Anda di halaman 1dari 11

ETIKA PROFESI

1. ETIKA PROFESI EKSTERNAL AUDITOR

Etika (praksis) diartikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang mendasari
perilaku manusia. Etos didefinisikan sebagai ciri-ciri dari suatu masyarakat atau budaya. Etos
kerja,dimaksudkan sebagai ciri-ciri dari kerja, khususnya pribadi atau kelompok yang
melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi, integritas, transparansi dan
sebagainya.

Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Dengan kata
lain, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika (luas)
berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.Etika (sempit) berarti
seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak
atau berperilaku. Karena berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral tersebut juga
berfungsi sebagai kriteria untuk menilai benar/salahnya.

Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang
harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit Standar etika
diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan
menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Kode etik bertujuan melindungi
kepentingan masyarakat dari kemungkinan kelalaian. maka telah terjadi pelanggaran terhadap
komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi. Syarat kode etik optimal agar
kode etik dapat berfungsi dengan optimal. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-
menerus. Peranan Etika dalam Profesi Auditor Audit membutuhkan pengabdian yang besar
pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi. Setiap pelanggaran akan dievaluasi dan
diambil tindakan oleh suatu dewan yang khusus dibentuk. mampu mengenali situasi-situasi
yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau
tindakan yang tepat. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil
keputusankeputusan sulit.

Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar
kualitas yang tinggi. seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya
agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam pelanggaran

1
prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. Minimal ada 2 (dua) syarat yang harus
dipenuhi. etis yang tinggi. Kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku
perilaku menyimpang oleh anggota profesi. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan
tersebut. Oleh karena itu. dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Kode etik
tidak akan efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atauinstansi di luar profesi itu. Terdapat
dua tujuan utama dari kode etik. baik disengaja maupun tidak disengaja oleh anggota profesi.
Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri. kesalahan atau pelecehan.

Tanpa kode etik, maka setiap individu dalam satu komunitas akan memiliki tingkah
laku yang berbeda-beda yang dinilai baik menurut anggapannya dalam berinteraksi dengan
masyarakat lainnya. Kode etik atau aturan perilaku dibuat untuk dipedomani dalam
berperilaku atau melaksanakan penugasan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan
memelihara citra organisasi di mata masyarakat. Dalam hal profesionalisme, baik auditor
internal maupun eksternal mempunyai kode etik dan standar profesional yang ditetapkan oleh
institusi profesional masing-masing yang harus dipatuhi, serta sikap mental yang objektif dari
kegiatan yang mereka audit.
Sedangakan Kode Etik auditor eksternal antara lain :

1. Harus menunjukkan kejujuran, objektivitas dan kesungguhan dalam melaksanakan


tugas dan tanggung jawab profesinya
2. Mempunyai loyalitas terhadap organisasi
3. Kompetensi, artinya seorang auditor harus memiliki pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan dalam menjalankan tugasnya
4. Mampu menjaga kerahasiaan.

Dan apabila kode etik profesi itu dilanggar, maka akan ada kebijakan yang diberikan
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/04/M.PAN/2008 tanggal 31 Maret 2008 yang menetapkan kebijakan atas pelanggaran
kode etik.
Pernyataan kebijakan tersebut adalah

1. Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik maka tidak akan diberikan toleransi,
meskipun tindakan tersebut dilakukan dengan alasan kepentingan organisasi atau
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.

2
2. Auditor tidak boleh melakukan dan memaksa karyawan lain untuk melakukan
tindakan melawan hukum
3. Pimpinan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melaporkan pelanggaran
kode etik auditor kepada pimpinan organisasi
4. Pemeriksaan, Investigasi dan Pelaporan Pelanggaran Kode Etik ditangani oleh Badan
Kehormatan Profesi yang terdiri dari Pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah
ganjil sesuai dengan kebutuhan. Adapun Badan Kehormatan Profesi diangkat dan
diberhentikan oleh Pimpinan APIP

2. ETIKA PROFESI AKUNTAN LAINNYA

Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus
sebagai Akuntan.

Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,

1. Pra Revolusi Industri


2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
3. Tahun 1900 – 1930
4. Tahun 1930 – sekarang

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang
biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang
yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1(994) menyatakan bahwa
etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan
pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode
etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika professional
(Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan publik,
penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di

3
dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi
kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam
dua kode etik ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari
kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh
kaum profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari
perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998).

Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara
auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan
masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono,
2000).

Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan
dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan.

Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus


senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam
masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif
semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

4
2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan
terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan
ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama
profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa
akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika
yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota
mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan
dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan
dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan

5
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas
yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota
yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang
ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian
atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya
pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada
pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan
kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus
dipenuhinya.

6
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa
standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat
panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat
atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa
profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah
hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-
hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

RUU dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan


(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun
2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP

7
(Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi
profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.

Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan
dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan
Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang
Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan
publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok
mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan
ketentuan pidana.

Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International
Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan
hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC.
Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk tidak
jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi
adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar
harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk
kepentingan publik.

Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat
dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami
perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau
perundang-undangan.

APLIKASI KODE ETIK

Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa pemberhentian
praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode etik dan standar profesi
akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja sekehendaknya. Setiap orang yang
memegang gelar akuntan, wajib menaati kode etik dan standar akuntan, utamanya para
akuntan publik yang sering bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Etika

8
yang dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari
skandal.

Menurut Kataka Puradireja (2008), kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak pada
para pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika para akuntan itu mempunyai integritas
tinggi, dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip kode etik dan standar akuntan. Dalam
kode etik dan standar akuntan dalam memenuhi standar profesionalnya yang meliputi prinsip
profesi akuntan, aturan profesi akuntan dan interprestasi aturan etika akuntan. Dan kode etik
dirumuskan oleh badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus
Nasional (DPN).

Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggungjawab


dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab akuntan
profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja, tetapi
bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan menerapkan aturan etika dari
kode etik.

Akuntan tidak independen apabila selama periode Audit dan periode Penugasan
Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun orang dalam KAP
memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti pembukaan atau jasa lain yang
berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem informasi keuangan, aktuaria dan
audit internal. Konsultasi kepada kliennya dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.

3. BEDA ETIKA PROFESI AUDITOR DENGAN PROFESI LAINNYA

Perbedaan antara profesi akuntan publik dan profesi akuntan audit:

1. Profesi akuntan publik


a. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan
dan perbuatan dapat merusak reputasi rekan seprofesi. Komunikasi antar akuntan
publik:
1) Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila
menerima penugasan audit menggantikan akuntan public pendahulu atau untuk
tahun buku yang sama ditunjukkan akuntan public lain dengan jenis dan periode
serta tujuan yang berlainan.

9
2) Akuntan public pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai
3) Akuntan public tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang sejenis
atestasi dan periodenya sama dengan penugasan akuntansi yang dahulu
ditunjukkan klien, kecuali apabila penugasan tersebut dilaksanakan untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan
yang berwenang
b. Tanggung jawab dan praktik lain
1) Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan anggota tidak diperkenankan
melakukan tindakan dan /mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
2) Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan
praktik akuntan public diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan,
melakukan promosi pemasaran, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi.
2. Profesi auditor
a. Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi fraud:
1) Auditor baik internal maupun eksternal mempunyai tanggung jawab untuk
mendeteksi fraud
b. Tanggung jawab auditor independen
1) Tanggung jawab auditor independen untuk mendeteksi fraud diatur dalam
standard profesi (SPAP) tentang tanggung jawab auditor independen untuk
mendeteksi kekeliruan (error, ketidakberesan (irregularities), dan unsur
pelanggaran hukum (illegal acts).
2) Tidak ada jaminan penuh bahwa hasil auditnya akan dapat mendeteksi fraud,
namun diatur keharusan untuk menentukan resiko bahwa suatu fraud mungkin
menyebabkan laporan keuangan berisi salah saji materi sehingga auditnya harus
dirancang untuk prosedur deteksi fraud.

10
REFERENSI

Jusup, Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Buku 1. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

https://kinantiarin.wordpress.com/etika-profesi-akuntan/

11

Anda mungkin juga menyukai