MAKALAH
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Haryanto, M.Pd
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stufflebeam (2003) mendefinisikan evaluasi adalah proses untuk
mendeskripsikan, memperoleh, memberikan, dan mengaplikasikan informasi
deskriptif dan penilaian tentang nilai dan keberhasilan dari tujuan, desain,
implementasi, dan hasil suatu objek untuk membimbing keputusan perbaikan,
menyediakan laporan pertanggungjawaban, memberikan informasi keputusan
institusionalisasi/disseminasi, dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena
yang terlibat. Evaluasi diartikan sebagai proses kegiatan pengukuran, menilai,
menganalisis terhadap program atau kebijakan untuk menentukan hasil dari tujuan
yang telah ditetapkan, sebagai pedoman pengambilan langkah dimasa yang akan
datang. Evaluasi digunakan untuk melihat sejauh mana tujuan tercapai serta untuk
melihat sejauh mana kesenjangan antara ekspektasi dengan kenyataan. Sementara
itu, evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan pengumpulan data atau
informasi ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan program dimasa akan
datang. Karenanya, dalam keberhasilan suatu evaluasi program ada dua konsep
yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi.
Untuk melihat efektivitas suatu program pendidikan, dilakukan perlu
penilaian kebutuhan program untuk memastikan bahwa program yang akan
diimplementasikan akan mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa penilaian
kebutuhan yang komprehensif, risiko kegagalan pencapaian tujuan akan meningkat
serta solusi yang tidak didapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan aktual masyarakat
atau pengguna. Perencanaan program dapat dilakukan secara lebih baik, apabila
evaluator memahami kebutuhan pengguna atau kelompok target secara
menyeluruh. Hal yang termasuk dalam penilaian kebutuhan yaitu identifikasi
masalah yang menyeluruh, memahami tentang keinginan dan harapan pengguna,
serta mengetahui hambatan potensial yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan
program. Melakukan penilaian kebutuhan dapat membantu dalam alokasi sumber
daya yang lebih efisien dan efektif, dengan mengetahui dengan jelas apa yang
1
diperlukan dan diinginkan oleh pengguna, sumber daya dapat dialokasikan dengan
tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut tanpa pemborosan.
Mengingat pentingnya penilaian kebutuhan dalam suatu program Pendidikan,
maka dalam makalah ini akan menguraikan pengertian analisis kebutuhan, dengan
memahami pentingnya penilaian kebutuhan program dan bagaimana hal ini dapat
memengaruhi keberhasilan suatu program, maka penyusunan makalah tentang
topik ini akan membantu membimbing pembaca dalam memahami konsep, metode,
dan praktik terbaik yang terlibat dalam proses tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian kebutuhan program?
2. Apa saja tahapan proses penilaian kebutuhan program?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep penilaian kebutuhan program
2. Memahami tahapan proses penilaian kebutuhan program
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Tahapan Penilaian Kebutuhan Program
Menurut Rossi, dkk (2004) terdapat lima tahapan kegiatan penilaian
kebutuhan yaitu:
1. Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah-masalah sosial berarti mengindentifikasi
pertanyaan-pertanyaan mengenai kebutuhan yang harus dipenuhi atau keadaan
yang dianggap sebagai masalah di masyarakat. Masalah sosial adalah konstruksi
sosial yang memerlukan perhatian publik dan tindakan perbaikan. Untuk
mendefinisikan masalah, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah dengan
cara menganalisis kebutuhan. Berikut langkah-langkah dalam menganalisis
kebutuhan:
a. Identifikasi Pengguna dan Dampak
Tentukan siapa yang akan menggunakan hasil analisis dan bagaimana hasil
tersebut akan memengaruhi mereka. Melibatkan kedua kelompok ini akan
memudahkan analisis dan penerapan rekomendasi, meskipun perlu diingat
bahwa fokus terlalu besar pada penggunaan penilaian kebutuhan dapat
membatasi identifikasi masalah dan solusi selanjutnya.
b. Deskripsi Populasi Target dan Lingkungan Layanan
Gambarkan populasi target dan kondisi di lingkungan layanan, termasuk
letak geografis, transportasi, dan karakteristik demografis. Penggunaan
indikator sosial dapat membantu memahami populasi target secara
langsung atau melalui perkiraan. Inventarisasi sumber daya layanan dapat
menunjukkan kesenjangan yang perlu diisi dan hambatan yang harus
diatasi untuk menerapkan solusi.
c. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi masalah yang dihadapi populasi target dan solusi yang
mungkin ada. Biasanya, informasi dari berbagai sumber digunakan untuk
memahami harapan, hasil saat ini, serta kelayakan dan efektivitas solusi
yang diajukan. Seringkali, indikator sosial, survei, forum komunitas, dan
pengamatan langsung digunakan untuk mengidentifikasi masalah.
4
d. Penilaian Kebutuhan
Lakukan penilaian untuk mengintegrasikan informasi tentang masalah dan
solusi menjadi rekomendasi tindakan. Metode integrasi kuantitatif dan
kualitatif digunakan untuk memastikan prosesnya transparan dan diterima
oleh semua pihak terlibat. Komunikasikan hasil analisis kebutuhan kepada
pembuat keputusan, pengguna, dan pihak terkait lainnya.
e. Komunikasi
Upayakan komunikasi harus sejajar dengan langkah-langkah lainnya
dalam analisis kebutuhan, sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat
diimplementasikan dengan baik.
5
program dapat memberikan perkiraan awal tentang efektivitas program
nasional seperti bantuan pangan atau pelatihan kerja.
c. Gunakan data penelitian
Beberapa kasus tidak memiliki sumber data yang tersedia untuk
menunjukkan cakupan masalah yang luas, maka evaluator perlu
mengumpulkan data baru dengan cara konsultasi dengan para ahli hingga
melakukan survei skala besar. Terdapat tiga jenis sumber yang dapat
digunakan oleh evaluator untuk mendapatkan data yaitu catatan agensi,
survei dan sensus, serta survei informan utama.
6
4. Menentukan Target Populasi
Penjelasan tentang populasi sasaran mencakup serangkaian konsep yang
penting untuk memahami pendekatan program dan potensi keberhasilannya.
Sifat populasi yang akan dilayani oleh program memiliki dampak besar pada
cara program tersebut dirancang dan dijalankan. Untuk menentukan target
populasi, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Populasi Beresiko, Berkebutuhan, dan Permintaan
Populasi berisiko adalah individu atau kelompok yang berpotensi
mengalami atau mengembangkan masalah yang ingin diatasi oleh
program. Sementara itu, populasi yang membutuhkan adalah mereka yang
saat ini mengalami kondisi yang memerlukan intervensi, dapat
diidentifikasi melalui pengukuran langsung, dan sering kali tidak selalu
sejalan dengan permintaan. Populasi berdasarkan permintaan adalah
individu atau kelompok yang secara aktif mencari atau menginginkan
suatu layanan atau program tertentu.
b. Insiden dan prevalensi
Insiden mengacu pada jumlah kasus baru yang muncul dalam periode
waktu tertentu, sementara prevalensi merujuk pada jumlah total kasus
yang ada pada suatu waktu. Keduanya adalah karakteristik yang relevan
dari populasi sasaran, tergantung pada fokus dan tujuan program.
c. Tarif
Tarif, atau tingkat kejadian, adalah angka yang menyatakan jumlah kasus
baru atau prevalensi suatu masalah dalam suatu wilayah atau populasi
tertentu. Tarif sangat berguna untuk membandingkan masalah antar
wilayah atau kelompok, dan dapat digunakan untuk menyesuaikan
program dengan profil risiko yang berbeda, seperti rentang usia yang lebih
rentan terhadap jenis kejahatan tertentu. Faktor-faktor lain seperti jenis
kelamin, ras, status sosial ekonomi, lokasi geografis, dan mobilitas tempat
tinggal juga penting dalam mengidentifikasi populasi sasaran program.
7
5. Menggambarkan Kebutuhan Program
Penilaian kebutuhan program sosial hanya memperkirakan masalah dan
populasi sasarannya, tetapi juga memberikan wawasan tentang sifat spesifik
kebutuhan dalam populasi tersebut. Hal ini penting agar program dapat
disesuaikan dengan kondisi dan masalah yang spesifik. Penilaian kebutuhan
mencakup pemahaman tentang bagaimana masyarakat mengalami masalah,
pandangan mereka terhadap layanan yang tersedia, serta hambatan yang mereka
hadapi dalam mengakses layanan. Faktor budaya, persepsi, dan atribusi yang
ditemui dalam suatu populasi juga memengaruhi efektivitas program dan cara
pelayanan dilaksanakan.
Metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan kebutuhan program,
memberikan wawasan yang terperinci dan terstruktur tentang masalah spesifik
yang ditanyakan. Metode ini menggunakan teknik pengumpulan data seperti
wawancara, diskusi kelompok, atau studi etnografis. Studi kualitatif juga
membantu memahami bagaimana layanan program dirancang dengan
mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teknik Focus Group
untuk berdiskusi tentang topik tertentu bersama pemangku kepentingan yang
relevan, memberikan banyak informasi deskriptif tentang masalah sosial dan
kebutuhan layanan yang berkaitan.
Teknik yang sering digunakan untuk menentukan informan ialah
menggunakan pendekatan ”bola salju”, di mana informan awal dipilih untuk
kemudian merekomendasikan informan lain yang memiliki pengetahuan yang
relevan. Strategi ini cocok untuk survei informan kunci mengenai masalah sosial
karena orang yang terlibat dalam masalah di suatu komunitas cenderung saling
mengenal.
Selain metode kualitatif, kombinasi dengan metode kuantitatif juga sering
digunakan dalam penilaian kebutuhan, dimulai dengan tahap eksplorasi
kualitatif untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang masalah, diikuti
dengan tahap estimasi kuantitatif untuk memberikan perkiraan yang lebih
terukur tentang tingkat dan distribusi masalah.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sosial yang
ingin diatasi oleh suatu program dan kebutuhan akan program tersebut, serta
menentukan apakah program baru diperlukan. Diagnosis yang tepat terhadap
masalah sosial dan identifikasi populasi sasaran merupakan langkah awal untuk
merancang dan menjalankan program yang efektif. Masalah sosial bersifat
konstruksi sosial, dan evaluator dapat membantu pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan definisi masalah yang ditangani oleh program.
Untuk menentukan ukuran dan distribusi masalah, evaluator dapat
mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber, seperti Sensus atau
indikator sosial yang sedang berjalan, atau melakukan penelitian sendiri. Prakiraan
kebutuhan di masa depan juga penting dan biasanya dilakukan oleh para spesialis,
namun asumsi yang mendasari prakiraan tersebut harus diperiksa dengan hati-hati.
Spesifikasi target intervensi yang baik memastikan bahwa intervensi dapat
menjangkau populasi sasaran dengan tepat. Dalam menentukan target, penting
untuk mempertimbangkan beragamnya perspektif pemangku kepentingan. Metode
kualitatif seperti studi etnografi atau kelompok fokus dapat memberikan informasi
rinci tentang sifat lokal suatu masalah sosial dan keadaan khusus mereka yang
membutuhkan layanan program.
B. Saran
Dalam melakukan penilaian kebutuhan program, penting untuk mengadopsi
pendekatan kualitatif yang melibatkan pengumpulan data melalui berbagai metode
seperti survei, wawancara, dan observasi. Selanjutnya, sintesiskan data tersebut
untuk memahami kebutuhan pengguna secara komprehensif dan berkomunikasi
secara teratur dengan tim untuk memastikan pemahaman yang akurat dan
menyeluruh tentang kebutuhan pengguna.
9
DAFTAR PUSTAKA
Rossi, P.H., Lipsey, M.W., & Freeman, H.E. (2004). Evaluation A Systematic Approach
7th Edition. SagePublication
10