Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Amanda Ardita

NIM : 4321104

Kelas : Pengauditan I B

Tugas UTS pengauditan I

Dosen Pengampu: M. Nasrullah, S.E., M.S.I.

1. Jelaskan menurut pendapat anda, apa yang dimaksud dengan audit dan kenapa audit
diperlukan!
Jawab :
 Menurut pendapat saya audit adalah suatu proses yang terstruktur untuk
mendapatkan dan menilai bukti dengan objektif yang berkaitan tentang pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi yang memiliki tujuan untuk
untuk menyatakan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan standar yang telah ditentukan, serta penyampaian hasil kepada yang
bersangkutan. Secara singkatnya audit dapat diartikan suatu proses pemeriksaan
laporan keuangan suatu perusahaan untuk menentukan kesesuaian informasi
dengan standar yang telah ditentukan.
 Audit merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan. Tujuan utama dari
audit adalah untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan. Proses
audit akan membantu perusahaan untuk mengidentifikasi masalah, risiko, dan
kelemahan sistem yang berpotensi membahayakan aset perusahaan, dengan temuan
bukti yang didapatkan dalam proses audit diharapkan perusahaan dapat mengambil
langkah yang tepat.

2. https://finansial.bisnis.com/read/20230228/215/1632435/ini-daftar-hitam-ap-dan-kap-dari-
ojk-menkeu-partner-crowe-ey-hingga-deloitte
berikan penjelasan kronologi kasus-kasus tersebut, berikan komentar apa yang harus
dilakukan KAP atau akuntan public agar ke depan tidak terjadi kasus serupa!
Jawab :
Kronologi Kasus Dalam Artikel Yang Berjudul “Ini Daftar Hitam AP dan KAP dari OJK
& Menkeu! Partner Crowe, Ey hingga Deloitte” adalah pembatalan izin terhadap kantor
akuntan publik seperti Crowe Indonesia. Banyak akuntan publik (AP) dan kantor akuntan
publik (KAP) yang dicabut izinnya untuk melakukan audit laporan keuangan di
Indonesia. Karena audit laporan keuangan yang ditemukan bermasalah. Berikut ulasan
singkat daftar KAP yang mendapatkan sanksi OJK dan menteri keuangan (Menkeu)
dalam beberapa tahun terakhir.

1) KAP Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo dan Rekan

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun merangkap


Anggota Dewan Komisioner OJK Ogi Prastomiyono menyampaikan bahwa pihaknya
telah melakukan pemeriksaan dan mengeluarkan sanksi pembatalan surat tanda terdaftar
di OJK, yakni dari kantor akuntan publik Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo &
Rekan, anggota Crowe Horwath International.

2) KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan

Laporan Keuangan Tahunan SNP Finance telah diaudit AP dari KAP Satrio, Bing, Eny
dan Rekan dan mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Namun demikian,
berdasarkan hasil pemeriksaan OJK, SNP Finance terindikasi telah menyajikan Laporan
Keuangan yang secara signifikan tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya
sehingga menyebabkan kerugian banyak pihak.

3) KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan


Pada 2019, Menkeu menjatuhkan sanksi kepada AP Kasner Sirumapea dan KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor Laporan Keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. dan Entitas Anak Tahun Buku 2018. Sanksi diberikan setelah
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK)
memeriksa AP/KAP tersebut terkait dengan permasalahan laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun buku 2018, khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerja sama
dengan PT Mahata Aero Teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar
akuntansi.
4) KAP Purwantono Sungkoro dan Surja

Pada 2019, OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa pembekuan Surat Tanda
Terdaftar (STTD) selama 1 tahun terhitung setelah ditetapkannya surat sanksi terhadap
Sherly Jokom sebagai akuntan dari rekan pada Kantor Akuntan Publik Purwantono
Sungkoro dan Surja, anggota Ernst and Young Global Limited, menyusul kasus PT
Hanson International Tbk. (MYRX). OJK mengenakan sanksi administratif kepada
Hanson International dengan nilai total Rp5,6 miliar, emiten yang bergerak di bidang
properti, akibat kesalahan penyajian laporan keuangan tahunan pada tahun buku 2016.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Hanson International terbukti melakukan pelanggaran
akibat penjualan kavling siap bangun dengan nilai kotor Rp732 miliar. Sherly terbukti
melakukan pelanggaran Pasal 66 UUPM jis. paragraf A 14 SPAP SA 200 dan Seksi 130
Kode Etik Profesi Akuntan Publik - Institut Akuntan Publik Indonesia.

 Agar tidak terjadi kasus-kasus seperti di atas seorang akuntan publik seharusnya
memahami betul dan sudah seharusnya menjalankan etika profesi akuntan. Etika profesi
tersbut yaitu tanggung jawab profesi, profesional, kerahasiaan, kompetensi dan kehati-
hatian, objektivitas, integritas, kepentingan publik, dan standar teknis. Sebelum menjadi
seorang akuntan publik seharusnya dilakukan tes kompetensi dengan mengikuti
pelatihan, membangun keteladanan (bagi pemimpin KAP). Dan juga seleksi untuk
menjadi akuntan publik harus lebih diperkatat agar tidak terjadi lagi kejadian seperti pada
kasus di atas.

3. https://www.kompasiana.com/aisyah90424/629acbe6d263457e8516bf82/kasus-sembiilan-
kap-melakukan-kolusi-dengan-kliennya-terkait-etika-profesi?page=3&page_images=1
buatlah kesimpulan dari penjelasan artikel di atas.
Jawab :

Terdapat 9 KAP yang melakukan kolusi dengan kliennya terkait dengan etika profesi.
Sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah
ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut
ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah
menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan
bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu.
Sembilan KAP ini merugikan masyakarat yaitu dengan merekayasa laporan keuangan
bank lalu menerbitkan laporan palsu tersebut kepada masyarakat dan melanggar standar
audit yang dapat menyesatkan masyarakat. Ada 2 kode etik yang dilanggar. Kode etik
pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi. Akuntan
tersebut melanggar kode etik tentang tanggung jawab dengan menerbitkan laporan palsu,
maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka
selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.Kode etik
kedua yang dilanggar yaitu kepentingan publik dan objektivitas. Pada kasus ini, para
akuntan dianggap telah menyesatkan publik dengan penyajian laporan keuangan yang
direkayasa dan mereka dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Dalam hal ini,
mereka telah bertindak berat sebelah yaitu mengutamakan kepentingan klien dan mereka
tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan
kepentingan pihak lain.

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang praktek akuntan publik yang tengah
digodok di kementrian keuangan memuat 7 jenis sanksi administratif yanga akan
dikenakan kepada akuntan publik (AP), kantor akuntan publik (KAP) serta cabang
KAP.

1) Sanksi administratif, jika AP melakukan pelanggaran ringan dan melakukan


pelanggaran terhadap SPAP (Standar Profesi Akuntansi Publik) dan kode etik yang
tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.
2) Sanksi tertulis, jika AP dan KAP tersebut melanggar ketentuan pasal 4, 30 ayat (1)
huruf a,b,f pasal 31 dan melakukan pelanggaran SPAP serta kode etik yang
berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan namun tidak signifikan terhadap laporan
yang diterbitkan.
3) Sanksi pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, jika AP dan KAP
melanggar SPAP dan kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan.
4) Sanksi pembatasan pemberian jasa tertentu, AP atau KAP tersebut tidak diperbolehkan
memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan selama 24
bulan
5) Sanksi kelima pembekuan izin AP dan KAP jika melakukan pelanggaran dalam pasal
9,28,29,30 ayat 1 huruf c,e,g,h,i UU no 5 tahun 2011 tentang akuntan publik dan
melakukan pelanggaran terhadap SPAP serta kode etik yang berpengaruh signifikan
terhadap laporan keuangan. Sanksi pembekuan izin diberikan paling banyak 2 kali
dalam waktu 48 bulan, namun jika masih melakukan hal yang sama maka akan
dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan dicabut.
6) Sanksi keenam berupa pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran
sanagt berat yaitu melanggar pasal 30 ayat 1 huruf d,j UU akuntan publik dan
melakukan pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh sangat signifikan
terhadap laporan yang diterbitkan.
7) Sanksi denda.

Anda mungkin juga menyukai