Sektor Publik
KELOMPOK 3
1. Indah Wulandari Kemhay B1C120134
2. Indri Afriliana B1C120135
3. Nisha Claudya Putri Irfan B1C120163
4. Nanda Septia Putri B1C120161
5. Meylonita Putri Paradita B1C120146
6. Muh. Nasywan Yogareksa B1C120149
7. Muhamad Irfan Hidayat B1C120151
8. Muhammad Rinal B1C120159
9. Muh. Nainus B1C120148
10. Muhammad Luthfi Zhahir B1C120155
01
Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Dari berbagai buku Anglo Amerika, Akuntansi Sektor Publik diartikan sebagai mekanisme
akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi publik. Dari berbagai
buku lama terbitan Eropa Barat, akuntansi sektor publik disebut akuntansi pemerintah.
Dan di berbagai kesempatan disebut juga sebagai akuntansi keuangan publik.
Akuntansi sektor publik merupakan bidang akuntansi yang mempunyai ruang lingkup
lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah
daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi dan organisasi-organisasi nonprofit
lainnya, seperti:
1. Organisasi sektor publik dapat dibatasi dengan organisasi-organisasi yang
menggunakan dana masyarakat, sehingga perlu melakukan pertanggungjawaban ke
masyarakat.
2. Aktivitas yang mendekatkan diri ke pasar tidak pernah ditujukan untuk memindahkan
organisasi sektor publik ke sektor swasta
02
Profesi sebagai Akuntan Sektor
Publik
Profesi akuntan dengan disiplin akuntansinya dianggap oleh Anglo Amerika
sangat mempengaruhi pertumbuhan bisnis di seluruh dunia. Beberapa negara,
seperti Rusia dan negara Eropa Timur, yang dulunya tidak terpengaruh, mulai
mengalami perubahan yang signifikan dalam bidang akuntansi.
Di Inggris pada akhir abad 19, perusahaan didirikan oleh pemerintah kota
praja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses pelayanan ini menjadi
sektor publik terbesar, di luar sektor pertahanan dan keamanan. Akuntansi di
pemerintah daerah atau kota praja disebut “akuntansi sektor publik”. Di
pertengahan abad ke 12, dengan pertimbangan efisiensi, perusahaan kota praja
disatukan dalam industri nasional dan sistem pelayanan nasional. Kondisi ini
justru memperkuat akuntansi sektor public.
Berdirinya Ikatan Akuntan Indonesia mulai memunculkan Kompartemen Akuntan
Sektor Publik. Kompartemen ini mewadahi para pekerja bidang akuntansi dan akuntan
yang bekerja di organisasi sektor publik. Proses pengembangan profesi bidang akuntansi
sektor publik sangat dipengaruhi oleh :
1. Kapasitas dan tujuan kebijakan ekonomi, sehingga aspek budaya, sosial politik ekonomi
menjadi dominan.
Berpandangan obyektif.
3) Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika professional dan standar
teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak dapat
dikompromikan untuk kepentingan publik.
Aturan etika IAI-KASP memuat prinsip-prinsip dasar perilaku etis auditor dan
empat panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut. Prinsip dasar
tersebut adalah: integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan,
ketepatan bertindak, dan standar teknis dan profesional. Empat panduan umum
mengatur hal-hal yang terkait dengan good governance, pertentangan kepentingan,
fasilitas dan hadiah, serta penerapan aturan etika bagi anggota profesi yang bekerja di
luar negeri.
Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat
dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya
Obyektivitas
Auditor yang obyektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi
profesinya dapat dipertahankan. Dalam mengambil keputusan atau tindakan, ia tidak
boleh bertindak atas dasar prasangka atau bias, pertentangan kepentingan, atau pengaruh
dari pihak lain. Auditor yang obyektif adalah auditor yang mengambil keputusan
berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau berdasarkan
pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang lain.
Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip dasar ini, auditor hanya dapat melakukan suatu audit apabila ia
memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan tenaga ahli yang
kompeten untuk melaksanakan tugastugasnya secara memuaskan Berkenaan dengan
kompetensi, untuk dapat melakukan suatu penugasan audit, auditor harus dapat
memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan. Pendidikan dan
pelatihan ini dapat bersifat umum dengan standar tinggi yang diikuti dengan pendidikan
khusus, sertifikasi, serta pengalaman kerja.
Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu auditor harus
memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya, kecuali adanya
kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan. Dalam prinsip
kerahasiaan ini juga, auditor dilarang untuk menggunakan informasi yang dimilikinya
untuk kepentingan pribadinya, misalnya untuk memperoleh keuntungan finansial.
Prinsip kerahasiaan tidak berlaku dalam situasi-situasi berikut:
a. Pengungkapan yang diijinkan oleh pihak yang berwenang, seperti auditan dan instansi
tempat ia bekerja.
b. Pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundangundangan, seperti
tindak pidana pencucian uang, tindakan KKN, dan tindakan melanggar hukum
lainnya.
c. Pengungkapan untuk kepentingan masyarakat yang dilindungi dengan undang-
undang, namun ada tiga hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1) Fakta-fakta yang diungkapkan telah mendapat dukungan bukti yang kuat atau adanya
pertimbangan profesional penentuan jenis pengungkapan ketika fakta-fakta tersebut
tidak didukung dengan bukti yang kuat.
2) Pihak-pihak yang menerima informasi adalah pihak yang tepat dan memiliki
tanggung jawab untuk bertindak atas dasar informasi tersebut.
3) Perlunya nasihat hukum yang profesional atau konsultasi dengan organisasi yang
tepat sebelum melakukan pengungkapan informasi.
Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak konsisten dalam mempertahankan reputasi profesi serta
lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor profesional. Apabila
auditor mengetahui ada auditor lain melakukan tindakan yang tidak benar, maka auditor
tersebut harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi
masyarakat, profesi, lembaga profesi, instansi tempat ia bekerja dan anggota profesi
lainnya dari tindakan-tindakan auditor lain yang tidak benar tersebut.
Standar teknis dan Professional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan. Standar ini ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit publik,
terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para auditornya,
termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.
Panduan Umum Lainnya Pada Aturan Etika IAI-KASP
panduan umum lainnya yang tercantum dalam aturan etika IAI-KASP terdiri dari empat
hal yaitu panduan good governance dari organisasi/instansi tempat auditor bekerja,
panduan identifikasi pertentangan kepentingan, panduan atas pemberian fasilitas dan
hadiah, dan panduan penerapan aturan etika bagi auditor yang bekerja di luar wilayah
hukum aturan etika.
07
Reformasi Paradigma Organisasi Sektor
public di Indonesia
Sektor publik (Penlebury, 1992) di Indonesia mempunyai empat titik kritis sebagai
berikut:Praktik
Pertanggungjawaban Akuntansi yang Layak
Prosedur penghasilan dan pembayaran dari pusat pertanggungjawaban organisasi sektor publik
dapat dilakukan dengan pemenuhan otorisasi, baik dari DPR/DPRD atau komisaris.
Prinsip Bruto
Seluruh penghasilan dibayar bruto, dan biaya yang terjadi dibebankan sebagai pengurang
penghasilan dan harus dilampirkan secara lengkap ke setiap pusat pertanggungjawaban yang
terkait.
Periodikal
Semua pengeluaran harus dipertanggungjawabkan per periode, sehingga otorisasi pengeluaran
akan dinilai berdasarkan prestasi periode terkait..
Spesifikasi
Pengeluaran untuk tujuan khusus harus dilandasi oleh persetujuan DPR/DPRD atau komisaris.
Konsep by exception/pengecualian ini harus diatur dalam peraturan tersendiri tanpa mengabaikan
tingkat pencapaian manajemen organisasi sektor publik yang terkait.
Kasus Enron dalam kaitannya dengan Pelanggaran Etika dalam Praktik Akuntansi
Sektor Publik
Tindakan Enron yang mengandung pelanggaran Etika dalam Praktik Akuntansi Sektor
Publik, antara lain