PENDAHULUAN
Kode etik profesi akuntan publik merupakan panduan dan aturan bagi
seluruh anggota IAPI, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, ataupun
akuntan publik yang merangkap sebagai akuntan pendidik dalam pemenuhan
tanggung jawab profesionalnya. Alasan yang mendasari diperlukannya kode etik
sebagai standar perilaku profesional tertinggi pada profesi akuntan adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi
akuntan terlepas dari yang dilakukan perorangan. Kepercayaan masyarakat
terhadap kualitas jasa profesional akuntan akan meningkat jika profesi akuntan
mewujudkan standar yang tinggi (Winarna, 2004). Menurut Machfoedz (1997)
ada tiga hal utama yang harus oleh dimiliki setiap anggota profesi dalam
mewujudkan profesianalisme yaitu berkeahlian, berpengetahuan, dan berkarakter.
Sedangkan profesi akuntan memiliki tujuan untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan standar profesionalisme yang tinggi, mencapai tingkat kinerja yang tinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut
terdapat empat hal yang harus dipenuhi yaitu : kredibilitas, profesionalisme,
kualitas jasa dan kepercayaan.
Tahun 2009 pelanggaran yag dilakukan oleh akuntan publik ada sebanyak
12 kasus, sedangkan pelanggaran yang terjadi di tahun 2010 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu 35 kasus. (Pusat pembinaan Akuntansi dan
Jasa Penilai Sekretariat Jenderal-Kementrian Keuangan, dalam
http://www.ppajp.depkeu.go.id/index.php?option=com.content&task=iew&d156
&Itemid)
Kualitas audit reports sangat dipengaruhi oleh pemahaman akan kode etik
Akuntan Publik. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini masalah yang
diangkat adalah:
a. Bagi akademisi :
b. Bagi praktisi :
1. “Etika mempunyai arti: ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (ahklak).
2. Etika berari juga: kumpulan asas atau nilai moral.
Dimaksudkan dengan kumpulan asas atau nilai moral disini
adalah “kode etik”, yang disepakati diantara anggota suatu
kelompok atau organisasi.
3. Etika mempunyai arti: nilai mengenai benar dan salah yang
dianut golongan atau masyarakat.”
1. Prinsip Integritas.
2. Prinsip Objektivitas.
4. Prinsip kerahasiaan.
Penelitian ini memberikan hasil atas perbandingan evaluasi etis dari staf pengajar
dan mahasiswa sekolah bisnis, data dikumpulkan dari 137 mahasiswa bisnis (46
mahasiswa baru dan 67 mahasiswa akhir) dan 34 anggota staf pengajar di
Southern University. Hasil analisis dengan t-test menunjukkan bahwa secara
keseluruhan tidak ada perbedaan signifikan di antara kelompok, walaupun ada
kecenderungan staf pengajar lebih berorientasi etis dibanding mahasiswa baik
yang tingkat akhir maupun mahasiswa baru. Selain itu hasil dalam penelitian ini
juga menunjukkan adanya kecenderungan bahwa mahasiswa akhir lebih
berorientasi etis dibandingkan mahasiswa baru.
Penelitian oleh Desriani (1993) tentang persepsi akuntan publik terhadap
kode etik akuntan indonesia menyimpulkan bahwa terdapat persepsi yang
signifikan antar kelompok akuntan. Penelitian oleh Ludigdo (1999) mengenai
pengaruh jenis kelamin terhadap etika bisnis terdiri dari dua bagian, pertama,
mengenai persepsi akuntan dan mahasiswa terhadap etika bisnis dan yang kedua
mengenai cakupan muatan etika dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan di
antara persepsi akuntan dan Mahasiswa Akuntansi.
Instititusi
Pendidikan
Mahasiswa Mahasiswa
Akuntansi S1
PPAk
Persepsi Persepsi
Mahasiswa mahasiswa PPAK
akuntansi S1 terhadap kode etik
terhadap Kode Etik