Pendahuluan
A. Latar Belakang
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang benar. Etika profesi merupakan norma
yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan dan
memberikan petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus
menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang menyediakan laporan-laporan bagi para pemangku kepentingan
mengenai aktivitas dan kondisi ekonomi perusahaan.
Akuntansi di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia di mana dalam
kode etik tersebut terdapat prinsip-prinsip etika yang mengatur bagaimana seharusnya
seorang akuntan berperilaku.
Namun di masa kini, banyak akuntan yang kurang memperhatikan kode etik
tersebut dan kadang bertindak tidak sesuai dengan kode etik yang berlaku di Indonesia.
Oleh karena itu, disusunlah makalah ini yang memuat tentang bagaimana seharusnya
seorang akuntan berperilaku sesuai dengan Kode Etik Akuntan Indonesia yang berlaku
agar tidak melanggar etika dan dapat menjamin mutu moral profesi akuntansi di mata
masyarakat .
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika profesi akuntansi ?
2. Apa tujuan dari profesi akuntansi ?
3. Apa fungsi dari etika ?
4. Bagaimana kode etik akuntan di Indonesia ?
5. Bagaimana pelanggaran-pelanggaran etika dalam akuntansi ?
6. Apa penyebab terjadinya pelanggaran etika dalam akuntansi ?
1
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika profesi akuntansi
2. Untuk mengetahui tujuan dari profesi akuntansi
3. Untuk memahami fungsi dari etika
4. Untuk memahami kode etik akuntan di Indonesia
5. Untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran etika dalam akuntansi
6. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran etika dalam akuntansi
Bab II
Pembahasan
A. Definisi
2
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti norma-norma, nilai-
nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut :
1. Menurut Arens et al. (2008:98), “etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai
serangkaian prinsip atau nilai- nilai moral”.
2. Isnanto (2009:3), memandang etika sebagai “cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”.
3. Bertens (1997: 3-4) mendeskripsikan etika sebagai perilaku yang baik dari seseorang
atau sekelompok orang, dimana perilaku ini sebenarnya merupakan tuntutan dari hati
nurani orang yang bersangkutan dan masyarakat setempat agar tercipta keadilan dalam
kehidupan antar individu dan masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang benar. Etika
dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
orientasi bagaimana manusia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari
(Prajitno, 2006:32). Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini, Dengan demikian etika dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok
profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat
(Yuwono, 2011:25).
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan laporan-laporan bagi
para pemangku kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi ekonomi perusahaan.
3
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat empat kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi :
1. Kredibilitas
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Profesionalisme
Diperlukan individu yang jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan
sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas jasa
Terdapat keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang mendasari pemberian jasa oleh akuntan.
C. Fungsi Etika
Ada empat macam motivasi yang juga merupakan fungsi dalam berperilaku etis.
Perilaku etis menyebabkan :
(1) keuntungan jangka panjang bagi perusahaan,
(2) integritas dan kepuasan pribadi bagi individu yang terlibat dalam bisnis,
(3) kejujuran dan kesetiaan dari para karyawan, dan
(4) kepercayaan dan kepuasan dari pelanggan. Perilaku etis dalam bisnis adalah ide yang
waktunya telah tiba.
Dalam kongresnya pada tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
pertama kalinya menyusun kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode Etik
Akuntan Indonesia senantiasa mengalami penyempurnaan pada saat berlangsungnya
4
Kongres IAI pada tahun 1986, 1990, dan 1994. Penyempurnaan terakhir dilakukan
ketika berlangsungnya Kongres IAI pada tanggal 23-25 September 1998 di Jakarta.
Ada 8 (delapan) prinsip-prinsip etika yang terkandung dalam kode etik IAI, yaitu :
1. Tanggung jawab
Seorang akuntan yang bertanggung jawab harus mewujudkan kepekaan profesional
dan pertimbangan moral dalam semua kegiatan yang dilakukan.
2. Kepentingan umum (publik)
Setiap akuntan memiliki kewajiban untuk mementingkan kepentingan masyarakat,
menghargai kepercayaan masyarakat serta menunjukkan komitmennya.
3. Integritas
Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap akuntan harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap akuntan harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa auditan atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik
yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap akuntan harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional
5
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan.
Aturan Etika
Sebelum tahun 1998, IAI hanya memiliki kode etik yang hanya mengikat
seluruh anggotanya. Aturan-aturan yang berlaku dalam kode etik dirumuskan dan
disahkan dalam kongres IAI yang melibatkan seluruh anggota IAI tanpa melihat
keanggotaan kompartemen anggota yang bersangkutan. Akan tetapi, setelah tahun
1998, seluruh kompartemen IAI telah memiliki aturan etika masing-masing. Dengan
demikian kode etik IAI memiliki empat aturan etika kompartemen, yaitu aturan etika
Kompartemen Akuntan Publik (KAP), Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd),
Kompartemen Akuntan Manjemen (KAM), Kompartemen Akuntan Sektor Publik
(KASP). Aturan etika disahkan oleh rapat anggota kompartemen dan hanya mengikat
anggota kompartemen yang bersangkutan.
6
periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang
disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
didirikan oleh Enron.
7
sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang
diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya
oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R,
HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S,SD & R, dan RBT & R. “Dengan
kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada
kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles
laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,”
ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada
pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal
yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan. ICW menduga,
hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada
berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan
rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak
melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan
laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos
laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami
mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi
laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini
merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari
Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,”
tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan
KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanyayang
melanggar kode etik profesi akuntan.
8
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pelanggaran kode etik yang biasanya
terjadi di lingkungan kita, antara lain:
1. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi adalah seorang
pimpinan atau orang yang memilii kekuasaan yang tinggi pada suatu profesi.
Maka bisa jadi yang posisi dan kedudukannya berada di bawah orang tersebut,
akan enggan untuk melaporkan kepada pihak yang berwenang untuk diberikan
sanksi, karena khawatir akan berpengaruh kepada jabatan dan posisi pada suatu
perusahaan.
2. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa takut untuk
melakukan pelanggaran.
3. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
4. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan.
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi,
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri.
6. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya.
7. Pengaruh sifat kekeluargaan
Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat
hubungan kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan sanksi
terhadap pelanggaran kode etik pada suatu profesi, maka ia akan cenderung
untuk tidak memberikan sanksi kepada kerabatnya yang telah melakukan
pelanggaran kode etik tersebut.
9
1. Kebutuhan individu, contohnya korupsi karena alas an ekonomi
2. Tidak ada pedoman, karena area “abu-abu”, sehingga tak ada paduan.
3. Perilaku dan kebiasaan individu, contohnya kebiasaan yang terakumulasi tidak
dikoreksi.
4. Lingkungan tidak etis, contohnya pengaruh dari komunitas.
5. Perilaku orang yang ditiru, contohnya efek primordialisme yang kebablasan.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
10
Etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang benar. Etika profesi merupakan norma
yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan dan
memberikan petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus
menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang menyediakan laporan-laporan bagi para pemangku kepentingan
mengenai aktivitas dan kondisi ekonomi perusahaan. Tujuan profesi akuntan adalah
memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai
tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Akuntansi diatur
dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang memuat delapan prinsip, yaitu
tanggung jawab, kepentingan umum, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-
hatian profesional , kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
11
Daftar Pustaka
Irwansyah Lubis SE., M. (2010). Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan
Pelaksanaan Hukum . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Murwanto, R. A. (2012). Audit Sektor Publik . Dalam Suatu Pengantar Bagi Pembangunan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah .
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB%20I-BAB%20III.pdf.
(t.thn.). Dipetik Desember 16, 2017
iv