Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN PROFESIONAL


“PENENTUAN PRIORITAS MASALAH METODE CARL”

DOSEN PEMBIMBING :
Eni Subiastutik, S.Kep.Ns., MSc.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1) Meiranda Tria Kurniyanti (P17331191013)
2) Shintania Bella Amanda (P17331191015)
3) Vilda Evita Sukamto (P17331191016)
4) Sinta Dayyanatul Islami (P17331191017)
5) Riska Oktaviana (P17331193039)
6) Wenni Masruroh (P17331193040)
7) Rita Nurma Widyawati (P17331193042)
8) Ida Fitria (P17331225001)
9) Lilis Setyorini (P17331225006)
10) Luthfi Eka Mahasiwati (P17331225012)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDINESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan
para sahabat dari dulu, sekarang hingga ahir zaman.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga


kepada Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan karena telah menyelesaikan
makalah yang merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan


kesalahan, “Bahwa tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau
tidak retak” oleh kaarena itu dengan segala kerendahan hati mohon kritik dan
saran demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga makalah
ini dapat menambah wawasan dan member manfaat bagi semua. Amin, Ya Rabal
‘Alamiin.

Jember, 31 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii


DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode CARL..........................................................................3
2.2 Kekurangan dan Kelebihan Metode CARL................................................3
2.3 Alur Pelaksanaan Metode CRL..................................................................5
2.4 Penerapan Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa
yang terjadi. Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicari jalan
keluarnya. Akan tetapi, karena keterbatasan sumber daya, dana dan waktu,
dapat menyebabkan beberapa permasalahan tidak dapat dipecahkan sekaligus,
untuk itu perlu dilakukan penentuan prioritas masalah. Prioritas masalah
didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif,
objektif serta adanya pengetahuan yang cukup (Notoadmodjo, 2013).

Penetapan prioritas dinilai sebagai inti dari proses perencanaan.


Setelah prioritas ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan. Dalam
penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijakan sangat diperlukan untuk
menyintesis berbagai rincian yang relevan. (Aswar, 2010). Keterampilan
utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah menyeimbangkan
variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang sangat berbeda dan
terletak dalam skala dimensional yang berbeda pula. Seorang ahli
epidemiologi cenderung menilai prioritas masalah sebagai mortalitas dan
morbiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu. Dalam melakukan
penanggulangan masalah kesehatan perlu dilakukan identifikasi dan prioritas
masalah untuk menjawab masalah kesehatan atau penyakit apa yang perlu
diutamakan atau diprioritaskan dalam program kesehatan dan apabila telah
didapatkan masalah kesehatan atau jenis penyakit yang diprioritaskan untuk
ditanggulangi maka langkah yang harus dilakukan adalah mengetahui jenis
atau bentuk intervensi agar program yang dilakukan dapat dicapai secara
efektif dan efesien (Symond, 2013).

Ada banyak konsep mengenai penetuan prioritas masalah kesehatan,


diantaranya adalah metode PAHO, metode Delphi, metode Delbeque, metode
estimasi beban kerugian, metode Hanlon, metode Pearl, metode CARL, dan
lain sebagainya. Dari sekian banyak metode yang ada pastinya ada kerugian
dan keuntungan dari setiap metode yang bisa diterapkan. Namun pada
dasarnya, setiap metode ini pastinya akan mempermudah pelaku kesehatan

1
dalam menentukan prioritas masalah kesehatan yang dihadapinya, karena itu
pada makalah ini akan dijabarkan salah satu metode yang bisa digunakan
untuk menetukan prioritas masalah, yaitu metode CARL.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian dari metode CARL ?
1.2.2 Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari metode CARL ?
1.2.3 Bagaimana penerapan penentuan prioritas masalah dengan metode
CARL ?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari metode CARL
1.3.2 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode CARL
1.3.3 Untuk mengetahui penerapan penentuan masalah dengan metode CARL

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Metode CARL (Capability, Accessability, Readiness, and


Leverage)

Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.
Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas criteria tertentu, seperti
kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness),
serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor semakin besar masalahnya,
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode
CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah.
Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program
(Medina Chávez, 2019).
Tidak semua masalah kesehatan akan mampu diatasi oleh Puskesmas
maupun Dinas Kesehatan Kabupaten. Untuk itu perlu dilakukan penentuan
prioritas masalah dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara yang
biasanya digunakan. Salah satu cara yang biasanya digunakan adalah Metode
CARL.
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan.
Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi
skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
prasarana)
A = Accesibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi
serta penunjang seperti peraturan atau juklak.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang

3
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Untuk mendapatkan nilai prioritas yaitu dengan cara mengalikan nilai
masing-masing kriteria. Semakin tinggi nilai hasil perkalian maka semakin
prioritas masalah tersebut untuk diselesaikan. Adapun langkah-langkah untuk
menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan metode CARL ini adalah
sebagai berikut:

1. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis situasi.
2. Tentukan skor masing-masing kriteria, misalnya disepakati 1 - 10.
(penetapan skor berdasarkan kesepakatan bersama anggota kelompok).
3. Berikan skor atau nilai untuk setiap masalah berdasarkan kriteria CARL
Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking. Urutkan pemecahan
masalah menurut prioritasnya berdasarkan hasil yang telah diperoleh.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,


kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total
merupakan hasil perkalian: C x A x R x L. Contoh pemakain metode
CARL adalah sebagai berikut:

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau


prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode CARL
a. Kelebihan
Dengan masalah (solusi) yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat
atas masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalah.
b. Kekurangan
- Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi.

4
- Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap yang di skor perlu
kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan
peringkat.
- Obyektifitas hasil peringkat masalah (solusi) kurang bisa
dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria yang ada.
2.3 Alur Pelaksanaan CARL
Proses Dinamika Kelompok
3
PERSIAPAN PRAKATA TULIS TENTUKAN
4 BATAS SKOR / LAKUKAN PEMBERIAN
- PETUGAS OLEH NILAI UTK
DAFTAR SKOR PADA MASING-
5 MASALAH MASING MASALAH,
- TEMPAT BERDASARKAN
6 PIMPINAN
Pembukaan SEMUA BERDASARKAN KRITERIA
KRITERIA
- SARANA
7 - DATA ALTERNATI

Persiapan F

8 MASALAH
BUAT URUTAN MASALAH
(PRIORITAS) BERDASARKAN
9 JUMLAH HASIL KALI SKOR
BERDASARKAN KRITERIA CARL
KALIKAN SKOR YANG
10 (YG MENJADI PRIORITAS
DIPEROLEH MASALAH
ADALAH YG MEMILIKI PADA TIAP KRITERIA CARL
JUMLAH C X A X R X L
11 YG LEBIH BESAR) (C X A X R X L)

12

13
14 Hasil Akhir Berupa Urutan Masalah

15 (Prioritas Masalah)

5
2.4 Penerapan Penentuan Prioritas Masalah Di Puskesmas Tanggul dengan
Metode CARL
1. Tahap Penentuan Masalah
No Permasalahan
1 Penempatan karyawan di beberapa unit pelayanan tidak sesuai
kompetensi
2 Sebagian besar tenaga kesehatan mempunyai doble job
3 Administrasi dan management tidak dikelola oleh tenaga ahli
4 Perawatan dan pengadaan alkes bergantung pada sistem sehingga
tidak bisa langsung terealisasi
5 Keterbatasan tersedianya alat dan obat di Puskesmas
6 Belum ada pendaftaran pasien secara online untuk mempercepat
sistem layanan
7 Banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan di luar puskesmas
8 Program pelayanan luar gedung belum maksimal
9 Cakupan imunisasi masih kurang,hanya 1 desa yg UCI
10 Cakupan K1 murni masih dibawah target
11 Sirkulasi perpindahan penduduk yang sering terjadi sehingga
pelayanan ibu hamil,bersalin dan nifas tidak bisa komprehensif
12 Imunisasi pada balita belum maksimal karena balita mengikuti
perpindahan orangtua dan masih banyak orangtua yang menolak
balitanya diimunisasi
13 Pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan masih
kurang
14 Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur
rujukan di puskesmas
15 Masih ada persalinan dukun
16 Masih ada ibu hamilmaupun bersalin resiko tinggi yang menolak
dirujuk
17 Cakupan posyandu D/S masih dibawah 80%
18 Masih ada balita BGM dan stunting

6
19 Tidak semua fasilitas pelayanan jejaring melaporkan cakupan KIA
20 Pemberian ASI eksklusif masih dibawah target
21 Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat ASI
dibandingkan Susu formula

2. Tahap Melakukan Penskoran Prioritas Masalah


Berikut ini merupakan daftar permasalahan yang terbesar di Puskesmas
tanggul ( faskes tingkat I). Prioritas masalah ditentukan dengan skor
penilaian 1 s/d 10 dan diperoleh hasil :
NO Daftar Masalah C A R L Tabel Nilai Prioritas
(CxAxRxL)
1 Kurangnya 9 8 8 8 4.608 1
pengetahuan pasien
dan keluarga
tentang prosedur
rujukan di
puskesmas
2 Kurangnya 4 4 4 8 512 3
pengetahuan ibu
dan keluarga
tentang manfaat
ASI dibandingkan
Susu formula
3 Keterbatasan 9 3 8 9 1944 2
tersedianya alat dan
obat di Puskesmas
Tanggul

7
3. Tahap Pengendalian Masalah dan Tahap Evaluasi Masalah
No. PRIORITAS MASALAH DI PUSKESMAS
TANGGUL
1. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang
prosedur rujukan di Puskesmas
Pengendalian a) Menjadwal kegiatan penyuluhan di dalam gedung
puskesmas dan jaringannya tentang Penyuluhan
program prioritas masalah di puskesmas Tanggul.
World Health Organization (WHO) menjelaskan
karakteristik rujukan medis adalah adanya kerja
sama antara fasilitas pelayanan kesehatan,
kepatuhan terhadap standar operasional prosedur
(SOP) rujukan, kelengkapan sumberdaya
pendukung termasuk transportasi dan
komunikasi,kelengkapan formulir rujukan,
komunikasi antar fasilitas kesehatan perujuk dan
penerima rujukan serta pelaksanaan rujukan balik
(Hartini, et al.,2016). Pelaksanaan rujukan harus
memenuhi standar prosedur meliputi merujuk,
menerima rujukan, membalas rujukan, menerima
balasan rujukan, pengelolaan pasien di ambulans,
dan rujukan kasus khusus (Gubernur Jawa
Timur,2016). Rujukan juga harus memenuhi
persyaratan yaitu klinis dan administratif
(Gubernur Jawa Timur,2016). Pelaksanaan sistem
rujukan harus mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan. Pelaksanaan sistem rujukan harus
disesuaikan dengan peraturan atau kebijakan agar
berjalan secara efektif dan efisien.
b) Memfasilitasi media promosi kesehatan tentang

8
prosedur rujukan di fasilitas kesehatan tingkat 1.
Petugas puskesmas harusnya harus lebih jelas
untuk menjelaskan alur prosedur rujukan seperti
petugas juga melakukan anamnesa terlebih dahulu
pada pasien atau keluarga pasien untuk mengetahui
SDM pasien, agar petugas juga lebih mudah untuk
menjelaskan pada pasien sesuai SDM pasien
sehingga semua pasien dapat memahami dan
menjalankan alur rujukan sesuai prosedur.
Evaluasi Dari analisa situasi hasil nilai CARL 4.608 cakupan
kegiatan Puskesmas selama tahun 2023, maka dapat
ditetapkan prioritas yang pertama masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Tanggul petugas
puskesmas menjelaskan pada pasien tentang prosedur
rujukan sesuai SOP Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan tidak hanya pasien dan
keluarganya seluruh petugas harus mengerti proses alur
rujukan.
2. Keterbatasan tersedianya alat dan obat di Puskesmas Tanggul
Pengendalian a) Setiap ruangan puskesmas di adakan pendataan
kurang lebih setiap 1 tahun sekali terkait tentang
alat yg sudah rusak atau tidak ada sehingga dapat di
ajukan ke dinas kesehatan sehingga dinas kesehatan
akan melakukan pengadaan barang dan alat yang
di butuhkan oleh pueskesmasnya, begitu juga
dengan obat yang tidak ada, setiap ruang pelayanan
di peskesmas harus mempunyai buku laporan
tentang pengeluaran obat dan dapat di laporkan
atau di ajukan sehingga obat di puskesmas tidak
sampai kehabisan, kalaupun memang obat yang
sudah di ajukan tidak ada di GFK biasanya

9
pasiennya ini di anjurkan untuk beli diluar dulu
untuk memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini sudah
sesuai menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kemenkes RI (2010), yaitu stock
opname diperlukan untuk kebutuhan audit dan
perencanaan yang wajib dilakukan. Kartu stok
merupakan pencatatan yang dilakukan setiap terjadi
mutasi sediaan farmasi berupa keluar masuk
sediaan farmasi atau jika ada sediaan farmasi yang
hilang, kedaluarsa dan rusak. Hal ini sudah sesuai
menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kemenkes RI (2010), yang menjelaskan
bahwa pencatatan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memonitor transaksi persediaan
obat yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.
Sedangkan untuk pencatatan di gudang
denganmenggunakan buku anfrak dilakukan ketika
petugas tidak sedang ada di gudang farmasi.
Pengendalian persediaan melalui kartu stok pada
masing-masing obat merupakan kegiatan
pencatatan jumlah obat yang masuk ketika bagian
gudang menerima obat dari gudang farmasi kota
dan mencatat obat yang keluar ketika ada
permintaan dari apotek. Kegiatan pengendalian ini
dilakukan setiap hari. Selain itu pengendalian
persediaan obat dengan menggunakan sistem
pelaporan stock opnamedilakukan setiap 2 kali
dalam setahun. Dari laporan tersebut dapat dilihat
jumlah pemakaian masing-masing item obat selama
6 bulan sekali, sesuai dengan permintaan apotek,
kemudian obat-obat apa saja yang tidak bergerak,
serta diperiksa expired date dan kemasan setiap

10
obat.
b) Pengawasan dan pengendalian persediaan sangat
dibutuhkan di Puskesmas Tanggul khususnya
dibagian ruang farmasi guna memonitor tingkat
persediaan dan menentukan tingkat persediaan
yang harus dijaga, kapan persediaan harus
disediakan dan berapa pesanan yang harus
dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan
menjamin tersedianya sumber daya yang tepat,
dalam kuantitas yang tepat dan waktu yang tepat.
Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan
bertujuan untuk meminimumkan biaya total
melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan
dilakukan secara optimal.
Evaluasi Dari analisa situasi hasil nilai CARL 1.944 cakupan
kegiatan Puskesmas selama tahun 2023, maka dapat
ditetapkan prioritas yang kedua masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Tanggul dengan apakah
puskesmas sudah melakukan pendataan terkait dengan
alat-alat yang sudah rusak atau bahkan tidak ada di
puskesmas sehingga dapat diajukan ke dinas kesehatan
mengenai alat yang tidak ada di puskesmas, dan juga untuk
obat harusnya setiap bulan ada laporan pengeluaran obat
agar mengetahui obat apa yg sudah habis atau tidak ada di
puskesmas.
3. Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat ASI
dibandingkan Susu formula
Pengendalian a) Koordinasi dengan lintas program (program
konseling, program Survailens, program gizi)

Pemberian ASI merupakan hal normal bagi bayi.


ASI merupakan asupan tepat karena sesuai
dengan tubuh bayi dan perkembangan

11
sistemnya serta banyak faktor lain yang
terlibat dalam proses menyusui yang belum
sepenuhnya kita pahami. Perbedaan utama
antara pemberian ASI dan pemberian susu
formula adalah adanya risiko dalam
pemberian susu formula. Risiko tersebut bisa
terjadi pada saat proses produksi, seperti
proses produksi makanan lainnya bisa terjadi
kesalahan komposisi makanan, kontaminasi
bakteri dan materi lainnya serta kesalahan
pemrosesan. Bisa juga terjadi risiko pada
proses saat menyiapkan susu untuk diberikan
kepada bayi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi


yang mendapatkan ASI memiliki
kemampuan kognitif dan kepandaian yang
secara umum lebih tinggi dibandingkan anak
yang tidak mendapatkan ASI. Beberapa
penelitian tersebut, antara lain:
1) American Academy of Pediatrics (AAP)
dalam jurnalnya yang dipublikasikan tahun
1998 memaparkan hasil penelitian
mengenai hubungan lama waktu menyusui
dengan kemampuan kognitif. Data
dikumpulkan sejak anak lahir hingga
berusia 18 tahun dengan jumlah sampel
lebih dari 1.000 anak. Kesimpulannya
adalah menyusui berhubungan dengan
peningkatan (walau kecil, dapat terdeteksi)
kemampuan kognitif anak dan keberhasilan
anak di bidang pendidikan.
2) Belfort MB, et al: JAMA (2013)

12
menyatakan hasil penelitian sejak tahun
1999 hingga 2002 dilanjutkan hingga anak
berusia 7 tahun: Menyusui dengan jangka
waktu yang lebih lama berhubungan dengan
hasil tes intelegensia dan kemampuan
bahasa yang lebih tinggi.
b) Menjadwal kegiatan penyuluhan tentang program
prioritas manajemen laktasi dan Kerjasama lintas
sektor

Dua kunci utama keberhasilan memberikan ASI


dan menyusui adalah kepercayaan diri dan
komitmen. Para pakar laktasi dunia sangat
menyarankan agar persiapan menyusui
dilakukan jauh sebelum bayi lahir karena ibu
telah memiliki pengetahuan laktasi sebelum
melahirkan akan lebih siap dan percaya diri
saat mulai menyusui.
c) Memfasilitasi media promosi kesehatan Periode
Emas dan 1000 Hari Pertama Kehidupan

Pertumbuhan anak sangat cepat pada dua tahun


pertama kehidupannya, itulah yang disebut
periode emas (golden Period). Jika pada
rentang usia tersebut anak mendapatkan
asuhan gizi yang optimal, seperti ASI,
masalah status gizi anak bisa dicegah. Bila
terlewati, periode emas ini tidak dapat
diulang Kembali.
Evaluasi Dari analisa situasi hasil nilai CARL 512 cakupan kegiatan
Puskesmas selama tahun 2023, maka dapat ditetapkan
prioritas yang ketiga masalah kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Tanggul dengan bidan tidak
hanya memberi penuyuluhan pada ibu mengenai manfaat

13
asinya saja tetapi harusnya bidan dapat memberi contoh
bahkan mengjari ibu bagamana cara menyusui yang benar
agar ibu lebih mudah untuk melakukan tehnik menyusui
yang benar dalam manajemen laktasi.

BAB III

14
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.
Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas criteria tertentu, seperti
kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness),
serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor semakin besar masalahnya,
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah
dilakukan apabila pengelola program menghadapi hambatan keterbatasan
dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini menekankan pada
kemampuan pengelola program.

3.2 Saran
Dalam fasilitas pelayanan kesehatan lebih meningkatkan program
penetapan prioritas masalah dan dapat lebih meningkatkan kebijakannya
dalam penyelesaian masalah yang dihadapi dengan metode penentuan
prioritas masalah yang mudah digunakan sehingga semua masalah kesehatan
dapat diberikan tindakan segera sesuai dengan urutan prioritas masalah dalam
fasilitas kesehatan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

15
Medina Chávez, J. L. (2019). Rangkuman Metode Pengambilan Keputusan
Berdasarkan Kasus. 68. Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI. 2010. Pedoman
Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Hartini, Arso, . S. P. & Sriatmi, A., 2016. Analisis Pelayanan Rujukan Pasien
BPJS Di RSUD
Chatib Quzwain Kabupaten SarolangunProvinsi Jambi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 4(4).
Kemenkes RI, 2012. Pedoman Sistem Rujukan Nasional. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina
Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 01
Tahun 2012
Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.Jakarta: Kemenkes
RI

16

Anda mungkin juga menyukai