Anda di halaman 1dari 12

PROSES SUPERVISI BIMBINGAN DAN KONSELING BAGIAN 1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah:


Supervisi Bimbingan Dan Konseling
Dosen Pengampu: Ananda Rachmaniar, M. Pd

MAKALAH KELOMPOK

Oleh :
Anggia Permatasari (20559001)
Pusaka Adjie (20559008)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MA’SOEM
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah “PROSES SUPERVISI BIMBINGAN DAN
KONSELING BAGIAN 1” untuk memenuhi salah satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Supervisi Bimbingan dan Konseling ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan dari berbagai pihak
sehingga dalam penyusunannya berjalan dengan lancar. Namun, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun aspek lainnya. Oleh
karena itu, untuk penyempurnaan penulisan makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.
Sumedang, Oktober 2023 Penyusun KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya , sehingga, Penulisan
makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan dari berbagai pihak
sehingga dalam penyusunannya berjalan dengan lancar. Namun, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun aspek lainnya. Oleh
karena itu, untuk penyempurnaan penulisan makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.

Sumedang, Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................6

A. Proses Supervisi Bimbingan dan Konseling Bagian 1......................................................6

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................................9

A. KESIMPULAN.................................................................................................................9

B. Saran..................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia yang bermutu adalah
pendidikan yang bermutu (Nurihsan, 2005). Pendidikan yang memiliki mutu bagi penulis yakni
pendidikan yang dapat mengutamakan tercapainya kualitas pendidik yang baik. Sehingga dengan
kualitas para pendidik yang bermutu nantinya akan mencetak generasi yang bermutu pula, dalam
konteks ini supervisi memiliki peranan yang penting untuk menunjang para pendidik agar tetap
pada standar yang telah ditetapkan oleh regulasi pendidikan yang ada. Dengan meningkatkan
profesionalisme dan sistem manajemen pendidik, nantinya akan menciptakan pendidikan yang
berkualitas tinggi.
Dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal (2008) dipaparkan bahwa unit bimbingan dan konseling merupakan bagian
yang terintegrasi dari suatu sistem pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan suatu
profesi yang bersifat membantu dan muncul dalam proses pendidikan. Bimbingan dan Konseling
harus memiliki sumbangsih untuk mendukung terciptanya pendidikan yang bermutu. Terlebih
lagi Bimbingan dan Konseling adalah profesi yang diampu untuk mendukung terciptanya
suasana belajar kondusif dalam pendidikan.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagian besar melayani peserta didik yang
membutuhkan pertolongan. Kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta didik setiap saatnya
berubah, hal tersebut menuntut layanan bimbingan dan konseling yang diberikan seharusnya
tidak sama dari tahun ke tahun. Program bimbingan dan konseling yang berisi layanan
bimbingan dan konseling harus terus diperbarui, supaya relevan diberikan kepada peserta didik
atau warga sekolah lainnya yang membutuhkan pertolongan. Layanan bimbingan dan konseling
yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan, justru akan menghancurkan profesi bimbingan dan
konseling itu sendiri.
Saat ini tidak jarang layanan bimbingan dan konseling tidak sejalan dengan kebutuhan
peserta didik dan tujuan dari program bimbingan konseling sendiri sering tidak tercapai. Faktor-
faktor yang menyebabkan adanya permasalahan dalam layanan bimbingan dan konseling
beraneka macam

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Supervisi Bimbingan dan Konseling?
2. Bagaimana proses Supervisi Bimbingan dan Konseling?
3. Bagaimana proses Supervisi Bimbingan dan Konseling yang Efektif?
4. Apa tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu supervisi Bimbingan dan Konseling.
2. Untuk mengetahui proses Supervisi Bimbingan dan Konseling.
3. Untuk mengetahui proses Supervisi Bimbingan dan Konseling yang efektif.
4. Untuk tujuan dilakukannya supervisor Bimbingan dan Konseling.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Proses Supervisi Bimbingan dan Konseling Bagian 1


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) mengartikan bahwa proses yaitu
1) runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu, dan
2) rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk.
Menurut FHI/Family Health International (2005) meng
ungkapkan bahwa supervisi konseling merupakan suatu aktivitas yang dapat memacu
konselor untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi, memelihara tanggung jawab
terhadap praktek konseling, meningkatkan kualitas hasil bagi klien dan menjamin perlindungan
atas staf dan klien dalam situasi konseling yang kompleks. Jadi proses supervisi bimbingan dan
konseling merupakan rangkaian tindakan dalam melaksanakan supervisi bimbingan dan
konseling yang dapat memacu konselor untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi,
memelihara tanggung jawab terhadap praktek konseling.
Penyelenggaraan supervisi bimbingan dan konseling yang efektif bukan merupakan hal
yang sederhana, karena proses supervisi itu rumit (complicated), melibatkan berbagai unsur
internal supervisor-konselor beserta faktor-faktor lingkungannya. Supervisor dihadapkan kepada
tiga tanggungjawab berat; melindungi (protecting) kesejahteraan konseli, mentoring
perkembangan professional professional supervisee dan melindungi kepentingan professional
dan masyarakat luas (Storm and Todd, 1997). Supervisor mengambil peran jamak ketika mereka
terlibat di dalam proses supervisi yang meliputi peran sebagai pendidikan, mentor, evaluator dan
teladan (role model).
Supervisor bimbingan dan konseling yang dengan kritis menggunakan keterampilan
relasi antar pribadi cenderung lebih efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan kepada para
penyelia betapa pentingnya relasi yang efektif di dalam supervisi yang dapat mendorong
keterampilan konselor baik untuk menunjukkan persekutuan terapetik dan mengembangkan
keterampilan interpersonal yang empatik (Kathleen Holtz Deal DSW, 2003 dalam The Clinical
Supervisor, Volume: 22: 2004 ). Proses supervisi merupakan sesuatu yang rumit (complecated)
karena melibatkan berbagai elemen dan orang-orang. Supervisor dihadapkan kepada tiga
tanggungjawab berat; melindungi (protecting) kesejahteraan, mentoring perkembangan

6
profesional supervisee dan melindungi kepentingan profesional dan masyarakat luas (Storm and
Todd, 1997). Supervisor mengambil peran jamak ketika mereka terlibat di dalam proses
supervisi yang meliputi peran sebagai pendidik, mentor, evaluator dan teladan (role model) bagi
profesi konseling dan pendidikan. Sejumlah ahli menyatakan bahwa hubungan personal antara
supervisor dan supervisee akan membentuk landasan bagi pengalaman belajar yang baik di
dalam supervisi. (Ladany, Walker, & Melincoff, 2001; Pearseon, 2000; Watkins, 1995;
Baronchok & Kunkel, 1990).
Supervisi hanya akan berlangsung jika suatu “aliansi belajarmengajar” telah terbentuk,
disertai dengan perasaan supervisee bahwa “kebutuhan individual belajarnya akan dapat dicapai”
(Musin & Val, 1980:545). Sebagai suatu kekuatan diferensial yang muncul antara supervisor dan
supervisee, kewajiban membentuk hubungan kerja adalah tanggungjawab supervisor (Pearson,
2000; Bernard & Goodyear, 1998). Proses supervisi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu
sebagai berikut:

Pengembangan relasi yang kondusif >>> Penilaian Kinerja Konselor/BK >>> Penyusunan
Program Peningkatan Kinerja >>> Implementasi Program >>> Evaluasi dan Follow Up

Pengembangan relasi yang kondusif dilakukan dengan cara :


1. Mengenal konselor dan supervisor
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Melakukan kontrak kegiatan (pengawasan BK)
Penilaian kinerja konselor dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling
dilakukan dengan :
1. Penilaian lewat instrumen atau pengawasan tidak langsung
2. Penilaian langsung Adapun aspek yang dinilai adalah :
3. Penilaian siswa terhadap program bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
4. Pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah yang didasarkan pada need
asessmen, SWOT BK di sekolah.
5. Implementasi dari program bimbingan dan konseling yang direncanakan
6. Evaluasi dari setiap progra yang dilaksanakan
7. Upaya peningkatan kualitas yang dilakukan oleh konselor.

7
Penyusunan program peningkatan kinerja, yaitu menyusun program dimana program
tersebut memuat tujuan, prioritas, strategi/cara dan jadwal pelaksanaan program supervise
Implementasi program, yaitu melaksanakan program yang telah dibuat oleh supervisor guna
meningkatan kulaitas atau penguasaan pada salah satu kompetensi konselor. Evaluasi dan follow
up, yaitu upaya membandingkan kompetensi konselor sebelum mengikuti program supervisi dan
sesudah mengikuti program supervisi.

Proses supervisi Bimbingan dan Konseling (BK) melibatkan beberapa langkah penting.
Bagian pertama dari proses supervisi BK melibatkan pemahaman mendalam tentang tujuan
supervisi dan peran supervisor. Supervisor BK bertanggung jawab untuk membimbing,
mendukung, dan mengevaluasi pekerjaan para konselor dalam konteks pendidikan.
Langkah pertama dalam supervisi BK adalah menetapkan tujuan supervisi yang jelas. Ini
melibatkan mengidentifikasi area-area spesifik yang perlu ditingkatkan oleh konselor, serta
pengembangan rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya, supervisor akan
mengamati sesi konseling yang dilakukan oleh konselor dan memberikan umpan balik
konstruktif. Umpan balik ini mencakup penguatan kekuatan konselor dan memberikan saran
untuk perbaikan.
Selama proses supervisi, supervisor juga dapat menyediakan pelatihan tambahan,
memberikan bahan bacaan, atau mengatur lokakarya untuk membantu konselor meningkatkan
keterampilan mereka. Proses ini melibatkan komunikasi terbuka dan kolaboratif antara
supervisor dan konselor, dengan fokus pada pertumbuhan profesional dan kesejahteraan siswa.
Tentu, berikut adalah beberapa langkah-langkah spesifik dalam proses supervisi
Bimbingan dan Konseling (BK):
1. Penetapan Tujuan Supervisi:
- Menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk konselor BK.
- Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki.
2. Observasi Kegiatan Konseling:
- Mengamati sesi konseling yang dilakukan oleh konselor.
- Merekam catatan terperinci tentang interaksi konselor dan klien.
3. Umpan Balik Konstruktif:

8
- Memberikan umpan balik positif tentang kekuatan konselor.
- Menyajikan umpan balik konstruktif mengenai area yang perlu ditingkatkan.
- Memberikan saran-saran spesifik untuk perbaikan.
4. Perencanaan Pengembangan Profesional:
- Menyusun rencana tindakan untuk membantu konselor meningkatkan
keterampilan mereka.
- Menyediakan pelatihan tambahan atau bahan bacaan yang relevan.
- Mengorganisir lokakarya atau pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
konselor.
5. Evaluasi dan Pengukuran Kemajuan:
- Mengukur kemajuan konselor berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
- Melakukan evaluasi teratur untuk menilai perbaikan dan perkembangan
konselor.
- Menyesuaikan rencana tindakan berdasarkan hasil evaluasi.
6. Dukungan Emosional dan Profesional:
- Memberikan dukungan emosional kepada konselor dalam mengatasi
tantangan dalam pekerjaan mereka.
- Memberikan bimbingan profesional dalam menjaga keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan profesional.
7. Komunikasi Terbuka dan Kolaboratif:
- Membangun hubungan komunikasi yang terbuka antara supervisor dan
konselor.
- Mendorong kolaborasi dan pertukaran ide antara supervisor dan konselor.
- Mendukung konselor untuk mengajukan pertanyaan dan klarifikasi terkait
pekerjaan mereka.
8. Pemantauan dan Pembinaan Berkelanjutan:
- Terus memantau kinerja konselor secara berkala.
- Memberikan bimbingan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan
profesional konselor dalam jangka panjang.

9
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling merupakan suatu profesi yang bersifat membantu dan
muncul dalam proses pendidikan. Bimbingan dan Konseling harus memiliki sumbangsih
untuk mendukung terciptanya pendidikan yang bermutu. Terlebih lagi Bimbingan dan
Konseling adalah profesi yang diampu untuk mendukung terciptanya suasana belajar
kondusif dalam pendidikan. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagian besar
melayani peserta didik yang membutuhkan pertolongan. Kebutuhan dan masalah yang
dihadapi peserta didik setiap saatnya berubah, hal tersebut menuntut layanan bimbingan

10
dan konseling yang diberikan seharusnya tidak sama dari tahun ke tahun. Program
bimbingan dan konseling yang berisi layanan bimbingan dan konseling harus terus
diperbarui, supaya relevan diberikan kepada peserta didik atau warga sekolah lainnya
yang membutuhkan pertolongan

B. Saran
Semoga isi dari makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan
bimbingan dan konseling. Terutama dalam materi Proses Supervisi Bimbingan dan
Konseling Bagian 1 ini, yang dimana memang materi ini sendiri yang menyampaikan
bahwa Materi ini sangatlah Complicated

DAFTAR PUSTAKA

Syafitr, R. e. (2023). Supervisi dalam Bimbingan dan Konseling. Jurnal Pendidikan


Tambusai, 7(1), 528-535.
Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M. (2014). Bimbingan Konseling Dalam Berbagai
Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.
Purwanto. (1987) Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja.Rosda Karya
Rahim, M. (2022). Problematika Pelaksanaan Supervisi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Gorontalo: UNG FIP.
Sagala, S. (2012). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfa
Beta.

11
Suwidagdho, D. L. (2017). Peran Pengawas Bk Untuk Meningkatkan Profesionalitas
Guru Bimbingan Dan Konseling. Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling ,
1(1), 137–143.

12

Anda mungkin juga menyukai