Kelas A
Kelompok 12
Negosiasi Multi-pihak dan Multi-tim
Anggota :
(135030207111011)
(135030207111002)
(135030201111174)
(135030200111021)
Dalam bab ini, kita akan menganalisis dua situasi yang melibatkan banyak
pihak :
1. Banyak pihak yang bernegosiasi satu sama lain dan mencoba
untuk mencapai konsensus kolektif atau kelompok. Kita membahas
jenis pengambilan keputusan tim atau kelompok ini sebagai proses
negosiasi banyak pihak.
2. Banyak individu yang ada pada setiap sisi negosiasi-dengan kata
lain, pihak-pihak dalam sebuah negosiasi adalah tim dengan tim,
bukan individu dengan individu.
Sifat Negosiasi Multi-pihak
Ketika terdapat empat pihak yang saling mempengaruhi, maka
masing-masing pihak memiliki preferensinya dan prioritasnya sendiri.
Maka dari itu dibutuhkan keputusan kolektif mengenai apa yang dilakukan
selanjutnya.
Ketika pihak-pihak tersebut sepakat mengadakan pertemuan
untuk membahas berbagai pilihan dan mengambil keputusan kolektif, ini
adalah negosiasi multi pihak yang melibatkan dinamika unik dalam proses
pengambilan keputusan kolektif.
Perbedaan Antara Negosiasi Dua Pihak dan Negosiasi Multi-Pihak
Negosiasi multi-pihak berbeda dengan negosiasi dua pihak
dalam beberapa hal. Dalam setiap contoh, perbedaannya adalah
negosiasi multi-pihak lebih kompleks, menantang, dan sulit dikelola.
1. Jumlah Pihak
Perbedaan pertama adalah yang paling jelas : dalam negosiasi
multi-pihak, terdapat lebih banyak negosiator yang terlibat. Dengan
demikian, menjadi lebih besar. Hal ini menimbulkan tantangan
untuk pengelolaan beberapa perspektif yang berbeda dan
memastikan bahwa setiap pihak memiliki waktu yang cukup untuk
berbicara dan didengar. Setiap pihak dapat bertindak sebagai
principal, yakni yang memiliki kepentingannya sendiri.
2. Kompleksitas Informasional dan Komputasional
Perbedaan kedua dalam negosiasi multi-pihak adalah lebih banyak
isu, lebih banyak perspektif terhadap isu, dan lebih banyak
informasi yang disajikan. Salah satu konsekuensi yang paling
mendasar dari penambahan jumlah pihak adalah situasi negosiasi
tersebut cenderung, menjadi lebih kompleks, dan karena itu lebih
menuntut. Ketika ukurannya bertambah, akan ada lebih banyak
Ringkasan Bagian
Terdapat lima cara dimana kompleksitas meningkat ketika tiga
pihak atau lebih terlibat dalam negosiasi. Pertama, terdapat
lebih banyak pihak yang terlibat dalam negosiasi, tuntutan untuk
waktu diskusi, dan jumlah peranan yang dimainkan oleh pihakpihak yang telribat. Kedua, lebih banyak pihak yang membawa
isu dan posisi pada meja negosiasi, sehingga banyak perspektif
yang harus disajikan dan didiskusikan. Ketiga, negosiasi
menjadi lebih kompleks secara sosial. Keempat, negosiasi
menjadi lebih kompleks secara procedural, dan pihak-pihak
yang terlibat mungkin harus menegosiasikan proses baru yang
membuat mereka dapat mengkoordinasikan tindakan mereka
secara lebiih efektif. Terakhir, negosiasi menjadi lebih kompleks
secara strategis karena pihak-pihak yang terlibat harus
memonitor pergerakan dan tindakan beberapa pihak lain dalam
menentukan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing
pihak selanjutnya.
Kelompok yang efektif
Menurut Schwartz (1994) menyatakan bahwa kelompok dan anggotanya
yang efektif melakukan hal-hal berikut :
1. Menguji asumsi dan interfensi. Dalam kelompok yang
efektif, setiap anggota membuat asumsi dan inferensinya
dengan mengartikulasikan asumsi dan inferensi tersebut
dan membahasanya dengan anggota lain.
2. Berbagi informasi yang relevan sebanyak mungkin. Dalam
negosiasi kompetitif, pihak-pihak yang terlibat seringnya
menggunakan informasi secara strategis ( berusaha
memeberikan informasi sesedikit mungkin, namun berusaha
mendapat informasi sebanyak mungkin ). Namun kelompok
yang efektif memerlukan jenis pembagian informasi yang
muncul
dalam
negosiasi
integrative
agar
dapat
memaksimalkan informasi yang tersedia bagi kelompok
untuk menemukan solusi yang memenuhi keinginan semua
pihak.
3. Berfokus pada kepentingan, bukan posisi. Dalam negosiasi
integrative, deliberasi kelompok harus menggunakan
prosedur yang mengemukakan kepentingan dasar setiap
anggota.
4. Menjelaskan alasan di balik pernyataan, pertanyaan, dan
jawaban. Menunjukkan kepentingan mengharuskan kita
untuk menjelaskan apa yang paling penting kepada orang
lain dan mengindikasikan alasan mengapa hal hal tersebut
sangat penting.
E. Status siapa yang akan lebih tinggi jika ikut serta dalam
negosiasi?
2. Koalisi
Merupakan hal yang tidak lazim apabila koalisi muncul sebelum
negosiasi dimulai. Koalisi akan terbentuk untuk menghambat
agenda tertentu.
3. Mendefinisikan Peran Anggota Kelompok
Jika kelompok telah memiliki struktur, maka peranan pemimpin,
mediator, pencatat, dan lain-lain telah diterapkan. Namun, jika
kelompok belum bertemu sebelumnya maka berbagai pihak
akan mulai mengisi peranan-peranan kunci. Tiga jenis peranan
yang dapat dimainkan oleh anggota yaitu, peranan tugas, yang
menggerakan kelompok ke arah keputusan; peranan hubungan,
yang mengelola dan menjaga hubungan baik antaranggota
kelompok; dan peranan berorientasi diri, yang bertujuan
mengarahkan perhatian pada anggota individu, sering kali
mengorbankan efektivitas kelompok.
4. Memahami Konsekuensi Tidak Adanya Kesepakatan
Breet (1991) menyatakan bahwa negosiator harus memahami
konsekuensi yang akan muncul jika kelompok tidak mencapai
kata sepakat.
5. Mempelajari Isu dan Membentuk Agenda
Pihak-pihak yang terlibat akan meluangkan banyak waktu untuk
embiasakan diri dengan isu, menerap informasi, dan mencoba
untuk memahami kepentingan orang lain. Terdapat banyak
alasan mengapa agenda dapat menjadi alat yang efektif dalam
mengambil keputusan:
a. Agenda dapat menentukan isu-isu yang akan didiskusikan
b. Bergantung pada penyampaian isu, agenda tersebut juga
dapat menentukan bagaimana setiap isu ditentukan dan
dibatasi
c. Agenda dapat menetapkan urutan isu yang akan dibahas
d. Agenda dapat digunakan untuk memperkenalkan isu-isu
proses (aturan keputusan, norma diskusi, peranan
anggota, dinamika diskusi), serta isu-isu substansif, hanya
dengan mencakupkannya.
e. Agenda dapat menentukan batasan waktu terhadap
berbagai item, sehingga mengindikasikan pentingnya isuisu yang berbeda.
b. Mengelola Negosiasi Aktual
Banyak proses negosiasi multi-pihak yang merupakan kombinasi
diskusi kelompok, negosiasi bilateral, dan aktivitas pembangunan
koalisi. Proses tersebut juga menggabungkan strukturisasi diskusi
kelompok untuk mencapai hasil yang efektif dan didukung.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
c. Tahap Kesepakatan
Tahap ketiga dan terakhir dalam mengelola negosiasi multi-pihak
adalah tahap kesepakatan. Selama tahap kesepakatan, pihak-pihak
yang terlibat harus memilih alternatif yang ada. Mereka juga akan
menemukan masalah dan isu di menit-menit akhir, seperti tekanan
tenggat waktu, penemuan isu baru yang tidak dibahas sebelumnya,
kebutuhan akan lebih banyak informasi mengenai masalah tertentu,
dan kecenderungan beberapa pihak untuk mengancam kekuatan
veto sambil melobi untuk mendapatkan ide atau proyek tertentu
untuk dimasukkan ke dalam kesepakatan akhir kelompok.
Empat langkah utama pemecahan masalah muncul dalam fase ini
(Schwartz, 1994):
1. Memilih solusi terbaik. Kelompok harus menimbang alternatif
yang telah mereka pertimbangkan dan memilih satu alternatif
atau menggabungkan beberapa alternatif ke dalam satu
kemasan yang akan memuaskan anggota sebanyak mungkin.
2. Mengembangkan rencana tindakan. Hal ini akan menngkatkan
kemungkinan bahwa solusi tersebut akan diimplementasikan
secara penuh, efektif, dan tepat waktu. Misalnya, rencana
tindakan yang baik dapat meliputi daftar langkah utama, tujuan
negosiator atau lebih yang memiliki kepentingan dan prioritas yang sama
bernegosiasi dengan dua ko-negosiator atau lebih di pihak lain yang
memiliki kepentingan dan prioritas yang sama ( Shapiro dan Von Glinow,
1999).
Di sini, kita akan membahas sejumlah pertanyaan yang lebih luas
mengenai proses negosiasi yang melibatkan tim.
Apakah perilaku tim berbeda dengan perilaku individu?
Bagaimana keberadaan dua orang atau lebih mengubah cara satu
pihak berinteraksi dengan pihak lain dan memajukan
kepentingannya?
Apakah tim lebih cenderung bertindak secara kompetitif, atau
apakah mereka lebih cenderung mengupayakan strategi kooperatif
yang akan mendorong hasil hasil integrative?
Kesepakatan Integratif Akan Lebih Mungkin Dicapai Ketika Ada Tim
yang Dilibatkan. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson, Peterson,
dan Brodt (1996) membandingkan negosiasi antar tim, negosiasi antar
individu, dan negosiasi campuran, dimana satu tim bernegosiasi dengan
satu individu. Mereka menemukan bahwa keuntungan yang diperoleh dua
pihak lebih besar ketika setidaknya salah satu pihak berbentuk tim.
Alasannya adalah bahwa tim bertukar lebih banyak informasi
dibandingkan satu negosiator, yang meningkatkan kemungkinan potensi
integratif dapat ditemukan dan dieksploitasi. Walaupun tim bernegosiasi
dengan satu orang negosiator, ada manfaat positif negosiasi tim yang
muncul.
Tim Terkadang Lebih Kompetitif Dibandingkan Individu dan Dapat
mengklaim Nilai yang Lebih Tinggi. Tradisi penelitian substansial dalam
teori permainan menunjukkan bahwa kelompok cenderung sangat
kompetitif dalam menghadapi kelompok lain. Polzer (1996) menemukan
bahwa ketika tim terlibat dalam negosiasi, aka nada lebih banyak
perdebatan dan lebih sedikit kepercayaan diantara pihak pihak yang
terlibat. Namun, penelitian lain tidak dapat menemukan perbedaan antara
daya saing tim yang bernegosiasi dengan individu (OConnor,
1997;Thompson dkk., 1996).
Disamping daya saing, apakah tim lebih baik dibandingkan individu pada
komponen negosiasi distributive, yang mengklaim nilai yang telah ddibuat
oleh pihak pihak yang terlibat? Penelitian hingga saat ini menunjukkan
manfaat bagi tim. Dalam satu penelitian mengenai negosiasi tim
(Thompson, dkk., 1996), tim mengklaim lebih banyak nilai dibanding
dengan negosiator tunggal dalam sebuah percobaan, tetapi tidak dalam
percobaan lain yang melibatkan tugas negosiasi yang sama.
Tekanan Akuntabilitas Berbeda bagi Tim Dibandingkan Individu.
Negosiator tunggal cenderung lebih berperilaku kompetitif ketika
merekabertanggung jawab terhadap konstituen dibanding ketika tekanan
akuntabilitas tidak ada. Ini muncul karena negosiator merasa perlu untuk
menunjukkan keuletan ketika orang orang yang mereka wakili
mengamati kinerja mereka.
Hubungan Antara Anggota Tim Memengaruhi Proses dan Hasil
Negosiasi. Peterson dan Thompson (1997) meneliti apa yang terjadi
ketika tim terdiri dari teman yang bernegosiasi dengan tim yang
anggotanya tidak saling mengenal. Tidak heran mereka menemukan
bahwa tim yang beranggotakan teman lebih kompak dan focus dalam
mempertahankan hubungannya dibanding tim yang anggotanya tidak
saling mengenal. Bagi tim yang anggotanya tidak saling mengenal, tingkat
kekompakan yang meningkat berarti kinerja negosiasi yang meningkat.
Peterson dan Thompson menemukan bahwa hubungan anata anggota tim
memengaruhi bagaimana informasi digunakan untuk mencapai hasil yang
dinegosiasikan. Khususnya ketika individu dalam tim memiliki informasi
unik mengenai kepentingan dan preferensi tim, tim yang tidak saling
mengenal mampu mengklaim lebih banyak keuntungan bersama
dibandingkan tim yang beranggotakan teman. Tim yang tidak saling
mengenal bertanggung jawab atas kinerja negosiasi mereka kepada
atasan, mereka bekerja lebih baik dibandingkan tim yang beranggotakan
teman dengan tanggung jawab yang sama. Secara keseluruhan, ini
mengindikasikan bahwa hubungan diantara anggota tim merumitkan cara
tim menggunakan informasi dan taktik untuk mengupayakan kesepakatan.
Secara umum tim yang tidak saling mengenal lebih unggul dibandingkan
tim yang beranggotakan teman pada beberapa kondisi.