Anda di halaman 1dari 9

eknik Negosiasi

Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi
adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan
kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan
konflik atau perbedaan kepentingan.

Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari bangun pagi, mungkin
kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih
dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu.
Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf,
bahkan untuk menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan
sekerja kita.
Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan
baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya
menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain.
Negosiasi dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai
dari anak kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan
kaum elit di kalangan atas.

Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita.
Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri
(manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi
sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan
lebih baik dengan siapa saja.

Kita bernegosiasi dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak, orang tua, bos kita,
teman dan relasi bisnis. Dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap saat setiap hari. Negosiasi
dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah yang kita beli, biaya servis mobil, biaya
liburan keluarga, dan sebagainya.

Negosiasi terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang
kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi
untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga
mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi
dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang
bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.

Dalam buku "Teach Yourself Negotiating", karangan Phil Baguley, dijelaskan tentang definisi
NEGOSIASI yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan
diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di
masa mendatang. Sedangkan negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:

 Senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau


perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
 Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi
mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
 Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu – baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter);
 Hampir selalu berbentuk tatap-muka – yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah;
 Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum
terjadi dan kita inginkan terjadi;
 Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.

Manajemen Konflik

Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali
bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan
berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing
pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:

• Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)

Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan
mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat
untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.
Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu
yang dimiliki atau dikuasai pihak lain.
Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak
terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya
memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.

• Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)

Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah.
Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam
konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan
lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana
persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa
terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam
keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.

• Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)

Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini
berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya
ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga
merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau
menciptakan perdamaian yang kita inginkan.
Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk
memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua
pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain
untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa
menuju ke kuadran pertama.

• Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)

Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama.
Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus
atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya
yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan
yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.
Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan
dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini
dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau
tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua
kepentingan tersebut.

Negosiasi dengan Hati

Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan
mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita
tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam
hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang
kelihatan merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan
atau prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada
hitungan untung rugi.

Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan,
seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh
individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang
di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation
Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang
menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik
yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan
perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita
menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).

Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal,
kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan
ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat
formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak
berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada
dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki
keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah
pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Langkah-langkah Bernegosiasi

Persiapan

Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik
merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan
memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama
harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin
kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun
ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk
melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.

Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam
kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi.
Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious
reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita,
sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan
percaya diri.

Pembukaan

Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu
menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk
mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu
kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu : pleasant (menyenangkan), assertive
(tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang
kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan
perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam
mengawali sebuah negosiasi:

• Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
• Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
• Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
• Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.

Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu
sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada
dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat
dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.

Memulai proses negosiasi

Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa
yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses
penyampaian tujuan kita tersebut adalah:

 Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi
pokok negosiasi;
 Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan
penuh percaya diri;
 Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu
kesepakatan dengan mereka;
 Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan
membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
 Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if
you'll give us this, we'll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa
yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
 Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan
efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar
dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya
bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan
selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi
yang relaks namun penuh perhatian.

Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)

Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu
The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga
penawaran pihak penjual (Seller's Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer's
Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer's Ideal Offer, Buyer's Realistic
Price dan Buyer's Highest Price pada sisi pembeli dan Seller's Ideal Price, Seller's Realistic
Price dan Seller's Lowest Price pada sisi pembeli.

Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang
disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller's Realistic Price dan Buyer's Realistic
Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual
dalam wilayah Final Offer Zone.

Membangun Kesepakatan

Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup
negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai
tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki
komitmen untuk melaksanakannya.

Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak
awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan.
Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita
tidak bertepuk sebelah tangan.

Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap
dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun
ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau
keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan
energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan
arbitration melalui pihak ketiga.
Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih banyak hal lain yang tidak bisa
dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi kita selaku praktisi Mandiri, kita harus tahu
bahwa negosiasi bukan hal yang asing.

Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap hari setiap saat. Selain itu
negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan seluruh hati dan pikiran kita),
memerlukan penguasaan metoda atau pun teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan
dalam membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan benar. (*)

( Sumber : Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel, adalah co-founder dan direktur The
Indonesia Learning Institute – INLINE, sebuah lembaga pembelajaran untuk para eksekutif
dan profesional )
Strategi Pemasaran 4P (+3P)

DALAM aktiviti memasarkan produk, pemasar membuat keputusan dan menggunakan


berbagai kaedah untuk mendapatkan respon positif daripada pelanggan sasaran. Jerome
McCarthy telah mengklasifikasikan kebanyakan kaedah tersebut kepada empat group utama
iaitu Product, Price, Place & Promotion yang merupakan Bauran Pemasaran yang biasa
digunakan oleh pemasar. Bauran ini juga biasa disebut sebagai strategi pemasaran 4P.

Untuk mencapai objektif pemasaran melalui strategi 4P, pemasar perlu memanipulasi dengan
cara yang paling efektif di antara variables yang terdapat dalam bauran pemasaran tersebut
supaya menghasilkan respon yang optima di kalangan pelanggan sasaran.

Secara ringkas, antara variables yang dimaksudkan bagi setiap P berkenaan ialah:

Product Price Place Promotion


- Variety - List price - Channel - Sale
- Quality - Discounts - Coverage promotion
- Design - Allowances - -
- Features - Payment Assortments Advertisement
- Brand name period - Location - Personal
- Packaging - Credit terms - Inventory selling
- Sizes - Logistics - Public
- - Service relations
Service/support level - Message
- Media
- - Budget
Returns/benef
its
- Warranties

 Product: Di era pemasaran yang banyak persaingan pada masa ini, keupayaan
mengemukakan produk yang lebih kompetitif sangat penting sebagai strategi pemasaran.
Melalui penggunaan teknologi dan kepakaran yang tinggi, pengeluar boleh menghasilkan
produk yang berkualiti, namun untuk memiliki kelebihan kompetitif dikalangan pesaing,
ianya memerlukan berbagai inisiatif tambahan oleh pemasar.

Asasnya, isu terpenting mengenai produk ialah ianya perlu menetapi keperluan, kemahuan
dan harapan pengguna. Di sini, faktor-faktor lain selain kualiti seperti variety untuk pilihan,
kesesuaian rekabentuk, kaedah pembungkusan, faedah penggunaan, serta berbagai attribute
daripada produk patut diambilkira untuk menarik perhatian pelanggan.

Di peringkat awalnya, strategi produk menghendaki pemasar menganalisa persekitaran


pasaran seperti demand, persaingan dan pertumbuhan serta mengukurnya dengan keupayaan
yang ada. Pemasar juga perlu menjangkakan perubahan dan pelbagai situasi luar kawalan dan
menyediakan alternatif tindakan yang wajar. Analisa melalui kaedah tertentu (spt. PEST,
SWOT dll.) boleh membantu dalam menyediakan maklumat awalan. Seterusnya, setelah
produk diterima di pasaran, pemasar perlu pula mengadakan berbagai insentif untuk
menjadikan sebab mengapa pengguna perlu kekal menggunakan produk yang ditawarkan.

 Price: Umumnya, menjadi fahaman bahawa harga melambangkan kualiti produk. Tetapi,
dalam realiti pemasaran fakta tersebut tidak semestinya betul untuk dijadikan asas perletakan
harga yang strategik.

Strategi penetapan harga menjadi penting di atas kesedaran pemasar bahawa faktor harga
berperanan dalam mempengaruhi pengguna untuk membeli dan kekal sebagai pelanggan
sesuatu produk. Di masa yang sama penetapan harga mesti berasaskan kepada objektif yang
hendak dicapai daripada pemasaran itu sendiri. Samaada memperkenalkan produk baru ke
pasaran, memasuki segmen baru pasaran, menstabil harga atau menandingi harga pesaing,
jualan penghabisan stok, jualan produk yang spesifik, dsb., strategi harga sepatutnya
mempunyai kriteria yang berbeza.

Kepada pemasar, harga merupakan kaedah meghasilkan pendapatan dan mencipta


keuntungan. Kepada pembeli pula ianya melibatkan aspek seperti kemampuan membeli,
berpatutan dan berfaedah. Insentif lain seperti diskaun, jumlah ansuran dan tempuh bayaran
dapat mempengaruhi minat pengguna untuk membeli produk. .

 Place. Strategi penempatan memberi penekanan kepada aspek saluran pengedaran produk
yang berfungsi menyampaikan produk kepada pengguna sasaran. Ianya melibatkan aktiviti
perkhidmatan seperti transaksi, inventori, lojistik dan kelengkapan fasiliti. Disamping itu,
strategi ini juga perlu mengambilkira faktor liputan pengedaran dan kebolehan kakitangan
serta tahap perkhidmatan mereka.
.
Menawarkan produk yang betul, di tempat/lokasi yang betul dan pada masa yang betul,
adalah tujuan kepada strategi ini. Kesemua ini sangat bergantung kepada keberkesanan
saluran-saluran pengedaran yang ditetapkan. Bagaimana produk ditempatkan di kalangan
pengguna, begitu jugalah penerimaan mereka.

 Promotion. Terdapat juga anggapan bahawa produk yang berkualiti akan terjual dengan
sendirinya. Tetapi, dalam strategi mempromosi, pemasar melaksanakan aktiviti
memperkenalkan produk yang hendak ditawarkan kepada pengguna. Dalam usaha tersebut
berbagai kaedah promosi perlu dilaksanakan agar pengguna mengetahui, memahami dan
seterusnya membuat keputusan untuk menggunakan produk. Tanpa aktiviti promosi,
pemasaran produk yang berkualiti sekalipun tidak menjadi aktif dan industri sukar
memperoleh tahap kompetitif yang dikehendaki di pasaran.

Untuk menarik pengguna membeli produk bukannya tugas yang mudah. Mereka perlu
dipengaruhi, bukan setakat di perkenal sahaja. Mereka perlu diberi kesedaran hingga mereka
merasa perlu untuk membeli produk yang ditawarkan.
Pengiklanan melalui media massa utama, antara kaedah mempromosi yang termahal, menjadi
pilihan industri yang berkemampuan. Walaupun tahap keberkesanannya agak sukar diukur,
tetapi yang lebih penting di sini adalah faktor penyebaran maklumat produk yang meluas. Di
samping pengiklanan, kaedah promosi yang lain-lain boleh digunakan, samaada serentak
mahupun berasingan, bersesuaian dengan objektif pemasaran serta faktor-faktor seperti kos,
peluang dan kebolehan berinteraksi yang lebih terbuka dengan pelanggan. .

Sementara itu, sebagai tambahan kepada 4P di atas, Booms & Bitner telah menambah 3P lagi
kepada bauran sediaada iaitu People, Process dan Physical Evidence. Penerangan ringkas
kepada 3P tambahan ini adalah seperti berikut:

People: Faktor manusia (yang terlibat secara langsung & tidak langsung) dalam aktiviti
penyampaian produk di pasaran tidak patut dikecualikan. Peranan kakitangan yang
menjalankan pelbagai aktiviti berkaitan pemasaran perlu dijadikan sebagai strategi. Oleh itu
inisiatif dari aspek kebolehan, kemampuan dan kepakaran para pekerja dan pihak pengurusan
di industri perlu juga di beri perhatian dalam strategi meningkatkan keupayaan pemasaran.

Process: Proses / aliran kerja termasuk arahan dan prosedur yang bertepatan bagi setiap
aktiviti merupakan elemen yang akan menentukan keberkesanan dan kejayaan pemasaran.
Oleh itu, ianya juga adalah inisiatif yang strategik sesebuah industri untuk memasukkan
unsur ‘process’ ini kedalam strategi pemasarannya.

Physical Evidence: Kebolehan dan keupayaan industri dalam penyampaian perkhidmatan


mestilah dipadankan bersesuaian dengan persekitaran pasaran di mana perkhidmatan
diberikan. Ini akan meningkatkan lagi keberkesanan dalam berkomunikasi dan melaksanakan
penyampaian produk, khasnya dalam aspek kepuasan kepada pengguna sasaran.

STRATEGI pemasaran 4 P boleh dikatakan sebagai tindakan empat serangkai oleh pemasar
untuk menawarkan produk kepada pelanggan sasaran dengan cara yang lebih efektif.
Sementara tambahan 3P lagi kepada bauran tersebut adalah sebagai pelengkap yang
khususnya disarankan bagi industri yang menawarkan produk jenis perkhidmatan/servis.

Anda mungkin juga menyukai