Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : GILANG EPRIAS SETIAWAN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043414885

Tanggal Lahir : 23 September 1998

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4332/Hukum Administrasi Negara

Kode/Nama Program Studi : S1 ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 50/Samarinda

Hari/Tanggal UAS THE : 14 JULI 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama Mahasiswa : GILANG EPRIAS SETIAWAN

NIM : 043414885

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4332/Hukum Administrasi Negara

Fakultas : FHISIP

Program Studi : S1

UPBJJ-UT : 50/Samarinda

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Balikpapan, 14 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

Gilang Eprias Setiawan


JAWABAN
(1). A. Terkait perbuatan yang sudah dilakukan tersebut, tersangka akan diberikan sanksi terkait nasib statusnya
sebagai PNS. Lebih rinci dijelaskan, jika tersangka tersebut dipenjara maka statusnya sebagai abdi negara
bisa saja diberhentikan. Namun bisa juga statusnya tetap sebagai PNS karena telah menjalankan hukuman
penjara. Menurut Pasal 247 PP 11 Tahun 2017, PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak
diberhentikan karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat dua tahun
dan pidana yang dilakukan tidak berencana,” jelasnya.

Sedangkan jika tersangka berstatus pengguna akan dijatuhi hukuman disiplin karena telah melanggar PP 53
Tahun 2010, di mana dalam poin 3 dijelaskan bahwa ASN harus menaati segala ketentuan peraturan
perundang-undangan dan poin 6 harus menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
PNS.

Ancaman hukuman disiplin akan diberikan sesuai dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya tersebut.
Hukuman akan diberikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).

Pemberhentian PNS Pasal 87 UU ASN menentukan pemberhentian ASN sebagai berikut : (1) PNS
diberhentikan dengan hormat karena: a. meninggal dunia; b. atas permintaan sendiri; c. mencapai batas
usia pensiun; d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

(2) PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan
hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.

(3) PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin
PNS tingkat berat. (4) PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena: a. melakukan penyelewengan
terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. dihukum penjara
atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan dan/atau pidana umum; c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau d. dihukum
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan
berencana.

Kemudian Pasal 250 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (“PP 11/2017”) sebagai berikut: PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena: a. melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b.
dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum; c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
atau d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang
dilakukan dengan berencana.

Kejahatan tindak pidana yang dilakukan oleh seorang PNS maka hukuman dapat ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 52 KUHP, mengatur “Bilamana seorang pejabat karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya , atau pada waktu melakukan perbuatan pidana memakai kekuasaan,
kesempatan atau sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya, pidananya dapat ditambah
sepertiga”.
Kejahatan Narkotika Kejahatan Narkotika dan Psikotrapika, merupakan kejahatan kemanusiaan yang berat,
yang mempunyai dampak luar biasa, terutama pada generasi muda suatu bangsa yang beradab. Kejahatan
narkotika merupakan kejahatan lintas negara, karena penyebaran dan perdagangan gelapnya, dilakukan
dalam lintas batas negara.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotikan telah mengatur hal tersebut. Maka siapapun
yang terlibat tindak pidana narkotika akan dihukum berat, termasuk PNS. Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN RB) mengindikasikan kasus penyalahgunaan narkoba
sebagai bentuk pelanggaran berat. Atas alasan itu, setiap pegawai negeri sipil (PNS) yang terlibat di
dalamnya, akan dijatuhkan sanksi pemecatan. Jika terdapat PNS terbukti terjerat narkoba dengan masa
hukuman di atas 2 tahun, maka sanksinya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2015 tentang
ASN, diberhentikan.

B. XYZ dapat melakukan upaya hukum administratif yang terdiri dari:

a. keberatan; dan/atau

b. banding administratif.

Keberatan adalah upaya administratif yang dapat di tempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap
hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh prjabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum. Sedangkan Banding Administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh pejabat
yang berwenang menghukum kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK).

(2). 1. Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik IndonesiaNomor: 04/K/I-XIII.2/5/2008


tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuanganbahwa secara ringkas, metodologi pemeriksaan
sebagai berikut:

A. Langkah perencanaan pemeriksaan, meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu:

(1) Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan,

(2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa,

(3) Pemahaman atas Entitas,

(4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya,

(5) Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern,

(6) Pemahaman dan Penilaian Risiko,

(7) Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertoleransi,

(8) Penentuan Metode Uji Petik,

(9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan

(10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program KegiatanPerseorangan.

B. Langkah pelaksanaan pemeriksaan, meliputi 7 langkah kegiatan, yaitu:

(1) Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci,

(2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern,


(3) Pengujian Substantif Atas Transaksi & Saldo Akun,

(4) Penyelesaian Penugasan,

(5) Penyusunan Konsep temuan pemeriksaan (TP),

(6) Perolehan Tanggapan Resmi & Tertulis, dan

(7) Penyampaian temuan pemeriksaan (TP).

C. Langkah pelaporan pemeriksaan, meliputi 5 langkah kegiatan, yaitu:

(1) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan,

(2) Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang,

(3) Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang,

(4) Perolehan Surat Representasi, dan

(5) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.

2. Pada awalnya penyebab korupsi adalah kemiskinan, sehingga kemiskinan menjadi akar dari masalah
korupsi, hal ini terlihat dari ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran konsumtif dari penyelenggara
Negara. Namun paradigma tersebut telah bergeser karena ternyata perbuatan korupsi itu sendiri telah
mengarah pada sektor swasta (konglomerat) dan birokrat tinggi yang level kehidupannya telah bergelimang
dengan kekayaan.

Secara umum dan sederhana korupsi dapat diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan/kepercayaan
untuk keuntungan pribadi. Pengertian korupsi juga mencakup perilaku pejabat-pejabat di sektor publik, baik
politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka secara tidak pantas dan melanggar hukum,
atau orang-orang yang dekat dengan pejabat birokrasi dengan menyalahgunakan kekuasaan yang
dipercayakan pada mereka.Kehidupan korupsi dalam konteks pelayanan publik ini merupakan perbuatan
“korupsi administrasi” dengan fokus pada kegiatan perorangan yang memegang kontrol dalam kedudukannya
sebagai pejabat publik, sebagai pembuat kebijakan atau sebagai pegawai birokrasi pemerintah, atas berbagai
kegiatan atau keputusan. Dengan makin meluasnya proyek swastanisasi perusahan negara dan pengalihan
kegiatan yang selama ini dipandang masuk dalam lingkup tugas pemerintah ke sektor swasta, dan monopoli
penuh atau setengah penuh penyediaan barang publik oleh sektor swasta (misalnya: air, listrik, telkom), maka
perbuatan korupsi telah merambah juga pada sektor swasta di luar dan di dalam hubungan kerja sektor
swasta dengan sektor publik, sehingga perbuatan korupsi kedua sektor ini membawa dampak negatif terhadap
kepentingan publik.

Selanjutnya dengan Undang-undang Nomor 24 Prp tahun 1960 dikeluarkan ketentuan tentang Pengusutan,
Penuntutan Dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Dalam Undang-undang Nomor 24 Prp tahun 1960
perbuatan korupsi itu dirumuskan dalam 2 hal yaitu :

a. Barang siapa, dengan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain,
atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung, merugikan keuangan negara dan atau
perekonomian negara, atau diketahui atau patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara;

b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Selain faktor Korupsi, Penggelapan Keuangan Negara juga menjadi sebab timbulnya kerugian negara. Pasal 372
KUHP“Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum sesuatu benda yang seharusnya atau
sebagian merupakan kepunyaan orang lain yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena bersalah
melakukan penggelapan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun atau dengan
pidana denda setinggi-tingginya 900 (sembilan ratus) rupiah”

Terakhir, Penyalahgunaan Anggaran Negara. Ada adigium yang sudah terlanjur berkembang di negara ini,
yakni “Korupsi sudah terjadi sejak perencanaan anggaran”.

Saat ini porsi pengelolaan (penyusunan, penggunaan dan pengawasan) daerah lebih banyak didistribusi
oleh pusat. Dari 500 lebih kabupaten/kota di Indonesia, 60-an dianggap kaya, selebihnya dapat dikatakan
miskin. Ruang fiskal menjadi sempit karena program dan proyek banyak dikendalikan oleh pemerintah pusat
dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Penyesuaian, dan Dana Bagi Hasil. Di sisi lain, masyarakat
menginginkan demokratisasi anggaran yang dibangun oleh pemerintah daerah dalam proses perencanaan
penganggaran.

Yang menjadi catatan kritis kami, saat ini format evaluasi baru pada level penyerapan anggaran, belum pada
format monitoring dan evaluasi kinerja. Dana pusat yang digelontorkan ke daerah melalui DAK maupun Dana
Penyesuaian teralokasi secara besar-besaran di infrastruktur, yang menurut beberapa penelitian kami, pos ini
paling rawan dikorupsi. Audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sering menemukan ketidakpatuhan,
standar pengendalian internal, dan administrasi. Namun rekomendasi yang diberikan (hanya) perbaikan,
bukan tindakan tegas.

Bagaimanakah peta korupsi pada tahap penyusunan anggaran daerah? Korupsi bukan saja terjadi pada saat
pelaksanaan, namun juga dalam proses perencanaan, bahkan pada tahap ini bisa dibilang lebih kental. Dalam
proses perencanaan anggaran terdapat 5 aspek yang mewarnai, yaitu top down, bottom up, partisipasi,
teknokrasi, dan politik. Proses top down, anggaran yang digelontorkan dari pusat ke daerah sudah diatur
(given), sedangkanbottom up, sejauh ini hanya formalitas, karena proses partisipasi dalam perencanaan yang
dilakukan bukanlah proses negosiasi, namun hanya sosialisasi dan penyampaian informasi publik. Masyarakat
belum dilibatkan dalam perencanaan secara utuh dari awal, dan hanya diberi sosialisasi hasil dari perencanaan
yang sudah terbentuk.

3. Badan Pemeriksa Keuangan atau disingkat dengan BPK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.Semakin kuatnya peran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa
keuangan negara, menuntut BPK untuk mengelola efektivitas kerja sama dan komunikasi dengan para
pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan, BPK selalu berupaya membangun
komunikasi dua arah secara efektif, sehingga mutu hubungan kelembagaan BPK dengan para pemangku
kepentingan dapat ditingkatkan.BPK merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggungjawab keuangan negara sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Dalam menjalankan tugasnya,
BPK akan terus bersinergi dengan sejumlah pihak untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

(3). 1. New Public Service adalah paradigma yang berdasar atas konsepkonsep yang pada hakikatnya sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Peran dari pemerintah adalah mengolaborasikan antara nilainilai
yang ada sehingga kongruen dan sesuai kebutuhan masyarakat. Sistem nilai dalam masyarakat adalah dinamis
sehingga membutuhkan pelayanan yang prima dari pemerintah. Adapun prinsip-prinsip yang ditawarkan
Denhart & Denhart (2003) adalah sebagai berikut:

1. Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, Not Customer). 9 | Paradigma NPS
2. Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest).
3. Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship over Entrepreneurship).
4. Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act Democratically).
5. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not Simple).
6. Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer).
7. Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas (Value People, Not Just Productivity).

2. Pelaksanaan Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) dalam sistem pemerintahan Indonesia akan
berjalan dengan baik dan lancar apabila didukung oleh adanya administrasi yang baik dan mantap.11
Asas-asas umum pemerintahan yang baik juga perlu diterapkan dalam
pelaksanaan pelayanan publik dengan tujuan :
1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan
seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan
korporasi yang baik;
3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Pada pasal 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menguraikan
ruag lingkup AUPB yang berlaku dalam administrasi pemerintahan. Asas Umum Pemerintahan yang Baik yang
dimaksud meliputi asas:
1. kepastian hukum. asas kepastian hukum merupakan asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan ketentuan peraturan perundangundangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan.
2. kemanfaatan. asas kemanfaatan maksudnya manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang antara:
(1) kepentingan individu yang satu dengan kepentingan individu yang lain;
(2) kepentingan individu dengan masyarakat;
(3) kepentingan Warga Masyarakat dan masyarakat asing;
(4) kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan kepentingan kelompok masyarakat yang lain; (5)
kepentingan pemerintah dengan Warga Masyarakat;
(6) kepentingan generasi yang sekarang dan kepentingan generasi mendatang;
(7) kepentingan manusia dan ekosistemnya;
(8) kepentingan pria dan wanita.
3. Ketidakberpihakan. asas ketidakberpihakan adalah asas yang mewajibkan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan
mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak diskriminatif.
4. Kecermatan. asas kecermatan dimaksudkan sebagai asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan
dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang
bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan
dan/atau dilakukan.
5. Tidak menyalahgunakan kewenangan. asas tidak menyalahgunakan kewenangan adalah asas yang
mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan
tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan/atau tidak mencampuradukkan kewenangan.
6. Keterbukaan. asas keterbukaan adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses dan
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
7. Kepentingan umum. asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan
kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.
8. Pelayanan yang baik. asas pelayanan yang baik dimaksudkan sebagai asas yang memberikan pelayanan yang
tepat waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai dengan standar pelayanan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penerapan asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam pelaksanaan pelayanan publik dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat selain daripada yang disebutkan dalam pasal 10 UndangUndang Nomor
30 Tahun 30014 tentang Administrasi Pemerintahan menguraikan ruang lingkup AUPB yang berlaku dalam
administrasi pemerintahan, antara lain :21
1. Asas Keseimbangan. Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian atau
kealpaan seorang pegawai. Asas ini menghendaki pula adanya kualifikasi yang jela mengenai
jenis-jenis atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan yang dilakukan oleh seseorang sehingga memudahkan
penerapannya dalam setiap kasus yang ada dan seiring dengan persamaan perlakuan serta sejalan dengan
kepastian hukum.
2. Asas Tidak Mencampuradukkan Kewenangan. Seorang pejabat pemerintahan memiliki wewenang yang
sudah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan baik dari segi materi, wilayah, maupun waktu. Aspek-
aspek wewenang ini tidak dapat dijalankan melebihi apa yang sudah ditentukan dalam peraturan yang berlaku.
3. Asas Keadilan dan Kewajaran. Asas keadilan ini menuntut Tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang,
dan selaras dengan hak setiap orang. Sedangkan asas kewajaran menekankan agar setiap aktivitas
pemerintah atau administrasi negara memperhatikan nilai-nilai yang berlaku ditengah masyarakat, baik
berkaitan dengan agama, moral, adat istiadat, maupun nilai-nilai lainnya.
AAUPB dapat dijadikan landasan atau pedoman bagi apparat pemerintah dalam menjalankan tugasnya,
sekaligus sebagai alat uji bagi lembaga peradilan dalam menilai tindakan pemerintah ketika ada gugatan
dari pihak lain yang dirasakan merugikannya. Dengan kata lain, AAUPB secara teoritis sangat penting dalam
mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan berkualitas baik di pusat maupun di daerah. Secara
yuridis, cerminan pemerintah yang demikian dapat dilihat dari produk hukum yang ditetapkannya, seperti
dalam wujud perizinan daerah yang berwawasan lingkungan hidup.

3. Komitmen negara dalam mewujudkan nilainilai HAM bagi penyandang disabilitas diwujudkan dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas untuk menghormati,
melindungi, memenuhi dan memajukan hak-hak penyandang disabilitas. Adapun hak penyandang disabilitas
yang diatur di dalam UU No.8/2016 terdiri dari28:
Hak hidup; Bebas dari stigma; Privasi; Hak untuk mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum;
Pendidikan; Hak atas pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi; Kesehatan; Politik; Keagamaan; Keolahragaan;
Kebudayaan dan pariwisata; Kesejahteraan sosial; Aksesibilitas; Pelayanan Publik; Pelindungan dari bencana;
Habilitasi dan rehabilitasi;Konsensi; Pendataan; Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat;
Berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi; berpindah tempat dan kewarganegaraan; dan Bebas
dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi.

Selanjutnya beberapa elemen bangunan publik/umum yang harus aksesibel bagi difabel sesuai dengan
ketentuan teknis antara lain: 14 a. Area Parkir: tempat parkir kendaraan dan daerah naik-turun untuk
kendaraan difabel. b. Jalur Pedestrian: jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi difabel
secara aman, nyaman dan tak terhalang. c. Jalur Pemandu: jalur yang digunakan bagi pejalan kaki, termasuk
untuk difabel, yang memberikan panduan arah dan tempat tertentu. d. Kamar Kecil. fasilitas sanitasi yang
mengakomodasi kebutuhan difabel. e. Lift: alat mekanis-elektris yang digunakan untuk pergerakan vertikal di
dalam bangunan. f. Pancuran/shower. fasilitas mandi dan pancuran yang mengakomodasi kebutuhan difabel. g.
Perabot: barang-barang perabot atau furniture bangunan. h. Perlengkapan & Peralatan. semua perlengkapan
dan peralatan bangunan seperti alarm, tombol/stop kontak, dan pencahayaan. i. Pintu. tempat-masuk keluar
halaman atau bangunan yang mengakomodasi kebutuhan bagi difabel. j. Rambu: tanda-tanda bersifat verbal
(dapat didengar), bersifat visual (dapat dilihat), atau tanda-tanda yang dapat dirasa atau diraba. k. Ramp. jalur
jalan yang memiliki kelandaian tertentu sebagai pengganti anak tangga.

(4). 1. Peranan pemerintah dalam pembangunan ekonomi merupakan kunci menuju masyarakat yang lebih makmur,
bahkan diharapkan Indonesia bisa menjadi Negara yang maju dan Negara industri. Negara terbelakang atau
Negara berkembang begitu besarnya dan masalah ekonomi tidak bisa diserahkan begitu saja pada mekanisme
bebas kekuatan-kekuatan ekonomi. Untuk itu dalam upaya menyeimbangkan pertumbuhan berbagai sektor
perekonomian hingga penawaran harus sesuai dengan permintaan. Hal ini dibutuhkan pengawasan dan
pengaturan oleh Negara atau pemerintah dalam upaya mencapai pertumbuhan yang seimbang. Kesimbangan
membutuhkan suatu pengawasan terhadap produksi, distribusi dan konsumsi komoditas. Pemerintah harus
membuat suatu rencana pengawasan fisik serta langkah-langkah fiscal dan moneter yang perlu dilakukan.
Langkah-langkah tersebut tidak dapat dihindarkan dalam upaya mengurangi ketidakseimbangan ekonomi dan
sosial yang mengancam Negara berkembang. mengatasi perbedaan sosial dan menciptakan psikologis, ideologi,
sosial, dan politik yang menguntungkan bagi pembangunan ekonomi menjadi tugas penting pemerintah.

Menurut kaum klasik mengatakan bahwa yang penting bagi Pemerintah adalah tidak mengerjakan
aktivitas–aktivitas yang telah dikerjakan oleh para individu, entah itu baik atau jelek, tetapi Pemerintah
hendaknya mengerjakan aktivitas–aktivitas yang sama sekali tidak/belum pernah dikerjakan oleh sektor swasta
baik secara perorangan maupun bersama–sama. Menurut Adam Smith( klasik ), Pemerintah memiliki 3 fungsi
yaitu:

1. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan. Agar warganegara dapat
melakukan kegiatan usaha dengan tenang dan nyaman

2. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan. Agar setiap warga memiliki hak dan kewajiban yang
sama

3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan. Agar warga negara mendapat
kemudahan-kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha.

Peran ideal pemerintah, seperti yang dimaksud di atas, sudah sejak lama digariskan dalam ekonomi klasik,
demikian pula secara imperatip konstitusi telah mengaturnya. Oleh sebab itu, masalah krusial yang harus
dibenahi adalah komitmen yang lebih tegas dari pelaku-pelaku ekonomi terhadap hal tersebut. Rendahnya
komitmen memiliki kecenderungan linier dengan kearifan moralitas untuk mengarahkan perilaku pelaku-pelaku
ekonomi khususnya di tingkat mikro ekonomi. Mengingat akar masalah dari kekisruhan tersebut maka menjadi
lebih relavan bila mengurut perbaikan kinerja perekonomian bermula dari penyelenggaraan proses
pembelajaran ekonomi, khususnya di fakultas ekonomi, muatan moral harus merupakan bagian terpenting dari
proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran ilmu ekonomi selama ini lebih mengarah kepada masalah-
masalah teknis, sebagai bagian dari tuntutan pragmatis dan bernuansa jangka pendek, Economica, Jurnal
Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 1 No. 2, April 2013 47 ternyata hanya
menciptakan manusia-manusia yang trampil, tetapi lemah dalam social responsibility, dan malahan
memperlemah eksistensi ilmu ekonomi dalam mengatasi masalah- masalah yang terjadi dalam masyarakat.
2. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pasal 5
(1) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada:
a. perseorangan;
b. keluarga;
c. kelompok; dan/atau
d. masyarakat.
(2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan
kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki
kriteria masalah sosial:
a. kemiskinan;
b. ketelantaran;
c. kecacatan;
d. keterpencilan;
e. ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku;
f. korban bencana; dan/atau
g. korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Pasal 6 . . .

Pasal 6
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi:
a. rehabilitasi sosial;
b. jaminan sosial;
c. pemberdayaan sosial; dan
d. perlindungan sosial.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 5

Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi:

a. mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan


dan belanja daerah;
b. melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial lintas kabupaten/kota, dan tugas pembantuan;
c. memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan
kesejahteraan sosial;
d. memelihara taman makam pahlawan Nasional Provinsi;
e. melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial;
f. membina LKKS dan LKS yang dibentuk masyarakat.
Pasal 6

(1) Wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi:


a. penetapan kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang bersifat lintas Kabupaten/Kota selaras
dengan kebijakan pembangunan nasional di bidang kesejahteraan sosial;
b. penetapan kebijakan kerja sama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan lembaga
kesejahteraan sosial nasional;
c. pemberian izin pengumpulan sumbangan lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah Provnsi;
d. pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan sosial;
e. penanggulangan warga negara migran korban tindak kekerasan dan dari titik debarkarsi di daerah
untuk dipulangkan ke daerah kabupaten/kota asal;
f. rehabiltasi sosial bukan/tidak termasuk bekas korban penyalahgunaan NAPZA dan orang dengan
human immune deficiency virus aqqurired immuno deficiency syndrome yang memerlukan rehabiltasi
pada Panti/UPT;
g. penerbitan izin orang tua angkat untuk mengangkat anak antar WNI dan pengangkatan anak oleh
orang tua tunggal;
h. pengelolaan data PMKS dan PSKS cakupan di Daerah;
i. penyediaan kebutuhan dasar dan pemulihan trauma bagi korban bencana di Daerah;
(2) Wewenang Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya menjadi tugas dan
fungsi Dinas Sosial dan Perangkat Daerah lainnya.
(3) Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Anda mungkin juga menyukai