Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

“PENENTUAN PRIORITAS MASALAH DAN PENENTUAN TUJUAN


PELAKSANAAN PROGRAM”

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Nurminawati Isyriah (P10119005)


2. Moh. Fikram Dg. Sirata (P10119011)
3. Hikmatul Khaerani (P10119017)
4. Cynthia Devy Neody (P10119023)
5. Nadhirah Ainul Yaqin (P10119035)
6. M. Resky Fauzan Ishak (P10119041)

Dosen Pengampuh :

drg. Hermiyanty, M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Penentuan
Prioritas Masalah dan Penentuan Tujuan Pelaksanaan” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan


pemahaman mengenai proses penentuan prioritas masalah dan tujuan pelaksanaan.
Selain itu makalah ini juga nantinya diharapkan dapat memberikan edukasi lebih
lagi terkait pentingnya memperhatikan langkah – langkah apa yang dilakukan
untuk menentukan prioritas masalah dan tujuan pelaksanaan. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih
baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah
ini lebih baik ke depannya.

Palu, 26 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ i

Daftar Isi........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan Prioritas Masalah........................................................... 4


1. Definisi Prioritas Masalah........................................................... 4
2. Manfaat Prioritas Masalah........................................................... 5
3. Langkah – Langkah Menentukan Prioritas Masalah................... 6
B. Metode Penentuan Prioritas Masalah................................................ 9
1. Skoring....................................................................................... 10
a) Metode Bryant..................................................................... 10
b) MCUA................................................................................. 11
c) Metode PAHO..................................................................... 12
d) Metode Hanlon.................................................................... 12
e) Metode CARL..................................................................... 13
2. Non - Skoring............................................................................ 14
a) Metode Delbeque................................................................. 14
b) Metode Delphi..................................................................... 15
c) Metode Estimasi Beban Kerugian....................................... 16
d) Metode NGT........................................................................ 16
C. Penentuan Tujuan Pelaksanaan Program......................................... 18
1. Definisi Tujuan Pelaksanaan..................................................... 18

ii
2. Konsep Penentuan Tujuan......................................................... 18
a) Tujuan Umum...................................................................... 19
b) Tujuan Khusus..................................................................... 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 20
B. Saran................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya peningkatan kualitas perencanaan program kesehatan,
dibutuhkan suatu upaya perencanaan yang dapat menghasilkan rencana yang
komprehensif dan holistik. Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang
penting untuk dilakukan dimasa yang akan datang guna menghadapi berbagai
masalah dalam bidang kesehatan. Langkah-langkah perencanaan pada
dasarnya sama dengan alur pikir siklus pemecahan masalah, langkah -langkah
pokok yang perlu dilakukan adalah analisis situasi, identifikasi masalah dan
menetapkan prioritas, menetapkan tujuan, melakukan analisis untuk memilih
alternatif kegiatan terbaik, dan menyusun rencana operasional (Dwi S, 2016).
Seperti halnya kegiatan untuk menentukan prioritas pada suatu
masalah yang dimana merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode-metode tertentu untuk
menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang
penting. Penentuan prioritas masalah ini dinilai oleh sebagian besar staf di
bidang kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah
pada titik ini dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan
penting dalam penetapan prioritas. Setelah prioritas dari masalah telah
ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif
menuju pelaksanaan (Sudirman, 2016).
Masalah akan timbul apabila terdapat kesenjangan (gap) di antara
harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, perumusan masalah yang baik adalah
suatu rumusan yang jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan
tersebut dapat dikemukakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan yang
harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait,
termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Dengan demikian, masalah yang
akan ditanggulangi seyogyanya merupakan masalah dari masyarakat,

1
sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk menanggulangi masalah
kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif didalamnya (Mahdiyah,
2016)
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di
masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting. Manager kesehatan
masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan
sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas
secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat
manajemen yang penting (Pujiati, 2018).
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti
proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini dapat dikatakan
sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas.
Sekali prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan
gerakan progresif menuju pelaksanaa (Adnan, 2015).
Menurut (Deddy, 2017) dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan
kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik
untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian
dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun,
penetapan prioritas masalah mungkin dapat jauh lebih bermanfaat
dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi
tindakan yang ditentukan secara jelas dan tepat.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dibuatnya makalah
“Penentuan Prioritas Masalah dan Penentuan Tujuan Pelaksaan Program” ini
untuk mengetahui lebih spesifik lagi terkait prioritas penyusunan masalah
yang akan dilakukan kedepannya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan manfaat dalam penentuan prioritas masalah?
2. Bagaimana langkah-langkah menentukan prioritas masalah?
3. Apa saja metode penentuan prioritas masalah?
4. Bagaimana konsep penentuan tujuan pelaksanaan program?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat memahami definisi dan manfaat dari penentuan prioritas
masalah.
2. Untuk mengetahui langkah – langkah menentukan prioritas masalah.
3. Untuk dapat mengenali apa saja metode – metode dalam prioritas
masalah.
4. Untuk mengetahui seperti apa konsep penentuan tujuan pelaksanaan
program.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat meningkatkan
wawasan atau pengetahuan kita terkait pemahaman penentuan prioritas
masalah dan penentuan tujuan pelaksanaan program. Seperti kita ketahui,
Penentuan prioritas masalah ini dinilai oleh sebagian besar staf di bidang
kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Jadi, sangat perlu dilakukan
pembelajaran lebih lanjut lagi terkait topik ini serta konsep penentuan tujuan
pelaksanaan program juga menjadi aspek penting pada indicator perencanaan
program. Selain itu, penulisan ini juga untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Perencanaan dan Evaluasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Prioritas Masalah
1. Definisi Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah Kesehatan adalah prioritas suatu
proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah
yang baik yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara
kualitatif dan kuantitatif serta dirumuskan secara sistematis (Sudirman,
2016).
Masalah kesehatan yang termasuk dalam penyusunan prioritas
masalah diperoleh dari hasil identifikasi masalah baik dari data sekunder
maupun data primer. Besaran masalah adalah salah satu faktor yang
memiliki angka kecil karena mencakup populasi terdampak dari masalah
kesehatan, nilai maksimal untuk komponen ini adalah 10. Tingkat
keseriusan masalah ditentukan bersadarkan kedaruratan masalah, tingkat
daya tahan hidup, keparahan, dan kerugian ekonomi. Efektivitas dan
intervensi merupakan gambaran tentang seberapa baikkah masalah dapat
diselesaikkan (Risnawati, 2018).
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses
pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya
sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan
semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah
diselesaikan (Symond, 2014).
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager kesehatan
sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini,
dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam
penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat
dikatakan merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan. Dalam
penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan

4
bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian
yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang
biasanya dikatakan paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin
dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain
bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas
(Azwar, 2016).
Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari masalah keterbatasan
sumber daya seperti Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana. Oleh
karena itu dalam menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap
perencanaan awal kegiatan untuk kegiatan penanggulangan masalah
kesehatan perlu dilakukan prioritas untuk menjawab pertanyaan: masalah
kesehatan atau penyakit apa yang perlu diutamakan/diprioritas dalam
program kesehatan. Selanjutnya bilamana sudah didapatkan masalah
kesehatan atau jenis penyakit yang diprioritaskan untuk ditanggulangi
maka pertanyaan berikutnya jenis/bentuk intervensi apa yang perlu
diutamakan/diprioritaskan agar program yang dilakukan dapat dicapai
secara efektif dan efisien (Symond, 2014).
Pemetaan masalah kesehatan merupakan upaya yang dilakukan
untuk melihat besarnya masalah serta penentuan program dan prioritas
kesehatan yang dapat diaplikasikan pada suatu lokasi melalui upaya-
upaya pemerintah, swasta maupun organisasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan taraf hidup, kualitas kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat (Pujiati, 2018).

2. Manfaat Prioritas Masalah


Sebelumnya, penentuan prioritas masalah untuk mengetahui sejauh
mana masalah itu penting dan apakah masalah tersebut dapat teratasi.
Sehingga manfaat dalam prioritas masalah adalah untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan yang kurang
penting (Sudirman, 2016).

5
3. Langkah-Langkah Menentukan Prioritas Masalah
Memilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting
dalam melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses
penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Memilih masalah juga merupakan hal yang tdiak
mudah karena tidak adanya panduan yang baku. Sekalipun demikian
dengan latihan dan kepekaan ilmiah, pemilihan masalah yang tepat dapat
dilakukan (Adnan, 2015).
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, yakni :
a) Melakukan Pengumpulan Data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu
tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakukan pengumpulan
data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan
lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk
keadaan geografis, keadan pemerintahan, kependudukan, pendidikan,
pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan.
b) Pengolahan Data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data
tersebut harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia
sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-
masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada tiga
macam, secara manual, elektrikal dan mekanik.
c) Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam
penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular,
tabular dan grafikal.
d) Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah.
Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan

6
pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting
untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses
yang dilkukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode
tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting
sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan
perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan
yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan
secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni :
1) Besarnya masalah yang terjadi
2) Pertimbangan politik
3) Persepsi masyarakat
4) Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Dalam menetapkan prioritas sebelumnya kita menentukan
kriteria untuk menetapkan prioritas, anda dapat menggunakan salah
satu dari tiga metode, yaitu: dot voting, weighted voting atau
consensus voting tergantung waktu, sumber dan sifat kelompok.
1) Dot Voting
Berikan masing-masing anggota kelompok sejumlah votes
dengan menggunakan stiker titik-titik warna. Aturan mainnya
adalah, masing-masing orang mendapat sejumlah titik yang
menunjukkan VA dari jumlah item. Pemilahan dan penggabungan
ide-ide dapat ditunda sampai selesainya voting, jadi waktu tidak
akan terbuang percuma untuk mendiskusikan item-item dengan
prioritas rendah. Voting ulang dapat dilakukan beberapa kali
bersamaan dengan pemilihan dan pengklasrifikasian ide. Dot
voting ini merupakan metode dengan visualisasi tinggi dan
sederhana. Kekurangannya adalah metode ini mengambil opini

7
mayoritas dan menyingkirkan kelompok minoritas yang dapat
merusak interaksi kelompok di masa yang akan datang.
2) Weighted Voting
Poin diberikan pada ranking individu. Contohnya, jika
anggota diharuskan meranking lima pilihan teratas, maka 5 suara
dapat memilih pilihan pertama, 4 suara untuk pilihan kedua, 3
suara untuk pilihan ketiga dan seterusnya. Seluruh nilai individu
untuk tiap item kemudian ditotal dan item dapat diranking
(diurutkan) berdasarkan nilai total kelompok. Metode ini lebih
akurat dibandingkan dengan straight voting dalam mengukur
pilihan anggota. Metode ini juga dapat dilakukan dan dijumlahkan
atau ditotal antara pertemuan, sehingga kelompok tidak
menghabiskan waktunya hanya untuk menyelesaikan tugas ini.
3) Consensus Decision
Metode ini paling banyak menyita waktu, namun penting
karena implementasi keputusan membutuhkan penerimaan dan
komitmen dari seluruh anggota kelompok. Aturan dasar untuk
membangun konsensus adalah meminta seluruh anggota
kelompok berdiskusi.
 Hindari argumentasi.
 Nyatakan seluruh kekhawatiran / masalah / isu (terutama
pandangan pandangan minor).
 Dengarkan seluruh kekhawatiran / masalah/ isu. Ajukan
pertanyaan klarifikasi, dan paraphrase kekhawatiran / masalah/
isu (mengulangi pernyataan kekhawatiran / masalah / isu
tersebut dengan bahasa anda sendiri).
 Catat pro dan kontra masing-masing posisi dalam suatu chart.
 Jika ada dua posisi yang bertentangan (konflik), carilah yang
ketiga untuk mengatasi perbedaan.
 Dapatkan ekspresi dukungan dari seluruh anggota kelompok
sebelum membuat keputusan final.

8
e) Menentukan Bobot Masalah
Menentukan bobot masalah adalah suatu proses pemberian
nilai terhadap kriteria yang telah dipilih. Hal ini mempunyai tujuan
agar dapat membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainya
yang dilihat dari nilai bobot tersebut. Langkah-langkah dalam
menetapkan bobot masalah:
1) Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan di bahas secara rici
sehingga kesahihannya (validitas) setiap kriteria diterima oleh
semua anggota.
2) Masing-masing anggota menentukan, memberikan bobot terhadap
kriteria yang ada. Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 1-
5 atau 1-10 apabila ingin memperoleh variasi nilai yang cukup luas.
 Kriteria yang sangat penting : Skor 5
 Kriteria yang penting : Skor 4
 Kriteria yang cukup penting : Skor 3
 Kriteria yang kurang penting : Skor 2
 Kriteria yang tidak penting : Skor 1
3) Bobot yang telah ditentukan pada masing-masing kriteria
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya sehingga
didapatkan bobot sebenarnya.
4) Menetapkan skor permasalahan yang dihadapi atas dasar kriteria
yang telah ditentukan. Caranya dengan menjumlahkan skor dari
setiap kriteria, sehingga didapatkan skor total bagi setiap masalah
yang ada. Dari total inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah
kesehatan.

B. Metode Penentuan Prioritas Masalah


Menurut biro perencanaan departemen kesehatan RI (2002). Penentuan
prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah masalah-
masalah kesehatan teridentifikasi. Cara memilih prioritas masalah dibedakan
atas dua yaitu secara Scoring dan Non-Scoring. Kedua cara tersebut

9
pelaksanaannya berbeda-beda. Pemilihan kedua cara tersebut berdasarkan ada
tidaknya data yang tersedia, yaitu teknik skoring dan teknik non-skoring.
1. Skoring
Model (sistem) skoring atau Weighted Linear Combination (WLC)
digunakan untuk merepresentasikan tingkat kedekatan, keterkaitan, atau
beratnya dampak tertentu pada suatu fenomena secara spasial. Setiap
parameter masukan akan diberikan skor dan kemudian akan dijumlahkan
untuk memperoleh tingkat keterkaitan. Hasil akhir dari sistem skoring
adalah mengklasifikasikan tingkat keterkaitan parameter keluaran.
Klasifikasi didasarkan pada nilai total skor dari setiap parameter masukan
(Sihotang, 2016).
a. Metode Bryant
Metode Bryant yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu
pemberian skoring (1 = Paling minimal, sampai 5 = paling maksimal)
oleh masing-masing tim penilai berdasarkan beberapa kriteria dan
dilanjutkan dengan menjumlahkan skor. Nilai yang tertinggi
merupakan masalah urutan pertama, urutan selanjutnya sesuai besarnya
nilai prioritas masalah kesehatan (Aini dkk, 2015).
Menurut (Aini Khalifah dan Made utama, 2015) kiriteria dalam
penilaian adalah:
1) P (prevalence) atau besar masalah yang menggambarkan jumlah
atau kelompok masyarakat yang terkena masalah, makin besar
jumlah semakin tinggi skor yang diberikan
2) S (seriousness) atau keseriusan masalah untuk segera ditanggulangi,
misalnya ditinjau dari kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas atau mortalitas. Semakin serius masalah semakin tinggi
skor yang diberikan
3) C (community concern) yaitu perhatian atau kepentingan
masyarakat dan pemerintah atau instansi terkait terhadap masalah
tersebut. Makin tinggi tingkat kepentingannya makin tinggi skor
yang diberikan

10
4) M (manageability) yaitu ketersediaan sumber daya (tenaga, dana,
sarana dan metode/cara) yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah.
Semakin mampu sumberdaya yang dibutuhkan, makin tinggi nilai
yang diberikan. Penelitian ini menggunakan data publik yang dapat
diakses oleh siapa saja sehingga tidak diperlukan kelaikan etik.
Menurut (Deddy dan Febian, 2017) untuk metode Bryant,
terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain :
1) Prevelance, yang berarti besarnya masalah yang dihadapi
2) Seriousness, yang berarti pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka dari
faktor yang ditinjau
3) Manageability, yang berarti kemampuan untuk mengelola dan
berkaitan dengan sumber daya.
b. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu siap
dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan
menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada di
masyarakat. MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan
untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa
alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan
prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah penetapan
prioritas pemecahan masalah (Rosita, 2017).
Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah
tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari
masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi
menurut (Rosita, 2017) kriteria yang dipakai terdiri dari:
 Emergency: Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian.
 Greetes Member: Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.
 Expanding scope: Ruang lingkup besar di luar kesehatan
 Feasibility: Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.

11
 Policy: Kebijakan pemerintah daerah/nasional.
c. PAHO
Menurut (Ajie Mulia Avisena, 2016) dalam menentukan
prioritas masalah menggunakan metode PAHO yang dikembangkan
oleh Pan American Health Organization – Center for Development
Studies yang didasarkan pada lima poin/indikator yaitu:
1) Magnitude (M) yang menggambarkan banyaknya orang yang
terkena (luasnya masalah)
2) Severity (S) yang menunjukkan keparahan atau dampak yang
ditimbulkan
3) Vulnerability (V) yang menggambarkan kemampuan atau cara
untuk mengatasi masalah
4) Community and political concern (C) yaitu sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para
politisi maupun pemerintah
5) Affordability (A) yang memperlihatkan ketersediaan dana.
d. Hanlon
Metode ini memberikan cara untuk membandingkan berbagai
masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak,
memiliki kerangka, sederajat, dan objektif. Menurut (Wirdah dkk,
2017) metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama:
1) Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan
prioritas
2) Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang
memiliki bobot relatif satu sama lain
3) Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.

12
Menurut (Wirdah dkk, 2017) proses penentuan kriteria diawali
dengan pembentukan kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan
dan menetapkan kriteria. Sumber informasi yang dipergunakan dapat
berasal dari:
1) Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota
2) Saran dan pendapat narasumber
3) Peraturan pemerintah yang relevan
4) Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.
e. CARL
Metode CARL merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menentukan prioritas dari beberpa masalah jika data yang tersedia dari
masalah-masalah tersebut adalah data kualitatif (Amrin, 2017).
CARL adalah singkatan dari beberapa kriteria yang digunakan
dalam menentukan prioritas masalah yang terdiri dari:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode /
cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau
juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Menurut (Amrin Madolan, 2017) adapun langkah-langkah
untuk menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan metode
CARL ini adalah sebagai berikut:
1) Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis
situasi.

13
2) Tentukan skor masing-masing kriteria, misalnya disepakati 1 - 10.
(penetapan skor berdasarkan kesepakatan bersama anggota
kelompok).
3) Berikan skor atau nilai untuk setiap masalah berdasarkan kriteria
CARL ( C x A x R x L ).
Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking. Urutkan
pemecahan masalah menurut prioritasnya berdasarkan hasil yang
telah diperoleh.
2. Non-Skoring
Penerapan metode-metode ini (NonScoring Technique)
memerlukan data-data yang bersifat kualitatif misalnya karakteristik
bangunan pengaman pantai, perilaku dan keinginan dari penduduk
setempat, dan lain sebagainya, sehingga untuk penentuan skala
prioritasnya hanya akan didasari pada pengalaman serta pendapat dari para
ahli (Deddy, 2017).
a. Delbeque
Metode Delbeque adalah metode dimana penetapan prioritas
masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak
sama keahliannya. Oleh karena itu diperlukan penjelasan terlebih
dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa
mempengaruhi peserta, sehingga mereka mempunyai persepsi yang
sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Lalu diminta
untuk mengemukakan beberapa masalah (Risnawati, 2018).
Masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas masalah.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
1) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang
berjumlah antara 6 sampai 8 orang.
2) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan
ditentukan peringkat prioritasnya.

14
3) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat
atau urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan
prioritasnya.
4) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup.
5) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan
hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah.
6) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling
kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
b. Delphi
Untuk metode Delphi, masalah-masalah didiskusikan oleh
sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui
diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati
bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap perserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari (Deddy, 2017).
Menurut Deddy (2017) adapun caranya adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan
2) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan
3) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali
jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi
penyelesaian masalah
4) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang
muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
5) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas / memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok / pembuatan
keputusan.
Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan metode Delbeque serta memungkinkan

15
pakar/anggota diskusi yang dominan akan mempenguruhi anggota
yang tidak dominan, Kelebihan metode ini adalah kemungkinan telaah
yang mendalam oleh masing-masing anggota diskusi yang terlibat.
c. Estimasi Beban Kerugian
Metode ini memerlukan data dan perhitungan hari produktif
yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah/penyakit.
Sejauh ini metode ini belum pernah dilakukan di tingkat kabupaten,
untuk di tingkat nasional baru Badan Litbangkes yang mencoba
menghitung beberapa DALY (disability adjusted life year) yang
ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit yang ada di Indonesia
(Karlina, 2017).
Menurut Karlina Okta (2017) prioritas diberikan kepada
pelayanan kesehatan yang essensial yang terdiri dari :
1) KIA dan pertolongan persalinan
2) KB
3) Manajemen kesehatan pada anak
4) TBC
5) Pemberantasan STD (Sexual Transmitted Diseases)
Dalam menentukan prioritas masalah di atas digunakan metode
estimasi beban kerugian dengan cara menghitung waktu produktif
yang hilang (DALY). Metode ini membutuhkan perhitungan yang
canggih dan sulit karena memerlukan data dan perhitungan “hari
produktif” yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah.
d. NGT (Nominal Group Technique)
NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam
suatu kelompok, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta,
yang kemudian memberikan voting dan ranking terhadap ide-ide yang
mereka pilih. Ide yang dipilih adalah yang paling banyak skor-nya,
yang berarti merupakan konsensus bersama. Metode ini dapat menjadi
alternatif brainstorming, hanya saja konsensus dapat tercapai lebih
cepat. Teknik ini awalnya dikembangkan oleh Delbecq dan VandeVen,

16
yang kemudian diaplikasikan untuk perencanaan program pendidikan
untuk orang dewasa oleh Vedros (Widya, 2015).
Menurut Widya (2015) berikut ini adalah langkah-langkah
dalam mengimplementasikan NGT:
1) Introduction
Pada tahap ini, fasilitator/moderator membuka sesi NGT,
menyapa para peserta, sekaligus menjelaskan tujuan dan prosedur
dari pertemuan.
2) Generating Ideas
Fasilitator mengutarakan pertanyaan atau masalah ke
kelompok dalam bentuk tertulis di kertas. Selanjutnya, masing-
masing peserta diminta untuk menuliskan seluruh ide yang muncul
di kepalanya. Para peserta diminta untuk bekerja secara
independen, tanpa berdiskusi sama sekali dengan peserta lain.
Tahap ini membutuhkan sekitar 10 menit.
3) Sharing & Recording Ideas
Selanjutnya, fasilitator meminta peserta untuk berbagi ide-
ide yang sebelumnya sudah mereka tuliskan di kertas. Sang
moderator menuliskan ide-ide dari tiap peserta pada papan tulis,
supaya semuanya dapat melihat. Ide yang sama tidak disertakan,
namun jika ada perspektif atau penekanan yang berbeda, dapat
dimasukkan. Lanjutkan proses ini hingga seluruh ide dari tiap
peserta dapat terdokumentasi. Pada tahap ini tidak ada diskusi atau
debat, dan peserta boleh menuliskan ide-ide baru yang muncul
sepanjang proses. Tahap ini membutuhkan sekitar 15-30 menit.
4) Discussing Ideas
Selanjutnya, peserta diminta untuk memberikan penjelasan
yang lebih detail mengenai ide-ide yang telah dikemukakan. Setiap
peserta boleh mengajukan komentar ataupun pertanyaan mengenai
ide-ide tersebut, dan yang menjawab tidak harus orang yang
mengajukan ide tersebut. Intinya, fasilitator bertugas untuk

17
memastikan bahwa tiap peserta dapat memberikan kontribusi pada
diskusi, serta menjaga proses tetap netral, tanpa ada judgement atau
serangan ke pihak tertentu. Fasilitator juga bertugas supaya seluruh
ide dapat dibahas secara menyeluruh, dan tidak terpaku pada
beberapa ide saja. Dalam tahap ini, tidak ada ide yang dieliminasi,
hanya memberikan pemahaman mengenai ide-ide tersebut kepada
para peserta dan memberi gambaran mengenai pentingnya ide-ide
tersebut. Tahap ini membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit.
5) Voting and Ranking on Ideas
Tahap terakhir, masing-masing peserta memberikan voting
terhadap ide-ide yang ada. Sebelumnya, fasilitator harus
menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria yang digunakan untuk
voting ide. Jadi, misalnya tiap peserta diminta untuk memilih 5 ide
terbaik dari daftar yang ada, kemudian mereka harus memberikan
ranking prioritas bagi tiap ide tersebut. 1 untuk ide yang kurang
penting, hingga 5 untuk yang paling penting. Ide yang memperoleh
skor paling tinggi merupakan ide yang paling disukai dan
disepakati bersama oleh kelompok.

C. Penentuan Tujuan Pelaksanaan Program


1. Definisi Tujuan
Tujuan adalah gambaran keadaan yang akan datang, yang
diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Definis ini
mengandung arti “ketidakpuasan” pada masa sekarang atau adanya
masalah adanya masalah di masa sekarang, dan hal ini akan dikurangi
atau dihilangkan sama sekali pada yang akan datang (Sudirman, 2016).
Tujuan yaitu segala sesuatu yang menjadi arah akhir yang dituju
oleh organisasi dengan memanfaatkan rencana satu kali pakai dan/atau
rencana yang terus menerus dipakai. Maksud sebagai bentuk perencanaan
pokok suatu organisasi. Standard adalah suatu norma atau persyaratan
yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria,

18
metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam
(Taufiqurokhman, 2017).
2. Konsep Penentuan Tujuan
Tujuan terdiri atas tujuan umum (goal), tujuan khusus (objectives),
tujuan pelaksanaan (implementing objectives) dan tujuan sumber daya
(resources). Menurut (Sudirman, 2016) prinsip dasar yang harus
diperhatikan adalah SMARTS yaitu :
 Specific (spesifik)
 Measurable (dapat diukur)
 Attainable (dapat dicapai)
 Relevant (relevan)
 Time bound (tepat waktu)
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah pernyataan yang bersifat umum dan luas
yang menggambarkan hasil akhir (outcome atau dampak) yang
diinginkan apabila kegiatan telah dilaksanakan (Sudirman, 2016).
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pernyataan yang bersifat spesifik, dapat
diukur (kuantitatif) dengan batas waktu pencapaian terhadap tujuan
umum (Sudirman, 2016).

BAB III

19
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan makalah Penetuan Prioritas Masalah dan
Penentuan Tujuan Pelaksanaan Program yang telah dibuat ini adalah:
1. Penentuan prioritas masalah Kesehatan adalah prioritas suatu proses yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu.
Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik yakni
spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan
kuantitatif serta dirumuskan secara sistematis. Manfaat dari penentuan
prioritas masalah adalah untuk menentukan urutan masalah dari yang
paling penting sampai dengan yang kurang penting.
2. Langkah-langkah penentuan prioritas masalah dapat dilakukan dengan
tahapan dibawah ini:
b. Melakukan Pengumpulan Data
c. Pengolahan Data
d. Pemilihan Prioritas Masalah
e. Menentukan Bobot Masalah
3. Cara memilih prioritas masalah dibedakan atas dua yaitu secara Scoring
dan Non-Scoring.
a. Scoring
- Metode Bryant
- MCUA
- PAHO
- Hanlon
- CARL
b. Non-Scoring
- Delbeque
- Delphi
- Estimasi Beban Kerugian
- NGT

20
4. Tujuan adalah gambaran keadaan yang akan datang, yang diwujudkan
melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Definisi ini mengandung
arti “ketidakpuasan” pada masa sekarang atau adanya masalah adanya
masalah di masa sekarang, dan hal ini akan dikurangi atau dihilangkan
sama sekali pada yang akan datang
B. Saran
1. Dalam melakukan suatu penetapan prioritas masalah, sebaiknya peneliti
perlu memperhatikan seperti besarnya masalah yang terjadi seperti apa,
persepsi masyarakat terhadap kejadian tersebut, bisa tidaknya masalah
tersebut diselesaikan serta pemilihan metode prioritas yang tepat sesuai
masalah yang diteliti.
2. Pembaca harap membaca lebih banyak sumber kajian terkait Penentuan
Prioritas Masalah Kesehatan serta Tujuan Pelaksanaan Program.
Dikarenakan kajian/topik yang dipaparkan dalam makalah ini masih
sangat terbatas pemaparannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2015. Teknik Menentukan Prioritas Masalah: Universitas Sriwijaya


Aini Khulaila. Made Utama. 2015. Analisis kesehatan. Ilmu Kesehatan.
Masyarakat Universitas Undayana: Mataram.
Ajie Mulia Avisena. 2016. Manajene Analisis Situasi Penyakit menular. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.
Amrin. 2017. Upaya Penurunan Penyakit Cacat. Blow Molding: Surabaya.
Azwar. 2016. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Deddy R.G Ratulangi. 2017. Penetapan Prioritas Penanganan pantai
Berdasarkan Pemilihan Jenis Bangunan. Program Studi Teknik Sipil:
Surabaya.
Karlina Okta. 2017. Pentingnya Perencanaan Dalam program Imunisasi. Ikatan
Bidang Indonesia: Surabaya.
Pujiati Suci. 2018. Pemetaan Masalah dan Penentuan Prioritas Program Kesehatan
Pada Masyarakat Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6. No 2.
Risnawati. 2018. Penentuan prioritas Masalah Berdasarkan Metode Delbeqc.
Kesehatan masyarakat: Jakarta.
Rosita. 2017. Prioritas masalah di Unit Rekam medis menggunakan Metode
MCUA. Teknik Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit: Jakarta.
Sihotang. 2016. Metode Skoring dan Metode Fuzzy Dalam Penentuan Zona
Resiko Malaria di Papua Flores. Jurusan Ilmu Komputer Universitas Nusa
Cendana: Kupang.
Sudirman. 2016. Perencanaan Dan Evaluasi Kesehatan. Palu: Universitas
Muhammadiyah.
Symond Dias. 2014. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis
Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan Disuatu Wilayah. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 7. No 2.
Taufiqurokhman. 2017. Konsep dan Kajian Ilmu Perencanaan. Jakarta : Fakultas
Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

22
Windy Sulistya. 2015. Menentukan Prioritas Masalah. Teknik Manajemen
Kesehatan: Jakarta.
Wirdah Wati. Achmad Fudholi. 2017. Evaluasi pengelolahan Obat dan Strategi
perbakan Dengan Metode Honlon. Farmasi Rumah Sakit: Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai