- Perundingan distributif merupakan suatu strategi kompetitif dimana semua pihak berusaha
untuk mendapatkan keuntungan maksimal dengan mengorbankan bagian keuntungan yang
diperoleh pihak lawan.
- Hal ini paling tepat dilakukan ketika sumber daya terbatas dan keputusan harus diambil,
seperti negosiasi serikat pekerja atau negosiasi gaji.
- Para negosiator biasanya melakukan tawar-menawar distributif, sehingga menghambat
hubungan atau bisnis di masa depan dengan rekan-rekan mereka.
- Seorang enegosiator mendapatkan keunggulan dalam tawar-menawar dengan
menyembunyikan informasi atau menggunakan informasi untuk melawan lawannya.
3. Negosiasi Integratif
Negosiasi integratif (kooperatif). Negosiasi ini lebih mengedepankan prinsip menang dan menang
antara kedua belah pihak yang terlibat pada kegiatan negosiasi. Kegiatan ini lebih memperhatikan
kepentingan dan kepuasan orang lain dan berorientasi pada hubungan jangka panjang.
Contohnya seperti ada seorang dosen dan mahasiswa yang bernegosiasi mengenai jadwal bimbingan
skripsi. Mahasiswa yang bersangkutan bingung karena sibuk bekerja part time, sedangkan dosen juga
memiliki keseharian yang tidak kalah sibuknya. Harus membagi waktu antara mengajar, mengerjakan
penelitian, atau melakukan pengabdian masyarakat. Setelah melalui proses negosiasi yang alot untuk
menyesuaikan jadwal, akhirnya ditemukanlah waktu yang pas sehingga kedua pihak baik dosen
maupun mahasiswa mendapatkan keinginannya. Bimbingan skripsi terlaksana, mahasiswa tetap bisa
kerja part time dan dosen pun masih bisa berkegiatan dengan baik.
Dalam negosiasi integrative, tidak ada pihak yang ditinggalkan atau dikecualikan. Masing-masing
pihak punya bargaining power (kekuatan untuk menawar) yang sama, dan tujuan mereka pun sama
pentingnya. Ketuntungan satu pihak berarti keuntungan pihak lainnya juga.
Tidak semua negosiasi memiliki tujuannya integrative atau win-win solution, banyak juga yang
bersifat distributive atau ingin satu pihak saja atau dirinya sendiri yang menang. Dan lawannya di
pihak yang kalah. Contoh seperti ketika kita menjual mobil dengan harga 100 juta. Meskipun sudah
seringkali bernegosiasi, kesepakatan tidak kunjung tercapai karena tidak ingin mobil ini terjual
dengan harga di bawah 100 juta. Kita baru akan melepas mobil ini jika sudah menemukan harga yang
cocok, atau dengan kata lain kita hanya ingin diri kita yang memenangkan negosiasi tersebut.
Tetapi ada juga negosiasi yang tadinya berupa distributive atau win-lose, namun setelah melalui
beberapa kali negosiasi bisa diubah menjadi integrative atau win-win. Untuk mengubah negosiasi
menjadi win-win ini diperlukan skill berkomunikasi yang baik dan upaya lebih untuk menyediakan
beberapa alternatif solusi sehingga masing-masing pihak mau berkompromi untuk mendapatkan hasil
yang terbaik.
4. Negosiasi Strategi Dan TakTik
Persepsi:
- Proses penyaringan, pemilihan, dan penafsiran stimulan, sehingga mereka memiliki makna
untuk perseorangan (Steers, 1984, p.98)
- Proses “pembuatan rasa”; orang-orang menafsirkan lingkungan mereka sehingga mereka
dapat merespons dengan tepat
- Negosiator dalam melakukan pendekatan pada setiap situasi negosiasi berdasarkan persepsi
- Target dalam negosiasi: apa yang dikatakan pihak lain dapat diinterpretasikan dengan akurat
- Persepsi tersebut berasal dari situasi masa lalu atau sifat masa sekarang
- Harapan negosiator terhadap pihak lain di masa depan berdasarkan pengalaman langsung atau
observasi
- Hal yang mempengaruhi persepsi: keadaan pikiran, peran, pemahaman komunikasi
sebelumnya
- Persepsi merupakan proses dimana idividu terhubung dengan lingkungan yang kompleks →
persepsi selektif ← mengesampingkan akurasi
B. Pembingkaian
Bingkai adalah mekanisme subjektif dimana orang mengevaluasi dan memahami
situasi, membuat mereka meraih atau menghindari tindakan lebih lanjut (Bateson, 1972
& Goffman, 1974)
JENIS-JENIS BINGKAI
Contoh-contoh bingkai yang digunakan pihak-pihak dalam konflik:
Subtantif:
Hasil:
- Predisposisi pihak untuk mencapai hasil spesifik atau hasil dari negosiasi
Aspirasi
- Fokus terhadap pemuasan minat yang luas atau kebutuhan dalam negosiasi
JENIS-JENIS BINGKAI
Proses
Identitas
Karakterisasi
Kalah-Menang
- Bagaimana pihak-pihak mengartikan risiko atau penghargaan terkait dengan hasil tertentu
1. Perbedaan pendapat atau kepentingan yang kuat: Ketika pihak-pihak yang terlibat memiliki
perbedaan pendapat atau kepentingan yang kuat, negosiasi dapat menjadi sulit. Terkadang,
pihak-pihak tersebut mungkin bersikeras pada posisi masing-masing tanpa bersedia untuk
mengakomodasi sudut pandang atau kebutuhan pihak lain.
2. Kurangnya komunikasi yang efektif: Komunikasi yang buruk atau kurang efektif dapat
menjadi hambatan serius dalam negosiasi. Kesalahpahaman, kekurangjelasan, atau kegagalan
untuk mendengarkan dengan seksama dapat menghambat proses negosiasi dan mempersulit
pencapaian kesepakatan.
3. Emosi yang tidak terkendali: Ketika emosi terlibat dalam negosiasi, hal ini dapat
mengaburkan pemikiran rasional dan menghambat proses negosiasi yang efektif. Amarah,
frustrasi, atau ketidakpuasan yang kuat dapat menghalangi pihak-pihak untuk bekerja sama
secara konstruktif.
4. Kurangnya informasi atau pengetahuan yang cukup: Ketika pihak-pihak tidak memiliki
informasi yang cukup atau pengetahuan yang memadai tentang topik yang sedang
dinegosiasikan, hal ini dapat menyulitkan proses negosiasi. Informasi yang tidak lengkap atau
kesalahpahaman dapat mengganggu pemahaman dan kemampuan untuk mencapai
kesepakatan yang baik.
5. Kekuatan atau keseimbangan kekuasaan yang tidak merata: Jika terdapat ketidakseimbangan
kekuasaan antara pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi, pihak yang lebih kuat secara
kekuasaan mungkin cenderung mendominasi proses negosiasi dan mencapai hasil yang
menguntungkan bagi mereka. Ini dapat membuat pihak yang lebih lemah merasa tidak
dihargai atau tidak mendapatkan kesempatan yang adil.
6. Terjebak dalam sikap kompetitif: Jika pihak-pihak terjebak dalam sikap kompetitif yang keras
dan hanya berfokus pada kemenangan pribadi, proses negosiasi yang konstruktif dapat
terhambat. Kurangnya kemauan untuk mencari solusi win-win dan kecenderungan untuk
bertahan pada posisi masing-masing dapat menghambat tercapainya kesepakatan yang saling
menguntungkan.
7. Kurangnya waktu atau tekanan waktu yang tinggi: Ketika terdapat keterbatasan waktu yang
ketat atau tekanan waktu yang tinggi, negosiasi dapat menjadi lebih sulit. Kurangnya waktu
yang cukup untuk berdiskusi, mempertimbangkan argumen, dan mencari solusi alternatif
dapat mempengaruhi kemampuan pihak-pihak untuk mencapai kesepakatan yang memadai.
8. Budaya atau perbedaan bahasa: Jika pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi berasal dari
budaya atau latar belakang yang berbeda, atau jika mereka berkomunikasi dalam bahasa yang
berbeda, hal ini dapat menyulitkan proses negosiasi. Perbedaan dalam norma budaya, nilai-
nilai, atau bahasa dapat menghambat pemahaman dan menciptakan kesalahpahaman yang
dapat mempengaruhi negosiasi.
9. Kurangnya kepercayaan antara pihak-pihak: Kepercayaan yang rendah antara pihak-pihak
yang terlibat dalam negosiasi dapat menjadi hambatan serius. Ketidakpercayaan dapat
menghasilkan sikap defensif, kecurigaan, atau ketidakwillingan untuk berbagi informasi atau
mengambil risiko, menghambat proses negosiasi yang efektif.\
8. Model mengorganisasi
Persuasi adalah tindakan membujuk orang lain untuk melakukan atau memercayai sesuatu. Dalam
kegiatan sehari-hari, kita tidak terlepas dari yang namanya persuasi. Dalam Elaboration-Likelihood
Theory, persuasi terjadi melalui dua rute, yaitu central route dan peripheral route. Dari teori ini, kita
bisa mengidentifikasi bagaimana cara melakukan persuasi yang efektif.
Rute Sentral
1. Terjadi secara sadar (melibatkan pemikiran aktif dan berpengaruh pada struktur kongnitif
individu)
2. Motivasi dan kemampuan untuk menyelidiki argument yang terkait isu relatif tinggi (Petty &
Cacioppo, 1986b, p. 132)
Central route terjadi ketika seseorang terbujuk oleh persuasi yang memiliki argumen kuat.
Rute ini membutuhkan usaha yang tinggi dalam pemrosesannya karena audiens perlu
mengkritisi argumen yang disampaikan pembicara
Rute Periferal
1. Pemikiran dan pemrosesan kognitif terhadap pesan lebih sedikit
2. Persuasi dianggap muncul secara otomatis (di luar kesadaran) menyebabkan perubahan sikap
tanpa penyelidikan argumen (Petty & Cacioppo, 1986b, p. 132)
Secara efek, peripheral route memiliki efek yang sementara kepada audiens. Namun, bukan
berarti peripheral route tidak baik digunakan. Kedua rute ini akan efektif digunakan sesuai
dengan audiens yang dihadapi.
- Etika secara luas dalam standar sosial digunakan untuk menentukan hal yang benar dan salah
dalam situasi tertentu
Etika muncul dari filosofi tertentu untuk
Dalam hal ini, membedakan kriteria atau standar yang bebeda untuk menilai
Dan mengevaluasi tindakan-tindakan negosiator.
Penerapan Etika Logis Dalam Negosiasi
- Jika Anda percaya end-result ethics → melakukan apa pun untuk mendapat hasil terbaik
(termasuk berbohong mengenai pembeli alternatif)
- Jika Anda percaya duty ethics → memiliki kewajiban untuk tidak berhubungan dengan
kelicikan dan menolak penggunaan taktik yang kotor
- Jika Anda percaya pada social contract ethics → perilaku didasari atas norma yang sesuai di
masyarakat; jika yang lain berbohong, Anda juga akan melakukannya
- Jika Anda percaya pada personality ethics → Anda akan mengikuti kata hati dan memutuskan
apakah Anda akan memenuhi kebutuhan untuk membenarkan sikap Anda dan menggunakan
taktik yang tidak jujur
- Arbitrase
- Mediasi
- Konsultasi Proses
- Menggabungkan Metode-metode Intervensi Formal
- Waktu dan ruang terbuang, emosi terganggu, energi terkuras, dan peluang menjadi hilang
- Tingkat kepuasan pihak-pihak yang bertikai rendah
- Hubungan yang dibutuhkan menjadi terganggu
- Konflik tersebut cenderung menyebar dan atau berulang (Brett, Goldberg, dan Ury 1990)
Constantino dan Merchant (1996) mengajukan enam kategori besar system ADR (Alternative
Dispute Resolution)
1. Lakukan Persiapan
2. Mendiagnosis Struktur Negosiasi Fundamental
3. Mengidentifikasi dan Mencari BATNA
4. Memiliki Kemauan untuk Meninggalkan Negosiasi
5. Menguasai Paradoks Negosiasi Utama
- Mengklaim Nilai Versus Menciptakan Nilai
- Mempertahankan Prinsip Versus Fleksibel terhadap Aliran
- Mempertahankan Strategi Versus Mengejar Pilihan Baru yang Bersifat Oportunis
- Jujur dan Terbuka Versus Tertutup dan Tidak Transparan
- Kepercayaan Versus Ketidakpercayaan
1. Mengingat Hal-hal yang Tidak Berwujud (faktor psikologis dll)
2. Mengelola Koalisi secara Aktif
3. Lindungi Reputasi Anda
4. Ingat Bahwa Rasionalitas dan Keadilan Bersifat Relatif
5. Terus Belajar dari Pengalaman Anda
REFERENSI