Disusun oleh:
Nurrulaji julianto (2210631120118)
Siti Winu Wulan (2210631120129)
Shabrina Hasnaa Fauziyah (2210631120125)
17 Mei 2023
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu
kegiatan, pelaksanaannya adalah managing (pengelolaan), sedangkan
pelaksananya disebut manajer atau pengelola. Seorang yang menjadi manajer
mengambil alih kewajiban-kewajiban baru, yang seluruhnya bersifat
manajerial. Hal yang penting di antaranya adalah meniadakan kecenderungan
untuk melaksanakan sendiri semua urusan. Tugas-tugas operasional dicapai
melalui usaha kerja para bawahan sang manajer. Pada hakikatnya, tugas
seorang manajer adalah menggunakan usaha para bawahan secara berdaya
guna. Karena manager tidak selalu dihadapkan oleh keputusan yang mudah,
bahkan semakin tinggi tingkat hirearki manager dalam sebuah organisasi,
maka keputusan yang diambil akan semakin kompleks (Butarbuta, dkk, 2021).
Maka dibutuhkannya keterampilan, untuk mengambil keputusan di waktu
yang tepat. Usaha bersama-sama (cooperative endeavor) adalah ungkapan
zaman sekarang. Sumber-sumber bahan yang luas dan kecakapan teknis
kurang berguna, kecuali jika kemampuan manajemen untuk menggunakan
sumber-sumber ini melalui suatu kelompok terorganisasi yang didorong dan
dikembangkan. Selanjutnya, karena adanya berbagai keterbatasan orang
perorang maka dipandang perlu untuk mendayagunakan kelompok itu, demi
mencapai tujuan-tujuan yang paling pribadi (George R. Terry, 2019).
Dengan demikian manajemen merupakan serta tindakan dari seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan manajerial itu dilakukan
oleh para manajer sehingga dapat mendorong sumber daya individu bekerja
dengan menggunakan sumber daya lainnya sehingga tujuan organisai yang
disepakati bersama dapat tercapai (Dewianawati, dkk, 2023). Bahkan di
negara-negara maju pun, manajemen dipandang sebagai sarana utama untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan. Berbagai kritik sering
muncul dalam suatu perusahaan yang menyebabkan perusahaan mundur atau
melanjutkan kritik tersebut sebagai bahan evaluasi. Kesadaran bahwa
perusahaan atau organisasi memerlukan evaluasi merupakan salah satu
langkah ke arah perbaikan dan perkembangan, karena evaluasi dapat
memberikan gambaran secara umum dan khusus sebagai bahan informasi dan
perbaikan perusahaan atau organisasi di masa mendatang. Oleh karena itu
dengan adanya evaluasi, akan mempermudah tercapainya tujuan sebuah
organisasi dan memperkecil resiko kegagalan.
1
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis memberikan batasan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi evaluasi dalam manajemen?
2. Apa fungsi dan tujuan evaluasi?
3. Apa model dan pendekatan evaluasi?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, adapun
tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa definisi evaluasi.
2. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan evaluasi.
3. Untuk mengetahui apa model dan pendekatan evaluasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Evaluasi
Untuk memahami pengertian evaluasi, kita juga harus memahami
pengertian penilaian dan pengukuran. Asmawi Ainul dan Noehi Nasution
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses pengambilan keputusan
berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil. Sedangkan
Akhmad Sudradjat mendefinisikan evaluasi sebagai penerapan metode yang
berbeda dan penggunaan alat evaluasi yang berbeda untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil atau capaian yang dapat dicapai.
Arikunto menjelaskan bahwa pengukuran adalah sesuatu yang
dibandingkan dengan ukuran. Akhmad Sudradjat mendefinisikan pengukuran
sebagai proses pemberian angka atau mencoba memperoleh gambaran
numerik tentang tingkatan dimana pelaku organisasi telah mencapai
karakteristik tertentu. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa
Indonesia sebagai kata serapan dari bahasa Inggris yaitu coaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran. Istilah evaluasi dinyatakan Tyler (1950)
sebagai proses menentukan sampai sejauh mana tujuan organisasi dapat
dicapai. Provus (1971) mengartikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada
dengan suatu standar tertentu yakni untuk mengetahui apakah terdapat selisih
atau tidak. Komite untuk standar evaluasi mendefinisikan evaluasi sebagai
penelitian yang sistematik atau teratur tentang manfaat atau kegunaan
beberapa objek (Badrudin, 2015)
Pemahaman mengenai definisi evaluasi menurut para ahli pun dapat
berbeda-beda sesuai dengan pemikiran para ahli yang bervariatif.
1. Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi adalah "The process
of delineating, obtaining, and providing useful information for
judging decision alternative". Artinya proses mendefinisikan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk
mengevaluasi alternatif keputusan.
2. Worthen dan Sanders mendefinisikan evaluasi sebagai upaya
mencari sesuatu yang bernilai (value), yang berisikan Informasi
tentang program tertentu, proses produksi dan alternatif dapat
berharga.
3. Tague Sutcliffe mendefinisikan evaluasi sebagai: "A
systematic process of determining the extent to which
instructional objective are achieved by pupils”. Penilaian
bukan hanya berupa penilaian kegiatan spontan dan acak saja,
tetapi kegiatan melakukan sesuatu yang terencana, sistematis.
3
Dengan cara mengevaluasi dan mengarahkan berdasarkan
turunan yang jelas.
4. Arikunto dan Cepi mengatakan: “Evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan informasi tentang bagaimana sesuatu bekerja,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam pengambilan
keputusan. Tugas utama evaluasi dalam hal ini adalah
memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan.” Pengambil keputusan atau pihak pembuat
keputusan yang tugasnya mengidentifikasi pedoman yang
harus diikuti berdasarkan evaluasi yang dibuat.
5. M.Uzer Usman menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang
berguna untuk menentukan mana dari dua atau lebih item yang
merupakan alternatif yang diinginkan. Karena pertimbangan
atau keputusan seperti itu tidak dibuat secara acak, nilai relatif
harus diberikan pada alternatif-alternatif itu. Untuk alasan ini,
penentuan nilai memerlukan penilaian yang rasional dan
terinformasi dalam proses pengambilan keputusan(Badrudin,
2015)
2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Evaluasi juga memiliki tujuan, seperti halnya setiap kegiatan yang
dilaksankan pasti mempunyai tujuan. Menurut Arikunto evaluasi memiliki dua
tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum lebih berorientasi
pada keseluruhan program, sedangkan tujuan khusus lebih berorientasi pada
masing-masing komponen bidang.
Worten, Blaine R. dan James R.Sanders mengemukakan tujuan
evaluasi yaitu memberikan informasi yang dipakai sebagai dasar untuk:
a) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
b) Menilai hasil yang dicapai.
c) Menilai kurikulum.
d) Memberi kepercayaan kepada sekolah.
e) Memonitor dana yang telah diberikan.
f) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Sedangkan menurut Crawford tujuan dan fungsi evaluasi yaitu:
a) Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai dalam kegiatan.
b) Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil.
c) Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
d) Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. (Badrudin,
2015)
4
C. Model dan Pendekatan Evaluasi
Model evaluasi adalah rencana evaluasi yang dibuat oleh pakar atau pakar
evaluasi, biasanya disebut sebagai tahap pabrikan atau produksi. Model yang
dibuat oleh para ahli merupakan model standar yang digunakan oleh manajer.
Selain itu, ada ahli evaluasi yang mengklasifikasikan evaluasi menurut tugas yang
harus dilakukan dan kepentingan atau prioritas, atau bisa juga disebut sebagai
keyakinan yang dianut atau secara umum sebagai pendekatan. Adapun jenis-jenis
model evaluasi adalah:
1. Model Evaluasi CIPP
Menurut Widyodoko, penilaian model CIPP dapat diterapkan di
berbagai bidang seperti pendidikan, manajemen, perusahaan, dll. Dan di
berbagai tingkatan, baik itu proyek, program maupun lembaga. Model
evaluasi CIPP merupakan kerangka kerja untuk merancang evaluasi CIPP
yang mencakup dimensi jenis evaluasi, utilitas evaluasi, dan langkah-
langkah proses evaluasi. Penilaian memberikan informasi tentang
pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban. Proses evaluasi CIPP
melibatkan tiga langkah utama: deskripsi, pengadaan, dan pengiriman.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah komponen evaluasi model CIPP.
a) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan (orang yang
dievaluasi). Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini,
evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan.
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel
yang dilayani, dan tujuan proyek.
b) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Evaluasi input atau masukan sangat membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa
yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan
bagaimana prosedur kerjanya untuk mencapai tujuan. Komponen
evaluasi masukan meliputi: Sumber daya manusia; Sarana dan
prasarana; Dana dan anggaran; Berbagai prosedur dan aturan yang
diperlukan.
c) Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau atau
memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi
selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk
keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang
telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang
telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan
program.
Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu
5
diperbaiki. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada
seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah
terlaksana sesuai dengan rencana.
d) Product Evaluation (Evaluasi Hasil)
Evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek
atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan
kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Evaluasi produk
untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai
hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan.
6
menganalisis data serta menyerahkan pada pengambil keputusan untuk
melakukan perbaikan pelaksanaan program dengan segera.
5) Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau
guna program. Dalam contoh penerapan metode pembelajaran, model
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah metode yang diterapkan
memberikan dampak positif.
7
berdasarkan sifat data yang dikumpulkan. Dalam hal ini Stake menekankan
peran evaluator dalam mengembangkan tujuan menjadi tujuan khusus dan
terukur. Model Stake terdiri atas dua matrik yaitu description (gambaran) dan
judgement (pertimbangan). Matriks pertimbangan baru dapat dikerjakan oleh
evaluator setelah matriks deskripsi diselesaikan.
1. Evaluasi Reaksi
2. Evaluasi Belajar
8
Mengukur hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan
dengan mengukur reaksi. Untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan
dengan kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan
kelompok yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan
perkembangannya dalam periode tertentu.
3. Evaluasi perilaku
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena telah
mengikuti suatu program. Beberapa program mempunyai tujuan
meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih
baik. dibandingkan dengan model evaluasi yang lain, model ini
memiliki beberapa kelebihan seperti lebih komprehensif, obyek
evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tapi juga mencakup proses,
output, dan outcomes serta mudah diterapkan. Namun, model ini juga
memiliki keterbatasan seperti kurang memperhatikan input, untuk
mengukur impact sulit dilakukan karena selain sulit tolok ukurnya juga
sudah diluar jangkauan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11