Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : NI MADE SUKERTI


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 031117527
Tanggal Lahir : 05 Januari 1978

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4430 | ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN

Kode/Nama Program Studi : 50 | Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 77 | Denpasar

Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 27 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : NI MADE SUKERTI


NIM : 031117527
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4430 | ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan llmu Politik
Program Studi : 50 – Ilmu Administrasi Negara
UPBJJ-UT : 77 - Denpasar

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THEpada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Karangasem, 27 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

NI MADE SUKERTI
Jawaban Soal No. 1
Huruf (a). Analisis kasus mutasi berdasarkan sistem kepegawaian negara.
a. Perpindahan tugas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari satu Instansi ke Instansi lainnya atau perpindahan dalam
Instansi baik di lingkup Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah merupakan bagian dari proses mutasi
kepegawaian. Mekanisme teknis pengajuan mutasi, mulai dari perencanaan, persyaratan/ketentuan pengajuan
mutasi, sampai dengan batas kewenangan persetujuan mutasi telah diakomodasi melalui Peraturan BKN
Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Mutasi. Ada 6 (enam) jenis mutasi, yakni:
1) Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat atau Daerah;
Adapun ketentuan mutas dalam 1 (satu) Instansi Pusat atau dalam 1 (satu) Instansi Daerah dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Mutasi dilakukan oleh PPK setelah memperoleh pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS;
b) Dalam hal Tim Penilai Kinerja belum terbentuk, pertimbangan diberikan oleh Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan;
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian membuat perencanaan mutasi;
d) Perencanaan mutasi disampaikan kepada Tim Penilai Kinerja PNS untuk mendapatkan
pertimbangan mutasi;
e) Berdasarkan pertimbangan mutasi tersebut, unit kerja yang membidangi kepegawaian mengusulkan
mutasi kepada PPK;
f) PPK menetapkan pengangkatan PNS dalam jabatan.
2) Mutasi PNS antar-Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi;
Mutasi PNS antar-kabupaten/kota dalam satu provinsi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mutasi ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh Pertimbangan Kepala BKN/Kepala Kantor
Regional BKN;
b. Pertimbangan teknis dapat diberikan bila persyaratan telah dipenuhi dan BKN telah melakukan
verifikasi dan validasi kebutuhan jabatan di instansi penerima dan instansi asal;
c. Berdasarkan pertimbangan teknis Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN, Gubernur menetapkan
keputusan mutasi;
d. Berdasarkan penetapan Gubernur, PPK instansi penerima menetapkan pengangkatan PNS dalam
jabatan.
3) Mutasi PNS antar-Kabupaten/Kota antar-Provinsi dan antar-Provinsi;
Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar provinsi dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Mutasi PNS ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan teknis Kepala
BKN/Kepala Kantor Regional BKN;
b. Pertimbangan teknis dapat diberikan bila persyaratan telah dipenuhi dan BKN telah melakukan
verifikasi dan validasi kebutuhan jabatan di instansi penerima dan instansi asal;
c. Berdasarkan pertimbangan teknis Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN, Menteri Dalam Negeri
menetapkan keputusan mutasi;
d. Berdasarkan penetapan Menteri Dalam Negeri, PPK instansi penerima menetapkan pengangkatan
PNS dalam jabatan.
4) Mutasi PNS Provinsi/Kabupaten/Kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya;
Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar provinsi dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Mutasi PNS ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan teknis Kepala
BKN/Kepala Kantor Regional BKN;
b. Pertimbangan teknis dapat diberikan bila persyaratan telah dipenuhi dan BKN telah melakukan
verifikasi dan validasi kebutuhan jabatan di instansi penerima dan instansi asal;
c. Berdasarkan pertimbangan teknis Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN, Menteri Dalam Negeri
menetapkan keputusan mutasi;
d. Berdasarkan penetapan Menteri Dalam Negeri, PPK instansi penerima menetapkan pengangkatan
PNS dalam jabatan.
5) Mutasi PNS antar-Instansi Pusat;
Mutasi PNS Provinsi/Kabupaten/Kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya dan mutasi PNS antar-Instansi
Pusat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mutasi PNS Provinsi/Kabupaten/Kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya dan Mutasi antar-Instansi
Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN;
b. Penetapan oleh Kepala BKN diberikan dalam hal persyaratan telah terpenuhi dan BKN telah
melakukan verifikasi dan validasi kebutuhan jabatan di instansi penerima dan instansi asal;
c. Berdasarkan penetapan Kepala BKN, PPK Instansi Penerima menetapkan pengangkatan PNS dalam
jabatan.
6) Mutasi PNS ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
Selain proses mutasi kepegawaian berdasarkan jenis-jenis mutasi, mutasi juga dapat dilakukan atas dasar
pengajuan PNS sendiri. Mengutip dari https://yuvalianda.com/, ada beberapa hal yang perlu untuk
diperhatikan bila hendak mengurusi mutasi, yaitu sebagai berikut:
a. Mutasi PNS mensyaratkan Pertimbangan BKN, pertimbangan ini memuat persetujuan BKN setelah
berkas mutasi terverifikasi dan tervalidasi oleh BKN. Bila lengkap dan cocok, BKN akan menerbitkan
Pertimbangan Teknis.
b. Mutasi PNS membutuhkan waktu;
c. PNS yang hendak mutasi atas permintaan sendiri harus siap melepas jabatan;
d. Untuk PNS yang hendak mutasi namun memiliki Ikatan Dinas atau sedang tugas belajar, harus siap
dengan konsekuensi tuntutan ganti rugi;
e. Beberapa instansi memiliki ujian mutasi PNS sebelum menerima PNS masuk ke instansinya.
Dari soal nomor satu point a bisa dianalisis bahwa mutasi yang dilakukan oleh suami Ibu Hilda adalah jenis mutasi
PNS dalam satu Instansi Pusat. Dalam hal ini dalam instansi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan
Pendidikan Tinggi (Kemdikbudristek) dengan Menteri Pendidikan selaku PPK. Adapun alasan mutasi adalah, “ikut
suami/istri”. Alasan mutasi ini sebetulnya cukup klasik, banyak PNS yang tidak ingin pisah dengan pasangannya.
Namun apa bila mutasi itu sudah memenuhi syarat maka mutasi dapat dikabulkan. Alasan tersebut dibenarkan
dalam Peraturan Badan Kepegawaian Nasional Nomor: 5 Tahun 2019 Pasal 10. Sementara mutasi yang dilakukan
oleh Ibu Sara selaku anggota POLRI merupakan jenis mutasi atas permohonan anggota karena alasan sakit untuk
mempermudah pengobatan penyakit yang ia derita.

Huruf (b). Peraturan yang tepat diterapkan bagi Sarah, selaku PNS atau ASN berdasarkan hak-haknya
sebagai anggota POLRI.
Sesuai dengan fakta yang ada pada soal nomor 1 di atas, bahwa Sarah merupakan anggota POLRI. Sesuai
ketentuan peraturan kepegawaian yang menyangkut Anggota POLRI diatur tersendiri melalui Peraturan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Mutasi dimaksud dalam rangka pembinaan pegawai Polri, organisasi
melakukan serangkaian kegiatan penempatan (mutasi) pegawai. Mutasi pegawai dapat berlangsung di
internal Polda namun dapat juga terjadi antar Polda dan Mabes Polri. Kegiatan penempatan (mutasi) pegawai
Polri berpedoman pada sejumlah aturan dan berdasar berbagai pertimbangan yang relevan.

Peraturan tentang mutasi terbaru saat ini adalah Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (PERKA)
Nomor: 16 Tahun 2012 tentang Mutasi Anggota Kepolisian Republik Indonesia. Dalam Pasal 4 Perka Nomor
16 tahun 2012 tersebut disebutkan bahwa: Setiap Anggota mempunyai kesempatan dan hak yang sama
dalam mutasi anggota baik TOD atau TOA dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan. Dalam Pasal
5 pada peraturan yang sama disebutkan bahwa jenis mutasi terdiri atas : (1) kepentingan organisasi; dan (2)
permohonan anggota.

Jadi dalam hal ini mutasi yang dilakukan sarah mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012.

Huruf (c)

Dalam kasus ini kenapa suami Ibu Hilda bisa diterima dalam pengadaan PNS didaerah yang berbeda dengan
asalnya karena dalam persyaratan CPNS dikatakan bahwa pendaftaran lintas daerah diperbolehkan ikut
daftar meskipun berbeda domisili. Adapun syarat umum Dalam .Permenpan-RB Nomor 27 Tahun 2021 mengatur
tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Terdapat dua jenis penetapan kebutuhan PNS, yaitu umum dan
khusus. Adapun syarat umum CPNS, meliputi:

 Berusia minimal 18- dan maksimal 35 tahun saat mendaftar

 Tidak pernah dipidana dengan pidana penjara 2 tahun atau lebih


 Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau dengan hormat
sebagai PNS/Prajurit TNI/Kepolisian Negara RI

 Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta

 Tidak berkedudukan sebagai CPNS, PNS, prajurit TNI, atau anggota Kepolisian Negara RI

 Tidak menjadi anggota/pengurus Parpol atau terlibat politik praktis Memiliki kualifikasi pendidikan
sesuai dengan persyaratan Jabatan Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan persyaratan Jabatan
yang dilamar

 Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI atau negara lain yang ditentukan oleh Instansi
Pemerintah Persyaratan lain sesuai kebutuhan jabatan yang ditetapkan oleh PPK.

Jadi dari ketentuan persyaratn pengadaan CPNS diatas jadi siapapun dan dimanapun berhak untuk mengikuti
seleksi CPNS dimanapun di wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia.

Jawaban Soal No. 2

a. Sistem penggajian dapat digolongkan menjadi tiga bagian sesuai penjelasan pasal 7 Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1974 jo Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok pokok kepegawaian yaitu :

1. sistem Penggajian Skala Tunggal

Skala Penggajian Tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai
yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang dari memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan
beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu (H. Nainggolan, 1985).

Kelebihan dari sistem skala tunggal yaitu sangat sederhana karena hanya diperlukan satu peraturan yang
mengatur skala gaji yang diperuntukan untuk segenap pegawai.

Kelemahan sistem Skala Tunggal yaitu dirasakan tidak adil bagi pegawai yang memikul tanggung jawab
berat.

2. Sistem skala ganda

Sistem Skala Ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan
kepada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi yang dicapai, dan
beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.

- keuntungannya dari sistem ini adalah :

memberikan perangsang yang dapat menimbulkan kegairahan bekerja bagi pegawai yang
melaksanakan beban tugas yang besar dan memikul tanggung jawab yang berat.

- kekurangannya dari sistem skala ganda :

dapat menimbulkan ketidakadilan pada waktu mereka pensiun di mana tanggung jawab menjadi
sama.
3. Sistem Skala Gabungan

Sistem Skala Gabungan adalah perpaduan sistem skala tunggal dan sistem skala ganda. Yang artinya
bahwa gaji pokok PNS yang berpangkat sama ditetapkan sama. Dan bagi PNS yang melaksanakan
beban tugas yang lebih besar diberikan uang tunjangan.

- Keuntungan dari Sistem Skala Gabungan:

Bisa memacu semangat kerja untuk mendapatkan tunjangan dengan berlomba meningkatkan
kualifikasi pendidikan yang tentunya akan berdampak pada tanggung jawab dan kinerja.

- Kerugian dari Ssistem Skala Gabungan:

Jika tidak menjabat atau mempunyai beban kerja tidak mendapat tunjangan

Jadi berdasarkan kasus pada soal diatas, penggajian yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan
penggajian sistem skala gabungan. Dimana sebelum menjabat sebagai kepala sub bagian keuangan pada
tempatnya bekerja, Amor hanya mendapatkan gaji kecil dan tanpa tunjangan. Seiring waktu dengan kualifikasi
pendidikan yang dimilikinya serta promosi jabatan yang diperolehnya maka Amir berhak atas gaji dan tunjangan
seperti yang didapat oleh Ani sesuai dengan jabatan mereka.

Jawaban Soal No. 3

a. Dalam rangka penyelenggaraan pembinaan PNS berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang
dititikberatkan pada sistem prestasi kerja, maka penilaian prestasi kerja PNS dilaksanakan dengan
berorientasi pada peningkatan prestasi kerja dan pengembangan potensi PNS. Mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 ditentukan, bahwa yang berwenang membuat penilaian prestasi kerja PNS
adalah pejabat penilai, yaitu atasan langsung dari PNS yang bersangkutan dengan ketentuan paling rendah
pejabat eselon V atau pejabat lain yang ditentukan. Tujuan penilaian prestasi kerja adalah untuk menjamin
objektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang
dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

Peniaian prestasi kerja merupakan suatu proses rangkaian manajemen kinerja yang berawal dari penyusunan
perencanaan prestasi kerja yang berupa Sasaran Kerja Pegawai (SKP), penetapan tolok ukur yang meliputi
aspek kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya dari setiap kegiatan tugas jabatan. Pelaksanaan penilaian SKP
dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kerja dengan target yang telah ditetapkan. Dalam
melakukan penilaian dilakukan analisis terhadap hambatan pelaksanaan pekerjaan untuk mendapatkan
umpan balik serta menyusun rekomendasi perbaikan dan menetapkan hasil penilaian.

Untuk memperoleh objektivitas dalam penilaian prestasi kerja digunakan parameter penilaian berupa hasil
kerja yang nyata dan terukur yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan tujuan organisasi, sehingga
subjektivitas penilaian dapat diminimalisir. Dengan demikian hanya PNS yang berprestasi yang mendapatkan
nilai baik.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan
pendekatan partisipasi dalam arti PNS yang dinilai terlibat langsung secara aktif dalam proses penetapan
sasaran kerja yang akan dicapai, dan proses penilaian. Hasil rekomendasi penilaian prestasi kerja digunakan
untuk peningkatan kinerja organisasi melalui peningkatan prestasi kerja, pengembangan potensi, dan karier
PNS yang bersangkutan serta pengembangan manajemen, organisasi, dan lingkungan kerja.

Atasan pejabat penilai secara fungsional bukan hanya sekedar memberikan legalitas hasil penilaian dari
pejabat penilai, tetapi lebih berfungsi sebagai motivator dan evaluator seberapa efektif pejabat penilai
melakukan penilaian, untuk mengimbangi penilaian dan persepsi pejabat penilai sebagai upaya
menghilangkan bias-bias penilaian. Sistem penilaian prestasi kerja PNS yang bersifat terbuka, diharapkan
dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja serta menciptakan hubungan interaksi antara pejabat
penilai dengan PNS yang dinilai dalam rangka objektivitas penilaian dan untuk mendapatkan kepuasan kerja
setiap PNS. Berdasarkan pasal 4 PP No. 46 Tahun 2011, penilaian prestasi kerja PNS dibagi dalam 2 (dua)
unsur yaitu : (1) Sasaran Kerja Pegawai (SKP); dan (2) Perilaku kerja.

Sasaran Kerja Pegawai (SKP) merupakan rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS dan
dilakukan berdasarkan kurun waktu tertentu. Sasaran kerja pegawai meliputi beberapa aspek :
a) Kuantitas merupakan ukuran jumlah atau banyaknya hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai.
b) Kualitas merupakan ukuran mutu setiap hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai.
c) Waktu merupakan ukuran lamanya proses setiap hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai.
d) Biaya merupakan besaran jumlah anggaran yang digunakan setiap hasil kerja oleh seorang pegawai.

Perilaku kerja merupakan setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh seorang PNS yang
seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun unsur perilaku kerja meliputi :

a) Orientasi pelayanan merupakan sikap dan perilaku kerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada yang
dilayani antara lain meliputi masyarakat, atasan, rekan sekerja, unit kerja terkait, dan/atau instansi lain.

b) Integritas merupakan kemampuan seorang PNS untuk bertindak sesuai dengan nilai, norma dan etika
dalam organisasi.

c) Komitmen merupakan kemauan dan kemampuan seorang PNS untuk dapat menyeimbangkan antara
sikap dan tindakan untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan mengutamakan kepentingan dinas
daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, dan/atau golongan.

d) Disiplin merupakan kesanggupan seorang PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau
dilanggar dijatuhi sanksi.
e) Kerja sama merupakan kemauan dan kemampuan seorang PNS untuk bekerja sama dengan rekan
sekerja, atasan, bawahan baik dalam unit kerjanya maupun instansi lain dalam menyelesaikan suatu tugas
dan tanggung jawab yang diembannya.

f) Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kemauan PNS untuk memotivasi dan mempengaruhi
bawahan atau orang lain yang berkaitan dengan bidang tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi.
Dalam pasal 15 PP 46 Tahun 2011 disebutkan bahwa penilaian prestasi kerja dilakukan dengan cara
menggabungkan penilaian SKP dengan penilaian prilaku kerja. Bobot nilai unsur SKP 60% dan prilaku kerja
40%. Pasal 17 PP 46 Tahun 2011 mengatur bahwa nilai prestasi kerja PNS dinyatakan dengan angka dan
sebutan sebagai berikut:
a) 91 – ke atas : sangat baik
b) 76 – 90 : baik
c) 61 – 75 : cukup
d) 51 – 60: kurang
e) 50 ke bawah : buruk

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa Penilaian Prestasi Kerja PNS atas nama Si
Fulan, sebagai berikut:
a) Sasaran kerja pegawai (SKP) yang diperoleh sebesar 88,81 masuk dalam kategori baik.
b) Prilaku kerja si Fulan ditinjau dari orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja sama dan
kepemimpinan memperoleh nilai rata-rata : 86,80 yang tergolong dalam kategori baik.
c) Nilai prestasi kerja yang diperoleh setelah menggabungkan Sasaran Kerja Pegawai dan Prilaku menurut
ketentuan yang sudah ditetapkan sebesar 88,00 juga termasuk dalam kategori baik

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Prestasi Kerja PNS atas nama Si Fulan adalah Baik

b. MBO, atau kepanjangannya Management by Objectives adalah salah satu pendekatan berbasis hasil yang
melibatkan baik manajemen maupun karyawan untuk melakukannya bersama. Manajemen berdasarkan
tujuan (MBO) adalah pendekatan sistematis dan terorganisir yang menekankan pada pencapaian sasaran
organisasi. MBO ini merupakan model manajemen strategis yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
organisasi dengan menetapkan tujuan secara jelas yang disepakati oleh manajemen dan karyawan. Arki
Rifaska menyatakan bahwa MBO adalah suatu pendekatan yang terorganisir dan sistematis yang
menjadikan manajemen fokus kepada sasaran kerja dan pencapaian hasil terbaik yang mungkin tercapai
dari sumber daya yang tersedia. MBO bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan
merumuskan tujuan organisasi dan sasaran kerja karyawan yang berada di dalamnya. Idealnya, karyawan
akan mendapatkan masukan yang kuat untuk mengidentifikasikan sasaran kerja, waktu realisasi, target,
dan perkiraan output target. MBO mengikutsertakan on going tracking dan umpan balik ke dalam proses
pencapaian sasaran kerja.
Berdasarkan data pada tabel yang ada pada soal nomor 3, dianalisis dengan MBO sebagai berikut:

Jawaban Soal Nomor : 4

a. Berdasarkan perspektif budaya kerja aparatur negara, seorang PNS harus posisi pada wilayah yang
seharusnya yakni sebagai alat negara yang menjalankan tugas-tugas kenegaraan. Hal ini mempunyai makna
bahwa PNS tidak diperkenankan menjadi pengurus/anggota partai politik dan terlibat dalam kegiatan partai
politik ataupun pendukung/simpatisan. Dengan demikian PNS harus berdiri di atas semua partai atau golongan.
Namun sebagai warga negara, PNS mempunyai hak politik yakni hak memilik dan hak untuk dipilih. Netralitas
PNS bukan berarti PNS buta politik dan tidak penduli perkembangan politik.Sejalan dengan hal tersebut,
Pemerintah telah mengatur bahwa PNS yang tidak netral atau memiliki keberpihakan kepada salah satu partai
politik atau kandidat kepala pemerintahak akan ditindak tegas. Dalam pasa 3 UU Nomor 43 tahun 1999 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa
pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatu negara bertugas untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesioal, jujur, adil dan merata daoam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan
pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas seperti itu, pegawai negeri harus netral dari pengaruh semua
golingan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999, tentang
PNS yang menjadi pengurus/anggota partai politik diatur bahwa pns yang akan menjadi anggota parpol harus
mendapat ijin dari atasan/pejawab berwenang. Jika diijinkan, PNS yang bersangkutan harus melepaskan
jabatan negerinya dan berhenti menjadi PNS. Dalam PP Nomor 37 tahun 2004 dinyatakan bahwa untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan pegawai negeri serta agar dapat memusatkan seluruh
perhatian, pikiran dan tenaganya pada tugas yang dibebankan kepadanya; pegawai negeri sipil yang menjadi
anggota atau engurus paratai politik diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil. Pegawai negeri sipil yang
menjadi anggota atau pengrus partai politik tanpa mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Berdasarkan kasus yang ada, dan mengacu pada uraian di atas jelas kegiatan yang dilakukan oleh pegawai
pemda atas nama Pak Abdi sudah melanggar netralitas aparatun negara meskipun dengan tujuan membantu
korban bencana. Membantu parpol tertentu dan/atau menunjukkan dukungan pada parpol tertentu, sudah
melanggar kode etik pegawai negeri sipil. Oleh karena itu pak Abdi, patut mendapat sanksi sesuai dengan
parturan perundangan yang berlaku seperti: UU Nomor 12 tahun 1999, UU Nomor 43 tahun 1999 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

b. Sebagai seorang aparatus sipil negara, Pak Abdi seharusnya memiliki netralitas, dan menolak dengan tegas
ajakan, saran dan penugasan dari golongan atau partai politik tertentu. Larangan keterlibatan PNS dalam parpol
secara khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan PNS Menjadi
Anggota Partai Politik. Pasal 2 Ayat 1 peraturan ini berbunyi, “Pegawai negeri sipil dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik.”

c. Sebagai seorang PNS yang mengalami cacat fisik dan hilang ingatan beliau berhak mendapatakan dana
pensiun.
Berdasarkan, Pasal 242 ayat (1) PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang manajemen pegawai negeri sipil
menyebutkan bahwa PNS yang tidak cakap jasmani dan/atau rogani diberhentikan dengan hormat apabila :

1) Tidak dapat bekerja lagi dalam smua jabatan karena kesehatan

2) Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau lingkungankerjanya; atau

3) tidak mempu bekerja kembali setelah berakhirnya cuti sakit

PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana dimaksud di atas mendapat hak kepegawiaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sumber/Referensi :

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang manajemen PNS

Anda mungkin juga menyukai