Oleh :
1. Siti Habibah (1241179501065)
2. Nadia Mayang Putri (1241179501047)
3. Marsya Nikita (1241179501044)
4. Deanty Oktavia (1241179501066)
5. Hesty Rahayu (1241179501032)
6. Rini Melawati (12411795010)
Decoy, Red Herring dan Cherry Picking) untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Lobi dan Negosiasi, dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam hal lobi dan negosiasi.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk
memberikan
masukan-masukan
yang
bersifat
membangun
untuk
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
3
Rumusan Masalah
1.3.
4
Tujuan Penulisan ..
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Negosiasi
2.2.
5
Apa Itu Power Negotiating? .
2.3.
7
Gambit-Gambit Negosiasi Tidak Etis ...
8
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan
negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi
hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang
paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan
kepentingan.
Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari
bangun pagi, mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus
menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus
mengantar isteri kita atau kita terlebih dahulu. Demikian pula di kantor misalnya
kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk
menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan
sekerja kita.
Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita
melakukannya dengan baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan
negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan
mengakomodasi kepentingan orang lain. Negosiasi dilakukan oleh semua manusia
yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai dari anak kecil sampai orang
tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di
kalangan atas.
Namun, dalam pelaksanaannya terkadang sebuah negosiasi diwarnai
dengan taktik-taktik yang tidak etis. Taktik-taktik inilah yang disebut dengan
gambit negosiasi tidak etis. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai gambitgambit tidak etis dalam negosiasi menurut Roger Dawson (dalam buku Secret of
Power Negotiation). Diharapkan dengan mempelajarinya kita dapat menghindari
konsesi-konsesi yang tidak diinginkan yang dapat merugikan kita untuk mencapai
kepentingan dalam negosiasi.
3
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa pengertian negosiasi?
2. Apa itu power negotiating?
3. Apa saja bentuk gambit tidak etis dalam negosiasi?
1.3.
Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian negosiasi.
2. Menjelaskan power negotiating.
3. Menjelaskan gambit-gambit tidak etis dalam negosiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Negosiasi
Negosiasi merupakan kosakata yang sudah sering kita dengar. Negosiasi
merupakan proses penting yang sering sekali kita lakukan dalam hidup dan sering
pula kita tida sadar kalau kita tengah melakukan negosiasi. Untuk itu, perlu
terlebih dahulu dijelaskan mengenai apa pengertian dari negosiasi berdasarkan
kamus hukum dan beberapa pendapat dahulu, sebagai berikut :
Pengertian negosiasi menurut ensiklopedi online Wikipedia
Negotiation is the process whereby interested parties resolve disputes, agree
upon courses of action bargain for inividual or collective advantage, an/or
attempt to craft outcomes which serve their mutual interests. It is usually regarded
as a form of alternative dispute resolution.
Negosiasi menurut kamus hukum Blacks Law
A consensual bargaining process in which
2. Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihakpihak yang bersangkutan.
2.2.
saat
kita
siap
men-skak
pihak
lawan
atau,
dalam
bahasa
penjualan,menutup penjualan.
Dalam gambit-gambit Awal, kita akan belajar hal-hal yang kita lakukan
pada tahap awal hubungan kita dengan pihak lawan, untuk meyakinkan bahwa
kita tengah menyiapkan panggung untuk mencapai sebuah kesepakatan. Kita juga
harus menentukan tuntutan atau permintaan yang kita buat, dan sikap yang kita
tunjukkan dengan sebuah rencana yang dibuat secara hati-hati yang mencakup
semua elemen dari negoisasi.
Gambit-gambit Pembuka menentukan kita akan memenangkan atau
membuat kita kalah dalam negoisasi. Kita harus melandasi penggunaan gambitgambit tersebut dengan melakukan evaluasi yang cermat mengenai pihak lawan,
pasar, dan perusahaan pihak lawan. Gambit-gambit Tengah yang tetap menjaga
momentum negosiasi sesuai yang kita inginkan. Selama tahap ini, hal-hal yang
berbeda akan ikut serta masuk ke dalam negosiasi.
Selain gambit-gambit tersebut, terdapat juga Gambit-gambit Tidak Etis
(Unethical Gambits) dan Gambit-gambit Penutup (Ending Gambits) yang
menyimpulkan negosiasi dengan kita sebagai pihak yang mendapatkan apa yang
kita inginkan, dan dengan pihak lawan yang masih merasa bahwa ia juga menang.
Sebagai seorang Power Negotiator, kita akan belajar bagaimana mengontrol
proses negosiasi dengan lancar dan tepat waktu sebagaimana kita inginkan.
2.3.
gambit itu sehingga kita tidak dapat langsung mengenalinya, kita akan mendapati
diri kita membuat konsesi-konsesi yang tak perlu hanya untuk membuat pihak
lawan mau menyetujui proposal kita.
1. The Decoy
Pihak lawan bisa menggunakan gambit Decoy (gambit Pengecoh) untuk
mengalihkan perhatian kita dari isu sesungguhnya dalam negosiasi. Berhatihatilah terhadap orang yang memancing kita untuk menjauh dari isu sebenarnya
dengan gambit Decoy. Tetaplah terfokus dan pisahkan keberatan. Apakah itu
satu-satunya yang membuat kita terganggu? Lalu beralihlah ke gambit Higher
Authority dan Good Guy/Bad Guy: Mari kita buat secara tertulis, dan saya akan
menunjukkannya kepada orang-orang saya untuk melihat apa yang bisa saya
bantu jika saya menemui mereka. Lalu kembalilah ke meja perundingan, namun
ini akanmeningkatkan ongkos rekayasa tidak berulang.
Contoh kasus :
Bapak A bekerja pada Perusahaan Gir A (PGA). Suatu hari, Perusahaan
Manufaktur Buldoser B (PMB) ingin memesan gir dalam jumlah besar kepada
PGA melalui Bapak A. PMB mau memesan gir pada Bapak A asalkan PGA dapat
menyelesaikan pengiriman dalam waktu 90 hari setiap periode. Bapak A sadar
bahwa waktu 90 hari yang diminta PMB tersebut tidak mungkin, karena paling
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mendesain, merekayasa dan memproduksi
gir adalah 120 hari.
Bapak A datang ke PMB untuk mempresentasikan proposal pemesanan gir,
dengan rincian biaya sebagai berikut:
Gir $230.000
Biaya rekayasa tidak berulang $22.000
Ongkos kirim ditanggung oleh PGA
Waktu pengiriman 120 hari/ periode
10
biarkan pihak lawan menghubungkannya dengan konsesi yang tidak ingin kita
buat.
Contoh kasus :
Korea Utara dan Korea Selatan mengadakan perundingan dalam sebuah
gencatan senjata Perang Korea. Kedua Negara sepakat untuk mewakilkan Negara
mereka kepada pejabat-pejabat tiga Negara netral dalan meja perundingan. Pihak
Korea Selatan memilih Negara Norwegia, Swedia dan Swiss sebagai negosiator
netral mereka. Korea Utara memilih Polandia, Cekslovakia dan belum
menentukan Negara ketiga. Mereka meminta untuk memulai perundingan dan
mereka akan memilih Negara ketiga setelah itu.
Yang dilakukan Korea Utara merupakan usaha untuk membuka peluang
menggunakan gambit Red Herring dalam negosiasi. Pada waktunya, mereka
menyatakan memilih Uni Soviet sebagai Negara ketiga. Namun, semua Negara
dalam perundingan tersebut berseru bahwa Uni Soviet bukanlah Negara netral.
Korea Utara bersikeras untuk memilih Uni Soviet sebagai Negara ketiga
yang mewakilinya, meski terus dibantah oleh pihak Korea Selatan. Nyatanya tidak
ada alasan tepat untuk menolah permintaan Korea Utara. Sampai akhirnya
negosiasi menemui jalan buntu.
Akhirnya, Korea Utara menyatakan bahwa mereka mau mengalah dengan
tidak jadi memilih Uni Soviet sebagai Negara ketiga yang mewakili mereka dan
sebagai gantinya mereka mengajukan sebuah konsesi, bahwa mereka boleh
membangun landasan terbang.
Dalam kesepakatan sebelumnya, kedua Negara sepakat bahwa masingmasing Negara tidak boleh membangun landasan terbang. Namun, Korea Utara
menyadari bahwa hal tersebut akan sangat mnerugikan mereka. Jadi, Korea Utara
memutuskan untuk menggunakan gambit Red Herring dengan menyatakan
mereka memilih Uni Soviet sebagai Negara netral ketiga. Padahal isu yang
11
Kontraktor B
Pembuatan Kerangka $17.200
Pembuatan Lantai $2.900
Pembuatan Atap $6.800
Pengerjaan Kayu $4.100
Pemasangan Karpet $1.950
Pemasangan Ledeng $1.600
Pengecatan $1.500
Total $36.050
Kontraktor C
Pembuatan Kerangka $18.400
Pembuatan Lantai $2.800
Pembuatan Atap $7.300
Pengerjaan Kayu $4.100
Pemasangan Karpet $1.950
Pemasangan Ledeng $1.600
Pengecatan $1.300
Total $37.650
12
BAB II
PENUTUP
13
Kesimpulan
Negosiasi adalah suatu cara bagi dua atau lebih pihak yang berbeda
kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan dalam
mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan
dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman
kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan.
Dalam pelaksanaannya terkadang sebuah negosiasi diwarnai dengan
taktik-taktik yang tidak etis. Taktik-taktik inilah yang disebut dengan gambit
negosiasi tidak etis. Gambit-gambit tidak etis tersebut adalah The Decoy, Red
Herring dan Cherry Picking. Diharapkan dengan mempelajarinya kita dapat
menghindari konsesi-konsesi yang tidak diinginkan yang dapat merugikan kita
untuk mencapai kepentingan dalam negosiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dawson, Roger. Secret of Power Negotiaton.
14
15