KOMUNIKASI PEMASARAN
NAMA
NIM
A. Latar Belakang
: Ganishayu Weningtyas
: 08311077
lakukan
dalam
sebagai
berunding secara formal dengan calon mitra bisnis kita. Namun negosiasi informal
yang berkembang dalam pembicaraan yang bersifat tak resmi, dalam bentuk lobilobi tertentu, sering juga diperlukan untuk membuka jalan atau menunjang
kelancaran proses negosiasi formal yang berlangsung di meja perundingan resmi.
Sebagian besar proses pengambilan keputusan di seluruh bidang pekerjaan baik di
dalam internal organisasi maupun dengan pihak luar, dapat diperlancar melalui
proses negosiasi baik formal maupun informal yang efektif.
Sebagian besar permasalahan bisnis di lapangan ternyata disebabkan
oleh kurangnya pemahaman para pelaku bisnis akan arti penting negosiasi dan
cara melakukannya dengan benar. Padahal, negosiasi kadang lebih menentukan
ketimbang perjanjian hitam di atas putih, terutama di awal-awal memulai kerja
sama. Bahkan tidak jarang pula negosiasi dilakukan tanpa persiapan. Akibatnya,
ketika dilakukan, negosiasi hanya menjadi sia-sia dan kita jadi rugi waktu dan
tenaga. Padahal, kerugian itu bisa dihindari apabila pelaku bisnis memposisikan
B. Pengertian Negosiasi
C. Proses Negosiasi
Ketika posisi awal sudah saling dipertukarkan, baik andamaupun pihak lain
akan
memaparkan,
menguatkan,
mengklarifikasi,
mempertahankan,
dan
menjustifikasi tuntutan lawan anda. Inilah titik dimana mungkin anda perlu
memberikan segala dokumentasi pada pihak lain yang kiranya akan membantu
posisi anda.
Tawar menawar dan Penyelesaian Masalah
Hakikat Proses negosiasi terletak pada tindakan member dan menerima yang
sesungguhnyadalam rangka mencari suatu kesepakatan.
Penutup dan Implementasi
D. Teknik-teknik Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah kemampuan yang sangat penting, baik untuk
kehidupan pribadi maupun bisnis.
Untuk menjadi negosiator yang ulung. diperlukan kemampuan untuk
mengetahui: kapan sebuah situasi siap untuk dinegosiasikan, siapa dari pihak
lawan yang punya kekuasaan untuk mengambil keputusan, dan mengetahui
teknik-teknik negosiasi.
Di bawah ini dikemukakan teknik-teknik negosiasi yang dapat
membuat kita menjadi negosiator yang baik.
Teknik 1: Ketahui Alternatif Terbaik Anda.
Pada tahap apa anda akan keluar dari negosiasi?
Posisi anda dalam negosiasi akan meningkat jika anda sudah tahu
alternatif terbaik anda. Alternatif terbaik adalah hasil kesepakatan yang lebih
anda sukai dibanding yang diusulkan oleh pihak lain.
Jika
anda
sudah
mendefenisikan
sejak
awal,
maka
kecil
pentingnya untuk diketahui juga adalah alasan kenapa mereka menginginkan itu.
Anda akan memiliki sebuah keunggulan dan berada dalam posisi yang
bisa menghasilkan kesepatakan lebih baik jika anda memahami apa yang menjadi
motivasi pihak lain, dan alasan "tersembunyi" apa yang yang berada dibelakang
posisi mereka.
Sebagai contoh, seseorang yang terpaksa harus menjual rumah karena
perusahannya telah memindahkannya ke daerah lain, mungkin tidak akan mau
mengurangi harga yang dimintanya, sebab dia tahu bahwa perusahaannya telah
setuju untuk membeli rumah tersebut jika dia tidak bisa menjualnya.
Ini adalah sesuatu yang penting untuk diketahui, karena jka
perusahaan tidak menyediakan keuntungan dari relokasi, maka dia mungkin
terpaksa harus menerima harga yang lebih murah agar bisa pindah.
merugikan anda.
Persiapkan negosiasi dengan memiliki pihak luar yang berwenang
untuk mengukur atau menimbang posisi dari masing- masing pihak, berdasarkan
kriteria yang objektif.
Teknik 5: Data Semua Item yang akan di Negosiasikan
Data semua masalah yang akan diselesaikan menjadi item-item yang
terpisah, dan mintalah pihak lain untuk menambahkannya.
Begitu kedua belah pihak sepakat mengenai semua masalah yang akan
dinegosiasikan, maka anda seharusnya mengelompokkan beberapa item dalam
daftar tersebut menjadi sebuah "paket" dan mulai menegosiasikannya untuk
bulan,
waktu,
dan
berbagai
kondisi
umum,
bisa
dirasakan oleh
pilhak yang terlibat (yang mungkin tidak berhubungan dengan masalah yang
dinegosiasikan) terkadang bisa dimanfaatkan untuk menguntungkan anda jika
anda mengetahuinya.
Persiapkan dengan seksama, dan kerjakan tugas anda. Pemilihan
waktu adalah segalanya.
Teknik 7: Putuskan Seberapa "Tinggi" yang Anda Anggap Tinggi
Tuntutan awal anda dalam proses negosiasi adalah keputusan paling
penting yang akan anda buat. Jadi, pikirkan dulu hal ini baik- baik. Anda
sepertinya tidak akan mendapat lebih dari yang anda minta.
Jadi, jangan meremehkan apa yang mungkin tidak bisa anda capai.
Akan tetapi, permintaan anda seharusnya juga tidak terlalu rendah sehingga pihak
lain akan menyimpulkan bahwa anda tidak sungguh-sungguh dalam bernegosiasi.
Tuntutan anda seharusnya cukup tinggi untuk memberikan ruang agar
bisa berkompromi, tapi juga tidak terlalu tinggi sehingga membuat pihak lain
membatalkan negosiasi.
Realistislah, dan kemudian nilailah tuntutan tersebut dari sudut
pandang pihak lawan. Jika anda mengangap bahwa tuntutan anda itu
menggelikan, maka sepertinya pihak lawan juga akan mempunyai anggapan yang
sama.
Taktik 8: Rutinitas Good Guy/Bad Guy.
Rutinitas "good guy/bad guy" itu sangat berguna. Salah satu anggota
team anda akan bersikap bersahabat pada orang-orang dari pihak lawan (menjadi
good guy) agar mendapat kepercayaan dan support dari mereka.
Sementara itu, anggota team yang lain akan bersikap menyulitkan,
maran, mengancam, dan lain-lain, (menjadi bad guy) dan menyiratkan bahwa dia
akan mempertahankan tuntutannya.
memutuskan harga dari objek tersebut, yang akan dia tawarkan saat membeli atau
menjualnya kepada pihak kedua.
Pihak kedua kemudian memutuskan apakah akan membelinya dengan
harga tersebut dan membayar pihak pertama, atau menjualnya pada pihak pertama
dan sebagai konsekuensinya, mendapatkan bayaran dari pihak pertama dengan
memberikan objek tersebut.
Taktik 11: Gunakan seorang "Saksi Ahli."
Membuat diri anda menjadi seorang yang ahli dalam topik tertentu
agar bisa mendapatkan apa yang anda inginkan, bisa menjadi taktik yang efektif
dalam sebuah situasi yang tepat. Cara sebaliknya juga sama efektifnya: buat pihak
lawan sebagai seseorang yang ahli, dan paksa dia untuk mengontrol diskusi.
Taktik 12: Temukan Kesamaan.
Anda sepertinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan jika anda
dan pihak lain mengatur tahap untuk kesepakatan. Ini bisa dilakukan dengan cara
memutuskan hasil apa yang membuat anda berdua jadi memiliki kesamaan, antara
lain: Anda berdua sama-sama ingin mencapai kata sepakat; Anda berdua samasama ingin menyelesaikan negosiasi sesuai jadwal; Anda berdua tidak ingin
merasa malu terhadap hasil yang didapat; Anda berdua ingin mencapai
kesepakatan yang sama-sama menguntungkan; dan seterusnya.
Hal-hal positif ini adalah bagian dari target dan tujuan anda.
Kemukakan hal ini semenjak awal negosiasi dan gunakan hal ini sebagai rujukan
selama proses negosiasi berjalan, terutama saat situasi sepertinya tidak berjalan
lancar. Sebelum memulai, anda harus benar-benar jelas mengenai apa yang anda
berdua miliki sebagai kesamaan.
Taktik 13: Tentukan Deadline.
Pastikan bahwa anda sudah tahu kapan batas waktu terakhir untuk
menyelesaikan negosiasi. Deadline bisa ditentukan secara external (misalnya oleh
deadline pemerintah yang menentukan batas waktu pembayaran pajak) maupun
internal (ditentukan oleh kedua belah pihak).
Deadline juga bisa ditentukan oleh kedua belah pihak saat mereka
ingin memberikan tekanan pada diri masing-masing agar bisa menghasilkan
kesapakatan secepat mungkin. Sebuah deadline bisa membantu anda untuk
akan memberikan anda peluang untuk membuat team kembali berkomitmen pada
arah aksi tertentu.
Sebuah rapat akan sangat diperlukan jika masing-masing anggota team
sepertinya menjadi gelisah atau frustasi terhadap proses negosiasi, atau jika salah
seorang anggota team mengambil tempat dalam negosiasi padahal itu bukanlah
tugas yang diberikan kepadanya.
Sebuah rapat akan memberikan anda peluang untuk mencari solusi
dengan anggota team anda secara tertutup. Jika melakukan itu didepan pihak lain,
maka jelas itu akan melemahkan posisi team anda dalam negosiasi.
Taktik 16: Manfaatkan Item-item yang Dibuang.
Sebelum bernegosiasi, sediakan waktu untuk mengidentifikasi itemitem yang anda anggap berharga, dan item-item yang menurut anda tidak terlalu
penting, atau item-item yang bisa dibuang. Item-item yang bisa dibuang adalah
hal-hal yang menurut anda tidak terlalu berharga atau penting.
Akan tetapi, anda tidak boleh membiarkan pihak lain untuk
mengetahui bahwa apa saja item-item yang dibuang ini. Jadi, pastikan bahwa
anda menampilkannya dengan sebuah cara yang membuat item-item tersebut
tampak penting.
Berikut ini bagaimana cara kerjanya: Pihak A melalukan pertukaran
untuk sesuatu yang benar-benar berharga, tapi dia tidak mengungkapkan bahwa
item yang diberikannya adalah sesuatu yang menurutnya tidak berharga lagi
untuknya.
Sedang pihak B mengira bahwa pihak A telah mengorbankan sesuatu
yang penting untuk mendapatkan sesuatu darinya, tapi sebenarnya, pihak A telah
mendapatkan sesuatu yang benar-benar berharga dengan memberikan apa yang
tidak lagi berharga untuknya.
Taktik ini sangat bermanfaat dalam setiap negosiasi. Tapi kunci untuk
membuatnya bisa bekerja adalah dengan menyertakan item- item yang bisa
dibuang ke dalam tuntutan awal atau menambahkannya pada waktu-waktu yang
telah direncanakan.
tampak
jelas
bahwa
anda
menyediakan
waktu
untuk
fokus pada kelebihan tanpa mencari kekurangan dan kesalahan orang lain,
dan yang paling penting adalah membangun hubungan saling percaya.
3. Menciptakan penampilan yang baik
Ketika bernegosiasi kita akan dihadapkan pada sebuah interaksi dengan
pihak lain. Dalam sebuah interaksi penampilan yang sopan tapi menarik
akan lebih membuat nyaman, sehingga akan tercipta suasana yang kondusif
untuk mencapai sebuah kesepakatan.
4. Dapat mengendalikan emosi
Dalam bernegosiasi tidak bisa dipungkiri kita akan berada pada sebuah
konflik antara kedua belah pihak. Dalam situasi tersebut, seorang
negosiator harus mampu mengendalikan emosi dan egonya, karena jika
emosi tidak terkendali maka tujuan dari negosiasi tidak akan tercapai.
5. Tidak merasa sempurna
Ketika seseorang merasa bahwa dirinya sempurna, maka orang tersebut
tidak akan mau menerima kritik atau saran yang ditujukan kepadanya.
Seorang negosiator yang baik harus mampu dan mau menerima kritik dan
saran, karena hal tersebut akan membantu meningkatkan kemampuan dan
ilmu pengetahuan dalam bernegosiasi.
6. Ramah, sopan, simpatik dan humor
Sikap ramah dan sopan merupakan sikap yang wajib dimiliki setiap orang
bukan hanya seorang negosiator. Dalam bernegosiasi, sikap tersebut akan
menciptakan persepsi dari pihak lain bahwa kita memiliki pembawaan
yang menyenangkan dan bersahabat kepada siapa saja. Untuk sikap
simpatik, hal tersebut akan menunjukkan bahwa kita tidak hanya
memikirkan dan mementingkan diri sendiri tetapi juga memperhitungkan
keadaan dan kepentingan orang lain. Humoris juga diperlukan dalam
bernegosiasi, karena dengan sedikit humor akan mencairkan suasana yang
tegang sehingga kembali ke suasana kondusif.
7. Berpikir positif
Seseorang yang berpikir positif akan selalu optimis dalam setiap langkah
yang dijalaninya. Berpikir positif sangat diperlukan untuk mewujudkan
mimpi-mimpi dan rancangan-rancangan yang dinegosiasikan untuk ke
depannya.
8. Sabar, ulet dan tidak mudah putus asa
Sabar dan tidak terburu-buru dalam bernegosiasi menandakan bahwa kita
akan berpikir berulang kali sebelum membuat sebuah keputusan, dan hal
tersebut akan menambah kesan positif kepada pihak yang kita ajak
bernegosiasi. Sifat ulet dan tidak mudah putus asa akan mencerminkan
bahwa kita pekerja keras dan tidak mudah menyerah untuk mencapai apa
yang menjadi tujuan kita.
9. Mencintai dan memiliki profesi yang ditekuni
Ketika kita mencintai apa yang kita lakukan, kita akan melakukan hal
tersebut dengan bersungguh-sungguh dan
individu
atau
perwakilan
kelompok
mencapai
Negosiasi dalam level yang tinggi dilakukan oleh negara dan aktoraktor internasional lainnya. Karena dilakukan dalam level internasional, negosiasi
global menjadi sangat kompleks karena aktor-aktor yang terlibat di dalamnya
berasal dari berbagai penjuru dengan berbagai macam budaya dan lingkungan.
Faktor lingkungan dan konteks immediate memberikan pengaruh penting pada
proses negosiasi internasional (Habib, 1996). Salauce (1998) mendeskripsikan
beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi negosiasi internasional :
Pluralisme legal dan politik
Kondisi negara yang merupakan institusi legal formal dan memiliki
sistem politik mempunyai perbedaan dengan perusahaan dalam menjalankan
urusan rumah tangga, bisnis, dan usahanya. Antar satu negara dan negara yang
lain memiliki kondisi yang berbeda juga.
Ekonomi internasional
Adanya keterikatan terhadap ekonomi internasional, dimana setiap
negara memiliki perbedaan mata uang. Oleh karena itu harus disepakati mata
uang apa yang akan digunakan.
Birokrasi dan pemerintahan luar negeri .
Perbedaan juga terdapat dalam sistem birokrasi dari berbagai macam
negara. Ada negara yang memberikan kebebasan bagi perusahaan untuk
menjalankan bisnisnya dengan leluasa dan ada pula yang memiliki aturan
yang ketat terhadap perusahaan dan perindustrian di negaranya.
Perbedaan Ideologi
Perlu diperhatikan dalam negosiasi karena perbedaan ini menjadi
sangat prinsipal. Negosiasi yang Amerika Serikat misalnya akan lebih
cenderung bersifat liberal, individualistik, dan kapitalistik. Hal ini berbeda
dengan negosiasi yang dijalankan oleh China dan Perancis yang lebih
mementingkan hak publik.
Perbedaan budaya
Pengaruh dari budaya dalam diri seorang negosiator biasa akan
tampak dari gaya, bahasa tubuh, dan bahkan dari cara berpikir yang
menimbulkan interpretasi yang beragam.
Stakeholder eksternal
Negosiasi juga harus memperhatikan pihak-pihak di luar negosiasi dan
tidak terlibat dalam negosiasi namun terdampak dengan hasil negosiasi yang
akan dihasilkan.
Faktor yang juga mempengaruhi negosiasi internasional yaitu konteks
immediate. Elemen-elemen dari konteks immediate antara lain adalah sebagai
berikut :
Kekuatan penawaran relatif kerjasama sering kali dilakukan oleh aktoraktor internasional. Unsur finansial pun kerap bermain dalam kerjasama
yang dilakukan tersebut. Pihak-pihak yang memiliki investasi lebih
negosiasi.
Hubungan antar negosiator
Outcome yang diinginkan
Stakeholder immediate adalah pihak-pihak yang memiliki pengaruh yang
besar terhadap jalannya negosiasi. Mereka yang termasuk dalam pihak ini
juga memiliki posisi tawar yang tinggi dalam negosiasi.
Ada dua aspek budaya yang mencerminkan konseptualisasi budaya dan
negosiasi. Budaya dapat dipahami sebagai fenomena level group yang berarti
masyarakat dengan berbagai kepercayaan. Budaya juga dapat dipahami sebagai
kepercayaan itu sendiri, nilai, serta perilaku yang tercermin dari masyarakat. Ada
dua perspektif bagaimana perbedaan budaya dapat mempengaruhi proses
negosiasi, yaitu perspektif praktisi dan perspektif peneliti.
Perspektif praktisi
kerja memberikan
kemudahan
dalam pengambilan
dan
perekrutan negosiator.
Adanya hal-hal yang bersifat protokoler juga mempengaruhi negosiasi.
Amerika Serikat misalnya, adalah negara yang tidak terlalu formal. Kebiasaan
memanggil seseorang dengan langsung menggunakan nama depan di Amerika
Serikat akan menjadi sangat berbeda di berbagai negara lain dan bahkan hal
tersebut menjadi sesuatu yang tidak dianjurkan.
Cara berkomunikasi dari para negosiator yang berbeda juga akan
mempengaruhi negosiasi. Komunikasi verbal maupun non verbal (body
language) dari lawan negosiasinya juga perlu dipelajari oleh setiap negosiator.
Tingkat sensitifitas terhadap juga waktu juga merupakan cermin budaya yang
juga dapat mempengaruhi negosiasi. Beberapa negara seperti Jepang dan
Amerika Serikat sangat menghargai waktu dan tidak suka untuk membuangbuang waktu sedangkan di beberapa negara Asia dan Amerika Latin mereka
tidak memiliki kebiasaan seperti Jepang dan Amerika Serikat
Keberanian mengambil resiko dari seorang negosiator pun juga dapat
dipengaruhi oleh budayanya. Ada negosiator yang memiliki pemikiran
konservatif dan mengikuti birokrasi dan ada pula negosiator yang distinct dan
bermental entrepreneur yang berani mengambil resiko.
Pilihan mengenai apakah lebih mementingkan individu atau kelompok juga
merupakan produk dari budaya yang juga akan berpengaruh terhadap
negosiasi. Amerika Serikat misalnya, merupakan negara yang mengutamakan
kepentingan
individu
dan
Jepang
dianggap
sebagai
negara
yang
Ada
yang
mengedepankan
aspek-aspek
rasional
yang
Emosi yang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dari para negosiator juga
dapat mempengaruhi negosiasi.
Perspektif Peneliti
Menurut perspektif peniliti setidaknya ada empat hal yang
menunjukkan pengaruh dari budaya terhadap proses negosiasi internasional.
Empat hal tersebut adalah :
Outcome negosiasi
bantuan negosiator.
Pemahaman tingkat menengah
mempengaruhi jalannya negosiasi. Hal ini menjadi tantangan bagi para negosiator
untuk merespon perbedaan budaya dalam negosiasi. Negosiasi global memang
menjadi sedemikian rumit karena adanya perbedaan budaya di dalamnya.
H. Negosiasi : Perencanaan dan Penyusunan Strategi
Sebagian besar apa yang akan kita lakukan dalam semua aspek
kehidupan baik secara sadar maupun tidak terframing dalam sebuah perencanaan
atau strategi. Perencanaan dan strategi akan memudahkan dalam memetakan apa
yang akan kita capai dan apa yang akan kita lakukan untuk mencapainya. Hal
yang sama juga berlaku pada negosiasi. Dengan melakukan penyusunan strategi
dan perencanaan yang efektif, tingkat keberhasilan dalam negosiasi akan semakin
lebih besar. Waktu untuk persiapan yang kurang kerap menjadi kendala yang
akhirnya menyebabkan kegagalan pada negosiasi. Persiapan yang kurang matang
menyebabkan negosiator tidak dapat menentukan tujuannya dengan jelas yang
berujung pada ketidakmampuan dalam mengimplementasikan tawaran-tawaran
dalam negosiasi. Persiapan yang kurang matang juga dapat membuat negosiator
tidak mengetahui kelemahan lawan dan posisi diri sendiri dan bahkan tidak tahu
apakah harus menunda proses atau atau langsung bergantung kepada hasil
negosiasi. Oleh karena itu, proses persiapan yang meliputi penyusunan rencana
dan strategi menjadi penting dalam proses negosiasi. Tahap persiapan negosiasi
dimulai dengan eksplorasi tujuan yang ingin dicapai yang dilanjutkan dengan
pengembangan strategi untuk mencapai tujuan. Secara umum, tahap persiapan
dalam negosiasi diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.
Goals : The Focus That Drives a Negotiation Strategy
Goal adalah sebuah konsep yang menggambarkan hasil yang ingin
dicapai (Lewicki, 2007). Para negosiator harus jeli dalam menemukan dan
menentukan hasil apa yang ingin dicapai. Goal sangat menentukan langkahlangkah strategis selanjutnya dalam proses negosiasi. Goal pun bermacam-macam
jenisnya, ada substantive goals yaitu yang sesuai dengan permasalahan seperti
uang atau hasil spesifik lainnya, intangible goals yaitu hasil yang tidak dapat
dilihat secara langsung misalnya kepuasan, dan procedural goals misalnya
membentuk agenda atau hanya menyatukan suara dari para negosiator. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan suatu hasil yang ingin
dicapai karena hasil yang ingin dicapai menentukan strategi apa yang akan
digunakan.
Efek langsung dari penentuan goals akan muncul dari empat aspek
yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah harapan (wishes), harapan
bukanlah hasil yang ingin dicapai melainkan hanya berhubungan dengan
kepentingan atau kebutuhan yang memotivasi goals. Yang kedua adalah kondisi
bahwa goals sering berkaitan dengan goals dari pihak lain yang berbeda, inilah
yang kemudian dapat memicu konflik yang harus diselesaikan. Yang kedua adalah
adanya batasan terhadap apa yang akan dilakukan jika goals yang telah ditentukan
terindikasi untuk tidak dapat tercapai. Dengan demikian perlu adanya
pertimbangan untuk mengganti dengan goals yang lain. Yang keempat adalah
penentuan goals secara efektif dimana goals yang ditentukan harus spesifik,
konkrit, dan measureable. Semakin spesifik, konkrit, dan terukur maka semakin
mudah dalam menentukan strategi yang akan dilakukan. Efek tidak langsung
adalah dengan membuat goals yang sederhana sehingga dapat membuat
perencanaan yang sederhana pula bagi para negosiator yang akhirnya
mempengaruhi strategi yang digunakan dalam negosiasi.
Strategy : The Overall Plan to Achieve Ones Goals
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa goals dapat
menentukan strategi yang digunakan untuk mencapai goals itu sendiri. Dibawah
ini akan dijabarkan mengenai beberapa konsep yang berkaitan dengan strategi
sebagai rencana keseluruhan untuk mencapai hasil yang ditargetkan (Lewicki,
2007).
Strategy vs Tactic
Konsep strategi sering diidentikkan dengan taktik, padahal keduanya
memiliki makna dan tingkatan yang berbeda. Taktik bersifat sementara dan
cenderung adaptif, dan bersifat mendukung strategi. Secara hirarkis, taktik
merupakan kepanjangan dari strategi sehingga takti merupakan subordinasi dari
strategi yang telah ditentukan sebelumnya.
Unilateral vs Bilateral Approach to Strategy
Dalam menyusun strategi, terdapat pendekatan unilateral yang
bermaksud tidak melibatkan pihak lain. Sedangkan pendekatan bilateral adalah
dengan melibatkan beberapa pihak lain dalam penyusunan strategi.
Dual Concern Model as a Vehicle for Describing Negotiation Strategies
Ada dua pertanyaan fundamental yang sangat direkomendasikan untuk
dijadikan pertimbangan dalam menentukan strategi yang akan digunakan. Yang
pertama adalah seberapa besar perhatian aktor negosiasi terhadap hasil substantif
negosiasi. Yang kedua adalah seberapa besar perhatian para negosiator terhadap
kualitas hubungan dengan pihak lain nantinya.
Alternative Situational Strategies
Seorang negosiator harus mampu merespon keadaan dalam negosiasi
secara cepat dan tepat. Alternatif dalam strategi juga perlu dipertimbangkan jika
dalam praktiknya terjadi suatu hal yang di luar rencana.
The Non-engagement Strategy : Avoidance
Ada kalanya dalam sebuah negosiasi, apa yang ingin dicapai tidak
dapat dicapai. Dengan demikian, hal yang paling rasional dilakukan adalah
dengan meninggalkan proses negosiasi.
Active-engagement Strategy : Competition, Collaboration, Accomodation
Negosiasi yang terjadi dapat berupa kompetisi yang bersifat distributif,
ada pihak yang menang dan kalah dan terjadi saling tawar-menawar. Negosiasi
juga dapat berupa kolaborasi yang berisfat integratif, berusaha untuk meraih
kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Negosiasi juga dapat berupa
akomodasi yang hampir mirip dengan kompetisi namun satu pihak memberikan
kuasa kepada pihak lain untuk mengindari konflik.
maupun integrative
Ada banyak faktor yang dapat menentukan strategi yang akan digunakan
dalam sebuah negosiasi, tidak hanya berdasarkan dua kategori yang telah
Defining the issue adalah tahap menganalisa isu yang akan dibahas dalam
negosiasi serta unsur-unsur dasar lainnya.
Assembling the issues and defining the bargaining mix adalah menyatukan
isu-isu yang telah ditemukan ke dalam sebuah daftar isu. Setelah isu-isu
tersebut didaftar sedemikian rupa, negosiator harus membuat prioritas
meliputi beberapa hal yang ingin dicapai, tidak harus kaku dan ketat.
Assessing constituent and social context of negotiation adalah proses untuk
menentukan dan menganalisa siapa saja yang terlibat dalam negosiasi beserta
posisinya. Dalam negosiasi ada yang menduduki posisi yang superior, ada
yang hanya mengobservasi, dan ada pula yang hanya mendengar. Apa yang
terjadi di lingkungan sekitar juga harus menjadi pertimbangan bagi
keberlangsungan negosiasi.
Analizing the other party adalah proses analisa yang sangat komprehensif dan
holistik mengenai pihak lawan. Negosiator harus mengetahui sumber daya,
isu, serta posisi tawar lawannya. Kepentingan dan kebutuhan, resistance point
dan alternative, target dam tujuan, konstituen dan struktur sosial, hingga
argumen,
pandangan,
dan
posisi
mereka
terhadap
dilakukan
ketika
negosiasi
gagal
memenuhi
kepentingan,
menjaga
tercipta
kesepakatan
yang
mengakomodasi
kepentingan
dan
I. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1.
2.
Dalam dunia bisnis negosiasi merupakan hal yang penting karena dengan
4.
Daftar Pustaka