Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat
sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat untuk
mengutamakan perilaku etis karena selama ini perilaku etis selalu diabaikan. Etis menjadi
kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang
menyimpang dari hukum.

Sebagai anggota suatu profesi, akuntan juga mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung,
profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggung jawab
untuk kompeten dan menjaga integritas dan obyektif mereka. Kewajiban untuk menjaga
standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntunan masyarakat terhadap peran
profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik. Masyarakat yang merupakan
pengguna jasa profesi membutuhkan seorang akuntan yang profesional. Label profesional
disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan
klien dan keinginan yang tulus membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi
tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat.

Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik
akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan akuntan dengan
para klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat
(Sihwahjoeni dan Gudono, 2000).Menurut Mulyadi (2002) etika profesional dikeluarkan oleh
organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan profesinya di
masyarakat dan etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah kode
etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai organisasi profesi akuntan. Dalam
kongresnya tahun 1973 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan

1
kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode etik ini kemudian disempurnakan dalam
kongres IAI tahun 1981 dan tahun 1986, dan kemudian diubah lagi dalam kongres IAI tahun
1990, 1994, 1998.

Dibawah naungan profesi, akuntan memposisikan diri sebagai penjualBjasa, oleh


karena itu akuntan diwajibkan mempunyai kepedulian yang tinggi secara teknis menguasai
dan mampu melaksanakan standar (Kode Etik, SAK, dan SPAP) yang dikeluarkan asosiasi
profesi. Standar tersebut minimal harus dipenuhi oleh setiap anggota profesi karena dengan
standar tersebut akuntan dapat menjaga kemampuan teknis dan profesionalnya dalam
menjual jasanya, seorang akuntan bukan hanya sekedar ahli tetapi dia harus dapat
melaksanakan pekerjaan profesinya dengan hati-hati atau due professional care dan selalu
menjunjung tinggi standar yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan profesionalisme, maka
disyaratkan profesi akuntan agar berpengetahuan, berkeahlian dan berkarakter. Karakter
menunjukkan nilai-nilai yang dimiliki individu yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan
etisnya, sedangkan sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan kepercayaan
masyarakat sebagai pengguna jasanya (Dania, 2000). Khomsiyan dan Indrianto (1997)
mengungkapkan bahwa dengan mempertahankan integritas, seorang akuntan harus bertindak
jujur, tegas dan tanpa pretensi, sedangkan dengan mempertahankan obyektivitas, ia akan
bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan
pribadinya.

Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan
etika diantaranya dipengaruhi oleh pengalaman kerja (Sularso dan Naim, 1999). Pengalaman
kerja dipandang sebagai suatu factor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik
sehingga pengalaman kerja dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh
izin menjadi akuntan (SK Menkeu No. 43/KMK. 017/1997). Menurut Logmann dalam Hartoko
dkk (1997: 355), Pengalaman (experience) merupakan perolehan atau bertambahnya
pengetahuan (knowledge) atau keahlian (skill) yang berasal dari praktik dalam suatu aktifitas
atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu yang panjang.

2
Seorang profesional dalam bidang akuntansi lahir dari lingkungan pendidikan
akuntansi. Aspek pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak profesi
akuntan sebagai bibit seorang praktisi yang akanterjun langsung dalam dunia akuntansi.
Lahirnya profesi akuntan yang dimulai dari seorang mahasiswa akuntansi menjadi seorang
akuntan tidak pernah lepas dari porsi pendidikan yang diterimanya. Dengan demikian,
pendidikan akuntansi dapat diidentikkan sebagai fase awal dalam praktik akuntansi.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Islahudin dan Soesi dalam
Dewantoro (2004), maka dapat diasumsikan bahwa seorang mahasiswa akuntansi merupakan
cikal-bakal dari profesi akuntan yang di tuntut untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme
yang tinggi, sehingga perlu kiranya untuk mengetahui dan memahami perkembangan disiplin
akuntansi.

Wulandari (2002) menguji perbedaan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa


akuntansi terhadap kode etik Akuntan Indonesia serta mengungkap kecukupan muatan dalam
kurikulum pendidikan tinggakuntansi. Hasil penelitian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan persepsi yang signifikan, akuntan pendidik memiliki persepsi yang lebih baik
dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan akuntan pendidik yang
sekaligus praktisi dimana akuntan pendidik cenderung memiliki persepsi yang lebih baik.
Peneliti menemukan bahwa kurikulum pendidikan akuntansi belum cukup mampu memberikan
bekal etika kepada mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja walaupun beberapa matakuliah
yang diajarkan telah mencakup muatan etika.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian kode etik IAI


2. Struktur kode etik IAI
3. Contoh kasus pelanggaran kode etik IAI

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul
dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah kode etik
dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. IAI adalah satusatunya organisasi profesi
akuntan di Indonesia. IAI beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor independen,
auditor pemerintah dan auditor intern), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja
sebagai pendidik. Sehingga kode etik yang dikeluarkan oleh IAI tidak hanya mengatur
anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur perilaku semua
anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor dan profesi akuntan
lainnya.Kode Etik IAI adalah aturan perilaku etika akuntan dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya.

Etika Profesional yang mengatur perilaku akuntan yang menjalankan praktik


akuntan public di Indonesia. Pada tahun 1998, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
merumuskan etika profesional baru yang diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntansi
Indonesia. Etika profesional baru ini berbeda dengan etika profesional yang berlaku dalam
tahun- tahun sebelumnya. Kode etik IAI ini dikembangkan dengan struktur baru.
Kompartemen yang dibentuk dalam organisasi IAI terdiri dari 4 macam yaitu:

1. Kompartemen Akuntan Publik


2. Kompartemen Akuntan Manajemen
3. Kompartemen Akuntan Pendidik
4. Kompartemen Akuntan Sektor Publik.

4
B. Struktur Etika IAI

Kode Etik IAI terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu :

1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika
3. Interprestasi Aturan Etika, dan
4. Tanya Jawab

Berikut ini adalah penjelasan tentang Kode Etik IAI tersebut.

1. Prinsip Etika

Masing- masing kompartemen digunakan untuk mengorganisasi anggota IAI yang


berprofesi sebagai Akuntan Publik, Manajemen, Pendidik, serta Akuntan Sektor Publik.
Sebagai induk organisasi, IAI merumuskan Prinsip Etika yang berlaku umum untuk semua
anggota IAI.

Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku


anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Dalam kongresnya
tahun 1973, IAI untuk pertama kalinya menetapkan Kode Etik bagi profesi Akuntan di
Indonesia. Pembahasan mengenai kode etik IAI ditetapkan dalam Kongres VIII tahun
1998.

Dalam kode etik yang berlaku sejak tahun 1998, IAI menetapkan delapan prinsip
etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI dan seluruh kompartemennya. Setiap
kompartemen menjabarkan 8 (delapan) Prinsip Etika ke dalam Aturan Etika yang berlaku
secara khusus bagi anggota IAI. Setiap anggota IAI, khususnya untuk Kompartemen
Akuntansi Sektor Publik harus mematuhi delapan Prinsip Etika dalam Kode Etika IAI
beserta Aturan Etikanya.

5
Prinsip Etika Profesi Akuntan :

a) Tanggung Jawab Profesi : Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai


profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b) Kepentingan Publik : Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c) Integritas ; Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
d) Obyektivitas : Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional : Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional
yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang
paling mutakhir.
f) Kerahasiaan : Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada
hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g) Perilaku Profesional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
h) Standar Teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai

6
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
2. Aturan Etika

Aturan etika yang dimaksud adalah Independensi, integritas dan objektifitas. Hal
ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan juga staf professional. Penjelasannya
adalah sebagai berikut :

a. Independensi

Anggota IAI-KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di


dalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar Profesional
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen harus meliputi
independen dalam fakta maupun penampilan.

b. Integitas dan Objektifitas

Dalam menjalankan tugas, para anggota harus bebas dari benturan


kepentingan dan tidak boleh membiarkan factor salah saji yang diketahuinya atau
mengalihkan pertimbangan kepihak lain.

c. Standard Umum dan Prinsip Akuntansi

Standard Umum , seorang anggota KAP harus mematuhi standard yang


dikeluarkan oleh badan pengatur standard.

d. Tanggung Jawab Kepada Klien

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang


rahasia tanpa persetujuan klien.

7
e. Tanggung Jawab kepada Rekan

Anggota wajib memlihara citra profesi dan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak citra reputasi rekan seprofesi.

f. Tanggung jawab Praktik lain

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan


perkataan yang dapat mencemarkan profesi.

3. Interpretasi AturanEtika

Interpretasi aturan etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborasi lebih lanjut
atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur dalam aturan etika, yang dianggap
memerlukan penjelasan agar tidak terjadi perbedaan pemahaman atas auran etika yang
dimaksud. Interpretasi aturan etika ini dikeluarkan oleh suatu badan yang dibentuk oleh
pengurus kompartemen atau institut profesi sejenis yang bersangkutan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup
dan penerapannya.

4. Tanya dan Jawab

Pada tingkatan terakhir, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang berkaitan dengan


isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan Dewan Standar Profesi yang dibentuk
oleh pengurus kompartemen atau institut yang bersangkutan guna memberikan penjelasan
atas setiap pertanyaan dari anggota kompartemen tentang aturan etika beserta
interpretasinya.

Adapun Struktur gambar dibawah ini

8
Gambar

Sruktur Etika Institut Akuntan Indonesia

Disahkan Kongres IAI


PRINSIP ETIKA untuk seluruh anggota IAI

Disahkan oleh rapat


anggota kompartemen
ATURAN ETIKA atau institut Profesi
sejenis

Dilaksanakan oleh
INTERPRETASI Pengurus Kompartemen
ETIKA atau Institut Profesi
sejenis

Dewan Standar Profesi


TANYA JAWAB Kompartemen atau
Institut Profesi sejenis

9
C. Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntansi di Indonesia

Kasus Mulyana W. Kusuma

Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang
anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit
keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang
dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan
laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut
lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka
disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.

Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati
pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W
Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada
anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim
intelijen KPK bekerjasama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja
sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan
menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.

Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat
auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan
pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut
karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.

Analisis:

Berdasarkan kasus yang terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi diantaranya sebagai
berikut:

10
Kepentingan Publik: Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik
karena diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan
berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu
kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. auditor BPK sangat
pantas diragukan.

Integritas:Dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab


karena auditor BPK tersebut dalam mengungkapkan kecurangan pada kliennya dengan
menggunakan jebakan imbalan uang. Selain itu, Auditor juga tidak punya integritas ketika
dalam benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan
berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi

Objektivitas:Pada kasus ini, auditor telah memihak salah satu pihak dengan berpendapat
telah ada kecurangan. Ketika prinsip objektivitas ditiadakan, maka kinerja auditor tersebut
sangat pantas diragukan. Sebagai seorang auditor BPK seharusnya yang dilakukan
adalah bahwa dengan standar teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor BPK harus bisa
secara cermat, objektif, dan benar mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut
masuk ke KPU dan bagaimana dana tersebut dikeluarkan atau dibelanjakan.

Kompetensi dan Kehati-hatian Professional: Auditor dianggap tidak mampu


mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional dikarenakan dalam
menjalankan tugasnya auditor tersebut sampai melakukan upaya penjebakan untuk
membuktikan kecurangan yang terjadi.

Perilaku Profesional: Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang
auditor di seluruh Indonesia, termasuk dari BPK harus sadar dan mempunyai kemampuan
teknis bahwa betapa berat memegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana
atau uang dari rakyat yang dikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana
mestinya secara benar, akuntabel, dan transparan, maka semakin lengkap usaha untuk
memberantas korupsi di negeri ini.

11
Standar Teknis: Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Dalam hal ini seorang akuntan
dituntut untuk melakukan penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan standar
teknis yang berlaku, yakni sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun pada
kenyataannya dalam kasus Mulyana W Kusuma, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan
kedua belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu KPU, sama-
sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang
diperiksa atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang
sebagaimana terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma, walaupun dengan tujuan ‘mulia’,
yaitu untuk mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan
Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar


profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi:

Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

• Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai
jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.

• Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

• Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

B. Saran

Mahasiswa Akuntansi hendaknya terus meningkatkan wawasan pengetahuan tentang


kode etik akuntan, tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang telah diperoleh lewat
perkuliahan kampus. Hal ini berguna membentuk persepsi yang lebih akurat mengenai kode
etik akuntan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://hanihohoy.blogspot.com/2015/01/struktur-kode-etik-iai.html, 19.00 , Jumat 17 mei 2019

https://tryyulianty88.wordpress.com/2015/01/22/kode-etik-ikatan-akuntan-indonesia/ , 19.00,
Jumat 17 mei 2019

http://linaadiputri.blogspot.com/2015/01/struktur-kode-etik-ikatan-akuntan.html, 19.00 , Jumat


17 mei 2019

http://mayautamanf.blogspot.com/2017/10/etika-profesi-akuntansi-dan-analisis.html, 19.00 ,
Jumat 17 mei 2019

https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=struktur+etika+IAI, 19.00 ,
Jumat 17 mei 2019

14

Anda mungkin juga menyukai