Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN MATERI KULIAH

Diskusi Kasus Etika dalam Praktik Sektor Public yang Pernah Terjadi
dan Pelanggaran Etika serta Risiko Tuntutan Hukum

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

Marschella Catlyn Alodia Susanto (A031211050)


Andi Alfiyyah Suci Sulfahmi (A031211074)
Andi Miftakhul Inayah (A031211081)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
T.A 2022/2023
A. Pendahuluan
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran
laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan publik akan selalu
berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang akuntan publik berada pada dua
pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan mengalami suatu dilema ketika
tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan.
Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan klien berarti akan melanggar standar
pemeriksaan, etika profesi, dan komitmen akuntan publik tersebut terhadap profesinya,
tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada
penghentian penugasan oleh klien. Kode etik akuntan Indonesia dalam pasal 1 ayat (2)
adalah berisi tentang setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas
dalam melaksanakan tugasnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan. Kurangnya
kesadaran etika akuntan publik dan maraknya manipulasi akuntansi korporat membuat
kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para
pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditor mempertanyakan eksistensi
akuntan publik sebagai pihak independen.
Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya memperoleh kepercayaan dari klien
dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda dan
mungkin saja bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Oleh
karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang
diperiksa, auditor harus bersikap independen, integritas, dan objektifitas.

B. Pembahasan
I. Kasus Etika dalam Praktik Sektor Public
1) Kasus Korupsi PT Jiwasraya

Praktik korupsi dalam pelayanan publik yang baru-baru ini heboh di masyarakat
dan kerap menjadi sorotan yaitu kasus gagal bayar dan korupsi pada PT Asuransi
Jiwasraya. PT Asuransi Jiwasraya sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak pada sektor asuransi. Perusahaan ini menawarkan
pelayanan pada asuransi untuk kecelakaan, kesehatan, pendidikan, pensiun, dan
juga asuransi jiwa. . Korupsi yang terjadi pada perusahaan yang didirikan sejak
tahun 1859 ini merupakan kasus yang cukup besar karena menyebabkan kerugian
bagi negara hingga Rp 16,81 triliun. Selain itu, korupsi ini juga melibatkan banyak
pihak termasuk pejabat dalam OJK (Otoritas Jasa Keuangan), 13 Korporasi lain,
serta pimpinan-pimpinan dalam perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Kasus Jiwasraya ini sudah terjadi sejak awal tahun 2000, namun baru mencuat
akhir - akhir ini. Jiwasraya mengalami gagal bayar polis kepada para nasabahnya
pada Oktober 2018, tetapi sejak 2017 sudah terjadi peningkatan yang signifikan
karena terbebani oleh produk JS Saving Plan yang menjanjikan bunga pasti (fixed
rate) hingga 10% atau jauh diatas rata - rata bunga deposito. Kondisi keuangan
Jiwasraya pada 27 Agustus 2018 sudah sangat memprihatinkan karena rugi
mencapai Rp4,1 triliun yang mengakibatkan tidak adanya cadangan gaji dan
operasional kantor, dan sudah tidak mampu membayar hutang jatuh tempo dalam
jangka pendek. Dalam kurun waktu 2010-2019, BPK sudah melakukan dua kali
pemeriksaan atas Jiwasraya. Dalam Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)
tahun 2016, BPK menemukan 16 temuan terkait investasi Jiwasraya pada saham
‘receh’ seperti LCGP, TRIO, SUGI. Menindaklanjuti temuan pada tahun 2016,
BPK melakukan investigasi pendahuluan yang dimulai di tahun 2018. Hasil
investigasi ini mengungkapkan adanya penyimpangan yang terindikasi kecurangan
dalam mengelola investasi dan saving plan. Pada juni 2018, Jiwasraya melakukan
investasi langsung pada 28 reksadana yang tidak likuid dan memiliki porsi yang
tidak wajar yaitu diatas 90 persen. Pada 20 November 2019, BPK diminta DPR
untuk melakukan PDTT lanjutan atas permasalahan ini dan Kejaksaan Agung
untuk melakukan audit kerugian negara. Pada Januari 2020, BPK menemukan
adanya manipulasi pencatatan laporan keuangan atau yang disebut window
dressing. BPK juga menemukan adanya pencatatan keuntungan semu selama
bertahun - tahun.

Melihat dari definisinya, etika merupakan perilaku sesuai standar universal di


masyarakat dan moral merupakan ajaran baik buruknya perbuatan yang berbeda
setiap masyarakat. Jika melihat dari perspektif etika normatif maupun deskriptif,
maka kasus korupsi Jiwasraya dianggap menyimpang etika baik dari standar
penilaian maupun etika yang berlaku di masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari
tindakan rekayasa laporan keuangan yang berdampak pada minimnya transparansi
kepada masyarakat dan juga negara. Di samping itu, keputusan secara etis harus
dibuat melalui pertimbangan tugas dan kewajiban seseorang bersama dengan hak
individu lain. Keputusan tersebut tentunya perlu ditetapkan oleh Jiwasraya sebagai
instansi yang sesuai dengan kewajiban serta beriringan dengan hak masyarakat.
Hal ini pun dijelaskan secara teori melalui etika deontologi, yaitu suatu tindakan
dinilai baik buruknya berdasarkan kewajiban yang ada. Jika dilihat dari
kewajibannya, kewajiban perusahaan asuransi secara umum adalah memberikan
jaminan atau perlindungan dalam bentuk polis asuransi kepada nasabah pengguna
layanan asuransi dan perusahaan menanggung hak nasabah sesuai kesepakatan
dalam polis asuransi tersebut.
Berbicara mengenai etika, teleologi juga dapat menjadi acuan dalam menganalisis
kasus Jiwasraya ini. Sesuai artinya, teleologi adalah menilai sesuatu melalui
konsekuensi dari kegiatan. Kasus korupsi yang dilakukan Jiwasraya merupakan
bentuk egoism dan hedonism yang merupakan cabang dari teologi. Egoism adalah
suatu tindakan yang memaksimalkan kebaikan bagi dirinya sendiri, sedangkan
hedonism bertujuan untuk memaksimalkan kepuasan. Kedua hal tersebut sangat
erat kaitannya dengan praktik korupsi Jiwasraya karena pejabat yang tersandung
korupsi ini sempat melakukan tindakan pencucian uang yang mengindikasikan
upaya memaksimalkan kebaikan bagi pejabat Jiwasraya tersebut. Kemudian, virtue
ethics yang berarti fokus pada kebajikan dan sudah dibiasakan mencerminkan
penanaman etika yang seharusnya ditanamkan sebagai nilai utama dalam public
service.
Jika dilihat dari perspektif deontologi, teleologi, serta virtue ethics yang ketiganya
merupakan penyeimbang etika itu sendiri, maka nilai etika Jiwasraya sesuai
standar pelayanan publik masih dikesampingkan serta dianggap tidak sebaik
prosedur administrasi nya. Oleh karena itu, penanaman etika dapat menjadi
landasan bagi Jiwasraya maupun pelayanan publik yang lain agar dampak negatif
terhadap penerima layanan serta mampu meningkatkan public trust.
Keterbukaan informasi ini merupakan salah satu bagian penting yang juga
merupakan hak yang penting dan strategis bagi masyarakat karena pelayanan tidak
dapat berjalan dengan baik apabila informasi tidak diperoleh secara tepat dan
benar. Kurang baiknya kinerja pelayanan publik di Indonesia saat ini salah satunya
disebabkan oleh belum adanya transparansi dan partisipasi yang baik dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Seperti dalam kasus korupsi yang terjadi pada
PT Jiwasraya, perusahaan mengabaikan hak yang dimiliki oleh masyarakat atas
informasi yang dimiliki. Sebagai Badan Usaha Milik Negara, sudah sepatutnya
perusahaan yang bergerak di bidang Asuransi ini menyusun laporan keuangan
serta informasi cadangan dengan benar. Namun kenyataannya, informasi yang
disajikan oleh PT Asuransi Jiwasraya sungguh diragukan kebenarannya karena
berdasarkan catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), perusahaan kerap
membukukan laba semu sejak tahun 2006.
Melihat dari kasus korupsi yang terjadi pada sektor pelayanan publik yaitu PT
Asuransi Jiwasraya. Sebaiknya, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencegah dan
menanggulangi hal tersebut. Pertama, perlu adanya internalisasi etika dan moral
bagi pejabat pelayanan publik yang dapat berupa penerapan nilai-nilai anti korupsi
seperti kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Selain itu, perlu juga
menanamkan prinsip anti korupsi seperti akuntabilitas, transparansi, kewajaran,
kebijakan, dan kontrol. Kedua, perlu adanya peningkatan kontrol dan pengawasan
yang dapat dilakukan dengan meningkatkan transparansi informasi terutama
kepada publik sehingga pemerintah dan non-pemerintah dapat bersama-sama
melakukan pengawasan terhadap pelayanan publik

II. Solusi dari beberapa penyimpangan etika

Ada beberapa hal yang tercantum dalam kode etik dan wajib dipatuhi oleh semua
anggota. Berikut kode etik profesi akuntansi yang harus dimiliki setiap akuntan
yang di lansir dari IAI, Yaitu :

1. Tanggung Jawab
Dalam menjalankan tanggung jawabnya, seorang akuntan harus senantiasa
berpijak pada pertimbangan moral dan profesionalitas disetiap kegiatan/aktivitas
yang dilakukan. Seorang akuntan sekurang--kurangnya harus peka terhadap klien.
Dengan tanggung jawab penuh, semua laporan tersaji sesuai kebutuhan.
Karenanya, pertimbangan moral menjadi salah satu cara untuk menjaga
kepercayaan dan mutu dari kinerja

2. Integritas
Demi menjaga kepercayaan publik seorang akuntan haruslah mempunyai integritas
yang tinggi. Dengan integritas ini, seseorang akan senantiasa memberikan
pelayanan dengan jujur tanpa ada unsur keuntungan pribadi. Karena bagi mereka
yang memiliki integritas tinggi, perbedaan dan kesalahan secara tidak sengaja
masih bisa ditoleransi, namun tidak dengan kecurangan.

3. Mandiri
Sikap mandiri bukan berarti bekerja sendiri, namun akuntan bisa berdiri sendiri.
Artinya, akuntan bisa membuat laporan keuangan tanpa pengaruh pihak luar. Jika
bekerja dalam tim, akuntan tetap mampu menyajikan laporan dengan baik.
Kemandirian sangat dibutuhkan oleh akuntan, agar kelak dapat menunjang karir
nya sebagai auditor.
4. Objektivitas
Seluruh akuntan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Untuk
mencegah hal-hal yang tak diinginkan, akuntan harus bersikap objektif. Dalam
artian, mereka harus bebas dari berbagai benturan kepentingan yang berhubungan
dengan kewajiban profesionalnya. Mereka tidak boleh memihak salah satu pihak,
agar data yang disajikan benar-benar aktual. Bila akuntan berat sebelah, laporan
yang disajikan terkesan subjektif.

5. Rahasia
Mengingat akuntan adalah profesi yang berhubungan langsung dengan data
keuangan, mereka juga harus mampu memegang prinsip kerahasiaan. Dalam
artian, tidak boleh mengungkapkan informasi pada pihak mana pun, terlebih jika
tanpa persetujuan atau tanpa wewenang secara spesifik. Kecuali, jika memang
harus mengungkapkannya karena kewajiban hukum atau tanggung jawab
profesional. Selain itu, juga tidak dibenarkan untuk menggunakan informasi
rahasia tersebut sebagai sarana mendapatkan keuntungan bagi pribadi maupun
pihak ketiga.

6. Standar Teknis
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Internasional Federation of Accountants telah
mengatur standar teknis dalam menyajikan laporan keuangan. Para akuntan wajib
bekerja sesuai standar yang sudah ditetapkan. Ini bukan hanya memenuhi
kebutuhan klien, tetapi untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap dirinya.
Bukan tidak mungkin akuntan lebih dipercaya oleh klien besar.

7. Kepentingan publik
Setiap anggota profesi akuntansi senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme. Salah satu cirinya adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting dimasyarakat. Di mana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, dan sebagainya bergantung kepada obyektivitas dan
integritas akuntan dalam menjalankan fungsi bisnis.

8. Kompetensi
Apapun profesinya, seseorang tentu dituntut untuk kompeten atau ahli. Begitu pula
dengan akuntan yang harus berkompetensi mengolah transaksi keuangan. Dalam
bekerja, akuntan harus hati-hati dalam menghitung dan menyajikan data. Ini untuk
mencegah mereka terjebak pada fraud atau penipuan. Bukan cuma itu, mereka bisa
mempertanggungjawabkan laporan yang diberikan. Karenanya, seorang akuntan
harus selalu bersedia mengasah pengetahuan dan keahlian serta bertindak cermat
dalam menjalankan jasa profesionalnya.
C. Kesimpulan

Etika profesi akuntansi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku baik dan buruknya
seorang akuntan sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus
sebagai akuntan.

Karena pada dasarnya tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Etika Profesi Akuntansi penting untuk
diperhatikan. Semisal suatu kesalahan kecil dalam pelaporan keuangan akibatnya bisa
sefatal hilangnya kepercayaan dan timbulnya kecurigaan manipulasi terhadap
perusahaan dan citra profesi akuntan tersebut.

Terdapat Beberapa prinsip etika profesi akuntansi yang dimana sangat penting untuk
diperhatikan agar akuntan bisa menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Tak lain, demi memenuhi tanggung jawab profesional dengan baik dan maksimal.
Berdasarkan poin-poinnya, kode etik tersebut diyakini mampu meningkatkan
kesejahteraan hidup akuntan. Selain itu, profesi dan kelembagaannya terjamin dan
terjaga dengan baik. Akuntan juga bisa bekerja dengan profesional, tanpa
mengutamakan kepentingan pribadi. Para akuntan mesti menjunjung tinggi harkat dan
martabat profesi akuntan di mata masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai