Anda di halaman 1dari 5

DESI FITRIANI (20181300004) SENIN, 23 MARET 2020

AKUNTANSI D3
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

TUGAS TEORI AUDIT 1

1. PT. Indofood sukses Makmur Tbk adalah sebuah perusahaan besar yang membutuhkan
jasa sebuah auditor untuk melalukan audit laporan keuangannya. Dimana PT tersebut
menunjuk KAP Selli & Partner dalam memberikan jasa auditnya. KAP tersebut
menunjuk ibu Selli untuk melakukan audit di perusahaan tersebut dan setelah diselidiki
lebih ternyata ibu Selli memiliki saham di perusahaan tersebut sebesar 12,5% dan
memiliki hubungan keluarga dengan perusahaan , oleh karena itu maka ibu Selli memiliki
hubungan istimewa di perusahaan tersebut. Jelaskan menurut pemahaman kalian apakah
pemberian jasa audit dimana hasil auditnya nanti akan sesuai dengan standar !
Jawab :
Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut mempunyai hubungan
tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat
menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak
independen. Oleh karena itu, auditor tidak hanya harus bersikap bebas menurut faktanya,
tapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang membuat orang lain meragukan
kebebasannya

2. Jelaskan kondisi yang menyebabkan auditor memberikan pendapat tidak wajar dan
pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit !
Jawab :
Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar
adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya
ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran pada
pelaporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.

3. ”Umumnya laporan keuangan yang menjadi objek audit yang dilaksanakan oleh auditor
independen adalah neraca dan laporan laba rugi saja”. Setujukah kalian terhadap
pernyataan tersebut, Jelaskan!
Jawab :
Tidak setuju, karena laporan keuangan yang menjadi objek auditing tidak hanya terdiri
dari neraca dan laporan laba rugi, namun meliputi pula laporan saldo laba dan laporan
arus kas.
DESI FITRIANI (20181300004) SENIN, 23 MARET 2020
AKUNTANSI D3
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

Praktek Studi kasus Audit 1


Sebanyak 23 auditor BPK terlibat dalam kasus suap. Mereka memberikan predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) laporan keuangan lembaga negara dengan ganjaran sejumlah uang. Operasi
tangkap tangan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat (26/5/2017)
pekan lalu, menambah daftar panjang kasus suap yang melibatkan auditor Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Operasi itu mengungkap sederet kebobrokan para oknum auditor tentang
pelicin untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah ataupun kementerian terlihat
kinclong.

Salah auditor BPK yang terlibat adalah  Djapiten Nainggolan . Mantan Ketua Tim Audit BPK
untuk Komisi Pemilihan Umum 2004 itu pernah disebut dalam kasus dugaan korupsi dilakukan
Nazaruddin Sjamsudin pada tahun 2005. Auditor yang terlibat menerima Rp555 juta dari KPU
saat melakukan audit pengadaan logistik Pemilihan Umum Tahun 2004.

Dana itu kemudian digunakan untuk ongkos 15 orang anggota BPK yang sedang melakukan
audit di KPU. Auditor yang menerima uang itu adalah Mochamad Priono, Djapiten Nainggolan,
Haedar Rahman, Hilmy, dan Wati. Mereka diberi "ongkos" sebesar Rp11 juta per
minggu. Sayang, kasus suap ini tak dibawa ke meja hijau, 15 auditor itu hanya diberi sanksi oleh
BPK.

Pada 2010, kasus melibatkan auditor BPK kembali terulang, kali ini terjadi di daerah Jawa Barat.
Kasus tersebut melibatkan Suharto, Kepala Sub Auditoriat III BPK perwakilan Jawa Barat dan
Kepala Seksi BPK Wilayah Jawa Barat III B, Enang Hermawan. Keduanya menerima uang suap
uang sebesar Rp200 juta dari Kepala Inspektorat Kota Bekasi Herry Lukamanto Hari, serta
pejabat Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi Herry Supardjan. Uang itu diguyurkan agar
Suharto dan Enang memberikan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Kota Bekasi Tahun 2009.

Kasus suap itu menyeret para auditor ke dalam bui. Keduanya divonis 4 tahun penjara dan
diwajibkan membayar denda Rp200 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pindana Korupsi
Jakarta. Mereka terbukti menerima suap Rp400 juta untuk memberikan opini wajar tanpa
pengecualian terhadap laporan keuangan Pemkot Bekasi tahun 2009. Mereka juga melanggar
Pasal 12 Huruf (a) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi juncto Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Korupsi juncto Pasal 55 Kesatu
Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pemberian opini dalam laporan keuangan pemerintah daerah ini pun seolah menjadi lahan basah
bagi auditor BPK.  Pada 2012 , kasus serupa juga terjadi lagi. Kali ini melibatkan auditor BPK,
MB alias Bahar dan MM alias Munzir, dua auditor BPK yang bertugas di Sulawesi Utara.
Keduanya, menerima suap uang sebesar Rp600 juta yang diberikan Walikota Tomohon,
Jefferson Rumajar untuk memberikan opini Wajar dengan Pengecualian dalam laporan
keuangan. Selain menerima pelicin untuk memberikan opini, baik Bahar dan Munzir juga
mendapatkan fasilitas hotel dan sewa kendaraan yang diambil dari dana pemerintah kota
Tomohon sebesar Rp7,5 juta. Pada September 2016, keduanya pun divonis bersalah oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Manado dengan 5 tahun 6 bulan kurungan dan denda Rp100 juta serta
mewajibkan keduanya membayar uang pengganti Rp1,6 miliar.

Belakangan, di Pengadilan Tipikor Bandung, nama Dorlan Purba tercatat menerima suap sebesar
Rp50 juta dari kasus korupsi penyalahgunaan anggaran pengelolaan dana apitasi pada program
jaminan sosial tahun anggaran 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Subang.

Kasus suap lebih besar yang menyeret auditor BPK diungkap KPK yakni dalam kasus dugaan 
korupsi proyek e-KTP . Uang suap dalam dalam proyek senilai Rp5,9 triliun tersebut juga
diterima auditor BPK bernama Wulung. Ia kecipratan duit suap sebesar Rp80 juta untuk
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap pengelolaan keuangan Ditjen
Dukcapil pada 2010.

Keterlibatan auditor BPK itu dalam kasus suap baru terlihat dalam surat dakwaan jaksa KPK
terhadap dua terdakwa mantan pejabat di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto pada 9 Maret 2017. Kini suap itu kembali
terulang, dan langsung dicokok KPK dalam Operasi Tangkap Tangan di Kantor BPK dan
Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Anda diminta :

a. Menganalisis kasus ini dimana apa yang menyebabkan seorang anggota BPK yang
harusnya memiliki integritas dan independensi yang tinggi dalam hal audit ?
Jawab :
1. Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota
BPK wajib :
 Memegang sumpah dan janji jabatan.
 Bersikap netral dan tidak berpihak.
 Menghindari terjadinya benturan kepentingan.
 Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi obyektivitas.

2. Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK wajib
:
 bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan.
 bersikap tegas dalam mengemukakan dan/atau melakukan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
 bersikap jujur dengan tetap memegang rahasia pihak yang diperiksa.
3. Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota
BPK dilarang menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupuntidak
langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaantugas dan
wewenangnya.

b. Jika kalian sebagai auditor yang memegang teguh standard dan etika yang ada apakah
kalian mengaudit laporan yang sesuai “ pesanan” ?
Jawab :

Ya, karena berdasarkan prinsip etika profesi yang dirangkaikan pada kode etik Ikatan
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebelum 1 Januari 2011 adalah 8 prinsip yang harus
dipatuhi akuntan publik yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas,
objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional,
dan standar teknis.
Seorang auditor harus memiliki sikap profesionalisme, dan juga harus memegang teguh
etika profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran dalam proses audit.
Hal ini tentu menjadi isu yang menarik untuk dibahas mengingat banyaknya kasus
pelanggaran etika yang dilakukan oleh para akuntan. Namun selain standar audit, akuntan
publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik
dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan
masyarakat umum.
Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor
dalam menjalankan profesinya.

c. Jika kalian seorang auditor mana peran kalian sebagai auditor untuk meyakinkan
masyarakat luas bahwa masih banyak auditor yang berpendirian teguh sesuai standard
Dan etika yang berlaku ?
Jawab :

Untuk meyakinkan masyarakat luas seorang auditor harus memiliki sikap


profesionalisme, dan juga harus memegang teguh etika profesi yang telah ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran
dalam proses audit.

Anda mungkin juga menyukai