaan-menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis. Anggota harus:
a. Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, termasuk
dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat, anggota
keluarga inti, atau keluarga dekat;
b. Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja;
c. Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau organisasi
tempatnya bekerja;
d. Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan yang
memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau
profesional untuk mengungkapkannya;
e. Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
f. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apapun, baik yang
diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun
setelah hubungan tersebut berakhir; dan
g. Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel
yang berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan
bantuan profesional, untuk menghormati kewajiban Anggota guna menjaga
kerahasiaan informasi.
● Perilaku profesional–untuk: mematuhi peraturan perundang-undangan yang relevan; dan
berperilaku konsisten dengan tanggung jawab profesi untuk bertindak dalam kepentingan
publik dalam semua aktivitas profesional dan hubungan bisnis; dan menghindari perilaku
apa pun yang diketahui atau seharusnya diketahui Anggota yang dapat mendiskreditkan
profesi Anggota. Anggota tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apa
pun yang diketahui merusak atau mungkin merusak integritas, objektivitas, atau reputasi
baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan prinsip dasar etika.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan membantu Anggota dalam mematuhi prinsip dasar etika dan
memenuhi tanggung jawabnya untuk bertindak dalam kepentingan publik. Kerangka kerja
konseptual menetapkan suatu pendekatan bagi Anggota untuk:
a. Mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika;
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika mungkin dimunculkan oleh
berbagai fakta dan keadaan. Berikut ini beberapa kategori ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar etika:
● Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman berupa kepentingan keuangan
atau kepentingan lain yang akan memengaruhi pertimbangan atau perilaku
Anggota secara tidak tepat;
● Ancaman telaah pribadi yaitu ancaman ketika Anggota tidak dapat secara tepat
melakukan evaluasi atas pertimbangan yang telah dibuatnya; atau aktivitas yang
dilakukan oleh Anggota atau individu dalam Kantor atau organisasi tempatnya
bekerja, yang diandalkan oleh Anggota ketika membuat suatu pertimbangan
sebagai bagian dari pelaksanaan aktivitas yang sedang diberikan;
● Ancaman advokasi yaitu ancaman yang terjadi ketika Anggota mendukung
posisi klien atau organisasi tempatnya bekerja sampai pada titik yang dapat
mengurangi objektivitasnya;
● Ancaman kedekatan yaitu ancaman yang terjadi karena hubungan yang lama
atau hubungan yang dekat dengan klien atau organisasi tempatnya bekerja,
Anggota terlalu bersimpati pada kepentingan klien atau organisasi tempatnya
bekerja, atau terlalu mudah menerima hasil pekerjaan mereka; dan
● Ancaman intimidasi yaitu ancaman yang terjadi ketika Anggota dihalangi
untuk bertindak secara objektif karena tekanan yang nyata atau dirasakan,
termasuk upaya memengaruhi Anggota secara tidak semestinya.
b. Mengevaluasi ancaman yang teridentifikasi;
Ketika Anggota mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika,
maka Anggota harus mengevaluasi apakah ancaman tersebut berada pada level yang
dapat diterima. Level yang dapat diterima adalah level ketika pihak ketiga yang rasional
dan memiliki informasi yang memadai menyimpulkan bahwa Anggota mematuhi
prinsip dasar etika.
c. Mengatasi ancaman dengan menghilangkan atau menurunkannya sampai pada level
yang dapat diterima.
Jika Anggota menentukan bahwa ancaman yang teridentifikasi atas kepatuhan terhadap
prinsip dasar etika berada pada level yang tidak dapat diterima, maka Anggota harus
mengatasi ancaman tersebut dengan menghilangkannya atau menurunkannya sampai
pada level yang dapat diterima. Anggota harus 38 melakukannya dengan:
● Menghilangkan keadaan, termasuk kepentingan atau hubungan, yang
memunculkan ancaman;
● Menerapkan pengamanan, jika tersedia dan dapat diterapkan, untuk
menurunkan ancaman sampai pada level yang dapat diterima; atau
● Menolak atau mengakhiri aktivitas profesional tertentu.
Pertimbangan Lain Saat Menerapkan Kerangka Kerja Konseptual
1. Bias
Bias yang disengaja atau tidak disengaja memengaruhi penerapan pertimbangan
profesional saat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman
kepatuhan terhadap prinsip dasar etika.
2. Budaya Organisasi
Penerapan kerangka kerja konseptual yang efektif oleh Anggota akan
meningkat apabila pentingnya nilai-nilai etika yang selaras dengan prinsip dasar
etika dan ketentuan lainnya dalam Kode Etik dipromosikan melalui budaya
internal organisasi Anggota.
Akuntan yang Bekerja di Bisnis
Investor, kreditor, organisasi tempatnya bekerja, dan sektor bisnis lain, sebagaimana juga
pemerintah dan masyarakat umum dapat mengacu pada hasil pekerjaan Akuntan yang bekerja
di bisnis. Akuntan yang bekerja di bisnis bertanggung jawab baik sendiri ataupun bersama
dengan pihak lain dalam penyusunan dan pelaporan informasi keuangan dan informasi lain,
yang dijadikan acuan oleh organisasi tempatnya bekerja dan pihak ketiga. Akuntan yang
bekerja di bisnis mungkin bertanggung jawab dalam manajemen keuangan yang efektif dan
memberi advis yang kompeten dalam berbagai perihal terkait bisnis. Akuntan memiliki
tanggung jawab untuk mendukung organisasi tempatnya bekerja dalam mencapai tujuannya.
Kode Etik ini tidak dimaksudkan untuk menghalangi Akuntan memenuhi tanggung jawab
tersebut, namun untuk mengatasi keadaan yang dapat mengompromikan kepatuhan pada
prinsip dasar etika.
Penyusunan dan Penyajian Informasi
Akuntan di semua tingkatan dalam organisasi tempatnya bekerja terlibat dalam penyusunan
atau penyajian informasi baik di dalam dan di luar organisasi. Pemangku kepentingan yang
dituju, atau diperuntukkan, dari penyusunan atau penyajian informasi tersebut, termasuk:
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, investor dan pemberi pinjaman
atau kreditur lain., serta regulator.
Informasi tersebut mungkin membantu para pemangku kepentingan dalam memahami
dan mengevaluasi aspek-aspek organisasi tempatnya bekerja dan membuat keputusan untuk
organisasi tempatnya bekerja. Informasi tersebut dapat mencakup informasi keuangan dan
nonkeuangan yang mungkin tersedia bagi publik atau digunakan untuk keperluan internal.
Ketika menyusun atau menyajikan informasi keuangan, Akuntan harus:
(a) Menyusun atau menyajikan informasi yang sesuai dengan basis pelaporan keuangan
yang digunakan;
(b) Menyusun atau menyajikan informasi dengan cara yang tidak dimaksudkan untuk
menyesatkan atau memengaruhi keluaran suatu kontrak atau peraturan secara tidak
tepat;
(c) Menerapkan pertimbangan profesional untuk: menyajikan fakta secara akurat dan
lengkap dalam semua hal yang material; menjelaskan secara gamblang mengenai sifat
sebenarnya dari transaksi atau aktivitas bisnis; dan mengklasifikasikan dan mencatat
informasi secara tepat waktu dan dengan cara yang tepat; dan tidak meninggalkan
apapun dengan maksud memberi informasi yang menyesatkan atau memengaruhi
keluaran suatu kontrak atau regulasi secara tidak tepat.
Akuntan yang Berpraktik Melayani Publik
Persyaratan yang diterapkan Akuntan yang berpraktik melayani publik diatur dalam Bagian 3:
Akuntan yang Berpraktik Melayani Publik, Seksi 300 hingga 399, yang dikelurkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia berlaku bagi semua Akuntan yang berpraktik melayani publik, yang
memberikan jasa asurans atau non-asurans; dan Standar Independensi.

D. Kode Etik Auditor Intern Pemerintah


Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia (disingkat KE-AIPI) disusun sebagai pedoman
perilaku bagi auditor intern pemerintah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dan
bagi pimpinan APIP (Asosiasi Auditor Intern Pemerintah) dalam mengevaluasi perilaku
auditor intern pemerintah.
Auditor intern pemerintah diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip prinsip
etika sebagai berikut:
a. Integritas. Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan
kejujuran. Integritas auditor intern pemerintah membangun kepercayaan dan dengan
demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam pertimbangannya.
b. Objektivitas. Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan
pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan. Auditor
intern pemerintah menunjukkan objektivitas profesional tingkat tertinggi dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang kegiatan
atau proses yang sedang diaudit. Auditor intern pemerintah membuat penilaian
berimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan-
kepentingannya sendiri ataupun orang lain dalam membuat penilaian.
c. Kerahasiaan. Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang
agar tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya. Auditor
intern pemerintah menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterima dan
tidak mengungkapkan informasi tanpa kewenangan yang tepat, kecuali ada ketentuan
perundang-undangan atau kewajiban profesional untuk melakukannya.
d. Kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Auditor intern pemerintah menerapkan
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta pengalaman yang diperlukan dalam
pelaksanaan layanan pengawasan intern.
e. Akuntabel. Akuntabel adalah kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban
atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban. Auditor intern pemerintah wajib menyampaikan
pertanggungjawaban atas kinerja dan tindakannya kepada pihak yang memiliki hak atau
kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
f. Perilaku Profesional. Perilaku profesional adalah tindak tanduk yang merupakan ciri,
mutu, dan kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya. Auditor intern pemerintah sebaiknya
bertindak dalam sikap konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menahan diri
dari segala perilaku yang mungkin menghilangkan kepercayaan kepada profesi
pengawasan intern atau organisasi.
E. Kode Etik dari Tiga Organisasi Profesi, yakni: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI)
Kesamaan Ketiga Kode Etik Berikut adalah kesamaan ketiga kode etik, yakni dalam hal prinsip
dasar sebagai berikut: Prinsip Integritas, Prinsip Objektivitas, Prinsip Kerahasiaan, Prinsip
Kompetensi, Prinsip Perilaku Profesional. Dalam hal integritas ketiga organisasi meminta para
anggotanya untuk jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab.
Dalam hal objektivitas ketiga organisasi meminta para anggotanya untuk bersikap
ketidak berpihakan. profesional atau tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan orang lain.
Dalam hal kerahasiaan ketiga organisasi profesi meminta para anggotanya untuk menjaga
informasi, tidak mengungkapkan informasi tanpa otorisasi yang memadai. Dalam hal
kompetensi ketiga organisasi profesi meminta para anggotanya untuk memiliki pengetahuan,
keahlian, pengalaman dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan tugas. Dalam hal
perilaku professional ketiga organisasi profesi meminta para anggota untuk mematuhi
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari setiap perilaku yang dapat
mengurangi kepercayaan pada profesi.
Perbedaan Ketiga Kode Etik Dari uraian latar belakang ketiga organisasi profesi
tersebut, maka perbedaan terbesar adalah dari latar belakang para anggotanya. IAI sebagai
organisasi profesi tertua memiliki latar belakang anggota paling beragam dibandingkan kedua
organisasi profesi Iainnya. IAPI dan AAIPI lebih keanggotaan yang eksklusif. Seorang akuntan
bisa saja menjadi lebih dari satu organisasi profesi. Misalnya menjadi anggota IAI dan IAPI,
anggota IAI dan AAIPI. Perbedaan ini adalah wajar karena perbedaan kepentingan (baca: jasa
akuntan) yang diwadahi masing-masing organisasi profesi tersebut, dan sebagaimana diatur
oleh regulasi yang berlaku. Hal ini adalah gilirannya menyebabkan perbedaan kode etik
profesi,terutama yang spesifik sesuai kondisi anggota. Berikut adalah perbedaan ketiga kode
etik, yakni dalam hal:
1. Senioritas Anggota. Kode etik IAI secara tegas menyatakan tanggung jawab dari
anggota yang termasuk kategori ("Akuntan Profesional Senior"), yakni direktur,
komisaris, pejabat, atau karyawan senior yang mampu memberikan pengaruh
signifikan atas, dan membuat keputusan tentang, perolehan, penempatan, dan
pengendalian atas sumber daya manusia, keuangan, teknologi, dan sumber daya fisik
dan tidak berwujud dari organisasi tempatnya bekerja. IAI menyadari benar bahwa ada
sebagian anggota yang termasuk dalam kategori "Senior" adalah para pelaku tata kelola
(governance) di entitas tempat mereka bekerja, semisal direkur, komisaris, dsb, kondisi
ini tidak banyak ditemui pada para anggota AAIPI dan IAPI.
2. Benturan Kepentingan. Kode etik IAI dan Kode Etik IAPI secara tegas membahas
benturan kepentingan (conflict of interest) yang mungkin dihadapi oleh anggota
mereka; namun hal ini tidak diatur dalam KE-AIPI. Penyebab tidak terdapat pengaturan
secara spesifik mengenai benturan kepentingan bagi para APIP karena sifat penugasan
mereka yang berdasarkan kewenangan sesuai peraturan yang berlaku, dan para
auditannya adalah para Penyelenggara Negara. Dalam hal ini para anggota AAIPI tidak
perlu melakukan pencarian dan pemilihan klien. Hal yang berbeda dengan para anggota
IAI dan IAPI, dimana mereka harus menjual jasa kepada para klien potensial. Dalam
kondisi ini sangat mungkin terjadi benturan kepentingan dalam berbagai bentuknya.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
1. Fungsi Kode Etik adalah menjadi rambu-rambu moral bagi kaum professional dan
melindungi profesi dan kaun profesional serta masyarakat. Kelebihan kode etik profesi
yaitu lebih sadar akan moralitas, acuan yang lebih mudah diakses, ide-ide abstrak semakin
nyata, dapat bertindak lebih standar, dan pengarah perilaku.
2. Prinsip kode etik sebagai berikut: prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip
kerahasiaan, prinsip kompetensi, prinsip perilaku professional.
3. Ciri yang membedakan profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung jawab
untuk bertindak dalam kepentingan publik.
4. Kerangka konseptual bertujuan membantu Anggota dalam mematuhi prinsip dasar etika
dan memenuhi tanggung jawabnya untuk bertindak dalam kepentingan publik.
DAFTAR PUSTAKA

Sihotang, Kasdin. (2019). Etika Profesi Akuntansi: Teori dan Kasus. Yogyakarta: PT Kanisius
Anggota IKA
Boynton, William C, dkk. (2001). Modern Auditing. Edisi Ketujuh Jilid 1. Rajoe, Paul A, dkk.
(2002). Penerbit Erlangga: Jakarta, Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2021. Kode Etik Profesi Akuntan Publik 2021. ISBN: 978-
623-98774-2-2. Jakarta, Indonesia.
https://drive.google.com/file/d/1WGH_kRXjEv9twCgPkIjmde4IwSSwaDmX/previe
w
Nurhidayati, dan Armanto Witjaksono. 2016. Perbandingan Kode Etik Profesi Akuntansi di
Indonesia. JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.1, No.2.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah. 2014. Kode Etik Auditor Intern Pemerintah. Jakarta,
Indonesia.
https://bsn.go.id/uploads/download/kode_etik_auditor_intern_pemerintah_indonesia.p
df

Anda mungkin juga menyukai