Anda di halaman 1dari 5

A.

HAK
1. Pengertian Hak
Hak adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia sejak lahir dan sesuatu yang dimiliki atau
diterima oleh manusia karena sebab-sebab tertentu. Hak yang dimiliki oleh seseorang pada
hakikatnya merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap eksistensi dan martabat
manusia sebagai individu maupun sebagai anggota suatu masyarakat.[1] Orang yang
mempunyai hak bisa menuntut (dan bukan saja megharapkan dan menganjurkan) bahwa
orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu.[2]

2. Proses Penetapan Hak


Sesuatu dapat dikatakan hak apabila sesuatu tersebut telah disepakati oleh pihak-pihak yang
terkait dalam masalah tersebut bahwa sesuatu tersebut adalah sebagai suatu hak. Proses
penetapan suatu tuntunan menjadi suatu hak merupakan proses interaksi dalam kehidupan
masyarakat yang berlangsung lama, dan akan berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri.

3. Macam-macam Hak
Secara umum para ahli etika mengelompokkan menjadi 3 kelompok, antara lain:
a) Hak asasi atau hak kodrat
Hak asasi atau hak kodrat dikenal dengan istilah hak fitri, yaitu hak yang dibawa manusia
sejak lahir ke dunia. Hak asasi merupakan hak dasar atau hak pokok yang dimiliki setiap
individu sebagaianugrah Allah yang menciptakan manusia. Oleh karena itu hak ini bersifat
sangat mendasar dan sangat pokok bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia. Hak yang
dimasukkan kedalam kelompok hak asasi antara lain :[3]

Hak Hidup
Tiap-tiap manusia mempunyai hak hidup, akan tetapi karena kehidupan manusia itu secara
bergaul dan bermasyarakat, maka sudah seadilnya seseorang mengorbankan jiwanya untuk
menjaga hidupnya masyarakat apabila di pandang perlu.[4]
Hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia tanpa
membedakan warna kulit, bangsa dan jenis kelaminnya. Oleh karena itu dengan alasan
apapun dan dalam keadaan bagaimanapun seseorang tidak diperbolehkan bunuh diri.
Disamping itu seseorang juga tidak diperbolehkan menghilangkan nyawa orang lain kecuali
karena ada alasan tertentu dan yang dibenarkan oleh hokum yang ditetapkan oleh Allah.
Karena hidup dan mati seseorang sepenuhnya merupakan wewenang Allah SWT.
Etika Islam tidak hanya menetapkan hak hidup sebagai hak dasar manusia yang harus
ditegakkan, tetapi juga menjelaskan tentang kewajiban yang ada pada manusia untuk menjaga
hak tersebut agar jangan sampai dilanggar atau dirusak, baik oleh dirinya sendiri maupun
oleh orang lain. Hak hidup merupakan hak dasar pertama yang ada pada manusia dan dengan
adanya kehidupan maka manusia akan mendapatkan hak-hak lainnya.

Kebebasan
Kebebasan mempunyai arti merdeka atau lepas dari penjajahan, perbudakan dan kurungan.
Kebebasan mempunyai arti bahwa manusia bukanlah seorang budak, oleh karenanya ia tidak
terikat oleh segala macam ikatan. manusia bebas untuk menerima atau menolak apapun yang
ada di muka bumi.
Dalam pemikiran Etika Islam,kebebasan itu bertanggung jawab, dimana manusia bebas
menentukan dan melaksanakan tindakan yang di inginkan, tetapi ia tetap akan diminta
pertanggung jawaban atas semua keputusan dan tindakan yang dilakukannya.

Kehormatan diri
Manusia adalah makhluk paling sempurna dan yang paling mulia di muka bumi ini. Oleh
karena itu, kemuliaan atau kehormatan adalah hak yang melekat pada diri manusia sejak
kelahirannya di dunia. Kehormatan diri merupakan salah satu hak kodrat atau hak asasi
manusia yang tidak bisa dihilangkan oleh siapapun.
Hak lain yang dapat di masukkan dalam kelompok hak kodrati antara lain hak untuk
mendapatkan pendidikan, hak untuk berpolitik, hak untuk mendapatkan perlakuan yang
sama, hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk menikmati kekayaan alam dan lain sebagainya.

b) Hak legal dan hak moral


Hak legal adalah hak yang dimiliki oleh seseorang karena ada aturan atau ketentuan
yang mengatur hal tersebut. Sedang hak moral adalah hak yang hanya berdasar pada
ketentuan-ketentuan moral atau berdasar pada adat kebiasaan yang berlaku.[5] Hak-hak legal
berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal lainnya.[6]
Hal-hal yang dimasukkan ke dalam hak legal seperti hak memperoleh pendidikan, pelayanan
kesehatan, keamanan dan lain sebagainya. Sedang hal-hal yang dimasukkan kedalam hak
moral seperti hak orang tua mendapat penghormatan, hak anak untuk mendapatkan nama
yang baik, hak untuk meminta maaf dan memaafkan dan lain sebagainya.

4. Pelaksanaan hak
Hak sebagai sesuatu yang menjadi milik seseorang dalam pelaksanaanya harus di
jalankandengan baik dan tidak boleh ada diskriminasi antara individu yang satu dengan yang
lain. Memang manusia adalah makhluk yang berbeda-beda, akan tetapi perbedaan ini bukan
terletak pada esensi manusianya, tetapi terletak pada kemampuan, kecakapan, pekerjaan, dan
tanggung jawab. Oleh karena itu perbedaan tersebut tidak boleh digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam memberlakukan suatu hak.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia adalah sunnatullah, karenanya dengan
perbedaan tersebut manusia diperintahkan untuk bekerjasama dan saling tolong menolong
dengan yang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan hak bukan didasarkan atas suka atau tidak suka, tetapi berdasarkan pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk Allah SWT dan berdasar pada ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.[7]

B. KEWAJIBAN
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, tidak dapat terlepas dari kewajiban.
Apa yang dilakukan seseorang dapat menyebabkan pola pengaruh pola hubungannya dengan
sosial. Pola hubungan yang baik antara individu dengan yang satu dengan yang lain. Karena
adanya kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi.[8]
1. Pengertian kewajiban
Mempunyai banyak pengertian, antara lain sebagai berikut: dilihat dari segi ilmu fiqih, wajib
mempunyai arti pengertian sesuatu yang harus dikerjakan, apabila dikerjakan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Menurut ilmu tauhid, wajib sesuatu yang
pasti benar adanya. Sedangkan menurut ilmu akhlak, wajib adalah suatu perbuatan yang
harus dikerjakan, karena perbuatan itu dianggap baik dan benar.[9] Kewajiban sendri adalah
suatu tindakan yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam memenuhi hubungan sebagai
makhluk individu, sosial, dan tuhan.[10]
2. Macam-macam kewajiban
Kewajiban manusia dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu, kewajiban manusia terhadap
diri sendiri, kewajiban terhadap sesama makhluk, dan kewajiban manusia terhadap Tuhan
sebagai Dzat yang menciptakannya.
a) Kewajiban manusia terhadap diri sendiri ( individu )
Dalam rangka menjaga eksistensi dirinya sebagai makhluk hidup, mlaka setiap manusia
memiliki kewajiban terhadap dirinya sendiri, antara: makan dan minum, berpakaian, menjaga
kebersihan dan kesehatan, dll
b) Kewajiban kepada sesama makhluk ( sosial )
Manusia sebagai makhluk Allah yang sempurna dan sebagai kholifah mempunyai tugas
utama menjaga kehidupan dunia dengan baik dan kemakmurannya. Dalam rangka
melaksanakan tugas itu maka manusia mempunyai beberapa kewajiban yang harus dipenuhi.
Diantaranya kewajiban terhadap alam, kewajiban terhadap sesama manusia, seperti tolong-
menolong.
c) Kewajiban terhadap Allah SWT
Kewajiban terhadap Allah sangat penting agar setiap orang dapat mengetahui setiap
kewajiban yang harus dilakukan dalam upaya untuk meraih kebahagiaan yang dicita-
citakannya. Dengan demikian apabila seseorang dapat melakukan semua kewajibannya
dengan baik, maka akan dapat tercipta hubungan yang baik antara dirinya dengan orang lain
maupun dengan makhluk yang lain serta hubungan yang baik dengan Allah SWT. Adapun
kewajiban manusia terhadap Allah, antara lain :
1. Beriman kepada Allah
2. Beribadah dengan ikhlas hanya kepada Allah
3. Tidak menyekutukan Allah dengan apapun
4. Bersyukur kepada Allah
5. Meminta ampun dan bertaubat
6. Taqwa kepada Allah
7. Tawakal kepada Allah[11]

3. Pelaksanaan kewajiban
Dalam pelaksanaan kewajiban terletak apa yang disebut dengan tanggung jawab. Tanggung
jawab berati sikap atau pendirian yang menyebabkan manusia menetapkan bahwa dia hanya
akan menggunakan kemerdekaannya untuk melaksanakan perbuatan yang susila.
Tanggung jawab berati mengerti perbuatannya. Dia berhadapan dengan perbuatannya,
sebelum berbuat, selama berbuat, dan sesudah berbuat. Dia diri sebagai subjek yang berbuat
dan mengalami perbuatannya sebagai objek yang dibuat.
Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung atas perbuatan yang telah dilakukan oleh
seseorang. Berani bertanggung jawab berarti bahwa seorang berani menentukan, berani
memastikan bahwa perbuatan ini sesuai dengan ketentuan kodrat manusia.[12]

C. KEADILAN
1. Pengertian Keadilan
Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban diatas, maka timbul keadilan. Poedjawijatna
mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan terhadap hak yang sah. Sedangkan dalam
literature islam, keadilan dapat diartikan istilah yang digunakan untuk menunjukan pada
persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara.[13]

2. Macam wujud keadilan


Menurut Aristoteles Notonegoro, ada 4 macam wujud keadilan:
a. Keadilan tukar-menukar
Yaitu suatu kebajkan tingkah laku manusia untuk selalu memberikan kepada sesamanya,
sesuatu yang menjadi pihak lain atau sesuatu yang sudah semestinya harus diterima oleh
pihak lain itu. Dengan adanya keadilan tukar menukar, terjadilah saling memberi dan saling
menerima. Keadilan itu timbul didalam hubungan antar manusia sebagai orang-orang
terhadap sesamanya didalam masyarakat.
b. Keadilan distributif atau membagi
Yaitu suatu kebijakan tingkah laku masyarakat dan alat penguasanya untuk selalu
membagikan segala kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata dan merata, sifat
menurut keselarasan dan tingkat perbedaan jasmani dan rohani. Keadilan dalam membagi ini
terdapat dalam hubungannya antara masyarakat dengan warganya.
c. Keadilan sosial
Yaitu suatu kebajikan tingkah laku manusia didalam hubungan dengan masyarakat, untuk
senantiasa memberikan dan melaksanakan segala sesuatu yang menunjukan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama sebagai tujuan akhir masyarakat atau negara.
d. Keadilan negara
Yaitu mengatur hubungan antara anggota dan kesatuannya untuk bersama-sama selaras
dengan kedudukan dan fungsinya untuk mencapai kesejahteraan umum. [14]

D. HUBUNGAN HAK, KEWAJIBAN, DAN KEADILAN


Telah dikemukakan bahwa akhlak adalah perbuatan yang telah dilakukan dengan sengaja,
mendarah daging, sebenarnya dan tulus ikhlas karena Allah. Hubungan dengan hak dapat
dilihat pada arti dari hak yaitu sebagai milik yang dapat digunakan oleh seseorang tanpa ada
yang menghalanginya.
Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang
dengannya timbul kewajiban untuk melaksanakannya tanpa merasa berat. Dengan
telaksananya hak, kewajiban, dan keadilan, maka dengan sendirinya akan mendukung
terciptanya perbuatan yang akhlaki.[15]
Dimana hak maka ada kewajiban, dan dimana ada kewajiban ada keadilan. Yaitu
menetapkan dan melaksanakan hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang
seimbang.

Anda mungkin juga menyukai