Anda di halaman 1dari 14

“TEKNIK MENGAKHIRI KONSELING”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Dosen Pengampu : Muhammad Putra Dinata Saragi, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Rubiatul Aslamiyah (0102183153)

Halimatussakdiah (0102183133)

Kamelia Deliana (0102183148)

Riska Melina (0102183173)

Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Individual & Kelompok

Sem V/BPI-D

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Dan tak lupa shalawat berangkaikan salam senantiasa tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang mana hanya syafa’at beliaulah yang kita
harapkan diakhir kelak.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Muhammad Putra Dinata


Saragi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling Individual &
Kelompok. Selanjutnya, besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk para
pembaca dalam menambah wawasan. Terutama untuk kami selaku penulis, dan tujuan dari
makalah ini adalah untuk mendorong dan membantu para pembaca untuk mencari informasi
yang relevan serta aktual.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari Perbandingan Agama. Harapan kami dengan makalah ini, akan
mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan pada mata kuliah Perbandingan
Agama.

Medan, 08 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Penilaian ..................................................................................................... 2
B. Kontrak ....................................................................................................... 4
C. Penguatan dan Peneguhan Hati ................................................................... 5
D. Tindak Lanjut Konseling ............................................................................. 7
E. Mengakhiri Hubungan Konseling ................................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seseorang yang
berprofesi di bidang konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan biasa
dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu yang mendapatkan bantuan tersebut
mendapatkan kebahagiaan. Pemberian bantuan face to face dalam proses konseling tentu
saja membutuhkan teknik dan keterampilan tertentu yang harus dikuasai. Keterampilan
yang dimaksud adalah keterampilan konseling.

Bimbingan dan konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan


pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, agar konselor profesional dalam
kerja praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan macam-macam teknik
yang ada, agar memiliki pengalaman dari berbagai tehnik. Selain itu konselor harus
menguasai teknik, juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan
konseling. Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu teknik,
sehingga tidak mau untuk mencoba teknik yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penilaian?
2. Apa itu kontrak?
3. Apa itu penguatan dan peneguhan hati?
4. Apa itu tindak lanjut konseling?
5. Bagaimana mengakhiri hubungan konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu penilaian.
2. Mengetahui apa itu kontrak.
3. Mengetahui apa itu penguatan dan peneguhan hati.
4. Mengetahui apa itu tindak lanjut konseling.
5. Mengetahui bagaimana mengakhiri hubungan konseling.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian
1. Konsep Penilaian
Konsep dari penilaian dijabarkan sebagai “proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik”. Konselor perlu
mengetahui apakah konseling yang dilaksanakannya dapat berhasil dengan baik atau
tidak. Oleh karenanya konselor perlu melakukan penilaian. Dalam penilaian konseling
dapat dilakukan penilaian proses atau penilaian hasil. Penilaian proses menyangkut
bagaimana dilakukan penilaian proses konseling yang dijalani bersama klien. Apakah
mencapai sasaran yang diinginkan atau belum. Keberhasilan proses konseling dapat
dilihat dari gejala ekspresi yang ditampilkan klien dan rasa puas dengan anggukan
menunjukkan bahwa klien mendapatkan pemahaman yang diharapkan.

Namun sebaliknya jika klien lebih banyak diam dan kurang berekspresi “puas” ini
menunjukkan bahwa konseling belum menghasilkan sesuatu yang berarti. Konseling
sebagai layanan dapat ditemukan hasilnya segera, dalam jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang. Untuk dapat mengetahui informasi tentang keberhasilan
konseling, konselor dapat melakukan penilaian segera yaitu dengan cara menanyakan
langsung kepada klien menyangkut dengan pemahaman dan pengetahuan baru yang
diperoleh klien, perasaan klien setelah menjalani konseling, dan rencana-rencana kegiatan
yang akan dilakukan klien. (TAUFIK, YENI KARNELI, 2012)

Konsep dari penilaian dijabarkan sebagai “proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik”. Salah satu model
yang dapat digunakan dalam kegiatan penilaian adalah model penilaian Stufflebeam's
yang terdiri atas:

a. Evaluasi konteks yakni berkaitan dengan penyediaan informasi dan penetapan


tujuan yang baik, lingkungan yang relevan, dan identifikasi masalah yang
berhubungan dengan program atau kegiatan.
b. Evaluasi input yakni berkaitan dengan penentuan memanfaatkan input dalam
mencapai tujuan.

2
c. Evaluasi proses yakni berkaitan dengan pemberian umpan balik secara
periodik dalam pelaksanakan program.
d. Evaluasi hasil yakni berkaitan dengan pengukuran pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. (MURI, 2005)
2. tujuan penilaian
Kegiatan penilaian pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh
gambaran yang bersifat informasi akurat tentang keefektifan dan efisiensi sesuatu yang
telah dilaksanakankan. Informasi berkenaan dengan keefektifan dan keefisiensian ini
selanjutnya akan melahirkan suatu keputusan tertentu. Secara khusus tujuan penilaian
akan sangat ditentukan oleh fungsi penilaian (pengambilan keputusan dan penyediaan
informasi) dan aspek-aspek yang akan dinilai itu sendiri.

Anderson dan Ball (FURQON,2005) menyebutkan bahwa tujuan penilaian


program adalah:

1. Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang instalasi


program.
2. Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan,
ekspansi atau sertifikasi program.
3. Mernberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang modifikasi
program.
4. Menyediakan bukti dukungan positif terhadap program
5. Menyediakan bukti dukungan terhadap suatu program
6. Memberikan kontribusi dalam memahami dasar yang bersifat psikologis,
sosial dam proses lainnya.
Penilaian Proses Kegiatan bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian
rumusan keigatan yang telah diprogramkan dalarn satuan-satuan layanan dapat
diimplementasikan kepada sasaran layanan, sehingga tersedia informasi tentang kualitas
atau mutu layanan.

3. Asas-asas Penilaian
a. Sahih hererti penilaian data yang mencerrninkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonorni, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinarnbungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk mernantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti la,rgkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kornpetensi yung ditetapkan.
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.(MURI, 2005)
B. Kontrak

Kontrak merupakan semacam perjanjian antara konselor dan klien untuk


melakukan sesuatu sebagai tindak lanjut hasil konseling. Berbagai kegiatan yang akan
dilakukan kkien setelah menjalani kegiatan konseling merupakan isi kontrak. Klien
tentunya merasa wajib melaksanakan isi kontrak tersebut, sebab itu cara yang disepakati
untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien. Tanpa klien berkomitmen menjalani isi
kontrak adalah mustahil masalah klien dapat diselesaikan dengan baik.

Syarat-syarat kontrak agar dapat berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan adalah:

a. Kontrak hendaklah berisi perijelasan tentang kegiatan- kegiatan apa saja yang
akan dilakukan klien.
b. b. Isi kontrak sesuai dengan masalah yang dialami klien dan jalan keluar dari
masalah tersebut.
c. Bersifat realistik; artinya sangat mungkin dilaksanakan oleh klien. Isi kontrak
yang terlalu muluk atau terlalu ideal dan sukar dilakukan klien tentunya akan
gagal dilaksanakannya. (TAUFIK, YENI KARNELI, 2012)

4
C. Penguatan dan Peneguhan Hati

Akhir konseling menghasilkan keputusan yang akan dijalankan klien. Meskipun


seseorang telah dapat mengambil keputusan, dan keputusan tersebut dijalankannya
seringkali memerlukan penguatan atau peneguhan dari orang lain. Dalam hal ini konselor
dapat memberikan penguatan tentang beberapa hal yng mendukung atau yang positif pada
diri klien. Misalnya klien merasa sanggup untuk melakukan atau klien mengatakan ada
teman lain atau saudaranya yang dapat dapat diajak membantu. Dapat juga terjadi pada
saat klien mengatakan memiliki sesuatu untuk menjalankan keputusan itu, misalnya
sarana, fasilitas, tempat, kesempatan atau bahkan uang. (TAUFIK, YENI KARNELI,
2012)

Ada tiga macam penguatan yang dikenal dalam konseling: penguatan prediktif,
penguatan post diksi, dan penguatan faktual.

1. Penguatan Prediktif

Penguatan prediktif adalah penguatan yang diberikan konselor kepada konseli


untuk memantapkan sesuatu yang belum ia nyatakan, belum ia capai, belum ia lakukan.
Penguatan prediktif semacam respon konselor untuk rencana konseli saat ia tengah
menyatakan hendak melakukan sesuatu yang konteksnya positif, untuk kemajuan dirinya.
Penguatan prediktif penting untuk menepiskan rasa keragu raguan atau kekhawatiran
yang membelenggu konseli hingga membuatnya terperangkap dalam kompleks
inferioritas.

Contoh penguatan prediktif adalah sebagai berikut.

Konseli : "Sepertinya tidak adil dan merugikan saya sendiri jika saya terus menerus
membutuhkan kehadirannya. la punya kehidupan sendiri. Saya juga punya
kehidupan sendiri. Dia punya cita cita. Saya juga punya mimpi. Sepertinya saya
mulai harus fokus dengan studi saya dan membuang hal hal yang tidak penting
seperti bertemu dengannya lagi,"

Konselor : "Itu keputusan yang sangat hebat. Tidak semua orang bisa punya pemikiran
seperti itu. Jika kamu benar benar merealisasikannya, fokus dengan apa yang
hendak kamu tuju, kamu akan mendapat hasil yang maksimal nantinya,"

2. Penguatan Post Diksi

5
Penguatan post diksi adalah penguatan terhadap tingkah laku yang pernah
dilakukan konseli dan sudah terlihat hasilnya. Untuk menjalankan keterampilan ini,
konselor harus menunggu konseli memberi pernyataan pendahuluan bahwa dirinya sudah
melakukan suatu perubahan perilaku yang positif dan hasilnya sejalan atau linear dengan
perubahan tersebut.

Konseli : "Setelah saya tidak berhubungan dengan dia, tidak berkomunikasi dengan dia,
saya mendapatkan diri saya kembali. Saya memulai pagi dengan bahagia, tidak
menunggu sapaan yang kadang merusak mood saya. Saya menjalani studi
dengan pikiran penuh dan tidak terpecah oleh pikiran pikiran lain,"

Konselor : "Kamu melakukan sesuatu yang hebat. Keberanian kamu telah menuai hasil
yang positif. Kamu perlu untuk memantapkan perilaku itu. Konsisten dan
fokuslah. Kamu akan terkejut mendapati bahwa kamu mencapai sesuatu yang
lebih baik lagi ketimbang kamu di hari hari kemarin,"

3. Penguatan Faktual

Penguatan faktual adalah penguatan yang diberikan kepada konseli agar dia lebih
berani menghadapi kenyataan, meski kenyataan itu pahit baginya.

Konseli : "Dia sekarang menjauhi saya. Menutup sama sekali komunikasi. Bahkan ketika
bertatap muka. Teman teman yang dekat dengannya pun begitu. Saya merasa
dimusuhi banyak orang karena keputusan saya ini,"

Konselor : "Inilah kehidupan. Memang berat mengalami masalah seperti itu. Ini
merupakan sebuah resiko dalam sebuah relasi seperti yang kamu alami. Tapi
kamu sudah mendapat kehidupan yang jauh lebih baik untuk menyongsong masa
depanmu. Ini adalah harga yang mesti dibayar sekarang, tapi hasilnya di masa
depan akan jauh lebih besar nilainya,"

Ada beberapa poin yang mesti diperhatikan konselor ketika menjalankan teknik
ini.

1. Keberanian mengapresiasi. Penguatan atau dukungan tidak sekedar


mengungkapkan pendapat. Penguatan bersumber dari ekpresi konselor saat
mengapresiasi tindakan klien. Penguatan yang memberi bekas mendalam secara

6
emosional, akan membuat pijakan klien makin kuat untuk melakukan progresi
kehidupannya.
2. Penguatan berfungsi menciptakan, meminjam istilah Alfed Adler, keberanian
untuk tidak sempurna. Keberanian untuk tidak sempurna memberi fondasi
kepribadian klien ketika menghadapi hambatan hambatan kecil, melangkah ke
depan, dan untuk akhirnya menang atas keraguan raguan yang tidak perlu.
3. Penguatan ini punya tujuan besar: konseli berani mengambil keputusan, berani
menjalani keputusan sekaligus berani menerima konsekuensi dan menghadapi
kenyataannya. Penguatan juga punya tujuan kecil atau khusus: konseli mencintai
dan menerima hidupnya, menjaga keseimbangan kepribadiannya. Penguatan
dibutuhkan agar mereka (klien) tidak berdiam diri. Mereka harus bergerak dan
mengetahui bahwa ada kemungkinan yang lebih besar dan lebih baik di masa
depan.
4. Menguatkan tidak sekedar menerima. Tapi juga bergerak. Bergerak untuk
melawan ketidakmampuan. Ketidakmampuan membuat seseorang tidak percaya.
Tidak percaya pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.
5. Penguatan juga mengukur dan mengukuhkan perasaan aman pada seseorang. Rasa
aman yang akan membantu mereka mengatasi rasa takut, kecemasan, dan perasaan
perasaan emosional negatif lainnya. Perasaan perasaan macam itu yang membuat
seseorang "tidak berani bertaruh". Sementara, hidup yang tidak dipertaruhkan,
tidak akan pernah dimenangkan. (HENRI SAPUTRO, 2018)
D. Tindak Lanjut Konseling

Kegiatan mengakhiri konseling pada dasarnya adalah seni masing-masing


konselor, namun penting diperhatikan bahwa hendaknya klien pada saat meninggalkan
pertemuan konseling memiliki kesan yang positif tentang konseling yang dijalaninya dan
juga terhadap pribadi konselor. Untuk itu ada baiknya apabila konselor melakukan hal-hal
sebagai berikut pada saat mengakhiri konseling.

1. Konselor menegaskan peranan penting klien untuk berusaha semaksimal mungkin


melaksanakan kegiatan- kegiatan yang telah disimpulkan konselor di bagian akhir
dari konseling. Konselor dapat berkata bahwa keberhasilan klien keluar dari
masalah yang dialaminya amat tergantung dari usaha klien menjalankan keputusan
hasil konseling secara baik. Oleh karena itu selanjutnya konselor meminta agar
klien memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan keputusan tersebut,

7
dalam arti berusaha dengan sungguh-sungguh melaksanakannya dan tidak mudah
berputus asa.
2. Konselor dapat memberikan dorongan dan semangat kepada klien, dan juga
menempatkan harapan konselor terhadap klien, misalnya konselor menyatakan
bahwa: "keberhasilan dan kebahagian yang akan diraih klien adalah juga
merupakan keberhasilan dan kebahagiaan konselor juga". Dalam arti konselor
merasa berhasil membantu klien melalui pelayanan konseling yang baru
dijalaninya.
3. Konselor mendoakan agar apa yang akan dilakukan klien dapat berjalan dengan
baik dan mendapatkan hasil yang diinginka. Misalnya konselor mengatakan:"Saya
konselor mengatakan: "saya mendoakan semoga Anda dapat menjalankan
rencana- rencana kegiatan yang sudah kita putuskan dalam konseling tadi, dan
Tuhan memberikan kemudahan kepada Anda, dan tidak banyak menemukan
kendala, serta Anda dapat keluar dari situasi masalah yang sedang anda alarni
pada saat sekarang ini.
4. Konselor membuka kesempatan pada klien untuk memperoleh layanan konseling
berikutnya apa bila di kemudian hari klien membutuhkannya. Dalam hal ini
konselor dapat mengatakan bahwa: "apabila pada suatu waktu Anda
membutuhkan layanan konseling lagi, Anda dapat menemui saya di tempat ini,
yaa..... tentunya pada hari-hari sebelumnya dengan janji yang kita sepakati.
Karena itu Anda dapat mendaftar atau menghubungi saya melalui SMS pada
nomor HP saya ini' (sambil konselor memberikan kartu nama) kepada klien.
5. Konselor mengakhir konseling dengan cara menyampaikan selamat yaa....",
sambil mengulurkan tangan untuk menyalami klien. Bagi klien yang berjenis
kelamin sama dengan konselor, konselor dapat juga memberikan sentuhan fisik
seperti menepuk dengan lembut punggung klien, sambil mengantar klien ke pintu
keluar ruangan konseling. (TAUFIK, YENI KARNELI, 2012)
E. Mengakhiri Hubungan Konseling

Tindak lanjut konseling hendaklah didasarkan dari hasil penilaian penyelengaraan


konseling. Hasil penilaian ada kemungkinan berkenaan dengan empat hal. Pertama,
konseling telah dapat berjalan dengan baik dan telah nenghasilkan keputusan yang sesuai
dengan masalah yang dinlami klien, Kedua, pada akhir pembicaraan konseling diketahui
bahwa masalah yang dialami oleh klien bukan bidang keahlian konselor, misalnya

8
masalah klien adalalh masalah kesehatan fisik yang merupakan keahlian dolcter. Untuk
hal ini konselor hendaklah melakukan tindakan referal (alih tangan) kepada dokter,
Ketiga, masalah klien adalah bukan kewenangan konselor seperti masalah pelanggaran
pidana. Dalam hal ini konselor dapat segera memutuskan hubungan konseling. Keempat,
apabila klien enggan untuk melaksanakan keputusan konseling dengan alasan-alasan
dibuat-buat menangguhkan pelaksanaan yang atau keputusan konseling tanpa batas waktu
yang jelas. Dalam menanggapi kondisi ini, konselor hendaklah menerapkan teknik no
excuse (tiada ada maaf), dalam arti sekali-sekali konselor tidak menerima alasan-alasan
yang dikemukakan klien tersebut. (TAUFIK, YENI KARNELI, 2012)

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya penilaian itu merupakan proses pengumpulan


dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Adapun tujuan dari penilaian adalah untuk mengetahui atau memperoleh gambaran yang
bersifat informasi akurat tentang keefektifan dan efisiensi sesuatu yang telah
dilaksanakankan. Kemudian kegiatan mengakhiri konseling pada dasarnya adalah seni
masing-masing konselor, namun penting diperhatikan bahwa hendaknya klien pada saat
meninggalkan pertemuan konseling memiliki kesan yang positif tentang konseling yang
dijalaninya dan juga terhadap pribadi konselor.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Saran dari penulis kiranya
makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran baik bagi penulis maupun pembaca,
khususnya didalam meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

10
DAFTAR PUSTAKA

A.Muri Yusuf. (2000). Akuntabilitas Bimbngan dan Konseling. Padang : FIP UNP

A.Muri Yusuf. (2005). Evaluasi Pendidikan: Padang : UNP

Anjar, Tri. (2012). Jurnal Penilaian Bimbingan Konseling di Sekolah dan Implikasi
Pengelolannya. Universitas Muhammadiyah Metro: Jurnal Guidena.

Furqon. (2005). Kecenderungan Baru dalam Evaluasi Prograrn Bimbingan Dan


Konseling, Makalah disajikan Pada Konvensi Nasionai XIV cian Kongres
Nasional X ABKIN, ABKIN dan UNNES, Semarang 16 April 2005

Taufik, Yeni Karneli. (2012). Teknik dan Laboratorium Konseling. Padang: UNP Press.

Suparto, H. (2018). The Counseling Way. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

11

Anda mungkin juga menyukai